Vous êtes sur la page 1sur 13

GAMBARAN PELAKSANAAN KEMOTERAPI DI RSUP Dr.

HASAN SADIKIN BANDUNG Anastasya Donadear1, Ayu Prawesti1, Anastasia Anna1


1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

ABSTRAK Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker yang memiliki efek samping pada pasien dan petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaannya, seperti kerusakan fertilisasi, ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi, risiko leukemia dan kanker lainnya. Sangat dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai dengan SOP sehingga dapat meminimalisir efek samping yang muncul pada pasien dan petugas kesehatan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai persiapan pelaksanaan kemoterapi, pelaksanaan kemoterapi, dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipatif dan wawancara bebas. Sampel yaitu tindakan pelaksanaan kemoterapi jumlah sampel sebanyak 84 tindakan, menggunakan accidental sampling. Analisa data menggunakan frekuensi persentase. Hasil penelitian didapatkan 72% tindakan dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap persiapan sebesar 70,05% tindakan dilakukan, pelaksanaan sebesar 77,59% tindakan dilakukan, monitoring evaluasi sebesar 36,5% tindakan dilakukan sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Kesimpulan penelitian sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi. Perlu adanya penambahan jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Kata kunci: kanker, pelaksanaan kemoterapi, SOP. ABSTRACT Chemotherapy is using cytotoxic drugs. Cytotoxic drugs has many effects on patients and health workers who involved in the administration, such as fertilization disorder, skin rash, infertility, miscarriage, infant disability, the risk of leukemia and other cancers. Administration in accordance with chemotherapy SOP can reduce the side effects that occur in patients and health workers. The objective was to get an overview of the preparation of chemotherapy, chemotherapy implementation, and monitoring and evaluation of chemotherapy in the 2nd Floor of Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This a descriptive research, using participant observation method. Sampling technique using accidental sampling to 84 chemotherapy administration. Data were analyzed with percentage frequency. The study found 72% of the actions carried out in accordance with the hospitals chemotherapy SOP. Preparation was 70.05% done, the implementation was 77.59% done, and monitoring and evaluation was 53.2% done in accordance to chemotherapy SOP. The conclusion is
Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) Email: donadear.anastasya@gmail.com (081349295151)

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

most of chemotherapy administration in 2nd floor of Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung was conducted in accordance with the chemotherapy SOP. It is important to increase the number of health workers who involved in the chemotherapy administration. Keyword: cancer, chemotherapy administration, SOP PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat & De Jong, 2004). Salah satu bentuk penanganan kanker adalah kemoterapi. Dalam pelaksanaannya, kemoterapi menggunakan obat-obatan sitostatika. Sitostatika adalah kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel propaganda. Obat ini termasuk obat-obat berbahaya (OB), yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik, dan atau menyebabkan kerusakan fertilisasi.

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH, 2004) mengemukakan bahwa bekerja dengan atau dekat dengan obat-obat berbahaya di tatanan kesehatan dapat menyebabkan ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi, dan kemungkinan terjadi leukemia dan kanker lainnya. Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kemoterapi pada pasien, petugas kesehatan yang terlibat, dan lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan standar operasional prosedur kemoterapi yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dengan baik dan sesuai SOP dapat meminimalisir risiko. Pelaksanaan kemoterapi yang direkomendasikan oleh ASCO/ONS

Chemotherapy Administration Safety Standards (2009), secara umum menjelaskan


Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) Email: donadear.anastasya@gmail.com (081349295151)

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

pelaksanaan pemberian kemoterapi meliputi persiapan (tenaga medis, pasien, obat), pelaksanaan atau pengelolaan, dan monitoring dan evaluasi. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah rumah sakit pemerintah yang berada di Kota Bandung merupakan rumah sakit terbesar di Provinsi Jawa Barat yang juga merupakan rumah sakit pendidikan. Selain itu, RSHS telah mendapat sertifikasi ISO (International Organization for Standarization) yang menjadikan seluruh jajaran direksi dan pegawai RSHS untuk selalu memberikan pelayanan yang lebih baik sesuai standar internasional. Pelayanan Kemoterapi di RSHS terdapat di beberapa ruangan baik rawat jalan maupun rawat inap, salah satunya di Ruang Kemuning lantai 2. Pelayanan kemoterapi di Ruang Kemuning lantai 2 adalah bagian dari Poliklinik Bedah Onkologi yang melayani pemberian kemoterapi bagi pasien rawat jalan. Jumlah bed yang tersedia di ruangan ini untuk pelayanan kemoterapi sebanyak 12 buah dengan jumlah pasien yang menjalani kemoterapi di ruangan ini rata-rata 10 orang perhari, dan dalam sebulan mencapai 150 orang. Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan pelaksanaan kemoterapi yang aman dan sesuai prosedur mengingat efek samping yang dapat timbul dalam pelaksanaan kemoterapi berlaku bagi pasien, petugas kesehatan, dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan kemoterapi yang dilakukan di Ruang Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan mengangkat judul Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di Ruang Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

3 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tujuan khusus penelitian ini adalah: Mengidentifikasi persiapan pelaksanaan kemoterapi. Mengidentifikasi pelaksanaan pemberian kemoterapi. Mengidentifikasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi kemoterapi.

METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data dilakukan selama 8 hari, dilakukan di Ruang Rawat Jalan Poli Bedah Onkologi Gedung Kemuning lantai 2. Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kemoterapi, dengan sub variabelnya yaitu persiapan kemoterapi, pelaksanaan kemoterapi, serta monitoring dan evaluasi. Populasi penelitian ini adalah pelaksanaan kemoterapi baik yang dilakukan oleh perawat ataupun dokter di Ruang Kemuning lantai 2 RSHS dalam 3 bulan terakhir, sebanyak 537 tindakan. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental sampling, dan dihitung menggunakan rumus Slovin didapatkan sampel sebanyak 84 pelaksanaan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang dimodifikasi dari prosedur tetap yang digunakan di RSHS dengan jumlah butir daftar kegiatan sebanyak 60 item. Metode pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi dengan jenis observasi partisipan dan wawancara dengan jenis wawancara bebas sebagai pembantu utama dari metode observasi.

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

4 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Analisa data menggunakan analisa univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi dan cara penghitungannya dilakukan dengan menggunakan persentase tiap variabel dan subvariabel.

HASIL PENELITIAN Hasil analisis data menggunakan frekuensi persentasi didapatkan sebagai berikut: Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=5040)
Variabel / Sub Variabel Pelaksanaan kemoterapi a. Persiapan b. Pelaksanaan c. Monitoring evaluasi Dilakukan 3545 1471 1722 352 % 70,34 70,05 78,85 46,56 Tidak Dilakukan 1494 629 462 404 % 29,66 29,95 21,15 53,44

Tabel 1 menunjukkan secara umum sebagian besar tindakan dalam pelaksanaan kemoterapi dilakukan sesuai dengan SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit.

Indikator tertinggi yaitu tahap pelaksanaan, diikuti tahap persiapan, dan yang terendah adalah tahap monitoring evaluasi.

Tabel 2. Distribusi Kegiatan Persiapan Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=2100)
Jenis Tindakan Persiapan pasien Persiapan alat Persiapan obat Persiapan petugas kesehatan Dilakukan 345 504 420 211 % 45,63 100 100 50,24 Tidak dilakukan 411 0 0 209 % 54,37 0 0 49,76

Tabel 2 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap persiapan adalah persiapan alat dan obat, diikuti persiapan petugas kesehatan, dan indikator terendah adalah persiapan pasien. Tabel 3. Distribusi Kegiatan Pelaksanaan Pemberian Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=2184)

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

5 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Jenis Tindakan Cuci tangan Salam terapeutik Pemberian pre-medikasi APD dalam pelarutan obat Pemberian obat kemoterapi Pemberian post-medikasi Pengelolaan alat & bahan bekas pakai

Dilakukan 168 0 252 230 440 336 296

% 100 0 100 54,76 87,3 100 70,48

Tidak Dilakukan 0 84 0 190 64 0 124

% 0 100 0 45,24 12,7 0 29,52

Tabel 3 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap pelaksanaan adalah mencuci tangan, pemberian obat pre dan post medikasi, diikuti pemberian obat kemoterapi, pengelolaan alat dan bahan bekas pakai, APD dalam pelarutan obat, dan indikator terendah adalah salam terapeutik. Tabel 4. Distribusi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kemoterapi di Ruang Kemuning Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Juni 2012 (n=84, N=756)
Jenis Tindakan Penilaian respon dan efek samping kemoterapi Rencana tindakan selanjutnya Dokumentasi Dilakukan 16 168 168 % 6,35 66,67 66,67 Tidak Dilakukan 236 84 84 % 93,65 33,33 33,33

Tabel 4 menunjukkan indikator tertinggi dalam tahap monitoring evaluasi adalah perencanaan tidakan selanjutnya dan dokumentasi, indikator terendah adalah penilaian respon dan efek samping kemoterapi.

PEMBAHASAN Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian kemoterapi yang dilakukan oleh petugas kesehatan baik dokter ataupun perawat mulai dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi terdiri dari 2 orang perawat tetap dan lebih dari 10 dokter dari bagian Poli Bedah Onkologi. Dengan karakteristik, dua orang perawat dengan pendidikan D3, satu orang diantaranya pernah mendapatkan pelatihan mengenai pelaksanaan kemoterapi.

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

6 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Pelaksanaan kemoterapi di ruang Kemuning lantai 2 RSHS secara umum sebagian besar telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di ruangan. Hal-hal yang tidak dilakukan dikarenakan jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaannya dianggap belum mendukung pelaksanaan kemoterapi yang baik, serta ketersediaan alat yang ada di ruangan kurang memenuhi standar. Persiapan pasien sebagian besar (54,37%) tidak dilakukan atau hanya hampir setengahnya saja dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Tindakan dalam persiapan pasien yang paling banyak tidak dilakukan adalah pemeriksaan TTV dan pemberian informed consent. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan hanya satu, yaitu tekanan darah. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi landasan untuk pasien dapat dilakukan kemoterapi. Perawat juga mengatakan kendala lain terkendala dengan jumlah petugas kesehatan yang dianggap kurang. Pemberian informed consent jarang dilaksanakan oleh petugas kesehatan karena sebagian besar pasien yang datang setiap harinya adalah pasien yang sudah berkali-kali mejalani kemoterapi sehingga pasien dianggap sudah mengetahui tentang tindakan yang akan dilakukan dan tidak perlu meminta persetujuan kembali. Menurut teori, informed consent sangat erat kaitannya dengan transaksi terapeutik yang artinya adalah suatu transaksi untuk menentukan atau upaya untuk mencari terapi yang paling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan. Persiapan petugas kesehatan setengahnya (50,23%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan APD yang digunakan oleh petugas kesehatan di ruangan adalah sarung tangan latex, masker surgical, dan baju pelindung. Pemakaian APD di ruangan yang tidak lengkap

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

7 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

dikarenakan ketersediaan sarana yang tidak sesuai dengan standar dan juga kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan APD. Menurut Power & Polovich (2003), APD digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan. APD yang dianjurkan dalam pelaksanaan kemoterapi antara lain sarung tangan nitril tidak berpowder, pelindung kepala, pelindung mata dan wajah, masker respirator, dan baju pelindung tahan air. Penelitian Horisson (2001, dalam NIOSH, 2004) melaporkan bahwa enam obat kemoterapi yang berbeda terdeteksi dalam urin perawat yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Sebuah penelitian lanjutan menyatakan bahwa peningkatan keamanan penanganan obat sitotoksik dapat menurunkan risiko hal tersebut. Perlu diperhatikan juga petugas kesehatan yang dapat terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Menurut Sutarni (2003, dalam Maridi, 2009), petugas kesehatan yang diizinkan untuk memberikan obat sitostatika adalah mereka yang sudah mendapat pendidikan tentang cara menangani obat sitostatika, mengetahui kemungkinan risiko yang terjadi akibat obat sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang terkontaminasi, pencegahan paparan terhadap petugas kesehatan. Petugas yang tidak diizinkan untuk memberikan obat sitostatika seperti wanita hamil, petugas kesehatan yang tidak memakai pelindung, atau mahasiswa yang sedang praktik. Dalam pelaksanaan kemoterapi, pemakaian APD dalam pelarutan obat sebagian besar (54,28%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Petugas kesehatan, dalam hal ini dokter, menggunakan masker, sarung tangan latex, dan baju pelindung, sementara pelindung kepala dan kacamata pelindung tidak digunakan dan tempat preparasi obat tidak memenuhi standar. Petugas kesehatan tidak menggunakan APD yang sesuai karena menganggap alat preparasi (inkubator yang sudah

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

8 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

dimodifikasi) sudah cukup melindungi diri dalam melarutkan obat. Sementara itu, dalam Otto (2005) APD yang dianjurkan dalam pelarutan obat antara lain sarung tangan karet, dan baju pelindung tahan air berlengan panjang, dan dengan manset elastis atau mempunyai kait. Kacamata pelindung atau pentutup wajah digunakan jika saat menyiapkan obat tidak menggunakan lemari khusus yang aman secara biologis. Salam terapeutik tidak dilakukan sama sekali. Petugas kesehatan hanya memanggil nama pasien untuk memastikan obat diberikan pada pasien yang tepat, bukan untuk tujuan salam terapeutik. Perawat beranggapan bahwa tindakan harus dilakukan dengan cepat mengingat jumlah petugas kesehatan yang terbatas, sehingga hal-hal yang dianggap tidak berhubungan dengan inti pelaksanaan kemoterapi tidak harus dilakukan. Pemberian obat kemoterapi sebagian besar (87,3%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai SOP. Dalam tindakan pemberian kemoterapi perlu diperhatikan prinsip 6 benar, yaitu benar pasien, benar rute, benar dosis, benar obat, benar waktu, dan dokumentasi (ASCO, 2009). Dalam pemberian obat, baik pre-medikasi, obat kemoterapi, dan post-medikasi sudah dilakukan sesuai dengan SOP. Pengelolaan alat dan bahan bekas pakai sebagian besar (70,47%) dilakukan oleh petugas kesehatan. Menurut Power & Polovich, (2003) dalam pembuangan alat dan bahan bekas pakai terdapat juga standar keamanan yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan yang terlibat, mengingat bahaya yang sama yang mungkin timbul pada saat pembuangan. Hasil penelitian menunjukkan 70% kecelakaan kerja terjadi sesudah pemakaian dan saat pembuangan alat dan bahan bekas pakai (Depkes RI 2003, dalam Parsihaningsih, 2008).

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

9 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Dalam monitoring dan evaluasi, perencanaan tindakan pasien selanjutnya (dilakukan 66,67%). Dari hasil penelitian, kolaborasi petugas kesehatan untuk tindakan selanjutnya tidak dilaksanakan. Penentuan tindakan selanjutnya lebih banyak dilakukan oleh dokter sendiri. Hal ini kurang sesuai dengan pengertian kolaborasi menurut American Medical Assosiation (AMA, 1994) yang menyatakan bahwa kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. Penting bagi petugas kesehatan untuk memberitahu pasien mengenai rencana tindakan selanjutnya dan kapan tindakan selanjutnya akan dilakukan, karena dalam pemberian kemoterapi, prinsipnya, semua obat harus diberikan seluruhya atau tidak sama sekali. Dokumentasi sebagian besar (66,67%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Dari hasil penelitian, hal yang tidak dituliskan dalam dokumentasi adalah pencatatan respon atau efek samping yang timbul pada klien. Hal ini dikarenakan dokter yang datang ke ruang kemoterapi hanya untuk melarutkan obat dan mencatat tindakan yang sudah dilakukan serta menuliskan rencana tindakan selanjutnya, tanpa memonitoring pasien sampai proses pemberian kemoterapi selesai. Hal ini tidak sesuai seperti yang dikemukakan oleh Joshi M (2007), yang menyatakan bahwa petugas kesehatan harus mendokumentasikan setiap detail yang berkaitan dengan pemberian obat kemoterapi, pemberiannya, cara pelarutannya, dan hal lain yang berhubungan. Penilaian respon dan efek samping kemoterapi hanya sebagian kecil (6,35%) dilakukan oleh petugas kesehatan sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukan dari hasil

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

10 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

penelitian didapatkan penilaian respon pasien selama dilakukan kemoterapi hanya sebagian kecil yang dilakukan. Sangat penting bagi petugas kesehatan untuk selalu memperhatikan reaksi atau efek samping yang timbul pada saat pelaksanaan atau setelah pelaksanaan kemoterapi berlangsung. Sehingga apabila timbul reaksi yang berlebihan dapat segera dicegah. Respon pasien dapat berupa respon objektif atau respon subjektif. (Sander, 2010).

SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelaksanaan kemoterapi di Ruang Kemuning dilaksanakan sesuai SOP pemberian kemoterapi di rumah sakit. Tahap persiapan kemoterapi sebagian besar tindakan dilakukan sesuai SOP dan hampir setengahnya tidak dilakukan sesuai dengan SOP. Tahap pelaksanaan kemoterapi hampir seluruh tindakan dilakukan sesuai dengan SOP dan sebagian kecil tidak tindakan dilakukan sesuai dengan SOP. Tahap monitoring evaluasi hampir setengah tindakan dilakukan sesuai SOP dan sebagian besar tidak dilakukan sesuai dengan SOP. Saran bagi perawat: melakukan tindakan pelaksanaan kemoterapi sesuai prosedur yang ada dan memperhatikan respon yang timbul pada pasien selama tindakan kemoterapi diberikan untuk mencegah reaksi berlebihan yang mungkin membahayakan. Perawat juga diharapkan dapat lebih memperhatikan keamanan kerja dengan menggunakan APD seperti baju pelindung tahan air, sarung tangan nitril atau menggunakan sarung tangan berlapis (double), pelindung kepala dan pelindung mata saat melakukan tindakan pemberian kemoterapi sehingga dapat mengurangi risiko dan efek samping yang dapat ditimbulkan.

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

11 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Saran bagi institusi rumah sakit: diharapkan dapat lebih memperhatikan mengenai sarana dan prasarana yang tersedia, seperti penggunaan Biological Safety Cabinet kelas 2 atau ruangan khusus untuk proses pencampuran obat, baju pelindung tahan cairan sekali pakai, sarung tangan nitril, masker respirator. Selain itu juga Rumah Sakit diharapkan dapat menambah jumlah perawat dan dokter yang bertugas di bagian kemoterapi sehingga proses pemberian kemoterapi dapat berjalan maksimal.

UCAPAN TERIMAKASIH 1. Ayu Prawesti Priambodo, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pembimbing utama penulis. 2. Anastasia Anna, S.Kp., M.Kes. selaku dosen pendamping penulis. 3. Teristimewa orangtua penulis (A. Purba dan Elisabeth F. Rikin). DAFTAR PUSTAKA De Jong, W. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga (alih bahasa oleh Astoeti Suharto Heerdjan). Jakarta: Arcan. Dirdjo, M.M., 2009. Penatalaksanaan Kemoterapi Yang Aman. Available at: http://maridimdirdjo.blogspot.com/2009/07/penatalaksanaan-kemoterapi-yangaman-ns.html. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al. 2009. American society of clinical oncology/oncology nursing society chemotherapy administration safety standards. Oncology Nursing Forum Vol. 36, No. 36. Available at: http://search.proquest.com/docview/223114498/fulltextPDF/135959E9F8965B1 13C4/3?accountid=48290. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Joshi, M. 2007. Cytotoxic drugs: towards safer chemotherapy practises. Indian Journal of Cancer Vol. 44, No 1. Available at: http://search.proquest.com/ (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Otto, S.E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Parsinahingsih, S.H., dan Supratman. 2008. Gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di rumah sakit umum daerah dr. Moewardi surakarta. Majalah Berita Ilmu Keperawatan Vol. 1, No. 1. Available at: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11081924.pdf. (Diakses tanggal 24 Maret 2012)

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

12 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Power, L.A., and M. Polovich. 2003. Special Reports: Safe Handling of Hazardous Drugs. Ce Certified November 2003. Polovich, M. 2004. Safe handling of hazardous drugs.online journal of issues in nursing. Vol. 9 no. 3, manuscript 5. Available at: http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/ANAMarketplace/ANAPeri odicals/OJIN/TableofContents/Volume92004/No3Sept04/HazardousDrugs.aspx (Diakses tanggal 24 Maret 2012) Rasjidi, I. 2007. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta: Sagung Seto. Setiyawati, E.; E. Yustin; dan R.P. Satiti. 2008. Manifestasi klinis dan penatalaksanaan efek samping sitostatika pada kulit. Berkala Kesehatan Klinik Vol. XIV, No. 2. Available at: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14208120126.pdf (Diakses tanggal 22 Maret 2012) Smeltzer, S.C.; B.G. Bare, et. al. 2009. Brunner And Suddarths Textbook Of Medical Surgical Nursing. Wolters Kluwer.

Anastasya Donadear Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang) donadear.anastasya@gmail.com (081349295151) This page Email: was created using BCL ALLPDF Converter trial software.

13 To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Vous aimerez peut-être aussi