Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp penghasil H2O2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (seperti: Bacteroides Spp, Mobiluncus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Vaginosis bakterial telah diasosiasikan dengan gangguan kehamilan termasuk abortus spontan pada kehamilan trimester pertama dan kedua, kelahiran premature, rupture membrane yang premature, persalinan premature, bayi lahir dengan berat badan rendah, karioamnionitis, endometritis pascapersalinan, dan infeksi luka paska operasi sesar. Bukti yang ada saat ini tidak mendukung perlunya skrining rutin untuk vaginosis bacterial pada perempuan hamil pada populasi umum. Namun, skrining pada kunjungan pertama prenatal direkomendasikan untuk pasien yang beresiko tinggi untuk kelahiran premature (misalnya pasien dengan riwayat kelahiran premature atau rupture membrane yang prematur). Mengingat dampak vaginosis bacterial pada kehamilan dan akhir kehamilan, maka sebaiknya dilakukan skrining minimal pada waktu datang antenatal pertamakali. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan refreshing ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan vaginosis bakterial, bagaimana etiologi, patogenesis, dan gejala serta tanda dari vaginosis bakterial, bagaimana langkah diagnostik serta diagnosis dari vaginosis bacterial ditegakkan, bagaimana penatalaksanaan pasien vaginosis bakterial, serta bagaimana prognosis dari vaginosis bacterial.

1|Page

BAB II PEMBAHASAN

Vaginosis Bakterial
Vaginosis bakterial adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp penghasil H2O2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (seperti: Bacteroides Spp, Mobiluncus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Oleh CDC (centre of disease control) tidak dimasukkan kedalam golongan IMS (Infeksi Menular Seksual). VB disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi trikomonas. Epidemiologi Diperkirakan 1 dari 3 wanita terserang dengan VB dalam satu episode kehidupan mereka. Etiologi Pada vagina normal, terdapat sejumlah mikroorganisme ; diantaranya adalah Lactobacillus crispatus dan Lactobacillus jensenii. Laktobasilus adalah spesies penghasil hidrogen peroksidase yang mampu mencegah pertumbuhan mikroorganisme vagina lain. Mikroorganisme yang terkait dengan VB sangat beragam dan diantaranya adalah Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides, dan Mycoplasma. Perubahan dalam flora vagina normal antara lain adalah berkurangnya laktobasilus akibat penggunaan antibiotika atau gangguan keseimbangan pH sehingga terjadi pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain. Meskipun VB berhubungan dengan aktivitas seksual, tidak ada bukti jelas mengenai adanya penularan seksual. Pada pasien yang tidak memiliki aktivitas seksual aktif dapat pula terjadi VB. VB merupakan gangguan keseimbangan biologi dan kimiawi dari flora normal vagina. Penelitian akhir meneliti hubungan antara pengobatan pasangan seksual dan eradikasi

2|Page

VB berulang. Ibu hamil dan wanita dengan IMS memiliki resiko tinggi menderita VB. Kadangkadang VB terjadi pada pasien pasca menopause. Anemia defisiensi zat besi merupakan prediktor kuat adanya VB pada ibu hamil. Gejala & Tanda Gejala utama VB adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca sanggama) dengan bau tidak sedap. Cairan keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri atau eritema. Tak seperti halnya dengan keputihan vagina normal, keputihan pada VB jumlahnya bervariasi dan umumnya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid. GAMBARAN KLINIK Diagnosa VB atas dasar Kriteria Amsel: 1. 2. 3. 4. Cairan vagina berwarna putih kekuningan, encer dan homogen Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik pH vagina >4.5 Whiff Test positif (bau amis timbul setelah pada cairan vagina diteteskan larutan KOH - potassium hydroxide Konfirmasi diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 4 kriteria diatas.

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis VB harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya diperiksa mengenai : 1. Bau khas fishy odor pada preparat basah yang disebut sebagai whiff test yang dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan. 2. Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8 4.2. Pemeriksaan dengan kertas lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya VB.

3|Page

3.

Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan NaCl pada microscop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue cell adalah sel epitel yang dikelilingi oleh bakteria

Clue Cell

Diagnosa Banding :

Keputihan normal. Kandidiasis (infeksi jamur). Trikomoniasis, yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Terapi Antibiotika Metronidazole atau clindamycin peroral atau lokal adalah terapi yang efektif namun angka kekambuhan juga cukup tinggi. Regimen medikamentosa umum adalah Metronidazol 500 mg 2 dd 1 (setiap 12 jam) selama 7 hari. Dosis tunggal tidak dianjurkan oleh efektivitasnya rendah. Tidak diperlukan terapi pada pasangan seksual.

Komplikasi Meningkatnya kepekaan terhadap IMS termasuk infeksi HIV dan komplikasi pada ibu hamil.

4|Page

Daftar Pustaka
Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC.

http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/vaginosis-bakterial.html

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa043802

http://www.acog.org/Search?Keyword=bacterial+vaginosis

5|Page

Vous aimerez peut-être aussi