Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB II PEMBAHASAN

FAKTOR TUMBUH TANAMAN 2.1. Media Tanam 1. Tanah Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Salah satu media tanam adalah tanah. Tanah mineral yang berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material tersusun atas komponen utama, yaitu bahan padatan 50% (terdiri atas 45% mineral dan bahan organik 5%), ruang pori 50% (terdiri atas 25% air dan 25% udara). Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh. a. Udara tanah Berfungsi sebagai gudang udara dan sumber gas: O2 dibutuhkan oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melakukan respirasi, dan untuk oksidasi enzimatik oleh mikroba autotrof (mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai sumber energinya). CO2 bagi mikroba fotosintetik. N2 bagi mikroba pengikat N. b. Air tanah Berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanamn dan biota tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara dimediasi oleh air, seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman melalui mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun. Oleh karena itu, tanaman yang mengalami defisiensi (kekurangan) air tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami defisiensi hara. c. Bahan organik dan mineral tanah Berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan biota tanah. Bahan mineral merupakan penyusun ruang pori tanah tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air tetapi juga, sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotropik (pengguna senyawa organik), sehingga keberadaan BOT menentukan populasi dan aktifitasnya dalam membebaskan hara yang tersedia yang dikandung BOT tersrsebut.

d. Karakteristik Tanah Secara Umum Sifat fisik tanah Sifat fisik tanah terdiri dari tekstur tanah, konsistensi tanah, struktur tanah, bobot tanah, porositas, aerasi tanah, temperatur tanah, dan warna tanah. Tekstur tanah, yaitu komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan dengan perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir, liat, dan debu. Konsistensi tanah, yaitu ketahanan suatu masa tanah terhadap segala perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gaya dari luar. Struktur tanah, adalah kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, liat, dan debu) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer yang disebut gumpalan/ped) yang membentuk agregat (bongkahan). Bobot tanah, yaitu perbandingan antara massa tanah per satuan volume tanah yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu: Bobot jenis, yaitu massa partikel padat per satuan volume tanah tanpa ruang pori. Bobot isi, yaitu massa tanah per satuan volume tanah ditambah ruang pori diantaranya. Porositas, yaitu proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara. Aerasi tanah, yaitu kondisi tata-udara (keluar-masuknya udara) dalam tanah. Temperatur tanah (suhu), yaitu sifat tanah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan aktivitas mikrobial tanah. Warna tanah, merupakan sifat fisik tanah yang banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tanaman, tetapi secara tidak langsung berdampak terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Sifat kimia tanah Reaksi tanah (pH tanah) adalah perbandingan antara banyaknya (konsentrasi) ion H+ dan ion OH- di dalam tanah. Kemampuan bahan bermuatan positif di dalam tanah untuk mengikat ion negatif (misalnya H2PO4-) disebut kapasitastukar anion (KTA) tanah, sedangkan kemampuan bahan bermuatan negatif untuk mengikat ion positif (misalnya K+, Ca2+) disebut kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Kejenuhan basa (KB) adalah perbandingan antara jumlah kation basa dengan jumlah semua kation (kation asam dan basa) dalam komplek jerapan koloid. Sifat biologi tanah Organisme tanah, dapat dikelompokkan menjadi mikoflora atau mikroorganisme tanah (bakteri, jamur, aktinomisetes dan ganggang), dan fauna tanah (bakteri, Aktinomisetes, ganggang, dan jamur).

2.

Arang Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat coeok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika 2

terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang eenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan. Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipeeah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 em atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 em, lebar 2-3 em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah (pot) yang lebih keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil. 3. Batang Pakis Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecillainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. 4. Pupuk Kandang Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.

5.

Sabut Kelapa Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat. Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Humus Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil). Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tlrjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

6.

7.

Gel Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja. Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga. Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut. 4

8.

Pasir Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organorgan tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

9.

Kerikil Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang :idakjauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin. Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.

10. Pecahan Batu Bata Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 em. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. 5

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek. 11. Spons Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spans sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman. Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja. 12. Tanah Liat Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki poripori berukuran keeil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (poripori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang eukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban. Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, cangkok, dan bonsai. 2.2. Iklim 1. Iklim dan Sistem Pertanian a. Iklim Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah Klimatologi. 6

b. Sistem Pertanian Asal mula pertanian di dunia mulai di Asia Tenggara. Pada saat ini, sudah ditemukan berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan. Sistem ladang merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem hutan. Sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun umbi-umbian. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohonpohonan. Sistem sawah merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau sangat bergantung padanya. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasi utama. Dalam taraf tertentu, pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan di dunia berkembang, masih jauh ketinggalan.

Sistem Pertanian di Indonesia Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat sistem itu adalah : Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang 7

tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah. Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian. Klasifikasi Sistem Pertanian Sistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Ruthenberg, 1980): 1. Sistem pertanian yang bersifat pengumpulan hasil tanaman 2. Sistem pertanian yang bersifat budidaya tanaman 3. Sistem pertanian untuk makanan ternak dan padang penggembalaan. Sistem Pertanian dengan Pengumpulan Hasil Tanaman, sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung memperoleh hasil tanaman dari tanamantanaman yang tidak dibudidayakan, sistem ini biasanya dijalankan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan tangkapan ikan. Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai kegiatan tunggal. Di beberapa daerah seperti di Irian Jaya sistem ini masih terdapat. Sistem Pertanian dengan Budidaya Tanaman, sistem ini merupakan sistem pertanian yang paling utama. Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman, dan klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan beberapa ciri-ciri spesifik sebagai berikut: Berdasarkan Tipe Rotasinya Berdasarkan tipe rotasinya dapat diklasifikasikan 4 macam sistem budidaya tanaman yaitu : Sistem dengan rotasi bera secara alami; sistem dengan rotasi dengan makanan ternak (ley system); sistem dengan rotasi tegalan (field system); sistem dengan rotasi tanaman tahunan. Sistem pertanian dengan rotasi bera secara alami Sistem ini adalah sistem dimana budidaya tanaman, bergantian dengan bera (bera = uncultivated fallow). Bentuk-bentuk vegetasi yang terdapat pada bera secara alami dapat berupa : - Pohon-pohon yang dominan (forest fallow) - Semak-semak yang dominan (Bush fallow) - Kayu tahan api yang dominan dan rumput (savanna fallow) - Rumput yang dominan (Grass fallow) Sistem pertanian dengan rotasi dengan makanan ternak Ini adalah sistem dimana lahan ditanami tanaman-tanaman semusim untuk beberapa tahun, kemudian dibiarkan rumput tumbuh, atau lahan ditanami rumput dan atau leguminosa untuk padang penggembalaan. Ley system yang diatur yaitu tanaman semusim/pangan, dirotasikan dengan tanaman rumput dan atau leguminosa, yang dipotong untuk ternak. Ley system 8

secara alami yaitu setelah tanaman semusim, dibiarkan rumput tumbuh secara alami untuk padang penggembalaan ternak. Sistem pertanian dengan rotasi tegalan Sistem dimana tanaman semusim yang satu ditanam setelah tanaman semusim yang lain pada lahan kering. Sistem pertanian dengan rotasi tanaman tahunan Termasuk tanaman-tanaman tahunan adalah tebu, teh, kopi, kelapa, karet dan sebagainya. Tanaman-tanaman tahunan seperti itu dapat ditanam bergantian dengan bera, tanaman semusim, padang penggembalaan ataupun tanaman-tanaman tahunan yang lain.

2.

Pengaruh Unsur-unsur Iklim Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman a. Pengaruh Suhu dan Radiasi Matahari Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca terutama radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi dan prosesproses metabolisme di dalam sel organ tanaman. Fotosintesis hanya berlangsung siang hari. Adapun intensitas respirasi daun sepenuhnya dipengaruhi oleh suhu udara dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang umur tanaman. Maka semakin rendah suhu udara harian akan semakin rendah penggunaan karbohidrat untuk respirasi. Produksi gugus karbohidrat netto harian pada tanaman merupakan produk bruto fotosintesis siang hari dikurangi pemanfaatan untuk respirasi selama 24 jam. Maka pada kisaran toleransi, semakin tinggi intensitas radiasi PAR yang berlangsung semakin lama, disertai suhu udara yang rendah akan menghasilkan produk fotosintesis netto yang semakin tinggi. Fotosintesis : 6H2O + 6CO2 + Energi PAR C6H12O6 (glukosa) + 6O2 Respirasi : C6H12O6 + O2 6O2 + 6H2O + Energi Proses fotosintesis dan respirasi tergantung pada pengaruh radiasi surya, gas CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air di daerah perakaran (tanah), pengaruh suhu udara dan suhu tanah. Sedangkan seluruh unsur khususnya iklim mikro di sekeliling tumbuhan saling berinteraksi. Dapat disimpulkan fotosintesis dan respirasi dipengaruhi langsung oleh unsur cuaca/iklim utama yaitu radiasi surya dan suhu sebagai faktor utama (main factors) dan unsur-unsur lainnya sebagai pendukung (cofactors). Radiasi surya (matahari) terdiri atas : Intensitas radiasi (kal/cm2/menit, W/m2) Radiasi surya, suhu udara dan suhu tanah akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan perkembangan, kuantitas produksi dan mutu hasil panen. Intensitas cahaya/PAR (foot candle, lux, lumen) Intensitas cahaya adalah ketersediaan cahaya sebagai sumber energi untuk pembuatan karbohidrat. Lama penyinaran (jam/hari, %) Panjang hari (jam/hari). Pengaruh suhu terhadap tanaman terutama pada proses fisiologi tanaman seperti : bukaan stomata (mulut daun), laju transpirasi, laju penyerapan nutrisi dan air, fotosintesa dan respirasi. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh proses diatas. Jika melewati titik optimum maka proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia, dan menurunnya aktivitas enzim). 9

b.

Pengaruh Angin dan Kecepatan Angin Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula menurunkan suhu udara. Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung seperti merobohkan tanaman. Namun pengaruh angin secara tidak langsung sangat komplek baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman. Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman dan pembenihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan silang dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin merupakan salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan hama san penyakit yang akan sangat merugikan. Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Dalam mengukur kecepatan angin terdapat istilah kecepatan angin rata-rata. Kecepatan angin rata-rata adalah jumlah seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah pengamatan tanpa memperhatikan arah angin. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Kecepatan angin dapat diukur dalam satuan meter per detik, kilometer per jam, atau knot (1 knot sekitar 0,5 m/s). Arah angin diukur dalam satuan derajat yaitu utara 360, selatan 180, timur 90, barat 270, dan seterusnya. Beberapa contoh angin yang diberi nama sesuai dengan arah datangnya angin yaitu angin darat adalah angin yang datang dari darat menuju lautan dan angin laut, yaitu angin yang menuju darat dari lautan. Pengaruh Curah Hujan Curah hujan (mm) mempengaruhi tanaman melalui proses evaporasi (proses kesediaan air pada pori-pori tanah yang menguap karena peningkatan suhu dan radiasi surya). Jika curah hujan tinggi maka cadangan air yang ada di permukaan tanah (pori-pori tanah) lebih besar dibandingkan dengan penguapan air akibat proses evaporasi. Fungsi air bagi tanaman : Penyusun tubuh tanaman sekitar 70% - 90 % Sebagai pelarut dan media reaksi biokimia pada tanaman Medium (perantara) pembawa senyawa (molekul) nutrisi/hara (seperti ; nitrogen/kalium/kalsium/fosfor,dll) bagi tanaman. Berperan pada proses pembelahan sel pada tanaman Sebagai bahan baku foto sintesa Menjaga suhu tanaman agar tetap konstan Pengaruh Kelembaban udara Perkembangan hama dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu oleh temperatur, kelembaban udara dan fotoperiodisitas (perbedaan lamanya siang dan malam) berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama hidup, serta kemampuan diapause (masa hibernasi atau aestivasi ) serangga. 10

c.

d.

Hibernasi : masa istirahat hewan/binatang di musim dingin/ hujan. Aestivasi : masa istirahat hewan/binatang di musim panas/kemarau. Catatan : Pengaruh kejadian iklim ekstrim sering kali menstimulasi ledakan (outbreak) beberapa hama dan penyakit utama tanaman padi, seperti tikus, penggerek batang, wereng coklat dan tungro.

e.

Pengaruh Tekanan Udara Pengaruh tekanan udara terhadap tanaman mungkin tidak bersifat langsung. Tekanan udara mempengaruhi terhadap proses penyediaan lengas tanah (cadangan air pada permukaan atas tanah) melalui proses pengembunan uap air diudara. Jika tanah mempunyai lengas tanah yang tinggi, maka akan membantu proses perkecambahan benih tanaman yang ditanam di atas permukaan tanah. Penurunan cadangan lengas tanah bisa dihindari dengan memasang mulsa, dan tanaman peneduh agar suhu udara dan suhu tanah tidak meningkat yang dapat memacu peningkatan penguapan air pada permukaan tanah (evaporasi).

3.

Klimogram dan Klasifikasi Iklim a. Klimogram Cara sederhana dan mudah untuk melihat dan membaca iklim suatu tempat dapat dilakukan dengan membuat klimogram. Klimogram adalah suatu grafik atau gambar tentang iklim suatu daerah atau tempat. Dengan diketahuinya klimogram di beberapa daerah, maka dapat dibandingkan perbedaan dan persamaan antara iklim suatu tempat dengan iklim tempat lainnya. Ada 3 bentuk Klimogram, yaitu : Satu unsur iklim (curah hujan, suhu, kelembaban dan lain-lain) dalam system sumbu x-y. Dua unsur iklim (curah hujan-suhu, suhu-kelembaban dan lain-lain) dalam system sumbu x-y. Tiga unsur iklim (curah hujan-suhu-kelembaban dan lain-lain) dalam system sumbu x-y-z Cara membuat klimogram : Data unsur iklim merupakan harga rata-rata dari minimal 30 tahun (normal). Unsur iklim merupakan unsure iklim dominan (contoh : curah hujan, suhu atau radiasi). Masing-masing unsur iklim digambarkan pada system sub salib (absisordinat). Hubungkan masing-masing titik (12 bulan) secara berurutan dari Januari sampai Desember. b. Klasifikasi Iklim Kondisi iklim di setiap daerah tidak sama dan oleh karena itu terdapat penggolongan iklim yang sering disebut dengan istilah klasifikasi iklim. Ada beberapa klasifikasi iklim yang dikenal, seperti iklim menurut Koppen, Thornthwaite (merupakan klasifikasi iklim yang meliputi skala dunia), serta Mohr, Schmidth Ferguson dan Oldeman (merupakan klasifikasi iklim di Indonesia). 11

Penamaan iklim disuatu wilayah berdasarkan pada sifat-sifat yang sama dari faktor penentu iklim atau unsur-unsur iklimnya. Klasifikasi iklim dinyatakan dalam bentuk symbol-simbol dan peta iklim, sehingga mudah membedakan dan menggunakannya. Klasifikasi iklim berdasarkan skala spasial penggunaanya : Klasifikasi iklim global (Koppen, Thornthwaite). Klasifikasi iklim Kppen adalah salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan secara luas. Dikembangkan oleh Wladimir Kppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun 1900 (dengan beberapa perubahan oleh Kppen, tahun 1918 dan 1936). Didasarkan pada konsep bahwa tanaman adalah ekspresi terbaik iklim; dan, lingkaran zona iklim telah dipilih dengan distribusi tanaman. Menggabungkan temperatur dan kelembaban rata-rata bulanan dan tahunan, dan kelembaban musiman. Klasifikasi iklim regional (Mohr, Oldeman, Schmidth-Ferguson). Klasifikasi iklim Mohr berdasar kepada distribusi rata-rata curah hujan bulanan yaitu bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. - Bulan basah : curah hujan >100mm/bulan - Bulan lembab : curah hujan 60-100 mm/bulan - Bulan kering : curah hujan <60 mm/bulan

Klasifikasi Oldeman disebut juga dengan klasifikasi agroklimat, peta cuaca pertanian ditampilkan sebagai peta agroklimat. Klasifikasi iklim ini terutama ditujukan kepada komoditi pertanian tanaman pangan utama seperti padi, jagung, kedelai dan tanaman palawija lainnya. Sedangkan Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson (1951) didasarkan kepada perbandingan antara Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB). Kriteria BK dan BB yang digunakan dalam klasifikasi Schmidt-Ferguson sama dengan criteria BK dan BB oleh Mohr, namun perbedaannya dalam cara perhitungan BK dan BB akhir selama jangka waktu data curah hujan itu dihitung. Hubungannya dengan Introduksi dan Ekstensifikasi Tanaman, klimogram mempunyai beberapa manfaat, yaitu : Membandingkan iklim disuatu tempat dengan tempat lain secara mudah dan cepat. Introduksi tanaman (suatu proses memperkenalkan tanaman dari tempat asal tumbuhnya ke suatu daerah baru. Introduksi tanaman dimaksudkan mendatangkan/memasukkan varietas-varietas tanaman dari luar negeri ke suatu negeri) dari suatu tempat ke tempat lain. Menentukan jenis tanaman atau ternak yang cocok disuatu tempat. Menentukan masa tanam, pola tanam, waktu tanam, waktu panen, dan lain-lain. Adanya klasifikasi iklim juga berguna untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang cocok ditanam disuatu tempat, penentuan pola pola tanam, perencanaan perkebunan atau peternakan, dll.

12

4.

Modifikasi Iklim Cuaca/iklim sulit dirubah/dimanipulasi manusia kecuali dalam skala kecil (mikro) yang dikenal dengan istilah modifikasi cuaca. Modifikasi cuaca yaitu merubah cuaca dalam skala terbatas agar diperoleh cuaca yang lebih sesuai untuk tanaman/ternak sehingga hasilnya lebih tinggi (kuantitas & kualitas). Contoh modifikasi adalah irigasi,wind barrier, mulsa, naungan dan pohon peteduh, rumah kaca (green house), biotron, phytotron, growth chamber,dan hujan buatan (cloud seeding). Irigasi Irigasi dapat menurunkan suhu (akibat adanya peningkatan evaporasi) dan meningkatkan kelembaban disekitar tanaman. Sebagai contoh ekstrem pengaruh irigasi terhadap penurunan suhu dan peningkatan kelembaban ditemukan disekitar Oasis gurun sub tropika (Oasis dengan radius 50-70 meter). Wind Barrier Wind Barrier atau shelter belt adalah pagar dari tanaman (pohon) yang digunakan untuk mengurangi kecepatan angin sehingga tidak mengganggu tanaman atau menyebabkan erosi tanah. Pengaruh lain dari wind barrier terhadap sekitar tanaman : Menurunkan evaporasi dan transpirasi Menurunkan suhu pada siang hari Meningkatkan kelembaban Mulsa Mulsa adalah bahan penutup tanah yang digunakan untuk mengurangi kehilangan air tanah dengan cara mengurangi evaporasi dan permukaan tanah. Bahan mulsa : Bahan alami (bahan organik), misalnya salju atau tanaman bekas (serasah, jerami, sekan, serbuk gergaji,dll) Bahan non alami (bahan non organik), misalnya kertas, plastik, aluminium foil, dll. Rumah Kaca Rumah kaca adalah memodifikasi iklim mikro disekitar tanaman agar lebih menguntungkan bagi tanaman, terutama di daerah beriklim empat musim di mana pada musim dingin suhu terlalu rendah bagi tanaman. Di dalam rumah kaca, suhu siang dan suhu malam lebih tinggi, variasi antara suhu siang dan suhu malam lebih kecil, RH lebih kecil, intensitas radiasi matahari lebih kecil, dan variasi angin lebih kecil dibanding di luar rumah kaca. Suhu di rumah kaca dapat dikurangi dengan mengatur ventilasi atau kipas (blower). RH dapat ditingkatkan dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer. Di rumah kaca penyinaran dapat diperpanjang dengan menggunakan lampu. Naungan Naungan dan pohon peteduh digunakan untuk mengurangi intensitas radiasi matahari guna melindungi tanaman terhadap radiasi matahari yang tinggi, misalnya untuk tanaman yang masih muda dan anggrek. Naungan atau pohon peteduh dapat meningkatkan kelembaban, menurunkan suhu pada siang hari, dan mengurangi kecepatan angin. 13

Naungnan dapat berasal dari bahan non alami (plastik, paranet) atau bahan alami (pohon hidup). Biotron dan Phytotron Biotron dan phytotron adalah ruangan atau bangunan yang iklim mikronya dapat diatur (dimodifikasi) sesuai dengan cuaca/iklim yang dikehendaki, misalnya iklim tropis, subtropis, kutub, dll. Biotron digunakan untuk mengetahui pengaruh cuaca atau iklim terhadap hewan atau ternak dan manusia. Phytotron digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh cuaca atau iklim terhadap tanaman atau tumbuhan. Growth Chamber Growth Chamber adalah suatu ruangan untuk menumbuhkan tanaman yang kondisi cuaca (suhu, kelembaban, penyinaran)-nya bisa diatur secara optimum sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Hujan Buatan Hujan buatan dilakukan pada musim kemarau jika hujan sangat sedikit dan ketersediaan air kurang. Syarat pembentukan hujan buatan adalah kelembaban atmosfer lebih dari 70% dan kecepatan angin kecil. Hujan buatan biasanya dilakukan pada waktu dua minggu awal musim kemarau atau dua minggu akhir musim kemarau. Operasional hujan buatan : Pada pagi hari pesawat terbang menyebarkan serbuk NaCl atau garam dan urea (higrokopis) di atmosfer. Setelah NaCl dan urea disebar akan terbentuk butiran-butiran air kecil kemudian berkumpul menjadi awal kecil. Selanjutnya awan kecil tersebut bergabung (merger) menjadi awan besar. Setelah terbentuk awan yang cukup besar, pesawat kecil masuk ke dasar awan besar tersebut menyebarkan CO2 (dry ice) atau perak yodida (Agl) sebagai pendingin untuk mempercepat terbentuknya tetes-tetes air hujan. Setelah dilakukan penyebaran CO2 biasanya segera turun hujan.

5.

Fenomena Iklim (ekstrim) terhadap Pertanian Kegiatan pertanian, kehidupan tanaman, berlangsung secara terus-menerus fase demi fase, dan setiap fase memerlukan kondisi cuaca tertentu. Demikian pula cuaca terus-menerus berlangsung dan juga selalu berubah. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu sejalan dengan yang diperkukan bagi tanaman dalam fase itu. Dengan demikian memonitor, termasuk menganalisis dan memprediksi cuaca / iklim perlu dilakukan agar dapat dilakukan penilaian dan upaya penyesuaian dengan adanya cuaca yang terjadi atau yang akan terjadi. Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan mempengaruhi kehidupan tanaman. Adanya fenomena ekstrem misalnya badai, embun beku, polusi, dapat secara langsung merusak tanaman. Upaya pecegahan atau pelindungan perlu dilakukan. Dalam hal tersebut informasi klimatologi tentang keseringan sesuatu fenomena ekstrem di 14

suatu tempat , gawar (warning) dan prediksi akan adanya fenomena ekstrem sangat diperlukan. Fenomena anomali iklim seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang semakin sering terjadi dengan kondisi musim semakin ekstrem dengan durasi kian panjang dipastikan mengacaukan produksi pertanian terutama tanaman pangan. Pasalnya, umur tanaman pangan lebih pendek dibandingkan tanaman tahunan seperti perkebunan. Akibatnya, petani akan merugi karena mengalami kegagalan panen terutama petani yang berada di daerah dengan tipe curah hujan monsual (daerah yang memiliki satu puncak hujan).

2.3. Biotik Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor biotik terdiri dari : 1. Tanaman lain Tanaman lain berbepengaruh dalam mendapatkan makanan, cahaya dan air. Sehingga penanaman tanaman harus menggunakan : a. Jarak tanam yang tepat b. Perpaduan tanaman yang tepat c. Penanaman secara bersamaan d. Menanam dengan ukuran tanaman yang sama 2. Gulma (tumbuhan di sekitar tanaman yang tidak dikehendaki), pengaruhnya negatif yaitu bersaing dalam mendapatkan nutrisi, cahaya dan air sehingga harus ditanggulangi dengan : a. Secara fisik mekanik b. Bahan kimia 3. Hama dan penyakit Pengaruhnya merugikan karena mengganggu tanaman (merusak ataupun mematikan tanaman), dikendalikan dengan : a. Sanitasi lingkungan b. Pergiliran tanaman c. Pengendalian secara fisik mekanik d. Menggunakan musuh/predator alami (pengendalian biologi) e. Menanam tanaman yg tahan terhadap hama dan penyakit f. Pestisida hayati atau kimia 4. Mikroorganisme Peran mikroorganisme : a. Merugikan : mikroorganisme penyebab penyakit b. Menguntungkan : mikroorganisme pengurai

15

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, Ance Gunarsih, Ir., 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara. Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB. Harjadi, S.S.1984.Pengantar Agronomi. Depatermen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.PT Gramedia jakarta Subakti, Yuli. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Diakses 6 Maret 2013 Anonymous. http://diperta.jabarprov.go.id. Diakses 6 Maret 2013 Anonymous. 2012. Problema Cuaca dan Iklim. http://geoenviron.blogspot.com. Diakses 6 Maret 2013 Anonymous. 2012. Sistem Pertanian di Indonesia. http://anakpintarunja.blogspot.com. Diakses 6 Maret 2013 http://yulisubakti.blogspot.com.

16

Vous aimerez peut-être aussi