Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI SAPONIFIKASI DAN PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN

Nama NIM KELOMPOK Hari/tanggal Asisten

: WIWIN FARISTIN : 10/305502/PA/135 : IX : SELASA/ 29 MARET 2011 : ANGGI PRATIWI

LABORATORIUM KIMIA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

PERCOBAAN A.1 REAKSI SAPONIFIKASI DAN PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN

I.

TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida 2. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen 3. Menentukan derajat penyabunan suatu lemak

II.

DASAR TEORI Ester lemak merupakan bagian dari lipid. Lipid adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat-zat tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Molekul lemak terdiri atas empat bagian yaitu 1 molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di ujungnya. Molekul gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil dan tiap gugus hidroksil ini dapat mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemak. Dalam proses ini dilepaskan molekul air dan asam lemak menjadi terikat pada molekul gliserol. Ketiga asam lemak dalam satu molekul lemak dapat merupakan asam yang sama atau berlainan.

Gambar 1. Contoh molekul lemak

Di dalam molekul beberapa asam lemak, terdapat satu atau lebih ikatan ganda antara atom karbon. Lemak yang terbentuk oleh molekul semacam itu disebut lemak tidak jenuh. Salah satu contoh asam lemak atau ester lemak, trigliserida atau lebih tepatnya triasilgliserol atau triasilgliserida adalah sebuah gliserida, yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak. Trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R' dan R" masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun hanya dua di antaranya yang sama. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Kebanyakan lemak alami memiliki campuran kompleks dari berbagai macam trigliserida. Apabila proses saponifikasi dilakukan pada trigliserida, maka salah satu hasil produk saponifikasinya adalah sabun. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang larut dalam air dan dapat dihasilkan dari minyak atau lemak melalui reaksi dengan alkali kuat (seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida). Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun terutama mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan bersama air untuk mencuci dan membersihkan. Dalam proses pencucian, ketegangan permukaan air perlu dikurangi agar air dapat membasahi permukaan pakaian atau kain yang sedang dicuci. Bahan kimia yang dapat mengurangi ketegangan permukaan air adalah surfaktan (contohnya, sabun dan detergen). Surfaktan adalah zat aktif yang berperan sebagai pengemulasi minyak dan air yang selama ini bersumber dari bahan baku minyak bumi. Surfaktan dapat juga merupakan produksi turunan dari lemak alkohol. Adapun lemak alkohol itu sendiri merupakan satu di antara 10 produk hilir industri kelapa sawit. Surfaktan melakukan fungsi penting dalam pencucian yaitu mengemulsi dan memegang

kotoran kemudian mengalir bersama air. Surfaktan juga memberikan kebasaan yang berguna untuk membuang kotoran yang bersifat asam. Sabun berbeda dengan detergen meskipun memiliki fungsi yang sama dalam mencuci dan membersihkan. Detergen merupakan garam natrium dari asam lemak (asam sulfonat). Sifat fisis detergen antara lain memiliki ujung non polar yang berupa R - O (hidrofob) dan ujung polar yang berupa SO3Na (hidrofil).

III.

METODE PERCOBAAN A. Alat dan bahan 1. Alat Alat yang digunakan terdiri dari 1 buah labu alas bulat 50mL, 14 buah tabung reaksi kecil, 2 buah botol kecil, 2 buah corong gelas, 2 buah pengaduk gelas, 1 buah erlenmeyer 125mL, 1 buah gelas beker 100mL, 3 buah gelas arloji, 1 buah gelas ukur 25mL, 1 buah gelas ukur 10mL, 3 buah pipet tetes, kertas lakmus, kertas saring, alat refluks, buret dan statif. 2. Bahan Bahan yang digunakan terdiri dari larutan sabun Kalium, larutan sabun Natrium, lautan HCl pengasaman, larutan aseton, minyak kelapa sawit, larutan detergen, larutan CaCl2, larutan MgCl2,larutan FeCl2, air kran, larutan KOH 0,5M, batu didih, indikator pp, larutan HCl 0,5M, alat pemanas (lampu spritus), korek api.

B. Skema Alat

C. Langkah Kerja 1. Analisis Asam Lemak Dari Sabun


10mL larutan sabun Kalium

Dimasukkan ke tabung

Ditambah 10 tetes larutan HCl pengasaman (jangan diaduk)

Setiap penambahan larutan HCl, dites dengan kertas lakmus

Dihentikan sampai larutan bersifat asam (memerahkan lakmus) dan terbentuk gumpalan

Disaring dengan kertas saring

Padatan

Filtrat

Diambil sedikt

Tabung reaksi

Tabung reaksi

Dititrasi dengan larutan aseton

Dikocok

Diamati kelarutan dan warnanya

Diulangi untuk larutan sabun Natrium 3-5 tetes minyak kelapa sawit

Dimasukkan reaksi

ke

tabung

Ditetesi 20 tetes larutan aseton dan dikocok

Diamati kelarutan warnanya

dan

2. Sifat Sabun dan Detergen

Diambil 3 gelas aloji

1 tetes larutan minyak Dibersihkan dengan 3 tetes larutan sabun Na

1 tetes larutan minyak Dibersihkan dengan 3 tetes larutan sabun K

1 tetes larutan minyak

Dibersihkan dengan 3 tetes larutan detergen

Diamati tingkat kebersihan dan kelarutannya Diambil 12 tabung reaksi

4 tabung reaksi diisi dengan 10 tetes larutan sabun Na

4 tabung reaksi diisi dengan 10 tetes larutan sabun K

4 tabung reaksi diisi dengan 10 tetes larutan detergen

Setiap tabung diisi dengan 10 tetes larutan: CaCl2 MgCl2 FeCl2 air kran Diamati perubahan yang terjadi, endapan, dan warnanya

3. Derajat Saponifikasi

12,5mL larutan KOH 0,5M

5 tetes minyak

1 buah batu didih

Dimasukkan dalam labu alas bulat

Dipasang ke alat refluks

Dipanaskan dengan lampu spritus selama 15 menit

Didinginkan

Dipindahkan ke erlenmeyer

Ditambah 1 tetes indikator pp

Dititrasi dengan larutan HCl 0,5 M

Sambil menunggu larutan dalam labu dingin

Dimasukkan 12,5mL larutan KOH ke erlenmeyer

Ditambah 1 tetes indikator pp

Dititrasi dengan larutan HCl 0,5M

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis asam lemak dari sabun Sampel Sabun Kalium Sabun Natrium Lemak Kelarutan dalam aseton Tidak larut sempurna, terdapat endapan dibawah Larut, larutan menjadi keruh Tidak larut, lemak berada dibawah dan aseton diatas, warna menjadi agak kuning.

2. Sifat sabun dan detergen Kemampuan sebagai surfaktan Sampel Sabun Kalium Uji membersihkan lapisan minyak pada gelas arloji minyak tidak bercampur dengan sabun K, kurang dapat membersihkan minyak minyak bercampur dengan sabun minyak minyak + detergen bercampur lebih homogen, paling dapat membersihkan minyak Na, dapat membersihkan

Sabun Natrium

Lemak

Kemampuan sebagai surfaktan Pengamatan endapan Sampel larutan CaCl2 Larutan menjadi Sabun Kalium putih keruh dan tidak encer larutan MgCl2 Terdapat endapan putih larutan FeCl2 Larutan menjadi kuning keruh dan agak encer. Larutan menjadi Sabun Natrium putih keruh dan encer Terdapat endapan putih dan cairan agak kental Larutan menjadi Lemak putih keruh dan encer Larutan menjadi keruh Larutan kuning Larutan bening dan jernih Larutan menjadi kuning dan menggumpal Larutan menjadi putih keruh air kran Tidak larut, ada endapan putih

3. Derajat Saponifikasi Sampel Molaritas HCl (M) Larutan hasil refluks Larutan KOH 0,5M 0,5 Volume HCl Titrasi (ml) Titrasi 1 8,5 8,6 8,6 Titrasi 2 Rerata 8,5 8,6

PEMBAHASAN A. Analisis asam lemak dari sabun Dalam percobaan ini, digunakan sabun kalium (sabun K), sabun natrium (sabun Na), dan lemak untuk diuji kelarutannya dalam aseton. Baik sabun Na maupun sabun K merupakan

sabun yang bersifat basa karena mengandung logam alkali yang memberikan pengaruh sifat basa pada sabun. Untuk mencari tahu kekuatan alkali sabun, maka dilakukan uji keasaman sabun dengan menggunakan larutan HCl pengasaman. Sabun yang lebih dahulu memerahkan kertas lakmus merupakan sabun yang sifat asamnya lebih kuat (sifat kebasaannya lebih lemah). Reaksi sabun K dengan HCl:
O

R C O K (aq) + HCl (aq)

R C OH (aq) + KCl (aq)

Reaksi sabun Na dengan HCl:


O

R C O Na (aq) + HCl (aq)

R C OH (aq) + KCl (aq)

Dalam larutan aseton, lemak dan sabun Na lebih mudah larut daripada sabun K. Larutan aseton cenderung bersifat asam, sehingga akan lebih mudah bereaksi dengan senyawa yang juga memiliki sifat asam. Sabun Na lebih bersifat asam daripada sabun K, sehingga sabun Na lebih mudah larut dengan aseton daripada sabun K yang tidak larut dengan aseton. Lemak dapat larut dengan aseton disebabkan lemak memiliki gugus hidrosil yang mudah berinteraksi atau bereaksi dengan gugus karboksil pada aseton. Gambar molekul aseton:
O

CH3

CH3

B. Sifat sabun dan detergen

Surfaktan adalah zat yang mampu memperkecil tegangan permukaan air sehingga dapat membersihkan kotoran karena kotoran dapat diangkut oleh air. Dengan kata lain, surfaktan merupakan zat pengemulsi minyak dan air. Sabun K tidak dapat membersihkan minyak yang menempel pada gelas arloji. Hal ini dibuktikan dengan tidak bercampurnya minyak dengan sabun K. Minyak tidak bercampur dengan sabun Na menunjukkan bahwa sabun K tidak dapat mengikat minyak, akibatnya molekul-molekul minyak tidak terangkut oleh sabun K. Jadi, minyak tidak dapat dibersihkan menggunakan sabun K. Sabun Na bercampur dengan minyak yang berada pada gelas arloji. Hal ini menunjukkan bahwa sabun Na dapat mengikat minyak, sehingga dapat digunakan untuk membersihkan minyak pada gelas arloji. Jika sabun Na yang telah bercampur dengan minyak (mengikat minyak) dibuang, maka minyak akan ikut terbuang dan gelas arloji menjadi bersih, meskipun masih ada bekas-bekas minyak pada gelas arloji. Detergen bercampur dengan minyak pada gelas arloji. Campuran lebih homogen karena sulit dibedakan antara minyak dan detergen. Hal ini memperlihatkan bahwa molekul detergen dapat mengikat molekul minyak dengan baik, artinya, detergen dapat membersihkan minyak. Ketika larutan detergen dibuang dari gelas arloji, maka molekul minyak juga ikut terbuang dengan hanya sedikit meninggalkan noda minyak pada gelas arloji (bahkan tidak meninggalkan noda). Jika membandingkan kemampuan sabun dan detergen dalam membersihkan minyak, maka detergen dapat membersihkan minyak dengan lebih baik daripada sabun. Sabun Na memiliki kemampuan lebih baik dalam membersihkan minyak daripada sabun K. Fungsi penambahan larutan CaCl2, MgCl2, FeCl2, dan air kran pada larutan sabun K, sabun Na, dan detergen adalah untuk mengetahui pengaruh kesadahan air (Mg 2+, Fe2+, Ca2+) terhadap sabun dan detergen. Ketika dilakukan penambahan larutan CaCl2 pada sabun K, sabun Na, dan detergen, hanya detergen yang tidak menghasilkan endapan, sedangkan pada sabun K dan Na

terbentuk endapan putih di dasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa larutan CaCl 2 mengalami reaksi dengan sabun K dan sabun Na, sedangkan dengan detergen tidak bereaksi. Larutan CaCl2 merupakan larutan yang mengandung ion Ca2+ sehingga bersifat sadah. Ion sadah Ca2+ hanya dapat mempengaruhi sabun dan tidak dapat mempengaruhi detergen. Reaksi sabun K dengan Ca2+
O
2R
O

2R C O K +

Ca

2+

O 2 Ca

2K+

Reaksi sabun Na dengan Ca2+


O
O

2R

C O Na +

Ca2+

O 2 Ca

2Na+

Reaksi detergen dengan Ca2+ 2ROSO3Na + Ca2+ (ROSO3)2Ca + 2Na+ Reaksi detergen dengan Fe2+ 2ROSO3Na + Mg2+ (ROSO3)2Mg + 2Na+ Ketika dilakukan penambahan air kran pada sabun K, sabun Na, dan detergen, hanya sabun K yang menghasilkan endapan putih di dasar tabung. Dengan melihat pembahasan di atas, jika terbentuk endapan pada tabung reaksi, maka larutan yang ditambahkan mengandung ion sadah. Dalam hal ini, air kran yang ditambahkan mengandung ion sadah (air sadah) karena menyebabkan terbentuknya endapan pada sabun Na. Detergen tidak terpengaruh oleh adanya ion sadah dalam larutan ataupun dalam air, sedangkan kerja sabun menjadi terhambat oleh adanya ion sadah dalam larutan. Meskipun secara umum ion sadah mempengaruhi sifat sabun sebagai surfaktan, tetapi sabun K lebih dapat bekerja dengan baik dalam air sadah daripada sabun Na, karena dari empat percobaan hanya dua larutan sadah yang dapat mempengaruhi sabun K untuk membentuk endapan, sedangkan sabun Na selalu membentuk endapan dengan ion sadah.

Dari pembahasan sifat sabun dan detergen, ditunjukkan bahwa sabun dan detergen memiliki kemampuan untuk membersihkan minyak. Detergen memiliki kemampuan lebih baik dalam membersihkan minyak daripada sabun. Sabun Na lebih mampu untuk membersihkan minyak daripada sabun K. Sifat detergen yang lebih baik daripada sabun adalah detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air, sedangkan sabun dipengaruhi kesadahan air (terutama sabun K). C. Penentuan derajat saponifikasi Reaksi saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis oleh basa lemah, misalnya KOH atau NaOH. Dalam percobaan ini, basa lemah yang digunakan adalah KOH yaitu larutan KOH 0,5M. Reaksi saponifikasi minyak kelapa sawit dengan KOH adalah
O

C O CH2
O R C O CH O R C O CH2

R
+ 3KOH
R

C O K
O

H2C
+

OH
OH

HC H2C

C O K O

OH

R C O K

Dalam percobaan ini dilakukan proses titrasi larutan hasil refluks () menggunakan larutan HCl 0,5M dan larutan KOH 0,5M dengan larutan HCl 0,5M karena untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh refluks dalam proses saponifikasi. Dalam percobaan ini diperoleh volume larutan KOH yang bereaksi dengan minyak kelapa sawit melalui perhitungan di bawah ini: Volume KOH yang bereaksi dengan minyak
(V II V I ).M HCl M KOH

Keterangan: VII : Volume HCl untuk titrasi KOH (ml)

VI : Volume HCl untuk titrasi KOH + minyak (ml) Volume KOH yang bereaksi dengan minyak
(8,6 8,5). 0,5 0,1ml 0,5

Jadi volume KOH yang bereaksi dengan minyak kelapa sawit adalah sebesar 0,1Ml. V. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan A1 ini antara lain: 1. Proses saponifikasi harus dilakukan oleh basa kuat misalnya KOH dan NaOH. 2. Sabun dan detergen memiliki kemampuan untuk membersihkan minyak (kotoran), tetapi detergen memiliki tingkat kebersihan lebih tinggi daripada sabun. Detergen tidak dipengaruhi kesadahan air, sedangkan sabun dipengaruhi oleh kesadahan air. 3. Volume yang diperlukan KOH untuk dapat bereaksi dengan minyak (dalam proses saponifikasi) adalah 0,1mL.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Brady, James E., 1999, Kimia Universitas Asas & Struktur ed. 5, Binarupa Aksara, Jakarta. Fessenden & Fessenden, 1986, Organic Chemistry 3rd, Wadsworth, Inc., Belmont, California 94002 Massachuset, USA. www.kimianet.com. Diakses pada tanggal 2 April 2011

HALAMAN PENGESAHAN Yogyakarta, 15 April 2011 Mengetahui Asisten Praktikum Praktikkan

(ANGGI PRATIWI)

(WIWIN FARISTIN)

PERTANYAAN 1. Penambahan satu tetes cairan sabun ke dalam air pada proses pembuatan sabun kalium

dapat digunakan sebagai uji reaksi saponifikasi sudah berlngsung karena sabun merupakan surfaktan yang aktif berperan dalam pengemulsi minyak dan air yang digunakan dalam proses pencucian. Berdasarkan struktur molekul produk reaksi saponifikasi dapat larut dalam air, sedangkan lemak tidak larut. Hal itu disebabkan . Lipid atau lemak adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat-zat tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Molekul lemak terdiri atas empat bagian yaitu 1 molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Sedangkan sabun dapat larut dalam air karena salah satu ujung hidrokarbonnya bersifat polar/ionic dan ujung yang lain bersifat non polar yang akan mengelilingi tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like dissolves like. 2 sabun natrium (sabun Na) merupakan sabun yang bersifat basa karena mengandung logam alkali yang memberikan pengaruh sifat basa pada sabun. Sabun Na dapat bercampur dengan minyak sehingga sabun Na dapat digunakan untuk menghilangkan lemak.
Sabun Natrium termasuk jenis garam karena banyak sabun merupakan campuran garam

natrium atau kalium dari asam lemak yang larut dalam air dan dapat dihasilkan dari minyak atau lemak melalui reaksi dengan alkali kuat (seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida). 3. kemampuan sabun dan detergen dalam membersihkan minyak, yaitu detergen dapat membersihkan minyak dengan lebih baik daripada sabun. Sabun Na memiliki kemampuan lebih baik dalam membersihkan minyak daripada sabun K. 4 Ion logam dapat membentuk endapan oleh molekul sabun atau deterjen karena ion logam tersebut bersifat sadah yang jika dilarutkan dalam sabun akan bereaksi dan menghasilkan suatu endapan. Bahan yang dapat menyebabkan terbentuknya endapan endapan adalah ion logam seperti CaCl2, dalam sabun Na dan K, tidak pada deterjen.

Vous aimerez peut-être aussi