Vous êtes sur la page 1sur 10

Pendahuluan Pembahasan mengenai lokasi industri pertama kali diperkenalkan oleh Weber pada tahun 1909 yang kemudian

berkembang luas setelah diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1929. Prinsip dasar gagasannya adalah behwa pengusaha akan memilih lokasi yang mempunyai biaya paling kecil. Weber membedakan industri menjadi dua yaitu industri yang berorientasi bahan baku dan industri yang berorientasi pasar. Lokasi industri akan sangat ditentukan oleh biaya pengangkutan bahan baku dan produk. Hoover (1977) memperbaiki konsep Weber dengan membedakan biaya menjadi biaya pengangkutan (pengumpulan dan distribusi) dan biaya produksi. Konsep weber dan Hoover pada dasarnya hanya berfokus pada segi input (minimalisasi biaya) dan kurang menekankan segi output atau permintaan Pemilihan lokasi adalah faktor yang menentukan dalam pengembangan

suatu usaha. Lokasi yang strategis dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha dan begitu sebaliknya. Keberadaan suatu lokasi industri tentunya ditunjang oleh ketersediaan faktor faktor yang mendukung perkembangannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga aktivitas industri agar dapat berlangsung terus. Djojodipuro (1992) menjelaskan bahwa syarat syarat yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan aktivitas suatu industri dibagai dalam enam faktor yaitu, faktor endowmnet, pasar dan harga, bahan baku dan energi, aglomerasi, kebijakan pemerintah dan biaya angkut. Setelah mengetahui tentang faktor faktor yang mempengaruhi lokasi industri, maka tulisan ini akan memfokuskan pada penentuan lokasi industri menurut weber, Losch dan Greenhut. Industri yang akan dijadikan kajian adalah industri Ledre yang memiliki bahan baku dari pisang Raja di Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro. Analisa lebih lanjut akan dilakukan penulis setela h analisis dilakukan pengan pisau analisis teori Weber, Losch dan Greenhut.

Gambaran Umum Industri Ledre Industri yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah industri ledre. Industri ledre termasuk dalam industri makanan karena ledre merupakan salah satu makanan khas kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur. Makanan Ledre ini terbuat dari tepung beras,tepung tapioka,gula, santan, vanili dan bahan khasnya adalah pisang raja. Kemunculan makanan ini disebabkan oleh adanya penemuan cara baru pembuatan makanan ringan yang menghasilkan makanan ringan yang enak dan khas. Makanan Ledre Bojonegoro ini memiliki kekhasan yang unik yaitu pembuatannya yang masih bersifat hand-made (proses pengerjaannya masih dilakukan oleh manusia bukan mesin atau peralatan canggih lainnya). Wilayah industri Ledre ini sebenarnya berada di kecamatan Padangan yang masih termasuk dalam Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Padangan merupakan daerah yang berada di persimpangan(jalur utama) menuju kabupaten Blora, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Bojonegoro. Strategisnya kecamatan ini mendorong diminatinya makanan ini karena begitu banyaknya orang-orang baik yang berkendaraan pribadi, umum maupun truk untuk berhenti dan selanjutnya mencicipi ledre sebagai makanan ringan yang bercita rasa unik. Namun lokasi yang strategis harus juga ditunjang dengan model pemasaran yang baik. Banyaknya papan reklame yang mempromosikan makanan ledre ini, yang tidak hanya ada di wilayah Padangan saja tetapi juga diwilayah lainnya, akan sangat mendorong meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan ledre. Selain itu juga pemajangan kotak kemasan ledre yang rapi dan menarik ditempat-tempat pemberhentian bus dan truk, juga di rumah-rumah makan akan sekaligus mendorong banyaknya masyarakat yang tertarik untuk mencicipi makanan ini. Salah satu industri ledre yang menjadi kajian dalam tulisan ini adalah Ledre cap Dua Bidadari. Daerah pemasaran Ledre Dua Bidadari selain di Bojongeoro juga dipasarkan di Kota Ngawi, Lamongan, Tuban dan Surabaya. Adapun gambar dari kota kota tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 di akhir tulisan ini .

Bahan baku Ledre adalah pisang raja. Bahan baku ini masih berasal dari daerah daerah di Bojonegoro dan juga berasal dari daerah di sekitar bojonegoro seperti Ngawi dan Cepu. Namun mayoritas berasal dari wilayah Kabupaten Bojonegoro. Hal ini cukuplah wajar, karena Kabupaten Bojon egoro adalah Kabupaten penghasil pisang terbesar ketiga setelah Malang dan Lumajang dengan hasil setiap tahunnya sebesar 78.562 MT.

Potensi Pasar Awalnya makanan ledre hanya dikonsumsi oleh pejabat-pejabat perusahaan minyak bumi yang sebagian besar adalah orang Belanda. Hal itu disebabkan karena kecamatan Padangan ini yang merupakan tempat industri Ledre berada berdekatan dengan tempat tinggal para pejabat perusahan miyak. Tetapi sekarang karena semakin tingginya mobilitas antar kota oleh masyarakat umum menyebabkan makanan Ledre ini mulai dikenal secara umum dan ternyata cukup diminati. Kota Bojonegoro merupakan sebuah kota kecil yang jika dibandingkan dengan kota Surabaya. Penduduk kota Bojonegoro pada umumnya terdiri dari penduduk yang telah menetap sejak lama di kota Bojonegoro dan para pendatang yang datang untuk tinggal di Bojonegoro. Para pendatang ini umumnya adalah mereka yang datang untuk bekerja di tempat proyek pengeboran minyak yang kebetulan proyek tersebut berada termasuk dalam wilayah kabupaten Bojonegoro. Selain itu juga wilayah Bojonegoro merupakan jalan lintas tengah antar kota dan jalur utama kereta api lintas utara. Kenyataan tersebut menyebabkan setiap harinya cukup banyak orang yang singgah di kota Bojonegoro ini terutama di tempat-tempat umum yaitu di terminal, stasiun dan rumah makan, dimana mereka meluangkan waktu untuk membeli/mencari oleh-oleh yang ada di terminal, stasiun ataupun di rumah makan. Hal itu jelas memberikan potensi pasar yang baik bagi pengembangan bisnis makanan ledre.

Telaah Kritis Penentuan Lokasi Industri Ledre Dua Putri Be rdasarkan Teori Weber Weber merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi yang berkenaan dengan industri. Lokasi industri masih dijelaskan secara sederhana hanya untuk industri satu bahan dan satu pasar. Kemudian penjelasan ini di teruskan untuk

lokasi industri dua bahan mentah dan menjualnya di satu pasar dimana ketiganya berlokasi ditempat yang berbeda. Djojodipuro (1992) menuliskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi penentuan lokasi oleh weber adalah biaya angkutan, tenaga yang merupakan faktor regional dan deglomerasi yang bersifat lokal dan khusus. Tarigan (2006) menambahkan, biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi industri sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Masih dalam Tarigan (2006), prinsip dasar yang digunakan oleh Weber adalah prinsip minimisasi biaya dimana lokasi setiap indutri tergantung pada total biaya transportasi dan biaya tenaga kerja dimana penjumlahan diantara keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Kabupaten Bojonegoro merupakan penghasil pisang terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Malang dan Lumajang, sehingga cukup memberikan alasan bagi penulis untuk berpendapat bahwa prinsip teori weber digunakan dalam penentuan lokasi industri ledre dua putri di Kabupaten Bojonegoro. Semakin dekat dengan sumber bahan baku maka semakin kecil biaya transportasi yang dikeluarkan Pada kasus penentuan lokasi industri ledre dua bidadari, menurut hemat penulis, selain faktor kesejarahan juga didasarkan pada faktor bahan baku yang mudah diperoleh. Bahan baku ledre (pisang) memiliki bentuk dan berat yang lebih besar di bandingkan ledre yang merupakan hasil akhir. Pada satuan volume yang sama maka bisa dipastikan bahwa biaya transportasi bahan mentah lebih besar di bandingkan dengan biaya transportasi barang jadi. Maka, jika didasarkan pada Indeks Material (IM), pembagian antara bobot bahan baku lokal (pisang) dengan bobot produk akhir (ledre) akan diperoleh hasil lebih besar dari satu. Sesuai rumus yang disampaikan Weber maka industri ledre ini bisa dikatakan berorientasi pada bahan mentah/ baku. Selain didasarkan pada faktor bahan mentah, penentuan lokasi industri ledre ini juga dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja. Ledre yang merupakan produk Hand made adalah produk asli daerah Bojonegoro yang sudah ada sejak dahulu. Pembuatannya yang tidak mudah dan memerlukan pengalaman menjadikan lokasi industri ledre terkonsentrasi di wilayah Bojonegoro khususnya Kecamatan Padangan.

Tidak jarang kita jumpai antar industri ledre yang ada masih terdapat hubungan keluarga. Seperti industri Ledre Anyar Mas dan Ledre Hj. Chusnul di padangan. Jika dilihat pada faktor pasar maka industri ledre dua putri memiliki pasar yang cukup luas. Selain pasar lokal (Bojonegoro) juga melayani permintaan dari Surabaya, Lamongan, Ngawi dan Tuban. Cakupan pemasaran ledre dua putri ini bisa dilihat pada lampiran 2 Diakhir tulisan ini. Cakupan pasar yang luas ini tidak sesuai dengan asumsi teori weber i yang hanya didasarkan pada satu lokasi pasar saja. Lokasi pasar menurut weber adalah lokasi yang berbeda dengan lokasi sumber bahan mentah. Sedangkan lokasi pasar pada industri ledre dua putri lebih dari satu pasar yang terdiri dari pasar di kota sekitar kabupaten Bojonegoro (Surabaya, Lamongan, Ngawi dan Tuban) dan juga pasar lokal yang berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Walaupun demikian, jika kita kembalikan pada prinsip teori Weber yang meminimalisasikan biaya transportasi maka penentuan lokasi industri ledre di Kabupaten Bojonegoro sudah cukup tepat, yaitu lokasi industri yang berorientasi pada bahan mentah. Keterkaitan antar faktor tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
X P

M1 Y

M2 Z

Locational Triangle dari Weber T : Lokasi Optimum M1 dan M2 : Sumber bahan baku P : Pasar X, Y, Z : Bobot input dan Output A, B, C : Jarak lokasi input dan output

Telaah Kritis Lokasi Industri Ledre Dua Putri Berdasarkan Pendekatan Pasar Losch Weber melihat persoalan dari sisi produksi sedangkan Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Weber walaupun tidak dinyatakan secara tegas membuat asumsi bahwa semua barang yang diproduksi akan laku terjual.

Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dilayaninya. Makin jauh dari tempat penjual maka konsumen semakin enggan untuk membeli. Hal ini dikarenakan transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan ini maka Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar. Pada kasus lokasi industri ledre dua putri, lokasi pasar ledre cukup luas. Selain melayani pasaran lokal (sekitar lokasi industri) juga melayani pasaran luar kota. Pasaran lokal disini adalah pasar di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jika dibandingkan dengan lokasi bahan mentah, lokasi pasar memiliki jarak yang agak jauh dari lokasi industri. Hal ini dikarenakan kondisi aksesbilitas yang cukup memadai dan juga bentuk produk jadi yang mudah dibawa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap lokasi pemasaran. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh manajemen ledre dua putri untuk memenuhi permintaan pasar diluar wilayah lokasi industri adalah dengan membuat agen agen pemasaran. Agen pemasaran ini melayani konsumen yang tidak

memungkinkan datang di lokasi industri yang berjarak cukup jauh. Jika dibandingkan ongkos transport yang dikeluarkan bisa lebih besar dari pada harga jual ledre. Keadaan ini yang menuntut pengusaha untuk membuat agen pemasaran di luar wilayah industrinya dengan tujuan pasar dapat dilayani dengan maksimal dan keuntungan dapat diperoleh sebesar mungkin.

Kompetitor Industri Ledre Dua Bidadari Perusahaan ledre di wilayah Kabupaten Bojonegoro banyak sekali, namun yang menjadi kompetitor dari ledre dua bidadari adalah ledre super pisang raja dan ledre anyar mas. Kedua perusahaan tersebut merupakan kompetitor yang sangat berat dikarenakan promosi dan strategi pemasarnnya yang mampu menarik hati konsumen dan disertai harga yang lebih murah. Adapun wilayah pemasaran dari perusahaan kompetitor ini juga sama dengan wilayah pemasaran ledre dua bidadari, yaitu di wilayah kabupaten bojonegoro dan disekitarnya.

Adanya kompetitor ini memberikan dampak yang besar bagi industri ledre dua bidadari. Selain dituntut untuk lebih gencar dalam melakukan promosi dan strategi pemasaran, juga dituntut dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mengantisipasi persaingan ini, pertama adalah dengan menentukan konsumen. Industri ledre dua bidadari

kensentrasi pada konsumen menengah ke atas dengan segala usia. Strategi ini dilakukan karena konsumen di tingkat menengah sudah di kuasai oleh dua perusahaan ledre kompetitor yaitu ledre anyar mas dan ledre super pisang raja. Karena pasar yang dibidik adalah menengah ke atas maka harga dan kualitas tentunya lebih bagus dibanding dengan ledre kompetitornya. Strategi selanjutnya adalah dengan melakukan ekspansi pasar di wilayah kabupaten lain seperti Kabupaten Gresik, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Blora. Ekspansi ini ditujukan untuk mendapatkan pasar baru yang belum terdapat kompetitornya. Akhir dari semua ini adalah untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin.

Catatan Akhir Penulis Penentuan lokasi industri dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari bahan baku, tenaga kerja, pasar dan lain sebagainya. Dalam teori weber, lokasi industri didasarkan pada minimalisasi biaya transportasi. Semakin kecil biaya transportasi yang dikeluarkan maka semakin sesuai lokasi industri. Penentuan biaya transportasi ini di pengaruhi oleh jarak dan jenis bahan mentah atau bahan jadi yang ada. Pada Industri ledre dua bidadari, lokasi industri berada di dekat sumber bahan mentah yaitu daerah penghasil pisang di Bojonegoro. Selain dipengaruhi faktor bahan baku, lokasi industri juga dipengaruhi faktor tenaga kerja dimana dalam pembuatan ledre ini membutuhkan tenaga kerja khusus dan pengalaman. Tenaga kerja ini tentunya hanya ada di Bojonegoro dimana makanan dibuat oleh orang Bojonegoro sejak jaman dahulu. Sedangkan untuk faktor pasar, lokasi industri ledre dua bidadari memiliki jarak yang cukup jauh dibandingkan dengan lokasi sumber bahan mentah. Posisi pasarnya pun tidak hanya satu seperti asumsi pada teori Weber melainkan banyak dan cukup luas baik pada pasar lokal ataupun pasar di wilayah sekitar Kabupaten Bojonegoro seperti Lamongan, Surabaya, Cepu, Nga wi dan Tuban.

Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa teori weber mengenai penentuan lokasi industri masih relevan sebatas pada meminimalkan biaya transportasi bahan mentah ke industri. Sedangkan untuk biaya transportasi dari industri ke pasar sudah tidak relevan lagi dikarenakan cakupan pasar cukup luas dan tentunya ini membutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit. Untuk teori Losch, strategi yang dilakukan oleh industri ledre dua bidadari untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal adalah dengan membuat agen agen pemasaran di setiap wilayah sehingga kebutuhan pasar di luar daerah dapat dilayani. Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan omzet penjualan sehingga keuntungan optimal dapat terwujud. Selain itu, juga diperlukan ekspansi pe masaran untuk menjawab tantangan dari kompetitor yang semakin hari semakin besar

Daftar Pustaka Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia. Jakarta. Hoover, E.M. 1977. Pengantar Ekonomi Regional (Terjemahan A. Chandra). Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta. Wlker, David & Chapman, Keith. 1992. Industrial Location . Blackwall, USA.

TUGAS MATA KULIAH TEORI LOKASI DAN ANALISIS SPASIAL SIP 608 KAJIAN TEORI LOKASI INDUSTRI LEDRE
Studi Kasus di Industri Ledre Dua Bidadari Kecamatan Padangan, Bojonegora

Dosen : Dra. Bitta Pigawati, MT

Oleh NURPANA SULAKSONO NIM : 21040110400014

JURUSAN MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Vous aimerez peut-être aussi