Vous êtes sur la page 1sur 13

ANALISA RUANG I.

Definisi : Analisa ruang dan Model Studi Analisa ruang merupakan suatu cara yang digunakan dalam penentuan diagnosa kondisi rongga mulut pasien dan rencana perawatan preventif maupun interseptif ortodontik yang dapat dilakukan melalui perhitungan ruang yang ada pada model studi dibandingkan ruang yang seharusnya ada agar gigi geligi erupsi pada tempatnya selain itu prinsip pelaksanaan analisa ruang ini berdasarkan diskrepansi pada model studi dan rahang pasien. Diskrepasi merupakan ruang yang dihasilkan dari perbedaan tempat yang tersedia (available space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space). Definisi dari tempat yang tersedia (available space) adalah tempat disebelah mesial molar pertama permanen kiri hingga mesial molar pertama kanan yang akan ditempati oleh gigi permanen (premolar kedua kiri hingga premolar kedua kanan) pada kedudukan yang benar. Diskrepansi yang diperoleh dari perhitungan tersebut mencakup diskrepansi model studi, diskrepansi

sefalometrik, kedalaman kurva Spee, dan pergeseran molar ke mesial (Rahardjo, 2011). Penggunaan model studi seperti yang sebelumnya telah dijelaskan menjadi alat bantu analisis yang penting dimana ia juga dibantu dengan alat bantu lain seperti alat bantu ukur, gambaran radiografi, dan tabel perkiraan. Analisis ini dapat dilakukan melalui cara manual maupun menggunakan komputerisasi selain itu metode yang digunakanpun bermacam macam dimana cara cara maupun metode yang ada memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Penggunaan cara maupun metode yang digunakan akan disesuaikan kasus yang dihadapi. Analisis pada gigi geligi tetap dengan tujuan untuk melihat hubungan geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal, serta analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkung gigi dengan rahang dapat dilakukan melalui beberapa metode diantaranya Nance, Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dan diagnostic setup sementara untuk analisis

pada gigi geligi campuran menggunakan metode analisis gambaran radiografis, Moyers, dan Tanaka-Johnston. Keakuratan analisis selain bergantung pada kemampuan operator seperti penguasaan teknik analisis dan pemilihan teknik analisis yang tepat untuk setiap kasus juga bergantung pada hasil cetakan model studi dan alat alat bantu yang digunakan saat pengukuran (Laviana, 2009). Laviana (2009) menjelaskan lebih lanjut pada penanganan kasus ortodonti penyusunan rencana perawatan berdasar diagnosis yang ditetapkan memiliki prosedur standar mutlak. Prosedur standar tersebut meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis secara intra maupun ekstra oral, analisis fungsional, analisis rontgenologis, analisis fotografi, analisis radiologi, dan analisis model studi yang mencakup analisis ruang dimana prosedur standar ini dilakukan baik langsung maupun tidak langsung pada pasien. Data dari pemeriksaan secara langsung memiliki tingkat keakuratan tinggi namun kondisi pemeriksaan yang membutuhkan waktu serta aktivitas pasien tidak memungkinkan pemeriksaan secara langsung terus dilakukan sehingga penggunaan model studi sebagai pengganti kondisi pasien dapat menjadi solusi untuk kenyamanan dan menghemat waktu pasein. Pembuatan model studi memiliki beberapa kegunaan lain seperti sebagai titik awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis selain itu dapat juga digunakan dalam menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi pada rahang atas dengan rahang bawah. Laviana (2009) menambahkan terkait penggunaan model studi sebagai pedoman penting dalam analisis ruang keperluan haruslah dalam keadaan baik dan akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya melainkan juga meliputi daerah vestibulum yang harus tercetak sedalam mungkin dimana hal ini dapat diperoleh melalui penambahan ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin dan didapatkanlah inklinasi mahkota dan akar. Hasil cetakan yang tidak cukup tinggi dapat meningkatkan potensi hasil analisis

yang tidak akurat. Model studi dengan basis segi tujuh diharapkan disertai bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik (CBR) serta diproses hingga mengkilat yang kemudian dapat memudahkan analisis dan menyenangkan untuk dilihat pasien saat member penjelasan diagnosis dan rencana perawatan.

II.

Analisa Ruang Metode Moyers dan Metode Sitepu

A. Metode Moyers Staley (2001) menjelaskan analisa pada fase gigi geligi campuran bertujuan untuk mengevalusasi jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung rahang bagi gigi permanen yang akan mengggantikan gigi desidui dan juga digunakan untuk menyesuaikan oklusi yag diperlukan. Metode yang digunakan secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pertama yang menyatakan bahwa ukuran geligi tetap yang belum erupsi dapat diperkirakan berdasarkan gambaran radiografis (Nance, Bull, dan Hockaba), kelompok yang kedua mengatakan bahwa ukuran gigi kaninus dan premolar dapat diperkirakan berdasarkan ukuran gigi-gigi permanen yang telah erupsi ke dalam rongga mulut (Moyers dan Tanaka-Johnston), dan yang ketiga adalah kombinasi kedua metoda tersebut (Hixon-Oldfather dan Staley). Metode yang sering digunakan adalah metode kedua dengan mengukur ruang yang ada dalam mulut dan membandingkannya dengan ruang yang diperlukan untuk erupsi yang sesuai dari gigi permanen mengingat kemungkinan terjadinya distorsi pada foto rontgen. Metode prediksi menggunakan gigi yang telah erupsi paling sering digunakan dalam memprediksi lebar mesiodistal gigi caninus dan gigi premolar yang belum erupsi. Penggunaan metode ini diawali pada tahun 1947 oleh Ballard dan Waylie yang memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi caninus dan gigi premolar yang belum erupsi pada rahang bawah dengan mengkombinasikan lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah. Pengukuran tersebut kemudian menghasilkan jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah adalah 23,84 mm dengan simpangan baku 0,08 sementara jumlah lebar mesiodistal gigi caninus dan premolar rahang bawah

adalah sekitar 21,97 mm dengan simpangan baku 0,06 yang kemudian menghasilkan persamaan regresi Y = 9,41 + 0,527X dimana Y merupakan jumlah lebar mesiodistal gigi caninus dan gigi premolar rahang bawah sementara X adalah jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah (Ulfa, 2009). McDonald (1987) menjelaskan Metode Moyers ini diuraikan oleh Moyers, Jenkins, dan staf Ortodonsi dari Universitas Michigan yang utamanya ditujukan untuk anak anak kulit putih Amerika dengan prinsip melakukan evaluasi panjang lengkung gigi pada kedua rahang secara menyeluruh sebelum menempatkan space mainteiner ataupun memulai pergerakan gigi yang penting pada masa gigi bercampur (mix-dentition) dan gigi permanen. Dasar analisis metode ini adalah adanya hubungan antara kelompok gigi satu dengan kelompok gigi lainnya dalam hal ini korelasi antara lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah dengan lebar mesiodistal gigi caninus dan premolar rahang bawah yang belum erupsi baik pada rahang bawah maupun rahang atas. Ulfa (2009) menambahkan pemilihan gigi insisivus rahang bawah sebagai pedoman didasarkan oleh beberapa hal yaitu ia termasuk gigi permanen yang erupsi paling awal (utamanya gigi I1 dan gigi M1 rahang bawah dimana setelahnya gigi I2 erupsi), mudah diukur dengan tepat baik secara intraoral maupun ekstraoral, dan variasi bentuk maupun ukurannya lebih kecil dibanding gigi insisivus rahang atas. Cendrawasih dan Sulanjari (2011) menjelaskan prosedur analisa Moyers diantaranya : 1. Mengukur lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen rahang bawah, dijumlahkan, dan dicatat. Posisi gigi insivus permanen yang belum normal pada model studi maka harus diletakkan pada posisi yang benar terlebih dahulu dengan mengukurkan masing masing lebar mesiodistalnya dari posisi median line yang benar ke arah distal. 2. Mencatat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi caninus (C), premolar pertama (P1), dan premolar kedua (P2) pada sisi kanan dan kiri

baik itu pada rahang atas maupun rahang bawah sesuai tabel Moyers dengan prosentase 75% melalui jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah. 3. Mengukur jarak antara distal insisvus lateral (I2) hingga mesial molar pertama (M1) untuk menentukan jumlah ruang yang tersedia bagi region caninus premolar. 4. Membandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan jumlah ruang hasil perhitungan atau dengan kata lain catat diskrepansi ruang yang ada untuk masing masing rahang.

Catatan : Posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar pertama atas dan bawah yang masih end to end bite ( sejajar ) pada masingmasing sisi tambahkan kebu-tuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawa selain itu pada Metode Nance, ia dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed dentition. Cara membaca dan penanganan yang mungkin dilakukan setelah mengetahui hasil analisis Moyers ini adalah : 1. Ruang yang tersedia < dari prediksi Perawatan yang dibutuhkan adalah space regainer yang digunakan untuk membuka kembali ruang seperti seharusnya sehingga dapat menghindari kondisi crowded. 2. Ruang yang tersedia = prediksi Perawatan yang dibutuhkan adalah space maintainer yang digunakan untuk mempertahankan ruang yang sudah ada sehingga menghindari kondisi malposisi gigi geligi. Ulfa (2009) menambahkan kehilangan gigi desidui molar kedua sebelum memasuki masa erupsinya maka akan memacu gigi molar pertama permanen untuk bergerak ke arah mesial. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan space maintainer untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran gigi dan ruang yang mencukupi untuk gigi premolar

kedua erupsi. Kehilangan dini gigi tidak serta merta dapat diatasi dengan menggunakan space maintainer dimana terdapat kondisi tertentu yang tidak memungkinkan penggunaan alat tersebut diantaranya : 1. Gigi yang mengalami premature lost adalah gigi insisivus desidui karena hampir tidak ada pergeseran kearah mesial 2. Tonjolan yang ada di sebelah ruang kosong sudah mengunci sedemikian rupa sehingga pergeseran ke ruang kosong akan terhalang dengan sendirinya 3. Pergeseran gigi yang terjadi justru memperbaiki relasi molar pada oklusi normal 4. Pergeseran gigi memperbaiki crowded anterior McDonald (1987) menambahkan metode ini sendiri memiliki nilai keunggulan tersendiri sehingga paling banyak digunakan yaitu : 1. Kesalahan yang mungkin terjadi sedikit dan ralatnya kecil sehingga dapat diketahui dengan tepat. 2. Dapat dikerjakan ahli atau bukan ahli. 3. Tidak butuh banyak waktu. 4. Tidak memerlukan alat khusus. 5. Dapat dikerjakan dalam mulut ataupun menggunakan model studi. 6. Dapat digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah.

B. Metode Sitepu Rahardjo (2011) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan analisa ruang ini ada cara lain yang digunakan yaitu dengan menghitung memakai rumus tertentu untuk mengetahui lebar benih gigi. Prosedur cara ini adalah dengan menjumlahkan keempat lebar mesiodistal gigi insisius rahang bawah kemudian dimasukkan ke rumus dan hasil perhitungan akan menunjukkan lebar mesiodistal gigi kaninus (C), premolar pertama (P1), dan premolar kedua (P2). Ruang yang dibutuhkan dapat diperoleh dari jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv atas ataupun bawah ditambah dua kali lebar mesiodistal kaninus

permanen dan premolar yang didapat dari rumus. Rumus yang ada biasanya ditentukan untuk suatu ras tertentu dimana Sitepu (1983) dalam tesisnya menemukan rumus yang sesuia dengan ras Deutero-Melayu. Penelitian yang ia lakukan mencakup 215 anak dengan presentasi keberhasilan rumus sebesar 99%. Rumus tersebut adalah lebar mesiodistal gigi kaninus (C), premolar pertama (P1), dan premolar kedua (P2) pada satu sisi (Y) berdasar jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah (X) dengan persamaan : Y rahang atas Y rahang bawah = 0,484263X + 11,7181 = 0,460037X + 10,9117

Perbedaan antara analisis Moyers dengan analisis Sitepu ini terletak pada ras yang diteliti dimana pada Moyers adalah anak kulit putih Amerika sementara pada Sitepu pada anak ras Deutero-Melayu selain itu tampak pada nila perbandingan prediksi lebar region kaninus-premolar pada rahang atasnya prediksi Sitepu lebih besar dibanding prediksi Moyers dengan lebar insisivus rahang bawah yang sama namun hal tersebut berbanding terbalik pada lebar regio kaninus-premolar rahang bawah dimana prediksi Moyers lebih besar angkanya dibanding prediksi Sitepu yang menunjukkan perkembangan rahang pada anak Amerika berkulit putih lebih besar dibanding pada anak ras DeutroMelayu mengingat adanya pengaruh jenis dan pola konsumsi makanannya. Prediksi Moyers menjelaskan bahwa ketika kita menggunakannya harus memperhatikan pula overjet yang terjadi. pada anduan umum analisa ruang secara keseluruhan ini sendiri adalah mengacu pada Proffit dan Fields (2007) dimana dijelaskan bahwa : 1. Kondisi dengan kekurangan ruang sampai dengan 4 mm maka tidak perlu dilakukan pencabutan gigi permanen. 2. Kondisi dengan kekurangan ruang antara 5 9 mm terkadang masih dapat dilakukan perawatan dengan tidak perlu dilakukan pencabutan gigi permanen namun seringnya memerlukan pencabutan gigi permanen (tidak termasuk gigi M3).

3. Kondisi dengan kekurangan ruang 10 mm atau lebih maka selalu perlu dilakukan pencabutan gigi permanen biasanya premolar pertama dengan catatan seluruh gigi lainnya dalam keadaan baik namun apabila terdapat gigi karies parah dan tidak dapat dirawat lagi maka dapat dicabut dengan menyesuaikan kondisi kasus pasien. Novianti (2009) menambahkan sedikit terkait penggunaan foto rontgen dalam analisa ruang untuk lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi adalah : UGD M x UGD RO X = ------------------------------UGD RO Keterangan : X : Ukuran gigi dalam mulut yang belum erupsi UGD M : Ukuran ruang dalam mulut atau pada study model UGD RO : Ukuran gigi dalam rontgen foto yang belum erupsi UGD RO : Ukuran ruang dalam rontgen foto

III.

Penerapan dalam Kasus A. Identitas Pasien 1. Nama 2. Usia 3. Jenis Kelamin B. Anamnesa 1. Keluhan utama (CC) 2. Riwayat penyakit saat ini (PI) 3. Keluhan tambahan 4. Riwayat perawatan gigi (PDH) : gigi geligi tidak rapi. ::: gigi geraham kedua kanan dan : Melodi : 9 tahun : Perempuan

kiri telah dicabut 5 bulan yang lalu karena pernah bengkak dan terasa sakit. Gigi depan bawah tanggal sendiri. C. Pemeriksaan gigi geligi a. 18 : UE

b. 17 c. 16 d. 15 [55] e. 14 [54] f. 13 [53] g. 12 [52] h. 11 [51] i. 28 j. 27 k. 26 l. 25 [65] m. 24 [64] n. 23 [63] o. 22 [62] p. 21 [61] q. 38 r. 37 s. 36 t. 35 [75] u. 34 [74] v. 33 [73] w. 32 [72] x. 31 [71] y. 48 z. 47 aa. 46 bb. 45 [85] cc. 44 [84] dd. 43 [83] ee. 42 [82]

: UE : mesopalatotorsoversi : UE, karies di bag. Mesial; palatovesi : PE/infraklusi, missing : UE, distopalatotorsoversi : distopalatotorsoversi : distoversi dan labioversi : UE : UE : distobukotorsoversi : palatotorsoversi : PE/infraklusi, distolabiotorsoversi : PE/infraklusi, distopalatotorsoversi : distopalatotorsoversi : labioversi : UE : UE : normal : UE, missing : -, karies di bag. distal : -,distolinguotorsoversi : distolinguotorsoversi : labioversi : UE : UE : normal : PE : distolinguotorsoversi : distolinguotorsoversi : distolinguotorsoversi

10

ff. 41 [81]

: labioversi

D. Hasil foto rontgen

E. Variabel 1. Variabel Bebas 2. Variabel Tergantung F. Alat dan Bahan 1. Alat a. Kalkulator b. Jangka sorong c. Alat tulis 2. Bahan a. Model studi pasien b. Rekam medis pasien c. Tabel Probabilitas Moyers level 75% : besar dan ukuran gigi pasien : lee way space

d. Tabel Prediksi Sitepu (1983) G. Cara Kerja : sesuai penjelasan diatas H. Hasil Metode Moyers 1. Jumlah lebar mesiodistal : 2,15 cm = 21, 5 mm a. Gigi 31 : 0, 50 cm b. Gigi 41 : 0, 52 cm c. Gigi 32 : 0, 55 cm d. Gigi 42 : 0, 58 cm 2. Lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi caninus (C), premolar pertama (P1), dan premolar kedua (P2) pada sisi kanan dan kiri sesuai tabel Moyers dengan prosentase 75% a. Rahang atas b. Rahang bawah : 21, 8 mm : 21, 3 mm

3. Jarak antara distal insisvus lateral (I2) hingga mesial molar pertama (M1) a. Bagian kanan : 2, 1 cm = 21 mm b. Bagian kiri : 2 cm = 20 mm

4. Perbandingan tabel moyers dengan ruang yang tersedia a. Rahang bawah 1) Bagian kanan : 21 mm dengan 21,3 mm = - 0,3 mm Ruang yang tersedia < dari prediksi

11

12

Rencana perawatan : pasien membutuhkan space regainer 2) Bagian kiri : 20 mm dengan 21,3 mm = - 1, 3 mm

Ruang yang tersedia < dari prediksi Rencana perawatan : pasien membutuhkan space regainer I. Hasil metode Sitepu 1. X : jumlah lebar mesiodistal insisivus rahang bawah = 21, 5 mm 2. Y rahang atas perhitungan : 0, 484263X + 11, 7181 : 0, 484263 (21,5) + 11, 7181 : 10, 41165 + 11, 7181 : 22, 12975 mm : 22, 13 mm 3. Y rahang bawah perhitungan : 0, 460037X + 10, 9117 : 0, 460037 (21,5) + 10, 9117 : 9, 8908 + 10, 9117 : 20, 8025 mm : 20, 80 mm 4. Y rahang atas tabel Sitepu : 22, 12 mm 5. Y rahang bawah tabel Sitepu : 20, 80 mm

DAFTAR PUSTAKA

Cendrawasih dan Sulanjari, J, C, P, H, 2011, Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Klinik


Profesi Program Pendidikan Dokter Gigi Ortodonsia FKG UGM,

cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/.../panduan-kepaniteraan-fkg-ugm-revisi, diakses pada hari Kamis, 9 Mei 2013, pukul 09.15 WIB. Laviana, A, 2009, Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti, Makalah, pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/.../analisis_model_studi.pdf, diakses pada hari Kamis, 9 Mei 2013, pukul 09.00 WIB. McDonald, R, E, 1987, Dentistry for the child and adolescent, St. Louis, The CV Mosby Company Novianti, A, 2009, Laporan Kepaniteraan Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak : Space Maintainer, Makalah, ml.scribd.com/doc/115877237/71872151-laporandiakses pada hari Kamis, 9 Mei 2013, pukul 09.17 ,

WIB.

Proffit dan Fields, 2007, Contemporary orthodontics, USA, Mosby Rahardjo, P, 2011, Diagnosis Ortodontik, Surabaya, Airlagga University Press. Staley, R, N, 2001, Textbook of Orthodntic, Ed. I, Philadelphia, W.B. Saunders. Ulfa, M, 2009, Prediksi Leeway Space dengan Menggunakan Tabel Moyers pada Pasien yang Dirawat di Klinik Ortodonsi FKG USU, Skripsi,

repository.usu hari Kamis, 9 Mei 2013, pukul 09.10 WIB.

, diakses pada

13

Vous aimerez peut-être aussi