Vous êtes sur la page 1sur 10

Laporan Praktikum Proyeksi Peta ACARA I I.

JUDUL PENGENALAN SISTEM PROYEKSI PETA KARTOGRAFIS

II.

TUJUAN 1. Melatih mahasiswa untuk memahami pengertian proyeksi peta secara umum. 2. Melatih mahasiswa untuk memahami dan mengenali beberapa sistem proyeksi peta khususnya proyeksi peta kartografis dengan cara membuat ilustrasi dan sistem proyeksi tersebut. 3. Melatih mahasiswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masingmasing sistem proyeksi.

III.

BAHAN DAN ALAT 1. Kertas HVS 2. Alat Tulis 3. Pensil Warna atau Pewarna

IV.

DASAR TEORI Cara penyajian kondisi permukaan bumi yang paling tepat adalah dengan globe, yaitu bentuk miniatur dari bola bumi (Sijmons & Oxtoby,1977). Karena globe menyajikan kenampakan bumi dalam dimensi yang jauh lebih kecil dari aslinya, secara praktiks karakteristik geometri permukaan bumi (bentuk, luas, arah) direpresentasikan tanpa distorsi yang berarti. Dengan kata lain perbedaan antara bumi dan globe hanyalah dalam skala (Robinson et all, 1995:60) Sesuai dengan bentuk dan skalanya, kegunaan globe relatif terbatas dan dapat dikatakan hanya sesuai untuk kajian yang bersifat global dan hubungan geopolitik (Robinson et all, 1995). Globe juga bersifat tidak praktis karena hanya sebagian (maksimal separuh) dari permukaan bumi yang dapat diperlihatkan dalam satu waktu. Bagian permukaan bumi (hemisphere) yang lain kan terlihat apabila si pengguna mengubah letak pengamatannya atau dengan memutar posisi dari globe. Permukaan bumi secara keseluruhan (hampir seluruhnya) hanya dapat diamati dalam satu waktu apabila disajikan pada suatu bidang datar.

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta Penyajian detil permukaan bumi pada suatu bidang datar, selain berkaitan dengan skala juga memerlukan proses yang disebut transformasi. Kombinasi antara suatu sistem transformasi dan proses reduksi skala dari permukaan bumi menjadi suatu peta merupakan titik berat dari kajian yang disebut sebagai proyeksi peta. Karena globe merupakan representasi permukaan bumi yang telah mengalami reduksi skala, maka proyeksi peta secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pemindahan (transformasi) detil kenampakan yang terdapat pada globe ke suatu bidang yang disebut bidang proyeksi. Secara sederhana proyeksi peta dapat diartikan sebagai cara pemindahan garisgaris paralel dan meridian dari globe (bidang lengkung) ke bidang datar.Oleh karena bidang yang diproyeksikan merupakan bidang lengkung, maka setiap sistem selalu mengalami distorsi.Untuk memperkecil distorsi (penyimpangan) maka salah satu cara yang digunakan adalah dengan dipergunakannya bidangbidang yang kalau didatarkan tidak mengalami distorsi selanjutnya, seperti bidang kerucut, silinder. Parallel adalah garis-garis yang sejajar dengan equator dan melintang dari arah barat-timur.Sedangkan meridian adalah garis yang menghubungkan antara kutub utara dengan kutub selatan bumi. Bidang lengkung yang tidak dapat dibentangkan menjadi bidang datar tanpa akan mengalami perubahan tatu distorsi, sedang suatu peta akan dikatakan ideal apabila luas, bentuk, arah, dan jarak yang benar.Keempat syarat tersebut jelas tidak dapat terpenuhi tetapi harus selalu mengorbankan syarat yang lainnya.Cara yang dapat dilakukan hanyalah mengurangi distorsi sekecil mungkin untuk memenuhi satu atau lebih syarat-syarat peta yang ideal. Proyeksi dapat digolongkan atas beberapa dasar, yaitu : 1. Berdasarkan garis karakteristik / kedudukan sumbu simetri : a. Proyeksi Normal, sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi. b. Proyeksi Transversal, sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang ekuator. c. Proyeksi Miring (Oblique), sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi. 2. Berdasarkan kesalahan / distorsi / sifat yang diperlihatkan : a. Proyeksi Equivalent, luas daerah yang dipertahankan. Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta b. Proyeksi Equidistan, jarak pada peta yang dipertahankan. c. Proyeksi Conform, bentuk pada peta yang dipertahankan.

3. Berdasarkan konstruksinya : a. Proyeksi Perspektif, proyeksi yang konstruksinya memang bersifat matematis, jadi sama dengan proyeksi dalam arti umumnya. b. Proyeksi non-Perspektif, proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi merupakan modifikasi dari proyeksi perspektif. c. Proyeksi Semi Geometris, sebagian dilakukan secara geometris dan sebagian dilakukan secara perhitungan matematis. 4. Berdasarkan bidang proyeksi : a. Proyeksi Zenithal / Azimuthal, bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau sembarang tempat. Pada proyeksi ini dibedakan lagi atas titik sumber dari pusat bumi : Gnomonis, arah sinar dari pusat bumi. Stereografis, arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Orthografis, arah sinar dari titik jauh tak terhingga.

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta b. Proyeksi Cylindrical (silinder), parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis-garis lurus vertikal. c. Proyeksi Conoc (kerucut), proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk negara-negara di lintang tengah).

Dalam rangka memproyeksi kenampakan dari globe ke suatu bidang proyeksi maka harus terjadi pertemuan antara globe dengan bidang proyeksi. Pertemuan antara globe dengan bidang proyeksi dapat berupa persinggungan (tangent) ataupun perpotongan (intersect). Apabila pertemuan antara globe dengan bidang proyeksi berupa persinggungan, maka proyeksinya disebut dengan sebagai proyeksi tangensial (tangent projection). Apabila pertemuan antara globe dengan bidang proyeksi berupa perpotongan maka proyeksinya disebut sebagai proyeksi sekansial (secant projection). Kombinasi antara bidang proyeksi yang digunakan, kontak antara bidang proyeksi dengan globe dan posisi bidang proyeksi terhadap globe akan menghasilkan sistem proyeksi tertentu. Dengan demikian maka maksud dan tujuan proyeksi peta adalah memikirkan cara-cara sistematis dam matematis, untuk memindahkan sifat-sifat bidang lengkung ke bidang datar, sehingga tidak banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi, atau kalau ada kesalahan, kesalahannya diperkecil semaksimal mungkin dan dapat diketahui sifat kesalahannya.

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta

Tangent Case Tangent Case Tangent Case Secant Case Secant Case Secant Case

Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi akibat pemindahan itu adalah : Kesalahan luas atau kesalahan jarak, atau bahkan kesalahan bentuk dan arah. Kesalahan-kesalahan tersebut pasti terjadi, terutama apabila daerah yang dipindahkan tersebut sangat luas, karena pengaruh lengkung bumi akan dijumpai. Batas daerah lengkungan yang berpengaruh adalah minimal seluas 30 km x 30 km. Daerah seluas < 30 km x 30 km dianggap pengaruh lengkung belum ada.

V.

CARA KERJA 1. Memahami pengertian proyeksi dan sistem proyeksi yang diberikan oleh asisten. 2. Dari beberapa sistem proyeksi yang telah dijelaskan, memilih 6 sistem proyeksi 3. Menjelaskan karakteristik dari sistem proyeksi yang telah dipilih.

VI.

HASIL PRAKTIKUM 1. Tabel Karakteristik Jenis-Jenis Sistem Proyeksi. (Terlampir)

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta VII. PEMBAHASAN Proyeksi merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mengubah bentuk muka bumi dari bidang lengkung ke bidang datar (peta). Proyeksi berorientasi pada pemindahan garis meridian dan paralel pada globe secara sistematis dan matematis dengan meminimalkan adanya distorsi. Proyeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tidak ada satupun jenis proyeksi yang sempurna. Setiap proyeksi akan memiliki unsur yang dipertahankan benar dan unsur yang tidak dipertahankan benar. Sifat yang dipertahankan dari proyeksi dapat berupa luas, bentuk, dan jarak. Dengan mempertahankan luas area (Equivalent), maka luas area yang yang tergambar pada peta akan sama dengan luas area sebenarnya dengan memperhatikan skala. Dengan mempertahankan bentuk (Conformal atau Orthomorphic), sudut-sudutpun akan dipertahankan benar pula, sehingga bentuk dari area sama dengan bentuk sebenarnya. Dengan jarak yang dipertahankan (Equidistant), maka jarak yang ada di peta sama dengan kenampakan di atas permukaan bumi sebenarnya dan dengan memperhatikan skalanya. Tidak ada satupun proyeksi dapat mempertahankan ketiga sifat asli tersebut, itulah mengapa dikatakan bahwa tidak ada satupun proyeksi yang sempurna. Pemilihan sifat yang dipertahankan dilakukan berdasarkan tujuan dari pemetaan dan letak kenampakan permukaan bumi yang ingin dipetakan, serta bentuk dan besar dari area yang ingin dipetakan. Proyeksi memiliki jenis yang beragam, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan proyeksi, antara lain bidang proyeksi, persinggungan, posisi bidang proyeksi, sifat proyeksi, dan penyinaran. Pertimbangan pemilihan proyeksi juga ditentukan berdasarkan sifat apa yang ingin dipertahankan. Hal yang paling mendasar dalam penentuan proyeksi adalah bidang proyeksi yang digunakan, yang dapat berupa bidang datar, silinder, dan kerucut. Pengenalan karakteristik sitem proyeksi yang ada didasarkan pada bidang proyeksi yang digunakan, yakni terdiri atas bidang datar atau azimuthal, bidang silinder, dan bidang kerucut. Keadaan bidang proyeksi yang digunakan secara umum akan mempengaruhi luasan kenampakan di permukaan bumi yang dapat diproyeksikan. Selain didasarkan pada bidang proyeksi yang digunakan, sistem proyeksi peta harus memperhtikan faktor persinggungan antara bidang proyeksi Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta dengan bola bumi. Persinggungan yang terjadi antara bidang proyeksi itu sendiri dengan bola bumi adalah tangential. Apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi, maka titik persinggungan tersebut terjadi pada satu titik. Secantial, hal tersebut bila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi. Pesinggungan terakhir antara bola bumi dengan bidang proyeksi adalah polysuperficial. Hal ini terjadi bila dalam memproyeksikan bola bumi menggunakan banyak bidang proyeksi. Selain itu, ada hal sumbu simetri bidang proyeksi juga perlu diperhatikan, yakni normal jika sumbu simetri bidang proyeksi berhimpit dengan sumbu bumi. Proyeksi miring, jika sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi. Transversal merupakan sumbu simetri bidang proyeksi yang tegak lurus dengan sumbu bumi Berdasarkan hasil praktikum, menunjukkan tabel dengan karakteristik jenisjenis sistem proyeksi. Sistem proyeksi pertama adalah proyeksi azimuthal tangential transversal. Azimuthal menunjukkan bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Dengan menggunakan bidang datar, sehingga yang dapat dipetakan hanya satu belahan bumi saja, yaitu belahan utara atau selatan saja dan daerah sekitar kutub (pusat proyeksi) mempunyai kesalahan paling kecil, dan semakin keluar maka semakin besar kesalahannya. Tangential menunjukkan bidang proyeksi yang bersinggungan dengan bola bumi, sehingga titik persinggungan ini menunjukkan faktor skala 1, artinya tidak ada distorsi pada titik persinggungan ini. Transversal menunjukkkan posisi sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi, hal ini digunakan untuk memetakan daerah ekuator pada satu belahan bumi saja. Kelebihan dari sistem proyeksi ini adalah sesuai bila digunakan untuk pematan pada daerah equator atau khatulistiwa, baik sebelah timur maupun sebelah barat (salah satu sisi saja). Akan tetapi, apabila untuk pemetan ke arah sebaliknya akan menyebabkan distorsi yang semakin besar. Sistem proyeksi yang kedua adalah proyeksi Azimuthal Secantial Normal. Posisi sumbu simetrinya yang normal, akan memetakan kenampakan bumi di wilayah equator hingga lintang tengah. Ditinjau dari persinggungannya, proyeksi tersebut akan memotong bola bumi di dua paralel sehingga kedua paralel yang dipotong oleh bidang proyeksi tersebut dinamakan paralel standar. Wilayah paralel standar tersebut merupakan wilayah yang jika diproyeksikan, distorsi yang terjadi akan mendekati nol (0). Proyeksi secantial tersebut untuk saat-saat tertentu Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta akan lebih baik dibandingkan dengan proyeksi tangential. Hal ini dikarenakan pada sistem proyeksi tangential hanya akan ada satu wilayah di satu titik persinggungan antara bidang proyeksi dengan bola bumi yang proyeksinya hampir sempurna dengan distorsi yang mendekati nol. Sedangkan dengan menggunakan proyeksi secantial, akan ada dua wilayah pada dua titik di paralel standar yang dalam proses proyeksi, distorsinya akan mendekati nol (0). Proyeksi silinder tangential normal merupakan sistem proyeksi yang menggunakan bidang proyeksi silinder, sehingga dapat mengggambarkan keseluruhan kenampakan permukaan bumi. Kenampakan bumi yang tergambar seluruhnya adalah daerah equator yang memiliki distorsi paling kecil. Distorsi akan semakin besar bila menjauhi daerah equator. Selanjutnya, Proyeksi silinder secantial transversal yang digambarkan dengan bidang silinder, dimana posisi sumbu simetri memotong bola bumi pada dua titik. Perpotongan ini akan memotong daerah di dua belah kutub sehingga daerah kutub tidak akan terliputi atau tergambar. Namun, sistem proyeksi ini sangat sesuai untuk penggambara peta pada daerah lintang tengah karena selain daerahnya terliputi juga nilai distorsinya pun akan kecil. Proyeksi conical tangential normal merupakan sistem proyeksi yang digambarkan pada bidang kerucut dengan posisi sumbu simetri berimpit dengan bola bumi dan dengan persinggungan tangensial sehingga memiliki satu paralel standar. Proyeksi kerucut ini lebih banyak digunakan untuk negara-negara pada lintang tengah karena persinggungan yang digunakan pada daerah lintang 45o, sehingga di sekitar lintang ini memiliki distorsi yang kecil dan semakin jauh dari lintang 45o atau mendekati daerah kutub distorsinya akan semakin besar. Ini yang menyebabkan proyeksi kerucut hanya digunakan untuk daerah kajian yang sempit. Sistem proyeksi yang terakhir adalah conical tangential oblique yang memiliki kesamaan dengan sistem proyeksi conical tangential normal. Kesamaan adalah bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang kerucut serta persinggungannya yaitu tangential (berhimpit/ menyinggung di salah satu titik). Perbedaan terdapat pada posisi sumbu sistem proyeksi yang digunakan yaitu oblique. Oblique menunjukkan posisi sumbu simetri yang membentuk sudut bumi terhadap bola bumi. Keuntungan dari posisi sumbu proyeksi ini adalah sesuai untuk pengambaran atau pemetaan pada daerah lintang tengah dan salah satu kutub. Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta Distosi akan bernilai kecil pada kedua daerah tersebut tetapi akan semakin besar pada sisi kutub sebaliknya yang tidak terliputi seluruhnya. Beberapa jenis contoh proyeksi diatas dapat dikatakan bahwa penyajian

model bumi dari bidang lengkung ke bidang datar tidak ada yang sempurna. Masing-masing proyeksi memiliki karakteristiknya tersendiri, baik memiliki kelebihan maupun kekurangan. Sistem proyeksi yang digunakan di suatu wilayah terkait dengan bagaimana cara meminimalisasi adanya distorsi pada saat proses pemindahan dengan menggunakan suatu teknik yang disebut proyeksi. Proses meminimalisasi ini dilakukan dengan mementingkan sifat apa yang ingin dipertahankan.

VIII.

KESIMPULAN 1. Penyajian model bumi dari bidang lengkung ke bidang datar tidak ada yang sempurna, hanya saja terkait dengan bagaimana cara meminimalisi adanya distorsi pada saat proses pemindahan dengan menggunakan suatu teknik yang disebut proyeksi. 2. Proyeksi berorientasi pada pemindahan garis meridian dan paralel pada globe secara sistematis dan matematis dengan meminimalkan adanya distorsi. 3. Proyeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tidak ada satupun jenis proyeksi yang sempurna. 4. Pemilihan sifat yang dipertahankan dilakukan berdasarkan tujuan dari pemetaan dan letak kenampakan permukaan bumi yang ingin dipetakan, serta bentuk dan besar dari area yang ingin dipetakan. 5. Setiap sistem proyeksi mempunyai ciri-ciri yang berbeda tergantung bidang proyeksinya, persinggungan, posisi sumbu, arah penyinaran, yang selanjutnya berpengaruh pada kelebihan dan kekurangannya.

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Laporan Praktikum Proyeksi Peta DAFTAR PUSTAKA

Susilo, Bowo. 2010. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Sukwardjono dan Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Wongsotjitro, Soetomo. 1982. Ilmu Proyeksi Peta. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.

Reno Adhi Yuwono 11/313449/GE/07018 Kartografi dan Penginderaan Jauh

Vous aimerez peut-être aussi