Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
menggunakan atau menyewa tempat pada sebuah hotel atau gedung-gedung yang
ada. Disadari atau tidak, cepat atau lambat gereja tersebut harus membutuhkan
tempat yang lebih nyaman dan bersifat permanen, hal ini terlihat dari data jumlah
pendatang yang ada di Yogyakarta ataupun jumlah jemaat yang ada pada gereja
tersebut. Tidak berlebihan rasanya kalau gereja tersebut harus menambah gedung
baru dengan kapasitas yang memadai agar para jemaat yang menggunakan dapat
merasa nyaman dan tidak was-was karena takut tidak mendapatkan tempat saat
hendak beribadah.
Perancangan gereja ini menggunakan pemanfaatan cahaya alami sebagai
dasar perancangan. Hal ini didasarkan pada alasan psikologis, spiritual dan
fisiologis. Pencahayaan alami memiliki konsekuensi estetis, baik pada interior
maupun pada eksterior bangunan.1 Dengan pencahayaan alami, kita bisa
menghemat energi untuk masa depan yang berkelanjutan dan dapat mengurangi
penggunaan listrik, sehingga sedikit pula polusi yang dibuang ke lingkungan. Jadi,
sebagai usulan desain untuk gereja, diharapkan pencahayaan alami bisa
mendukung kegiatan yang ada di dalam gereja sehingga dapat berlangsung
dengan baik.
1
Norbert Lechner, ed., Heating, Cooling, Lighting (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.
457, mengutip Louis Kahn.
2
J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), hal. 272.
2
Pemanfaatan cahaya alami adalah pemanfaatan sinar atau terang (dari
sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu) yang memungkinkan mata
menangkap bayangan benda-benda di langit dan di bumi.3
Penggunaan cahaya alami di siang hari harus mempertimbangkan berbagai
faktor perancangan, meliputi: distribusi cahaya dari langit cerah, variasi dalam
intensitas dan arah cahaya matahari, efek dari cahaya yang tersedia pada area
lokal, pertamanan, dan bangunan sekitar.
Jenis/tipe pencahayaan alami: penyaluran cahaya dari jendela samping,
penyaluran cahaya dari jendela atas, kombinasi pengaturan jendela samping dan
jendela atas, pengaturan maju mundur jendela atas dari dinding samping, jarak ke
dinding belakang, ketinggian dari jendela atas, dan kemiringan jendela atas.
Material yang digunakan untuk pemanfaatan cahaya alami dibagi menjadi
2 yaitu yang memantulkan dan yang meneruskan. Yang memantulkan terdiri dari:
spekular (kaca cermin, kromium, plastik yang menyerupai logam, aluminium
yang halus, besi yang tahan karat, kaca gelap, aluminium proses), menyebarkan
(aluminium proses, kromium satin, cat aluminium, aluminium etched, aluminium
brushed), penyebaran (plesteran putih, lapisan porselen, kaca putih, terakota putih,
batu kapur, cat putih. Yang meneruskan terdiri dari: kaca (kaca bening, kaca pasir,
kaca baur, batu pualam yang putih, kaca padat buram), plastik (warna-warni,
putih, lensa prismatik bening), marmer, batu pualam putih.
1.3. Tujuan
Merancang Gereja Kristen Indonesia di Yogyakarta dengan memanfaatkan
cahaya alami sebagai dasar perancangan.
3
Ibid., hal. 145.
3
1.4. Sasaran
1. Melakukan studi tentang gereja.
2. Melakukan studi tentang Gereja Kristen Indonesia.
3. Melakukan studi tentang Yogyakarta.
4. Melakukan studi tentang cahaya alami sebagai dasar perancangan.
5. Melakukan studi tentang manfaat cahaya.
4
C. Metode Perancangan
Metode yang digunakan dalam merancang Gereja Kristen Indonesia di
Yogyakarta yaitu dengan memanfaatkan cahaya alami yang ada, sehingga
dapat menunjang aktifitas yang terjadi di dalam gereja tersebut.
D. Metode Penataan
Metode penataan gedung gereja secara cluster dimana kelompok massa
mengacu pada ruang-ruang yang memiliki kedekatan hubungan atau bersama-
sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan tertentu. Seperti: gedung gereja
dikelompokkan pada zona utama; ruang peralatan, ruang konsistori, ruang
administrasi, ruang kantor pendeta, ruang koster gereja, ruang kelas,
perpustakaan, toko buku, dan studio musik dikelompokkan pada zona
penunjang; sedangkan dapur, gudang, pos satpam, WC pria, WC wanita,
parkir mobil, dan parkir motor dikelompokkan pada zona servis.
5
Bab 5. ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN GEREJA KRISTEN INDONESIA
Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan
dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada
lokasi atau site tersebut.
6
BAB 2
TINJAUAN GEREJA KRISTEN INDONESIA
DI YOGYAKARTA
4
Khairudin H, Filasafat Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta), hal. 1.
7
2.1.2. Kondisi Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7o 33’ LS 8o 15’ dan 110o 5’
BT – 110o 48’ BT. Daerah Istimewa Yogyakarta wilayahnya meliputi wilayah eks
daerah Swapraja Kasultanan Yogyakarta dan eks Swapraja Pakualaman serta eks
Kapanewon Ngawen di Gunung Kidul; Kawedanan Imogiri dan Kapanewon
Kotagede di Bantul, dimana ketiga daerah tersebut semula termasuk wilayah
Propinsi Jawa Tengah, yang keseluruhannya 3.180,80 km2.5
5
Keistimewaan Yogyakarta. www.pemda-diy.go.id
6
http://www.unosat.web.cern/chunosat/freeproduct/indonesia.htm
8
kelembaban udara sebesar 49.2% hingga 95.1%, tekanan udara 1.008,5mb-
1.013,4mb dengan arah angin 180° - 240°
Batas-batas administrasi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:7
- Sebelah Timur dan Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan
Wonogiri.
- Sebelah Barat dan Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
dan Magelang.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Merapi.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia (Lautan Indonesia) atau
dikenal masyarakat sebagai Segara Kidul.
7
Khairudin H, Op. Cit., hal. 4 et seq.
9
untuk berlibur dan datang untuk menikmati keindahan alam di Yogyakarta. Selain
sebagai tujuan wisata, Yogyakarta juga menjadi kota pelajar dan merupakan salah
satu tempat tujuan hidup bagi para penduduk urban untuk menetap di kota ini.
Dengan adanya kemajuan dan tingkat pertumbuhan yang tinggi,
masyarakata kota Yogyakarta tentu membutuhkan fasilitas atau bangunan publik
yang bisa mencukupi kebutuhan mereka juga. Salah satunya adalah tempat
ibadah. Tempat ibadah menjadi elemen terpenting mengingat negara kita adalah
negara Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun, fasilitas ini semakin lama semakin
kurang mendukung. Hal ini dikarenakan karena setiap tahun pertumbuhan
penduduk semakin cepat tetapi kurang disertai dengan sarana dan prasarana yang
mencukupi untuk ibadah.
Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk di propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta:8
Tabel 2.1. Jumlah Pemeluk Agama Menurut Golongan dan Kabupaten/Kota di Propinsi D.I.Y
Kabupaten/Kota Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kulonprogo 420.408 5.720 21.382 7 670 - 448.187
Bantul 768.511 11.996 23.192 837 618 12 805.155
Gunungkidul 719.152 14.792 16.659 1.962 443 - 753.008
Sleman 808.154 27.834 59.224 1.025 551 868 897.656
Yogyakarta 402.602 37.958 63.008 2.133 3.218 227 509.146
D.I.Y 3.118.827 98.300 183.48 5.964 5.500 1.107 3.413.183
5
2003 3.114.444 100.02 168.91 6.141 4.858 153 3.394.535
5 4
2002 3.084.99 92.097 162.80 5.798 5.387 117 3.351.195
0 6
2001 3.059.95 89.924 158.96 6.209 5.728 103 3.320.913
7 2
2000 3.034.80 89.259 157.96 6.077 5.460 153 3.293.714
5 0
1999 3.000.23 86.654 162.64 5.727 6.384 298 3.261.941
4 4
1998 3.006.17 92.674 159.44 5.637 5.154 708 3.269.785
8
D.I Yogyakarta Dalam Angka 2004 (Yogyakarta: Kanwil Departemen Agama Propinsi D.I.Y)
10
1 1
11
Saat ini di Yogyakarta memiliki 4 Gereja Kristen Indonesia. Gereja-gereja
tersebut adalah GKI Ngupasan, GKI Wongsodirjan, GKI Gondomanan dan yang
terakhir adalah GKI Gejayan. Awal mulanya gereja-gereja tersebut muncul karena
pada awal abad 20-an, presiden memberi ijin kepada Pdt. J. Zwaan untuk
melakukan pemberitaan Injil di daerah Yogyakarta. Sasarannya adalah penduduk
asli atau suku jawa. Karena itu dibangunlah sebuah gedung gereja yang dikenal
dengan Gereja Kristen Jawa Klitern, yang dilayani dalam bahasa jawa. Pada tahun
1905, dibaptilah orang Tionghoa pertama di GKJ Klitren bahkan beberapa waktu
kemudian menjadi majelis jemaat GKJ Klitren.10
Dalam perkembangan berikutnya, para Tionghoa peranakan menumpang
beribadah dalam bahasa melayu di Jl. Pajeksan sejak sekitar tahun 1920. Pada
tahun 1928 dirasakan perlu untuk menyewa rumah di Jl. Ngabean (KHA Dahlan)
dan mengangkat Go Tiang Lioe menjadi Guru Injil yang merangkap kepala
sekolah. Kemudian, karena tempat kebaktian di Jl. Ngabean tak cukup lagi, pada
tahun 1929 mereka pindah ke Jl. Ngadiwinatan dan disanalah jemaat ini
didewasakan pada tanggal 3 Juni 1934 dengan nama Tiong hoa Kie Tok Kauw
Hwee. Sekali lagi jemaat tersebut pindah alamat yakni ke Jl. Ngupasan No. 21.
Karena perkembangan jemaat bertambah pesat seiring dengan kehadiran
Universitas Gajah Mada (UGM) maka pelayanan mahasiswa pun semakin
meningkat. Dengan didorong makin bertambahnya jumlah jemaat maka jemaat
pun bertekad untuk membangun gedung gereja yang baru di Jl. Ngupasan No. 19.
Pembangunan gedung gereja terlaksana dibawah pimpinan arsitek Oei Kang Yan
dan diresmikan pada tahun 1961.
Ketika GKI Ngupasan menyadari, bahwa jumlah anggotanya telah
mencapai angka lebih dari 2000 orang pada tahun 1983, maka dirasakan perlu
untuk mengembangkan jemaat ke arah Utara. Untuk keperluan itu, majelis jemaat
membeli tanah seluas lebih kurang 1.600 m2 dan mendirikan bangunan di atasnya
di Jl. Wongsodirjan No. 2 Yogyakarta. Hal inilah awal mula berdirinya GKI
Wongsodirjan
10
Sejarah Jemaat-Jemaat GKI SW Jateng (Indonesia: PT Intan Sejati Klaten, 2007), hal. 227-244.
12
GKI Ngupasan terus mengembangkan pos-pos kebaktian ke berbagai arah.
Semula, sama sekali tidak ada rencana untuk memproyeksikan wilayah
Gondomanan menjadi sebuah jemaat dewasa. Namun karena seorang anggota
jemaat menghibahkan sebidang tanah seluas 175 m2 dan bangunan diatasnya
dengan alamat di Jl. Gondomanan No. 1. Setelah pergumulan selama 7 tahun
(1987-1994) maka pada tanggal 23 Desember 1985 berdirilah GKI Gondomanan.
GKI Gejayan pada awal pembentukannya merupakan bagian dari
persekutuan wilayah GKI Ngupasan yang sering meliputi daerah Yogyakarta
bagian Utara-Timur. Kemudian, sekitar tahun 1990-an mulai merintis rencana
pembangunan gedung gereja di daerah Gejayan. Seiring dengan bertambahnya
jumlah anggota jemaat dan pengunjung (tamu dan simpatisan), maka melalui
proses pendewasaan pada tanggal 3 Maret 2000 berdirilah GKI Gejayan dengan
jumlah anggota 206 anggota sidi.
11
Ibid.
13
Berikut adalah jadwal kebaktian yang masing-masing kebaktian memiliki
kekhasan suasana ibadah, yaitu:
- Hari Sabtu jam 16.00 WIB merupakan Kebaktian Inovatif.
- Hari Minggu jam 6.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).
- Hari Minggu jam 8.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).
- Hari Minggu jam 10.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).
- Hari Minggu jam 12.00 WIB merupakan Kebaktian Ekspresif.
- Hari Minggu jam 16.00 WIB merupakan Kebaktian Impresif.
- Hari Minggu jam 18.30 WIB merupakan Kebaktian Impresif.
- Hari Minggu jam 9.30 WIB Kebaktian Umum di Pos Kebaktian Hotel
Quality Yogyakarta.
Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung (tamu/simpatisan) pada GKI
Gejayan pada tanggal 25/26 Agustus 2007:12
Tabel 2.3. Jumlah Pengunjung GKI Gejayan
Keterangan GKI Gejayan Quality
Hotel
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
6.00 8.00 10.00 12.00 16.00 18.30 9.15
Hari Sabtu - - - - 115 - -
Hari Minggu 296 696 578 302 426 652 85
JUMLAH 3.150
Sumber: Warta Jemaat No. 20 Tahun VII Sabtu/Minggu, 25/26 Agustus 2007
2.5. Fasilitas Dalam Gereja
Hasil survey dan wawancara di GKI Gejayan Yogyakarta bersama pak
Yuliato pada tanggal 6 September 2007, yang meliputi besaran ruang, intensitas
penggunaan ruang serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di gereja tersebut adalah:13
Tabel 2.4. Fasilitas, Besaran Dan Intensitas Pemakaian Ruang Di GKI Gejayan
No. Nama Ruang Intensitas Pemakaaian Per Besaran
Minggunya Dalam Meter
1. Ruang Yerikho 7 X dalam seminggu 6 x 7
2. Ruang Zaitun 7 X dalam seminggu 6 x 7
12
Warta Jemaat (Yogyakarta: GKI Gejayan, 2007), hal. 10.
13
Yulianto, Berdasarkan Hasil Survei Tanggal 6 September 2007
14
3. Ruang Hermon 7 X dalam seminggu 4 x 7
4. Ruang Yordan 5 X dalam seminggu 6 x 10
5. Ruang Siloam 3 X dalam seminggu 6 x 4
6. Ruang Perpustakaan 7 X dalam seminggu 3 x 4
7. Studio Musik 7 X dalam seminggu 4 x 7
8. Ruang Konsistori 2 X dalam seminggu 4 x 10
9. Ruang Kebaktian 2 X dalam seminggu 19 x 52
10. Ruang Kebaktian Kecil 2 X dalam seminggu 5 x 6,5
11. Ruang Koster 7 X dalam seminggu 3 x 4
12. Kamar Mandi Pria 7 X dalam seminggu 2 x 1,5
13. Kamar Mandi Wanita 7 X dalam seminggu 2 x 2
14. Dapur 7 X dalam seminggu 2 x 3
Sumber: Hasil Survey Dan Wawancara Penulis Pada Tanggal 6 September 2007
15
Gambar ruang-ruang di GKI Gejayan:
16
Pada saat survey tersebut terdapat perubahan pada ruang kantor gereja
Gejayan. Ruang yang semula menampung kegiatan administrasi ini dialih
fungsikan sebagai perluasan tempat ibadah karena ruang tersebut dianggap lebih
dibutuhkan untuk tempat beribadah berkaitan dengan letaknya yang strategis.
Oleh sebab itu, kegiatan perkantoran dari gereja ini dipindahkan ke ruang Zaitun
yang lokasinya berdampingan dengan ruang Yerikho dan ruang Yordan.
Pengalih fungsian ruang ini merupakan perluasan jangka pendek yang
harus ditempuh pihak gereja dalam mengatasi jumlah jemaat yang sangat banyak
pada gereja tersebut. Untuk perluasan jangka panjang pendeta Paulus Lie dalam
wawancara pada tanggal 7 September 2007 mengatakan bahwa pihak GKI
Gejayan telah berencana memperluas ke bagian Timur (wilayahnya terletak di
daerah Hotel Quality) Yogyakarta.14
2.6. Kesimpulan
GKI Gejayan merupakan GKI termuda di Yogyakarta. Dalam
perkembangannya, GKI Gejayan ini banyak menarik animo jemaat untuk
melakukan ibadah pada gereja tersebut. Hal ini terbukti dari jemaat yang hadir
tiap minggunya berjumlah lebih dari 3000 orang, tetapi anggota jemaat tetapnya
hanya kurang dari 1000 orang. Pertumbuhan jemaat yang pesat ini menyebabkan
pertambahan beberapa jam kebaktian. Namun karena jumlah jemaat yang terus
meningkat banyak, GKI Gejayan memaksimalkan ruang-ruang yang ada pada
gereja tersebut dengan cara melakukan pengalih fungsiaan ruang (ruang kantor
yang semula berada di depan ruang konsistori menjadi ruang ibadah kecil,
sehingga ruang kantor sekarang menempati ruang Zaitun yang terletak di dekat
taman doa).
Sampai pada saat ini, GKI Gejayan terus memaksimalkan pelayanannya
kepada Tuhan dan para jemaatnya. Hal itu terbukti dari adanya rencana GKI
14
Pendeta GKI Gejayan Paulus Lie, Berdasarkan Hasil Survei Tanggal 7 September 2007
17
Gejayan untuk memperluas wilayahnya ke bagian Timur Yogyakarta, yang mana
wilayahnya terletak di daerah Hotel Quality.
BAB 3
TINJAUAN
TEORITIS GEREJA KRISTEN
18
yang selanjutnya disebut IMB Rumah Ibadah adalah ijin yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota untuk pembangunan rumah ibadat.” Dalam Perber 2006,
mekanisme pendirian rumah ibadah diatur dalam Bab IV Pasal 13–17. Pasal 14
disebutkan:
(1) Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis bangunan gedung, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 28
tahun 2002.
(2). Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:
(a). Daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadah
paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat
setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (3);
(b). Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang
yang disahkan oleh Lurah/Kepala Desa;
(c). Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota;
(d). Rekomendasi tertulis dari forum kerukunan umat beragama
kabupaten/kota.
Permohonan pendirian rumah ibadah diajukan oleh panitia pembangunan
rumah ibadat kepada Bupati/Walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadah.
Bupati/Walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
sejak permohonan yang diajukan (Pasal 16).
19
1. (Port) rumah tempat beribadah bagi orang Kristen.
2. Mazhab atau kaum Kristen: persekutuan.
3. Organisasi umat Kristen yang sama aliran, ajaran dan tata caranya:
(-Katolik, -Protestan, dan lain-lain).
Jadi, gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa
dan tempat untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata
caranya (Katolik, Protestan, dan lain-lain). Pengertian lain gereja menurut
pengamatan gereja-gereja di Yogyakarta adalah tempat atau sarana dan prasana
untuk melakukan ibadah, persekutan orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus serta tempat melakukan pelayanan kepada jemaat gereja (belajar doa,
katekisasi, belajar menyanyi dan lain-lain) dan pelayanan kepada masyarakat di
sekitar gereja (pengadaan fasilitas kesehatan, seperti: poliklinik).
18
Majelis Sinode GPIB, Bahan Pelajaran Katekisasi (Jakarta: Majelis Sinode GBIP), hal. 4.
20
3. Segi Apostoler dan segi Ekstravert
Gereja tidak hanya sebagai jembatan antara Allah dengan orang-orang
percaya tetapi juga jembatan antara Allah dengan manusia.
21
- Kantor asisten Pendeta.
3. Sekolah minggu dan fasilitas pendidikan gerejawi:
- Kelas taman kanak-kanak.
- Kelas taman kanak-kanak lanjutan.
- Kelas junior.
- Kelas senior.
- Fasilitas kelompok-kelompok mahasiswa/pemuda.
- Fasilitas-fasilitas bagi orang dewasa.
- Fasilitas konseling keluarga.
- Fasilitas pembelajaran visual.
- Ruang ketrampilan anak.
- Ruang-ruang pelatihan gerejawi.
- Fasilitas perpustakaan.
4. Ruangan sosial/umum:
- Auditorium.
- Fasilitas dapur umum.
- Toilet.
- Ruang-ruang penyimpanan (untuk penyimpanan kursi, alat-alat, dan
peralatan).
- Lobi.
5. Rumah Gereja.
6. Dapur.
7. Pelataran parkir.
8. Pertamanan. Pertamanan
Untuk Skema
Kawasan
3.5. Pencapaian Antar Ruang
Tuntutan arsitektural untuk ruang-ruang
Area di dalam gereja Kristen maupun
untuk bangunan gereja Kristen, misalnya: pencapaian antar ruang.21
Gereja
Menara
21
Ibid. Pendidikan Adminsitrasi Sosial
Hubungan
Rencana 22
Kawasan
Diagram 3.1. Pencapaian Antar Ruang
Sumber: Time-Saver Standars For Building Types, tahun 1983
22
Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), hal. 115.
23
pemimpin paduan suara dan paduan suara harus dipertimbangkan dengan
teliti.
c. Tiap sektor jemaat harus menikmati kondisi mendengar yang baik selama
tiap acara kebaktian. Karena ruang dalam auditorium gereja selalu lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan secara akustik, pengendalian ruang
dengung akan membutuhkan sejumlah lapisan akustik.
d. Ruang-ruang gandeng membutuhkan pengendalian dengung tersendiri
supaya kondisi dengung di dalamnya tidak bertentangan dengan kondisi
dengung yang berlaku dalam bagian utama auditorium gereja.
e. Perhatian yang luar biasa harus diberikan untuk mengeliminasi bising
sebagian kebutuhan awal untuk meditasi dan berdoa.
Masalah akustik akan menjadi semakin rumit apabila volume auditorium
gereja bertambah. Untuk pembangunan sebuah gereja disarankan untuk tidak
memiliki lantai yang denahnya membentuk lingkaran atau melengkung. Lantai ini
biasanya mempunyai atap kubah, dengan demikian menimbulkan cacat akustik
yang serius karena gema, pemusatan bunyi, pemantulan yang sangat lama dan
distribusi bunyi yang tidak merata.
Dalam rancangan akustik gereja-gereja, perlu juga diperhatikan hakekat
pelayanan keagamaan dalam agama-agama yang berbeda. Karena waktu dengung
reverberation time (RT) optimum akan tergantung pada apakah kotbah ataukah
musik yang dianggap penting dalam suatu kebaktian. Pilihan harus diberikan pada
elemen yang lebih penting karena jarang dimungkinkan untuk menyediakan
kondisi mendengar dengan baik sekali untuk kotbah maupun untuk musik pada
saat yang sama.
2. Letak Mimbar.
Jenis-jenis peletakan mimbar pada beberapa gereja:23
23
Ernst Neufert, Data Arsitek, terj. Sjamsu Amril (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990), hal. 184.
24
Gambar 3.1. Denah Gereja Hanweiler, Jerman Gambar 3.2. Denah Gereja Planneg, Jerman
Sumber: Data Arsitek, tahun 1990 Sumber: Data Arsitek, tahun 1990
Gambar 3.3. Salah Satu Denah Gereja Di Swedia Gambar 3.4. Denah Gereja Cologne-Riehl, Jerman
Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur, tahun 1990 Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur, tahun 1990
24
Calysvie Yapri dan Sofyan M. Nasir, ed., dasar-Dasar Arsitektur (Bandung: Penerbit M2S,
1990), hal. 139.
25
Ernst Neufert, Op. Cit., hal. 185.
25
Gambar 3.6. Tempat Duduk Jemaat
Sumber: Data Arsitek, tahun 1990
26
menggunakan satu sirkulasi sebesar 1 meter.
B. Untuk penggunaan satu bangku dengan panjang sekitar 9 meter
menggunakan dua sirkulasi masing-masing sebesar 1 meter.
C. Untuk penggunaan dua bangku dengan panjang masing-masing sekitar 5
meter menggunakan satu sirkulasi sebesar 1,6 meter.
D. Untuk penggunaan dua bangku dengan panjang masing-masing sekitar 9
meter menggunakan tiga sirkulasi, dua sirkulasi sebesar 1,2 meter pada
tepi-tepi bangku dan satu sirkulasi sebesar 1,8 meter berada di tengah-
tengah.
27
Ernst Neufert, Data Arsitek, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), hal. 190.
27
Ruang yang dibutuhkan dalam hubungan program dan ukuran sekolah
minggu, adalah:28
28
John Hancock Callender, Op. Cit., hal. 594.
28
pengajar. minggunya, memisahkan
ruang ini dan mereka.
taman kanak-
kanak boleh
digunakan.
Taman Pendaftaran Pendaftaran Pendaftaraan Pendaftaraan 3 sesi akan
kanak- untuk 12 untuk 16-25 untuk 40-50 64-100 murid. menye-
kanak 1, murid. Ruang murid. 1 murid. 2 ruang, 4 ruang, 2 ruang diakan
2, untuk terpisah. ruang 1untuk umur 4 untuk murid ruang yang
usia 4-5 Jangan digunakan tahun dan 1 lagi umur 4 tahun lebih
tahun. memasukkan untuk berdua untuk 5 tahun. dan 2 ruang mencukupi
murid umur 3 selama jam Ini sangat untuk murid setiap
tahun dengan sekolah membantu umur 5 tahun ; kelompok
mengor- minggu dan mendapatkan atau 2 ruang (1 umur.
bankan murid jam gereja; ruang yang ruang setiap
umur 4-5 batas waktu bergandengan umur) digunakan
tahun. ditentukan untuk dapat 2-3 sesi.
oleh para digunakan oleh
pengguna. para anak-anak.
Sumber: Time-Saver Standars For Building Types, tahun 1983
3.8. Kesimpulan
Mekanisme pendirian rumah ibadat diatur dalam Bab IV Pasal 13–17.
Pendirian rumah ibadat khususnya gereja, harus memenuhi persyaratan antara
lain:
1. Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang.
2. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang.
3. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
4. Rekomendasi tertulis dari forum kerukunan umat beragama
kabupaten/kota.
Gereja Kristen yang direncanakan nantinya adalah gereja Kristen yang
bisa menunjang seluruh kegiatan dan aktivitas para jemaat yang berada
didalamnya. Perwujudan dari perancangan gereja diharapkan dapat memberikan
kenyamanan bagi para jemaat terutama pada waktu mereka datang untuk
beribadah.
29
Dalam mewujudkan kenyamanan pada ruang ibadah tersebut, gereja ini
harus memperhatikan dari segi akustik ruang, peletakan mimbar, pengaturan jarak
bangku yang baik serta memperhatikan lebar gang pada setiap tepi dari
pengaturan jarak bangku tersebut. Pemanfaatan ruang yang baik dapat membantu
para jemaat lebih nyaman dan lebih fokus kepada ibadah yang akan mereka
lakukan serta dapat menampung jumlah pemakai gereja tersebut dengan lebih
efisien.
BAB 4
TINJAUAN TEORITIS BANGUNAN
YANG MEMANFAATKAN
CAHAYA ALAMI
29
Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 410.
30
meningkatnya perkembangan kombinasi kaca dengan cara baru pemakaian besi
pada sistem struktur.
Para pakar arsitektur abad ke-20 meneruskan penggunaan cahaya alami
sebagai kebutuhan fungsional dan dramatisasi. Pada museum Guggenheim di New
York, Frank Lloyd Wright menggunakan cahaya alami untuk pencahayaan karya
seni dengan cahaya tidak langsung dari jendela dan atrium yang tertutup kubah
kaca. Pada Johnson Wax Building di Racine, Wisconsin, ia menciptakan ruang
tanpa kelihatan adanya batas dengan membiarkan cahaya alami masuk terus-
menerus melalui dinding dan tepi atap. Cahaya alami juga masuk melalui skylight
yang mengelilingi kolom berbentuk jamur.
Sejarah singkat ini menggambarkan bagaimana pentingnya peran cahaya
alami pada dunia arsitektur pada masa sekarang dan masa yang akan datang
nantinya.
30
J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Op Cit., hal. 145.
31
Ibid., hal. 19.
31
4. Lingkungan kehidupan : - akhirat
5. Segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap sebagai
satu keutuhan : tumbuh-tumbuhan : pikiran
6. Segala daya yang menyebabkan terjadinya dan
seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini :
hukum - ; ilmu
7. Yang bukan buatan manusia : karet –
Jadi, pemanfaatan cahaya alami adalah pemanfaatan sinar atau terang (dari
sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, dan benda-benda langit lainnya)
yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di langit dan di
bumi.
32
Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 422.
32
Cahaya dari jendela menimbulkan gradien iluminasi yang berlebihan
dalam ruang ini (area dekat dinding belakang terlalu gelap dibandingkan
dengan yang dekat jendela).
Gambar 4.3. Silau Dari Sebuah Jendela Yang Posisinya Berdekatan Dengan Dinding
Samping Akan Lebih Sedikit Dibanding Jendela Di Tengah Dinding
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
3. Mencegah berlebihnya rasio tingkat terang (terang utama yang
disebabkan oleh sinar matahari langsung)
33
Gambar 4.4. Kelebihan Rasio Terang Yang Berlebihan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
4. Mencegah atau meminimalkan selubung pemantul (khususnya dari
skylight dan jendela clerestory)
34
a. Untuk pencahayaan alami ketika panas diharapkan, gunakan jendela
menghadap ke Utara.
b. Untuk pencahayaan alami ketika panas tidak diharapkan, gunakan
jendela yang menghadap Selatan.
c. Untuk pencahayaan alami tanpa harus terjadi silau dan panas berlebih
pada musim panas, kontrolah jendela yang menghadap Timur atau Barat.
2. Pencahayaan melalui atap.
Hanya satu lantai atau lantai teratas dari bangunan bertingkat banyak yang
dapat mengunakan bukaan dari atas. Saat diaplikasikan, bukaan horizontal
menawarkan dua keuntungan penting, yaitu :
a. Mereka membiarkan iluminasi tidak seragam secara adil pada area
interior yang sangat luas, sementara cahaya alami dari jendela terbatas
pada kedalaman 4,5 meter.
Gambar 4.6. Pencahayaan Alami Terbatas Pada Area Sekitar 4,5 Meter
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
b. Bukaan horizontal juga menerima lebih banyak cahaya dari pada bukaan
vertikal. Sayangnya, beberapa masalah penting menyertai orientasi ini.
Intensitas cahaya lebih besar pada saat panas. Membuat bayangan pada
bukaan horizontal merupakan hal sulit. Untuk alasan-alasan ini, sering
disarankan untuk menggunakan bukaan vertikal pada atap dalam bentuk
jendela, clerestory, monitor, atau pengaturan seperti gigi gergaji.
35
Gambar 4.7. Kemungkinan Bukaan Pada Atap Untuk Pencahayaan Alami
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
3. Bentuk.
Bentuk bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal
dan vertikal, tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses
terhadap pencahayaan alami. Umumnya, pada bangunan bertingkat banyak, 4,5
meter zona perimeter sepenuhnya mendapat cahaya alami, dan 4,5 meter di
atasnya secara parsial.
4. Perencanaan Ruang.
Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya
ke dalam interior. Partisi kaca dapat diberi penyelesaian akustik untuk
memperoleh privasi tanpa menghalangi cahaya. Jika atau ketika privasi visual
juga diperlukan, tirai atau kerai yang dapat menutup kaca atau material tembus
cahaya dapat digunakan. Alternarifnya, partisi dapat terbuat dari kaca pada
ketinggian di atas mata.
Gambar 4.8. Partisi Kaca Penuh Atau Sebagian Memungkinkan Pinjaman Cahaya
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
5. Warna.
Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan
lebih banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti
dalam penyebaran cahaya. Atap dengan warna ringan dapat meningkatkan cahaya
36
yang dikumpulkan clerestory. Jendela yang berdekatan atau berlawanan dengan
dinding eksterior berwarna ringan akan menerima lebih banyak cahaya alami.
Fasade berwarna ringan penting dalam area urban untuk meningkatkan
kemampuan pencahayaan alami pada lantai.
Interior berwarna terang tidak hanya dapat memantulkan cahaya lebih jauh
ke dalam ruang, tetapi juga menyebarkannya untuk mengurangi bayangan gelap,
silau, dan rasio tingkat terang berlebih. Plafon harus memiliki faktor pemantulan
semaksimal mungkin. Lantai dan beberapa mebel kecil merupakan faktor
pemantul terkecil dan mungkin hanya memiliki sedikit pantulan (lapisan penutup).
6. Bahan Terpisah.
Gunakan bahan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami.
Gunakan jendela tinggi, clerestory, atau skylight untuk pencahayaan alami yang
baik, dan gunakan jendela rendah untuk pemandangan. Glazing tinggi harus
bening atau selektif terhadap spektrum yang masuk, sedangkan glazing rendah
harus terlapisi atau memantulkan untuk mengendalikan silau.
34
Ibid., hal. 426.
37
Gambar 4.9. Penetrasi Pencahayaan Alami Meningkat Sesuai Dengan Ketinggian Jendela
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Kedalaman yang berguna untuk cahaya alami terbatas 1,5 kali tinggi atas
jendela. Jika memungkinkan, ketinggian plafon harus dapat dinaikkan supaya
jendela dapat lebih tinggi. Area jendela harus sedikitnya 20 persen dari besaran
lantai karena adanya kelebihan panas pada saat panas dan kehilangan panas pada
saat tidak panas. Dengan penggunaan reflektor dan penyebaran cahaya, area
jendela kecil dapat mengumpulkan jumlah cahaya alami yang besar.
2. Jika mungkin, tempatkan jendela pada lebih dari satu dinding.
Hindari pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu sisi dinding), dan
gunakan pencahayaan bilateral (jendela pada dua sisi dinding) untuk penyebaran
cahaya yang jauh lebih baik dan mengurangi silau.
38
Gambar 4.11. Distribusi Cahaya Dapat Ditingkatkan Oleh Dinding Samping
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Silau pada jendela juga dikurangi karena berkurangnya rasio tingkat terang
antara jendela dan dinding karena pantulan balik dari dinding di sampingnya.
Gambar 4.12. Silau Dari Sebuah Jendela Yang Posisinya Berdekatan Dengan Dinding
Samping Akan Lebih Sedikit Dibanding Jendela Di Tengah Dinding
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Gambar 4.13. Kontras Dikurangi Dengan Cara Menonjolkan Atau Membentuk Lengkung
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
5. Saring cahaya alami.
Sinar matahari dapat disaring dan diperlembut dengan pohon atau beberapa
benda lain seperti teralis dan pembatas tembus pandang. Bukaan tembus pandang
atau penutup yang sangat ringan dapat membuat masalah silau bertambah buruk.
39
Walaupun mereka menyebarkan sinar matahari langsung, mereka lebih sering
menjadi sumber terang berlebih dalam prosesnya.
Gambar 4.14. Glazing Yang Tembus Cahaya Bisa Menjadi Sumber Silau
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
6. Lindungi jendela dari sinar matahari berlebih pada saat panas.
Idealnya, hanya sejumlah kecil sinar matahari yang diperbolehkan masuk
melalui jendela pada saat panas, tetapi dalam jumlah maksimum pada saat dingin.
Pada setiap waktu, bagaimanapun cahaya seharusnya disebar dengan
memantulkan ke plafon. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, cahaya harus
terlebih dahulu dilindungi sebelum masuk. Overhang pada jendela Selatan dapat
memberikan kita kendali musimam yang ideal. Mereka juga dapat menghilangkan
kelompok sinar matahari, mengurangi silau, dan bahkan mengeluarkan gradien
cahaya yang melewati ruang. Jika sebuah overhang besar digunakan, maka bagian
bawahnya harus berwarna putih untuk memantulkan cahaya permukaan.
40
Gambar 4.16. Kisi-Kisi Horizontal Yang Memancarkan Cahaya
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
41
Gambar 4.18. Peneduh Otomatis Pada Fasad Barat Dan Timur
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Gambar 4.19. Lantai Beton Yang Berwarna Terang Dapat Memantulkan Cahaya
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Pada bangunan bertingkat banyak, bagian struktur dapat digunakan untuk
memantulkan cahaya dalam ruang. Penutup di bagian bawah dari jendela dapat
efektif, tetapi juga bisa berpotensi menjadi sumber silau
Gambar 4.20. Bibir Jendela Yang Lebar Bisa Digunakan Sebgai Pemantul
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Light shelf mencegah masalah silau ketika ditempatkan di atas tingkat
mata. Light shelf ini berfungsi sebagai overhang untuk glazing yang lebih banyak
35
Ibid., hal. 430.
42
untuk mencegah masuknya sinar matahari langsung yang menghasilkan kumpulan
cahaya matahari. Overhang ini juga dapat meredam silau dengan menghalangi
pandangan dari langit terang pada jendela yang lebih rendah. Silau dari jendela
atas dapat dikendalikan kisi-kisi atau dengan menambahkan Light shelf di
dalamnya.
43
1. Spekular:
- Kaca cermin. - Besi yang tahan karat.
- Kromium. - Kaca gelap
- Plastik yang menyerupai logam. - Aluminium proses.
- Aluminium yang halus (polished).
2. Menyebarkan:
- Aluminium proses (processed). - Cat aluminium.
- Aluminium (etched). - Kromium satin.
- Aluminium (brushed).
3. Penyebaran:
- Plesteran putih. - Kaca putih.
- Lapisan porselen. - Terakota putih.
- Batu Kapur. - Cat Putih.
Yang bersifat meneruskan terdiri dari:
1. Kaca:
- Bening. - Kaca pasir.
- Kaca padat buram. - Kaca kabur,
- Kaca gores.
2. Plastik:
- Warna-warni. - Putih.
- Lensa prismatik bening (clear prismatic lens).
3. Marmer.
4. Batu pualam putih.
Glazing transparan memiliki beberapa tipe: bening, berwarna, menyerap
panas, dan spectrally selective (glazing yang memantulkan dapat menghalangi
radiasi inframerah matahari sekaligus dapat menyebarkan radiasi yang dapat
terlihat). Tipe glazing berwarna, menyerap panas, dan memantulkan jarang
diperlukan untuk mengumpulkan cahaya alami karena mereka mengurangi
transmisi cahaya. Dalam pencahayaan alami, mereka kadang-kadang digunakan
untuk mengendalikan silau dengan cara mengurangi perbedaan rasio terang antara
jendela dan dinding. Ketiga tipe glazing ini tidak otomatis menyelesaikan masalah
44
karena kemungkinan mereka mengurangi terang ruang dalam, sebanyak
mengurangi terang pandangan. Jadi, rasio tingkat terang berkurang sama, seperti
juga silau. Glazing berwarna atau memantulkan dapat meredam silau meskipun
ruang dalam juga diiluminasi oleh sumber lainnya, seperti skylight atau jendela
clerestory, bukan oleh jendela biasa.
Dalam beberapa kasus, pengurangan transmisi pemandangan memperbaiki
masalah silau karena mengurangi terang jendela menjadi lebih dekat terang ruang
dalam. Tentu saja cahaya buatan juga dapat meningkatkan terang dalam, tetapi
menggunakannya untuk meredam silau mengalahkan seluruh ide pencahayaan
alami.
45
Gambar 4.25. Glass Block
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
46
Skylight adalah bukaan berlapis kaca horizontal atau miring pada atap.
Dari bukaan tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak terbatas, dan
akibatnya, memancarkan iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar
matahari tidak diinginkan pada beberapa objek visual, masuknya sinar matahari
harus disebar dalam berbagai cara. Berikut ini beberapa strategi umum untuk
skylight :
1. Skylight untuk keseragaman cahaya.
47
Gambar 4.29. Pada Ruang Yang Tinggi Silau Lebih Sedikit
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
48
Gambar 4.32. Skylight Dengan Kemiringan Curam
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
49
Gambar 4.35. penangkap Cahaya
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
Keuntungan lain dari tipe pencahayaan atas ini adalah peyebaran cahaya
alami yang dihasilkan karena banyak cahaya yang masuk plafon. Karena cahaya
dengan mudah dapat disebarkan saat di dalam, glazing dapat bersifat transparan.
38
Ibid., hal. 442.
50
Gambar 4.37. Keuntungan Pencahayaan Atas
Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007
39
John R. Hoke, ed. Wiley, Architectural Grapic Standar (1998)
51
1. Overhang Selatan, Menangkap udara
Panel horizontal Barat, dan panas
Timur
52
(tempat telur) Timur sangat panas
Pemandangan sangat
terbatas
Menangkap udara
panas
40
Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 243.
53
Karena pemandangan merupakan prioritas utama untuk semua jendela
maka untuk alasan ini overhang horizontal merupakan pilihan terbaik.
54
4.8. Contoh-Contoh Bangunan Yang Memanfaatkan Cahaya Alami
4.8.1. M.I.T Chapel oleh Eero Saarinen41
41
http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel
42
http://www.flaregroup.com/html/imagesarch/ando.jpg
55
Gambar 4.47. Church Of The Light
Sumber: http://www.flaregroup.com/html/imagesarch/ando.jpg, tahun 2007
Pada Church Of The Light, menggunakan bukaan vertikal pada dinding di
belakang altar. Bukaan dinding ini memberi kesan sakral terhadap gereja tersebut,
namun untuk segi fungsional bukaan tersebut sering menyebabkan silau apabila
cahaya yang masuk ke dalam ruangan gereja terlalu berlebih, khususnya pada
siang hari.
4.8.2. Riola Parish Church oleh Alvar Aalto43
43
http://www.greatbuildings.com/buildings/Riola_Parish_Church.html
44
Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 446.
56
Serokan
Cahaya
45
http://www.greatbuildings.com/cgi-bin/gbi.cgi/Riola_Parish_Church.html
57
bukaan tersebut tidak cocok
untuk diterapkan sebab akan
membuat efek silau terhadap
pemakai bangunan gereja
nantinya.
3. Gereja Alvar Bukaan Clerestory Bukaan ini juga akan diguna-
Parochial Aalto Atap yang juga kan pada gereja Kristen.
bisa digu- Alasan penggunaan bukaan ini
nakan karena bukaan ini dapat
sebagai memasukan cahaya ke dalam
serokan ruangan tanpa menyebabkan
cahaya. silau.
4.9. Kesimpulan
Dari teori diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pencahayaan alami masih dibutuhkan karena:
a. Manusia memerlukan dan menikmati kualitas dari cahaya alami.
b. Pencahayaan alami menghemat energi dan dapat mengurangi pemakaian
listrik.
2. Cahaya alami merupakan sumber yang sangat banyak. Pada hari berawan,
iluminasinya di atas 30 kali dari yang dibutuhkan di dalam ruang, dan pada
hari cerah, sekitar 160 kali lebih besar.
3. Pencahayaan Utara adalah yang terbaik karena hangat, banyak, mudah
dikendalikan. Pencahayaan Selatan adalah yang terbaik kedua karena sejuk
dan konstan, namun tidak sebanyak dan sehangat cahaya Utara.
4. Strategi desain pencahayaan alami:
a. Gunakan bentuk bangunan yang dapat memanfaatkan area pencahayaan
alami (misalnya persegi panjang atau atrium).
b. Gunakan bukaan terencana.
c. Letakkan Jendela tinggi pada dinding.
d. Saring cahaya alami untuk mengurangi silau.
e. Gunakan clerestory selatan dengan penghalang cahaya sehingga bebas
silau dan dapat mengumpulkan sinar matahari.
58
f. Gunakan skylight dengan perlindungan saat panas.
BAB 5
ANALISIS
MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GEREJA KRISTEN INDONESIA DI YOGYAKARTA
5.1. Lokasi
Dalam perencanan dan perancangan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di
Yogyakarta, untuk menghasilkan suatu desain yang baik dan benar maka
diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan yang memiliki keterkaitan dengan
site dan lokasi terpilih. Hal tersebut dimaksudkan agar adanya pengertian yang
mendasar dalam ide, bentuk dan gagasan yang akan diterapkan dalam
perencanaan tersebut.
59
2. Memperhatikan arah perkembangan permukiman dan kebutuhan fasilitas
publik di suatu wilayah.
3. Lokasi merupakan tempat yang mudah dijangkau atau tidak jauh dari pusat
kota. Hal ini bermaksud agar, lokasi dapat ditempuh dan diakses dengan
kendaraan pribadi atau kendaraan umum.
4. Terletak di daerah yang mempunyai jaringan infrastruktur yang baik sehingga
memudahkan dalam perencanaan dan perancangan bangunan nantinya.
5. Dalam penyediaan faslitas baru ini hendaknya didukung dengan peraturan-
peraturan pemerintah mengenai ijin penyelenggaraan, pembangunan dan
sebagainya sehingga penyediaan fasilitas baru ini diharapkan menguntungkan
semua pihak dan tidak merugikan penduduk sekitar.
Alternatif 1
Jln. Nologaten
Alternatif 2
Jln. Seturan
Alternatif 3
Jln. Babarsari
60
Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 2007
5.2. Site
5.2.1. Kriteria Pemilihan Site
Pendekatan site meliputi:
1. Site terpilih hendaknya memiliki orientasi yang baik dari akses jalan utama
agar mudah dicapai oleh semua pengguna dengan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum.
2. Di sekitar site hendaknya dekat dengan sarana pendukung, seperti:
pemukiman penduduk, fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan dan lain-
lain.
3. Site terpilih hendaknya dilalui jaringan infrastruktur yang lengkap, sehingga
memudahkan dalam perencanaan dan perancangan bangunan.
4. Kategori site haruslah termasuk dalam lokasi yang didukung oleh peraturan
pemerintah mengenai ijin pembangunan sehingga penyediaan fasilitas baru ini
tidak menggangu kestabilan kegiatan yang ada di sekitar site serta dapat
menguntungkan semua pihak dan tidak merugikan masyarakat sekitar.
Berikut ini adalah tabel jumlah anggota GKI Gejayan pada tahun 2006:46
Tabel 5.1. Jumlah Anggota GKI Gejayan
No. Domisili Jemaat Jumlah
61
10. Di Sekitar Wilayah Babarsari dan Seturan 112
11. Di Sekitar Wilayah Jalan Magelang 28
12. Di Sekitar Wilayah Jalan Wonosari 7
13. Di Sekitar Wilayah Tugu 8
14. Di Sekitar Wilayah Baciro dan Timoho 29
15. Di Sekitar Wilayah Bantul 9
16. Di Sekitar Wilayah Tukangan 13
17. Di Sekitar Wilayah Pengok 17
18. Di Sekitar Wilayah Gedung Kuning 9
19. Dan Lain-Lain 17
Jumlah 863
Pria : 421 orang
Wanita : 442 orang
Terbanyak 1 178
(Di sekitar wilayah Gejayan) Dalam Persen 20,625
Wilayah Terbanyak 2 129
(Di sekitar wilayah Minomartani dan Gebang) Dalam Persen 14,947
Wilayah Terbanyak 3 112
(Di sekitar wilayah Babarsari dan Seturan) Dalam Persen 12,977
Sumber: Data GKI Gejayan, 13 September 2007
Keterangan:
• Pada daerah terbanyak 1 yaitu di sekitar wilayah Gejayan sudah diwadahi
oleh Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan.
• Pada daerah terbanyak 2 yaitu di sekitar wilayah Minomartani dan Gebang
sudah diwadahi oleh Gereja Kristen Jawa (GKJ) Minomartani dan Gereja
Kristen Jawa (GKJ) Condong Catur. Walaupun GKJ dan GKI berbeda
namun mereka memiliki banyak kesaamaan dalam cara kebaktiannya, jadi
hal ini yang menyebabkan daerah Minomartani dan Gebang kurang
mendukung dalam pendirian gereja Kristen yang baru.
• Pada daerah terbanyak 3 yaitu di sekitar wilayah Babarsari sudah ada
beberapa gereja Kristen seperti Gereja Kristen Nazarene dan Gereja Baptis
Indonesia. Namun karena kedua gereja tersebut memiliki cara ibadah yang
berbeda dengan Gereja Kristen Indonesia, jadi tidak ada salahnya apabila
62
site gereja Kristen yang dibangun ini nantinya berada di sekitar daerah
Babarsari.
Alternatif 2
Alternatif 3
63
U
64
Gambar 5.4. Dimensi Site
Sumber: Data Dari Analisis Penulis
Dimensi site:
Utara : 92 m
Barat : 76 m
Selatan : 46 m
Timur (a) : 49 m
Timur
5.3.3.(b) : 47 m Site Terpilih
Batas-Batas
Luas Site Keseluruhan : 6.360 m2
Batas-batas site terpilih:
Utara : Jalan Babarsari
Selatan : Permukiman penduduk
Barat : Pemukiman penduduk dan sawah
Timur : Resto Panggon Ijo
65
2. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan yang ada di dalam gedung gereja sehingga semua kegiatan yang
dilakukan di dalam gedung gereja dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini
diwadahi oleh beberapa ruang-ruang, seperti: ruang sekolah minggu, ruang rapat,
kantor administrasi, perpustakaan kecil, toko buku (merupakan kebutuhan di
Yogyakarta dan juga di Indonesia, yang di dalamnya di isi dengan penjualan
buku-buku, kaset atau CD rohani, aksesoris Kristen dan lain-lain), ruang studio,
ruang konsistori, ruang koster dan lain-lain.
3. Servis
Servis merupakan bagian yang bekerja dan bertanggung jawab terhadap
pelayanan dan pemeliharaan gedung gereja. Servis ini meliputi: dapur, toilet, dan
parkir.
66
gereja Kristen yang berada di daerah babarsari adalah:
- Jumlah keselurah pemeluk agam Kristen : 2.202 orang
- Jumlah jemaat Gereja Kristen Nazarene : 650 orang
- Jumlah jemaat Gereja Baptis Indonesia : 50 orang
- Jumlah jemaat yang akan melakukan kebaktian di tempat lain : 202 orang
1300 orang
Jadi, asumsi jumlah jemaat yang akan melakukan kebaktian di Gereja
Kristen Indonesia yang baru sebanyak 1.300 orang. Karena akan diadakan Tiga
kali (3X) yaitu pada jam 06.00 WIB, 08.00 WIB dan 10.00 WIB, maka 1.300
orang : 3 = 434 orang tiap kali kebaktiannya.
Tabel 5.2. Kebutuhan Ruang
67
Bekerja Ruang 3 Orang 15 1 15
Konsistori
Ruang 4 Orang 30 1 30
Administrasi
Ruang Kantor 4 Orang 36 1 36
Pendeta
Ruang Koster 2 Orang 42 1 42
(kamar mandi)
Sirkulasi 30 % 36,9
Dapur 2 Orang 6 1 6
Servis
Gudang 2 Orang 12 1 12
Ruang 2 Orang 10 1 10
Peralatan
Pos 1 Orang 4 2 8
Satpam
WC 7 Urinoir, 36 - 36
Pria 6 toilet
WC 8 Toilet 30 - 30
Servis
Wanita
Parkir Mobil 1 Mobil 12,5 26 325
Sirkulasi 30 % 263,1
Total Servis 1.140,1
68
Pembulatan Total Bangunan 2.606
Luas Site 6.360
KDB 70 % ( 70 x 6360 : 100) 4.452
Gereja Kristen
Indonesia
Penunjang
Utama Servis
- Ruang Konsistori
- Gereja - Ruang Administrasi - Dapur
- Ruang Kantor Pendeta - Ruang
- Ruang Koster Peralatan
- Ruang Kelas - Gudang
- Perpustakaan - Pos Satpam
- Toko Buku - Toilet
- Studio Musik - Parkir
69
Berikut kriteria penzoningan, diantaranya adalah:
Zona Utama : Harus terletak di depan massa bangunan yang lain, karena pada
zona ini merupakan pusat segala kegiatan di dalam suatu gereja
Kristen. Zona utama ini juga harus memiliki fasad dan desain
yang lebih menarik dibandingkan zona-zona lainnya.
Zona Penunjang : Zona penunjang ialah zona yang terdiri atas semua fasilitas-
fasilitas penunjang pada suatu gereja Kristen. Keseluruhan
fasilitas pada zona ini berfungsi untuk menunjang segala
kegiatan pada zona utama yaitu gedung gereja. Pada zona
penunjang ini umumnya tidak mempunyai batas yang pasti. Hal
ini dikarena bahwa fasilitas-fasilitas yang ada pada zona
penunjang terletak disekitar zona utama dan fungsi zona
penunjang adalah untuk memudah dalam pengaksesan dari
zona utama.
Servis : Servis ialah semua kegiatannya yang terdiri atas pemeliharaan,
pelayanan, perawatan, dan pengawasan bangunan. Semua
fasilitas-fasilitas servis pada gereja Kristen ini berfungsi untuk
menunjang segala aktifitas-aktifitas pada zona utama dan pada
zona penunjang. Pelaku kegiatan servis ini antara lain, petugas
kebersihan, petugas keamanan, petugas parkir, office boy dan
bisa juga diambil alih oleh koster gereja. Karena fungsi dari
servis ini sebagai pemeliharan, pelayanan, perawatan dan
pengawasan bangunan, jadi untuk peletakan zona servis ini
diharapkan berada ditempat strategis pada zona utama dan zona
Keterangan:
penunjang di dalam suatu gereja. Servis (Pos Satpam)
Zona Utama
Zona Penunjang
Servis (Area Parkir)
Servis
70
U U
Exit
Entrance
71
Gambar 5.7. Analisis Posisi Entrance Dan Exit
Sumber: Analisis Penulis
Exit
Entrance
Exit
Entrance
Entrance
Gambar 5.9. Analisis Sirkulasi Kendaraan Dari Arah Timur
Sumber: Analisis Penulis
72
Pejalan
Kaki
Exit
73
Keterangan:
Sebagai
Penyaring
Udara
Keterangan:
Sebagai
Pembatas
Site
74
Gambar 5.12. Vegetasi Sebagai Pembatas Site
Sumber: Analisis Penulis
Keterangan:
Sebagai Pengarah
Sirkulasi Bagi
Pengguna
Kendaraan
Bermotor ke Area
Parkir
75
Gambar 5.13. Vegetasi Sebagai Pengarah Sirkulasi
Sumber: Analisis Penulis
+ =
76
Gambar 5.15. Proses Gubahan Massa Majemuk 1
Sumber: Analisis Penulis
+ =
+ =
77
Hal ini dikarenakan pencapaian pada site dilalui dari sisi Utara, sehingga sisi
Utara dari bangunan gereja Kristen ini diharapkan bisa menjadi nilai positif. Nilai
positif di sini bermaksud dapat menarik rasa keingintauan orang yang baru
pertama kali melihat bangunan gereja Kristen. Dan mudah-mudahan rasa
keingintauan itu menyebabkan mereka beribadah di dalam gereja Kristen tersebut.
Utara
Keterangan:
Sisi bagian Timur
diharapkan mendapatkan
Intensitas cahaya yang
lebih banyak.
78
Utara
79
Gambar 5.20. Bentuk Denah Bangunan
Sumber: Analisis Penulis
Pintu Masuk
Pintu Masuk
Utama
Pintu Masuk
80
dengan hak tinggi).
Berikut adalah berbagai macam contoh material yang kasar dan yang
berwarna agak gelap:
81
Gambar 5.26. Material ( Stone Walk )
Sumber: Sketch Up Components
82
5.12.3.2.2. Untuk Interior
83
Gambar 5.30. M.I.T Chapel
Sumber: http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel, tahun 2007
84
5.13. Analisis Sistem Utilitas
5.13.1. Sistem Penyaluran Air
5.13.1.1. Sistem Penyaluran Air Bersih
Penyediaan air bersih bagi bangunan gereja Kristen diperoleh dari dua
sumber, yaitu melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) dan dari sumur air
bersih. Penggunan dua sumber ini beralasan apabila salah satu dari PDAM atau
sumur rusak maka gereja Kristen ini masih memiliki cadangan sumber penyediaan
air bersih yang lainnya. Secara umum, kedua sumber air bersih ini memiliki
fungsi yang sama yaitu dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi,
mencuci, menyiram tanaman, mengisi kolam pada taman dan lain-lain).
Pendistribusian air bersih pada bangunan gereja Kristen ini menggunakan bak
tampung bawah dan bak penampungan di atas (water tower sebagai tangki-tangki
penyimpanan air sampai batas tertentu) untuk selanjutnya dialirkan ke masing-
masing ruang yang membutuhkan seperti, kamar mandi, kolam, dapur dan lain-
lain.
85
Water
Tower
Wastafel
PDAM
Bak Dapur
Water
Penampungan
Pump
Bawah
Sumur
WC
Kran
Penyemprot
Hydrant
Taman
PDAM Hydrant
Sumur Air
Bersih
Bak
Penampungan
Water Bawah
Tower
86
5.13.1.2. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan
Sistem penyaluran air koor dan air hujan dari beberapa tempat di dalam
bangunan, seperti: WC, tempat cuci dan dapur biasanya dialirkan ke riol kota
melalui jaringan bak kontrol, septic tank dan sumur peresapan. Sedangkan air
hujan dialirkan melalui bak kontrol ke sumur peresapan kemudian langsung ke
riol kota.
Septic Tank
Riol Kota
Bak
Kontrol
Septictank
87
Gambar 5.34. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan
Sumber: Analisis Penulis
PLN
Sub Panel
Sub Panel
Genset
Genset digunakan pada saat terjadi putusnya hubungan listrik pada waktu-
waktu yang tidak ditentukan dari sumber listrik PLN. Mengingat genset sebagai
sumber lisrik cadangan yang selalu menimbulkan efek bising. Untuk itu
peletakkannya juga harus sesuai dengan lahan atau tempat yang memiliki daya
serap atau daya gangguan yang sangat kecil terhadap aktivitas di dalam bangunan
gereja Kristen. Salah satu tempat yang mungkin menjadi alternatif penyimpanan
genset adalah di ruang gudang.
88
PLN
Panel Utama
Genset
Sub Panel
Sub Panel
Sub Panel
89
Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau
langsung mengaktifkan alat pemadam.
Api Api
Panel Alarm
Panel Alarm
Manusia
Sistem Start
Sistem Start
90
Jika terdeteksi adanya panas, nyala api, ataupun asap yang terjadi akibat
bekerjanya sistem deteksi awal tersebut, maka terdapat sinyal listrik yang
dikirimkan ke unit kontrol kemudian mengaktifkan alat pemadam kebakaran
otomatis.
Sistem penanggulangan bahaya kebakaran juga dapat disediakan dari
dalam dan luar bangunan. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran di luar
bangunan dilakukan dengan hydrant luar dengan jarak ±50 m. Jika bangunan
terdiri dari lantai banyak maka diperlukan sistem penanggulangan bahaya
kebakaran di dalam bangunan. Pada sistem pemadaman kebakaran luar bangunan
juga menggunakan sistem pemadaman kebakaran dalam bangunan pada unit-unit
bangunan tertentu yang terdiri atas Sprinkler system, antara lain:
1. Stand pipe and hose system (pipa saluran dan kran penyemprot) sistem ini
menggunakan air sebagai bahan pemadam api. Persediaan air dijadikan satu
dengan water tower. Pipa penyemprot dilipat dalam kotak kaca warna merah yang
ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis pada unit gereja Kristen yang mudah
diakses dan dapat menjangkau semua lokasi yang berpotensi terjadinya
kebakaran. Apabila terjadi kebakaran kotak ini harus dipecahkan lalu kran air
dihidupkan agar air bisa mengalir.
2. Sprinkler and vent system. Umumnya peralatan ini dipasang pada plafon,
lengkap dengan peralatan alat pendeteksi. Apabila dalam ruangan terjadi
kebakaran maka alat ini akan memutar mengeluarkan air jika adanya deteksi
kebakaran yang diterimah oleh masing-masing detector. Kelebihan dari sistem ini
karena lebih cepat bekerja dan tidak memerlukan tenaga manusia.
91
5.13.4. Sistem Penangkal Petir
Untuk menangani ganguan loncatan listrik pada waktu hujan, maka gereja
Kristen ini menggunakan instalasi penangkal petir. Sistem terdiri dari komponen-
komponen yang berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah,
sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya terhindar dari bahaya
sembaran petir. Sistem penangkal petir umumnya terdiri atas:
1. Penghantar diatas atap, ialah penghantar yang dipasang di atas atap sebagai
penangkap petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda
logam yang dipasang mendatar.
2. Penghantar pada dinding, sebagai penyalur arus petir ketanah yang terbuat dari
tembaga, baja galvanish atau aluminium.
3. Elektroda-elektroda tanah, antara lain :
Elektroda pita (strip), yang ditanam minimum 0,5-1 m dari permukaan tanah.
Elektroda batang, dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan tegak
lurus dalam tanah sedalam ±2 m.
Elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah.
92
Gambar 5.37. Detail Split Penerima
Sumber: Utilitas Bangunan
Gambar 5.38. Detail Arus Ke Bak Kontrol Gambar 5.39. Detail Arus Ketanah
Sumber: Utilitas Bangunan Sumber: Utilitas Bangunan
.
93
Gambar 5.40. Sistem Penangkal Petir
Sumber: Analisis Penulis
5.13.5. Sistem Pengkondisian Udara
Sistem pengkondisian udara merupakan faktor yang penting dalam
bangunan. Faktor ini menentukan tingkat kenyamanan jemaat yang berada di
dalam gereja. Pada sistem tata udara di gereja ini menggunakan pengkondisian
udara/penghawaan bantuan berupa air conditioning split selain penghawaan alami
yang berasal dari bukaan-bukaan di dalam bangunan. Pemilihan air conditioning
split sebagai penghawaan buatan dikarenakan sistem ini lebih mudah
dibandingkan dengan air conditioning central dan memiliki tingkat kebisingan
yang cukup rendah di dalam bangunan.
B. Stuktur Untuk
Bangunan Penunjang
A. Struktur Untuk
Bangunan Utama
94
Gambar 5.41. Struktur Bangunan
Sumber: Analisis Penulis
5.14.2. Dinding
Struktur bangunan yang digunakan adalah struktur rangka, maka bidang
dinding hanya berfungsi sebagai partisi pengisi. Material yang digunakan untuk
dinding-dinding pengisi adalah pasangan bata setengah batu.
5.14.3. Pondasi
Keadaan daya dukung tanah pada site cukup baik, sehingga pondasi yang
dipergunakan dapat berupa pondasi dangkal. Karena tinggi gereja Kristen lebih
dari 6 meter dan hampir setara dengan tinggi bangunan untuk 2-3 lantai. Jadi
pondasi yang dipilih adalah pondasi beton setempat (foetplat).
95
Gambar 5.43. Pondasi Beton Setempat
Sumber: Analisis Penulis
BAB 6
KONSEP
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GEREJA KRISTEN INDONESIA DI YOGYAKARTA
Jln. Babarsari
96
Site terpilih terletak di sekitar jalan Babarsari di depan SMP Negeri 4
Depok, dengan potensi yang ada pada site sebagai berikut:
1. Site terpilih memiliki orientasi yang baik dari jalan utama yaitu jalan
Babarsari, sehingga memudahkan akses keluar masuk bagi penggunanya.
97
U
98
U
99
Bekerja Ruang 3 Orang 15 1 15
Konsistori
Ruang 4 Orang 30 1 30
Administrasi
Ruang Kantor 4 Orang 36 1 36
Pendeta
Ruang Koster 2 Orang 42 1 42
(kamar mandi)
Sirkulasi 30 % 36,9
Dapur 2 Orang 6 1 6
Servis
Gudang 2 Orang 12 1 12
Ruang 2 Orang 10 1 10
Peralatan
Pos 1 Orang 4 2 8
Satpam
WC 7 Urinoir, 36 - 36
Pria 6 toilet
WC 8 Toilet 30 - 30
Servis
Wanita
Parkir Mobil 1 Mobil 12,5 26 325
Sirkulasi 30 % 263,1
Total Servis 1.140,1
100
Pembulatan Total Bangunan 2.606
Luas Site 6.360
KDB 70 % ( 70 x 6360 : 100) 4.452
Keterangan:
Karena total luas bangunan 3158 m2 dan luas site 6360 m2, maka sesuai dengan
batas KDB (koefisien dasar bangunan) jadi tidak perlu dibangun lebih dari 1
lantai.
6.5. Penzoningan
Gereja Kristen
Indonesia
Penunjang
Utama Servis
- Ruang Konsistori
- Gereja - Ruang Administrasi - Dapur
- Ruang Kantor Pendeta - Gudang
- Ruang Koster Peralatan
- Ruang Kelas - Gudang
- Perpustakaan - Pos Satpam
- Toko Buku - Toilet
- Studio Musik - Parkir
101
Sumber: Hasil Analisis
Keterangan:
Servis (Pos Satpam)
Zona Utama
Zona Penunjang
Servis (Area Parkir)
Servis
U U
6.6. Sirkulasi
Exit
Entrance
102
Gambar 6.6. Posisi Entrance Dan Exit
Sumber: Hasil Analisis
Exit
Entrance
Exit
Entrance
103
Pejalan
Kaki
Exit
Entrance
Keterangan:
Sebagai
Penyaring
Udara
104
Gambar 6.10. Vegetasi Sebagai Penyaring Udara
Sumber: Hasil Analisis
Keterangan:
Sebagai
Pembatas
Site
Keterangan:
Sebagai Pengarah
Sirkulasi Bagi
Pengguna
Kendaraan
Bermotor ke Area
Parkir
105
Gambar 6.12. Vegetasi Sebagai Pengarah Sirkulasi
Sumber: Hasil Analisis
+ =
+ =
+ =
106
6.9. Orientasi Bangunan (View Dari Luar Site)
Utara
Keterangan:
Sisi bagian Timur
diharapkan mendapatkan
Intensitas cahaya yang
lebih banyak.
107
Utara
108
Gambar 6.19. Bentuk Denah Bangunan
Sumber: Hasil Analisis
Pintu Masuk
Pintu Masuk
Utama
Pintu Masuk
109
Gambar 6.21. Material (Stucco) Gambar 6.22. Material (Stone Walk)
Sumber: Sketch Up Components Sumber: Sketch Up Components
110
Gambar 6.25. Material ( Stone Walk )
Sumber: Sketch Up Components
111
6.11.3.2.2. Untuk Interior
Bukaan horizontal
pada atap di atas.
mimbar.
112
6.12. Sistem Utilitas
6.12.1. Sistem Penyaluran Air
6.12.1.1. Sistem Penyaluran Air Bersih
PDAM Hydrant
Sumur Air
Bersih
Bak
Penampungan
Water Bawah
Tower
Riol Kota
Bak
Kontrol
Septictank
113
Gambar 6.31. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan
Sumber: Hasil Analisis
6.12.2. Sistem Jaringan Listrik
PLN
Panel Utama
Genset
Sub Panel
Sub Panel
Sub Panel
114
Gambar 6.33. Sistem Penangkal Petir
Sumber: Hasil Analisis
115
116