Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan kepada individu baik yang sehat maupun yang sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar mencapai derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan pendekatan komprehensif baik dari segi fisik maupun psikologis serta bersifat individual bagi setiap pasien. SOL ( Space Occupying Lession ) adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Penderita Space Occupying Lession diseluruh dunia mencapai 400000 orang selama tahun 2005. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor otak sekitar 28 % penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui itu sendiri. Sementara itu Rumah Sakit Kariadi Semarang sudah menerima penderita Space Occupying Lession sebanyak 34 orang selama tahun 2010, meningkat 10 % dari tahun 2009. Untuk itu penulis tertarik ingin memberikan asuhan keperawatan dan juga menjabarkan seluas-luasnya tentang Space Occupying Lession / tumor otak. Mulai dari pengertian,
penyebab, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanan supaya orangorang lebih tau dan waspada terhadap penyakit Space Occupying Lession. Keperawatan medikal bedah merupakan bentuk askep pada klien yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terperdiksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecelakaan. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkahlangkah ilmiah. Yaitu komponen-komponen bio-pisko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan, (Anonim, 2008). Pentingnya dari asuhan keperawatan pasien dengan Space Occupying Lession ini adalah dengan memberikan penyuluhan,
pengawasan, perlindungan dan pasien dengan Space Occupying Lession itu dapat ditangani dengan baik dan diberi asuhan keperawatan. Maka dari itu pasien Space Occupying Lession ini memerlukan perawatan yang khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Oleh karena itu dari data-data diatas, maka penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan keperawatan klien Ny. D dengan post karniotomy diruang A1 ( syaraf ) rumah sakit Dr. Kariadi Semarang .
B. TUJUAN 1. Tujuan umum Dengan diambil kasus Space Occupying Lession / tumor otak, penulis ingin memperkenalkan Space Occupying Lession / tumor otak pada para pembaca dan masyarakat umum serta mampu memberikan asuhan keperawatan dari klien yang menderita Space Occupying Lession. 2. Tujuan khusus Memberikan gambaran kepada pembaca tentang : a. Mengkaji pasien dengan Space Occupying Lession. b. Mendiagnosa keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession . c. Memberikan intervensi keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession. d. Melakukan implementasi keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession . e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession.
C. SISTEMATIKA PENULISAN Karya tulis ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu : Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan.
Bab II
: Konsep Dasar yang menguraikan tentang pengertian, etiologi, pathways, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, penunjang,
komplikasi,
pemeriksaan
penatalaksanaan, fokus pengkajian, fokus intervensi. Bab III : Resume Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab IV : Pembahasan Bab V Membandingkan teori dan kenyataan. Menganalisa terjadinya gangguan tersebut.
B. ETIOLOGI Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya
tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS, ( Reeves C,J. 2001. Keperawatan medical bedah ).
C. KLASIFIKASI Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ). Kategori T : Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi. Tis = Tumor in situ. T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer. T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm. T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm. T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm. T4 = Tumor invasi keluar organ. Kategori N : N0 = Nodul regional negative. N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ). N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan. N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M : Mo = Tidak ada metastase organ jauh. M1 = Ada metastase organ jauh. M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg, Neurologi :117) yaitu : 1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak. 2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak : a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi. b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.
D. MANIFESTASI KLINIS Menurut lokasi tumor : 1. Lobus frontalis Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara. 2. Korteks presentalis poterior Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari. 3. Lobus parasentalis Kelemahan ekstrimitas bawah. 4. Lobus oksipintalis Kejang, gangguan penglihatan. 5. Lobus temporalis Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah. 6. Lobus parietalis Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan. 7. Ceribulum a) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi. b) Tanda dan gejala umum :
c) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk membungkuk. d) Kejang. e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia. f) Perubahan kepribadian. g) Gangguan memory. h) Gangguan alam perasaan.
E. PATOFISIOLOGI Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.
Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
10
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/ serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).
11
F. PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
Penekanan jaringan otak Invasi jaringan otak Kerusakan jar. Neuron ( Nyeri ) Kejang Gang. Neurologis fokal Defisit neurologis
Aspirasi sekresi Obs. Jln nafas Dispnea Henti nafas Perubahan pola nafas
Bertambahnya massa Nekrosis jar. otak Penyerapan cairan otak Obstruksi vena di otak
Oedema
Disorientasi
Peningkatan TIK
Hidrosefalus
Resti. Cidera
Gang. Komunikasi
verbal
Mual, muntah, papileodema, pandangan kabur, penurunan fungsi pendengaran, nyeri kepala
12
G. KOMPLIKASI 1. Edema serebral. 2. Tekanan intrakranial meningkat. 3. Herniasi otak. 4. Hidrosefalus. 5. Kejang. 6. Metastase ketempat lain.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Rontgent tengkorak Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu antero poterior dan lateral. 2. Angiograf serebgbbral. 3. EEG. 4. CT. Scan. 5. MRI.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN 1. Terapi radiasi. 2. Kemoterapi. 3. Prosedur pembedahan otak. 4. Laser karbondioksida. 5. Transplantasi sumsum tulang.
13
J. FOKUS PENGKAJIAN 1. Riwayat kesehatan a) Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare, muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise. b) Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan mengingat, kelemahan vokal, dan afasia. c) Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit. 2. Pemeriksaan fisik Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan / kehilangan memory,afek tidak sesuai, berdesis. Penglihatan Pendengaran : penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur. : tinitus, penurunan pendengaran, hlusinasi.
Sietem pernafasan: irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromaskuler. Sistem hormonal: amenrea, rambut rontok, DM. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
14
neuromaskuler ( hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ). Ditandai dengan : perubahan kedalaman nafas, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi. Tujuan Tindakan : : gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
Bebaskan jalan nafas. Pantau vital sign. Monitor pola nafas. Pantau AGD. Monitor penurunan gas darah. Kolaborasi O2. rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan
2. Gangguan
peningkatan tekanan intrakranial. Ditandai dengan : Nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan. Tujuan Tindakan Pantau skala nyeri. Berikan kompres pada area yang sakit. Monitor tanda-tanda vital. Berikan posisi yang nyaman. : Rasa nyeri berkurang. :
15
Lakukan massage. Observasi tanda nyeri non verbal. Kaji faktor difisid, emosi dari keadaan seseorang. Catat adanya pengaruh nyeri. Observasi mual, muntah. Kolaborasi pemberian analgetik, prednisan, relaksasi.
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder terhadap depresi sistem saraf pusat. Ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan
Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien. Pantau tingkat kesadaran. Orientasikan pasien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis. Ditandai dengan : disorientasi, penurunan kesadaran,sulit konsentrasi. Tujuan Tindakan : mempertahakan orientasi mental. :
16
Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang.
Pertahankan bantuan yang konsisten. Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis. Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif. Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien.
17
18
Dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien, sedangkan penyakit lain seperti DM, hipertensi disangkal oleh keluarganya. Klien tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya. 2. RIWAYAT KEPERAWATAN Keluhan utama klien adalah nyeri pada kepalanya terutama pada saat beraktivitas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, kadangkadang timbul bila menoleh mendadak. Riwayat kesehatan sekarang pada Tanggal 6 Desember 2010 pasien pernah mengalami aspirasi seroma, kemudian dilakukan aspirasi ulang pada tanggal 27 Desember 2010. Dilakukan op. mikro neoplasma 12 November 2010. Riwayat kesehatan dahulu, pasien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya, hanya pusing biasa. Riwayat keluarga, dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien, sedangkan penyakit lain seperti DM, hipertensi keluarga klien tidak pernah mengalaminya. 3. KEBIASAAN SEHARI-HARI Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari pada Ny. D menurut Gordon diperoleh data : Pola persepsi kesehatan, klien ,merasakan kondisi tubuhnya dan bagaimana menyembuhkan / menguranginya. Pola nutrisi sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan komposisi lauk, nasi dan sayuran. Klien menghabiskan 1 porsi.
19
Kadang-kadang juga makan makanan ringan ( kerupuk, snack ), kue dan buah sebagai makanan tambahan. Klien minum 6-8 gelas perhari (1200-1800 cc perhari) yaitu berupa air putih sedangkan minum teh kadang-kadang. Selama sakit makan makanan yang diberi rumah sakit selalu dimakan walaupun sedikit tapi sering. Klien juga makan buahbuahan dan roti sebagai cemilan. Klien minum hanya pada saat makan / ngemil saja sekitar 1000 cc. Pola aktivitas, sebelum klien sakit sebagai ibu rumah tangga biasanya berangat kepasar, kemudian memasak untuk seluruh anggota keluarganya. Selama sakit klien hanya bisa tiur-tiduran ditempat tidur sesekali miring kekiri dan kekanan. Makan, minum, BAB dan BAK dibantu oleh keluarga. Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, BAK 6-7 kali sehari warna seperti teh dan bau khas. Selama sakit BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak dan BAK 3-5 kali sehari warna seperti teh dan bau khas. Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit klien tidur selama 9 jam sehari. Selama sakit klien tidur / istirahat selama 4 jam. Pola peran, klien adalah seorang ibu rumah tangga hubungan dengan anggota keluarga baik. Pola kognitif dan persepsi, klien tau dengan penyakit yang dideritanya. Klien pasrah dengan keadaan dan hanya bisa berdoa.
20
Pola kebersihan diri, sebelum sakit klien mandi 2-3 kali perhari, selama sakit klien hanya diseka. Pola koping terhadap strees, klien nampak cemas. Pola seksualitas dan reproduksi, klien mempunyai dua orang anak. Kepercayaan dan keyakinan, klien beragama islam. Sebelum sakit klien menjalankan sholat lima waktusecara teratur. Selama sakit klien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur. 4. PEMERIKSAAN FISIK a) Keadaan umum Klien tampak lemah, hanya tiduran ditempat tidur. b) Kesadaran GCS : E4. M6. V5. 15 composmentis. c) Tanda tanda vital Tekanan darah : 120/90 mm/Hg. Suhu : 365 oC. Nadi : 80 kali/menit. Respirasi : 20 kali/menit. d) Kepala Tampak benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan sekitar. e) Mata Tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan berkurang, bola mata nampak merah. f) Hidung Rongga bersih, tidak ada sekret / darah.
21
g) Telinga Tampak simetris da n bersih. h) Bibir dan mulut Tidak terjadi sianosis dan bersih. i) Leher Tidak terdapat kelenjar thiroid. j) Dada Jantung I P P A Paru I P P A : bentuk nampak simetris saat statis dan dinamis. : taktil formitus normal antara kanan dan kiri. : suara sonor pada intercostal IV V dada kanan. : suara nafas vaskuler. : ictus carotis tak tampak. : ictus carotis teraba di sic V. : konfigurasi jantung abnormal. : bunyi jantung I II normal.
k) Abdomen I A P P : bentuk datar, tidak ada venektasi : peristaltik usus 18 kali / menit. : tidak ada nyeri tekan. : terdengar suara timpani.
l) Ekstrimitas
22
Atas
Bawah
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG a) Laboratorium Tanggal 18 Januari 2011. Pemeriksaan Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
Hematologi Paket Hemoglobin Hematokrit Eritrosit MCH MCV MCHC Lekosit Trombosit RDW MPV 12.80 39.1 4.65 27.50 84.20 32.60 11.20 331.0 14.60 7.10 gr % % Juta / mmk pg fl g / dl ribu / mmk ribu / mmk % fl 12.00 15.00 35.0 47.0 3.00 5.60 27.00 32.00 76.00 96.00 29.00 - 36.00 4.00 11.00 150.0 400.0 11.60 14.80 4.00 11.00 N
23
Tanggal 22 januari 2011. Pemeriksaan Kimia Klinik 167 19 0.70 124 3.4 90 mg / dl mg / dl mg / dl mmol / l mmol / l mmol / l 80 110 15 39 0.60 1.30 136 145 3.5 5.1 98 107 L L L H Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
b) CT-Scan Tanggal 19 April 2010. Hasil Tampak lesi slight hyperdersi dilobus temporopariletalis dextra ( HU 69, Suce 3-9 ). Bentuk membulat, ukuran 1k. 41,5 X 50,1 mm. Moderate perifokal oedema +, klasifikasi -, menimbulkan lateralisasi kesinistra dan menyempitkan ventriculus II, cornu anterior et poterior dextra. Tampak lesi isoderis di sinus sphenoidalis dextra ( slice 2 ). Gryi tumpul dan sulic tampak dangkal ; batas white matter dan gryi matter exopthalmus. Sistem cyrterna terbuka.
24
Canalis opticus dextra lebih besar dibandingkan senistra ; OD tampak exopthalmus. Kesan :
Oedem cerebri. Massa sinus spehniodalis curiga infiltrasi tumor. Expothalamus OD.
6. THERAPI
B. ANALISA DATA DATA S : klien mengatakan nyeri dikepala tekan. O : klien tampak lemes merasakan dialami. GCS : E4. M6. V5. 15 kompesmentis. nyeri yang seperti ditekanETIOLOGI Peningkatan tekanan intrakranial. PROBLEM Gangguan rasa nyaman nyeri TTD
25
R : dikepala atas kanan. S : 5-6. T : saat banyak bergerak. S : klien mengatakan klien Disfungsi otot skunder susah melihat, badannya Resiko tinggi cidera
terasa lemah. O : bola mata tampak kemerah-merahan, lemah. S : klien mengatakan sudah tak semangat lagi dan takut meninggal. O : klien tampak lesu dan susah tuk tidur. Kurang informasi tentang prosedur Cemas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. 2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder. 3. Cemas berhububungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur.
26
D. RENCANA KEPERAWATAN Hari Tanggal Kamis 28/1/11 09.00 1 Setelah D.P Tujuan dan Krirteria Hasil dilakukan Pantau skala nyeri. Monitor vital. Berikan posisi nyaman. Observasi non verbal. Anjurkan relaksasi. Catat adanya pengaruh nyeri. Kolaborasi obat predinison. Identifikasi potensial lingkungan klien. Pantau kesadaran. Orientasiakan klien pada tempat, waktu, orang, tingkat bahaya pada pemberian analgetik, tanda-tanda Intervensi TTD
dapat
mampu
dan kejadian.
27
cidera
Anjurkan
klien
untuk
tidak beraktivitas. Kamis 28/1/11 11.00 3 Setelah dilakukan Kaji status mental. Beri penjelasan
hubungan antara proses penyakit dan gejala. Jawab setiap pernyataan dengan penuh perhatian. Libatkan keluarga dalam perawatan.
tentang penyakit dan gejala. Klien nyaman. Keluarga melakukan perawatan mandiri mampu merasa
E. IMPLEMENTASI Hari Tanggal Jumat 29/1/11 09.00 1 Mengkaji skala S: klien mengatakan nyeri di kepala O: klien merasa nyeri pada D.P Tindakan Respon TTD
nyeri dengan P, Q, R, S, T.
28
saat
bergerak,
yang nyeri
memperparah
pada saat beraktivitas, klien tampak meringis, klien nyeri tampak terasa cemas, seperti tampak
ditekan-tekan,
kesakitan, skala nyeri 56. 09.10 Mengukur tanda- S: klien bersedia. O: Tensi: 120/80 mmHg. Suhu: 368 oC. Nadi: 82 kali permenit. Nafas: 20 kali permenit. 09.15 Memberikan posisi S: klien mengatakan mau yang nyaman melakukan. mengatakan
dengan cara tirah O: tampak mersa nyaman. baring. 11.45 Kolaborasi pemberian analgetik, S: klien mengatakan mau. obat O: masuk injeksi ketorolak.
29
predinison. Jumat 29/1/11 10.00 2 memantau kesadaran. mengorientasiakan klien pada tempat, waktu, orang, dan O: kejadian. 10.15 tingkat S: klien mengatakan mau. O: GCS : E4, M6, V5 = 15. S: klien bersedia. klien mendengarkan mengatakan
dengan baik.
menganjurkan klien S: klien mengatakan mau untuk beraktivitas. tidak mengikuti anjuran. O: klien tampak beristrahat ditempat tidur.
S:
klien bersedia.
mengatakan
setiap S: klien bertanya tentang dengan O: keadaanya sekarang. klien merasa puas
penuh perhatian.
30
F. EVALUASI Hari Tanggal Sabtu 30/1/11 09.00 1 S : klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi sedikit sudah berkurang. O : Tensi : 120/80 mmHg Suhu : 368 oC. Nadi : 82 kali permenit. Nafas : 20 kali permenit. P : benjolan dikepala. Q : seperti ditekan-tekan. R : dikepala atas kanan. S : 3-4. T : saat banyak bergerak. A : masalah teratasi sebagaian. P : lanjutakan intervensi dengan merkomendaikan kepada perawat ruangan : Kaji karakteristik nyeri. Dorong managemen motivasi klien untuk melakukan posisi nyaman saat nyeri. DP Evaluasi TTD
31
S : klien mengatakan klien hanya tidur-tiduran karena takut terjadi apa-apa. O : klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur. GCS : E4, M6, V5 = 15. A : masalah teratasi sebagaian. P : lanjutakan intervensi dengan merekomendasikan pada perawat ruangan : Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien. Memantau tingkat kesadaran klien. Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.
S : klien mengatakan sedikit mulai mengerti tentang penyakit yang diderita klien. O : klien masih terlihat cemas. A : masalah teratasi sebagaian. P : lanjutkan intervensi dengan merkomendasikan pada perawat ruangan : Kaji status mental. Jawab setiap pernyataan dengan penuh
32
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi selama 3 hari penulis tidak mengalami kendala berarti, sehingga penulis dapat menyeleasikan pengkajian dengan tepat waktu. Penulis mendapat kesamaan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada kasus SOL ( Space Occupying Lession ) yang diderita oleh Ny. D pada bab ini penulis akan membahas kesamaan tersebut. Diagnosa yang muncul pada kasus antara lain : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tak nyaman, berakhir dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan, ( Linda Jual Carpenito, 2000 : 225 ). Masalah ini muncul karena terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena peningakatan massa. Penyebab tumor masih sangat sedikit yang di ketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Karena terbentuknya oedema di sekitar tumor maka terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
33
Penulis memprioritaskan masalah nyeri sebagai prioritas pertama karena dengan meningkatnya nyeri yang hebat dan tak tertangani maka akan menyebabkan ansietas, yang ditandai peningkatan nadi dengan keringat dingin sehingga dapat terjadi syok neurogenik. Data yang menunjang klien mengatakan nyeri di area kepalanya, skala nyeri 5-6, terdapat benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan sekitar. Akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak teratasi maka nyeri akan lebih menyebar dan kondisi akan memburuk. Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain : a. Mengkaji skala nyeri dengan P, Q, R, S, T. b. Mengukur tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, suhu, dan pernafasan. c. Memberikan posisi yang nyaman dengan cara tirah baring. d. Kolaborasi pemberian obat analgetik, predinison. Hasil evaluasi yang dicapai setelah dilakuakan tindakan
keperawatan adalah klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi sedikit berkurang sehingga masih belum teratasi, lanjutkan intervensi
dengan kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman, dan kolaborasi dengan tim medis kemudian penulis mendelegasikan keperawat ruangan karena terbatasnya waktu. 2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder. Resiko tinggi cidera adalah keadaan dimana ketika seseorang individu beresiko mendapat bahaya karena defisit perseptual atau fisiologis,
34
kurangnya kesadaran tentang bahaya, atau lanjut usia, ( Linda Jual Corpenito, 2000 : 247 ) Penulis prioritaskan diagnosa resiko tinggi cidera sebagai prioritas kedua, karena penglihatan klien menurun dan klien mengalami kelemahan. Diagnosa ini di angkat karena klien mengalami kelemahan, data yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan anggota geraknya terasa lemah dan penglihatannya menurun, bola mata klien juga terlihat kemerahan. Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi terhadap kelemahan klien tersebut akan mengakibatkan cidera terhadap klien. Rasional tindakan yang dilakukan antara lain : a. Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien. b. Pantau tingkat kesadaran. c. Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian. d. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas. Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur, klien tampak lemas sehingga masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi dengan pantau tingkat kesadaran klien, orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian, dan anjurkan klien untuk tidak beraktivitas. 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur. Cemas adalah keadaan dimana individu mengalami perasaan gelisah, ( Linda Jual carpento, 2000 : 130 ).
35
Penulis prioritaskan diagnosa cemas sebagai prioritas ke tiga, karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penatalaksanannya. Dimana klien selalu memikirkan kematian. Diagnosa ini diangkat karena adanya reaksi emosional individu terhadap penilaian yang subyektif, yang disebabkan oleh karena kurangnya informasi tentang tindakan yang telah dilakukan oleh individu tersebut. Data yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan takut meninggal dan cemas. Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi reaksi emosional individu terhadap penilaian yang hanya subyaktif akan mengakibatkan gelisah, tidak tentram, dan takut. Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain : 1. Kaji status mental. 2. Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala. 3. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian. 4. Libatkan keluarga dalam perawatan. Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah klien dan keluarga mengatakan tentang penyakit itu (tumor otak), klien masih tampak cemas sehingga masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi dengan jawab pertanyaan dengan penuh perhatian dan melibatkan keluarga dalam perawatan kemudian penulis mendeligasikan keperawat ruangan karena terbatasnya waktu.
36
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul. 2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian ringan, kelemahan otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah, kejang, gangguan penglihatan, dan nyeri kepala. 3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan intrakranial meningkat, herniasi otak, hidrosefalus, kejang dan metastase ketempat lain. 4. Penatalaksanaannya yaitu terapi radiasi, kemoterapi, prosedur pembedahan otak, laser karbondioksida, transplantasi tulang sumsum dan implantasi radioisotop. 5. Pengalaman nyata yang penulis dapatkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan SOL adalah adanya kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
37
6. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, penulis menemui beberapa hambatan hambatan seperti dalam melakukan implementasi dan intervensi pada klien ternyata sesuai dengan teori yang ada, yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut di dalam evaluasi yang telah di lakukan sehingga masalah dapat di atasi melalui pendekatan proses keperawatan.
B. SARAN 1. Instansi atau Rumah sakit Untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghindari bakteri nasokomial pada klien, sebaiknya pihak rumah sakit lebih memperhatikan kebersihan dan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan keperawatan. 2. Pelaksana pelayanan di Rumah sakit a. Pelayanan yang di berikan lebih di tingkatkan lagi agar pengguna jasa kesehatan merasa puas dan bisa mewujudkan Indonesia Sehat. b. Pelayanan kesehatan sebaiknya lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang keadaan pasien pada keluarga. 3. Ilmu atau Profesi Keperawatan
38
a. Untuk mewujudkan Indonesia pandai maka sebagai senior wajib mendidik para juniornya agar tidak melakukan kesalahan dalam memberikan Asuhan keperawatan. b. Tingkatkan pengetahuan ilmu keperawatan agar terbebas dari penyakit yang mematikan. 4. Institusi Pendidikan a. Bagi pembimbing akademik lebih sering dalam
memberikan bimbingan agar tidak di rendahkan oleh profesi lain. b. Bekali keterampilan mahasiswa yang banyak sebelum terjun dalam proses keperawatan di Rumah Sakit. 5. Bagi keluarga Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada pasien agar dapat cepat sembuh.
39