Vous êtes sur la page 1sur 11

Karies Pengertian Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.

Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu. Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.

Klasifikasi Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya dikelompokan menjadi: Karies pada email Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.

Karies pada dentin Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang. Karies pada ke pulpa Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit

Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies) Karies Superfisialis dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

Gambar. Karies Superfisialis Karies Media dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Gambar. Karies Media Karies Profunda dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

Gambar. Karies Profunda Menurut ICDAS, karies diklasifikasikan : D1, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering D2, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah D3, karies mencapai email D4, karies hampir menyerang dentin (mencapai DEJ) D5, karies menyerang dentin D6, karies menyerang pulpa

Dengan adanya prinsip minimal intervensi maka berkembang klasifikasi karies yang baru yang dapat membantu penatalaksanaannya dimana prinsip GV Black extention for prevention sudah tidak digunakan lagi. Klasifikasi ini mengkombinasikan site dan size. Klasifikasi site yaitu pada permukaan yang sering terjadi akumulasi plak. Oleh karena itu, untuk klasifikasi site yaitu site 1 pada daerah oklusal, site 2 daerah approksimal, dan site 3 pada daerah servikal. Klasifikasi size sebagai suatu proses perkembangan lesi karies yaitu size 0, size 1, size 2, size 3, dan size 4. Tabel Klasifikasi Karies

Untuk memperkirakan hubungan antara klasifikasi Black dengan konsep site dan size modern dapat dijelaskan sebagai berikut : Site 1 : Size 0, 1, 2, 3 dan 4 karies pit dan fisur Lokasi kavitas pada permukaan oklusal gigi posterior atau ada kerusakan enamel yang kecil, atau dengan kata lain permukaan yang tidak halus pada gigi.1 Klas I Black - klasifikasi Black dimulai dengan Site 1, Size 2 (1.2). Site 2: Size 0, 1, 2, 3 dan 4 Lesi approksimal berhubungan dengan daerah kontak Kavitas berada di permukaan approksimal beberapa gigi (anterior ataupun posterior), atau pada daerah kontak diantara dua gigi. Klas II Black lesi terjadi pada gigi posterior saja. Karena sulitnya identifikasi dan keterbatasan bahan maka tidak menggunakan Size 0 atau 1 maka klasifikasi Black di mulai dengan Site 2, Size 2 (2.2).

Klas III Black lesi yang terjadi pada gigi anterior. Klas IV Black perluasan dari lesi Klas III meliputi sudut insisal atau tepi insisal dari gigi anterior. Site 2, Size 4 (2.4). Site 3: Size 0, 1, 2, 3, dan 4 Lesi-lesi servikal1 Lesi berada pada daerah servikal termasuk permukaan akar yang tersingkap diikuti resesi. Klas V Black site 3 dan size 2.

Gambar. Mahkota premolar memperlihatkan adanya 3 sites awal terjadinya lesi karies. (Mount, 1998). Faktor Etiologi Karies Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut. Host (gigi dan saliva) Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan dentin di dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan fisur pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.10Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak. Mineral-mineral di dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Enzim-enzim

mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Selain itu, saliva mempunyai efek bufer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula dan dapat mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas Substrat atau diet Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies. Mikroorganisme Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces. Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan karbohidrat. Waktu Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan Tindakan Penambalan

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal. Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bias digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari pada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan. Pencabutan Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, dimana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan. Karies Email Karies email merupakan karies yang pertama kali terlihat secara klinis pada permukaan email berupa lesi putih tanpa kavitas disebabkan oleh pelebaran mikropori akibat demineralisasi oleh asam.1

Gambar 2. Karies Email2 Diagnosis1,2 Karies gigi dengan kedalaman email belum menunjukkan adanya gejala, baik ngilu maupun rasa sakit. Terlihat gambaran lesi bercak putih pada permukaan gigi bila dilewatkan sonde dapat tersangkut atau tidak. Terapi1 Aplikasi fluor Pemberian fluor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sistemik dan secara topikal. Pemberian sistemik biasanya dilakukan pada ibu hamil atau anak-anak. Pemberian secara topikal dilakukan dengan pembubuhan atau pengulasan larutan flour pada permukaan email. Sediaan fluor yang diaplikasikan dalam bentuk natrium fluorida 2% yang tersedia di pasaran dalam bentuk gel. Sebelum dilakukan aplikasi seluruh permukaan gigi harus diprofilaksis. Isolasi dengan cotton roll atau rubber dam, keringkan seluruh permukaan gigi dengan semprotan angin. Ulaskan natrium fluorida 2% pada permukaan gigi, biarkan selama 3-5 menit. Setelah aplikasi, pasien diinstruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit. Fissure sealant bila lesi berada pada daerah fissure Penambalan dengan Glass lonomer

Menurut Standar ISO, ada tipe Glass lonomer, yaitu Tipe I Glass lonomer Lutting Agent digunakan untuk penyemenan mahkota, Tipe II untuk penambalan karies kelas III dan IV, Tipe II Bis Reinforced dapat digunakan untuk semua gigi atau untuk pembuatan pasak, Tipe III Cavity Liner digunakan sebagai fissure sealant. Kecuali untuk tambahan pedodontik dan geriatrik, Glass lonomer tidak disarankan digunakan pada penambalan Kelas IV, Kelas II, dan Kelas VI. Ada dua teknik yang dapat digunakan pada penambalan dengan Glass lonomer, yaitu Atraumatic Restorative Treatment (ART) dan dengan prosedur preparasi seperti biasa. Prinsip kerja ART adalah menghilangkan jaringan karies hanya menggunakan instrument tanpa pengeboran dan kemudian menambal kavitas dengan Glass Ionomer. ART diindikasikan pada karies pada gigi vital yang baru mencapai dentin, letak gigi memungkinkan masuknya instrumen, serta tidak ada abses, fistel, dan sejenisnya. Pada Glass Ionomer dengan preparasi, dilakukan preparasi pad akavitas sampai tepi karies sehingga jaringan karies tidak karies lagi dilanjutkan dengan dentine conditioning dengan cairan Glass Ionomer yang diencerkan. Penambalan dengan komposit Preparasi untuk tambahan komposit dilakukan seminimal mungkin hanya membuang jaringan karies dan sedikit jaringan sehat gigi agar tepi kavitas berada pada jaringan gigi yang berkondidi baik. Sudut-sudut kavitas dibuat membular, serta boks untuk kavitas Kelas II. Komposit diaplikasikan sekaligus untuk tambalan dangkal (maksimal 2 mm) atau selapis demi selapis atau secara seksional untuk tambahan dalam. Referensi: 1. Usri, K, dkk. Karies Terbatas pada Email. Dalam: Diagnosis & Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Edisi 2. Jakarta. LSKI. 2010; 37, 137, 147-149. 2. Riyanta, S. 2011. Apa yang Anda Ketahui Tentang Karies Gigi? Diunduh dari: http://pdgicabwngr.blogspot.com/2011/10/apa-yang-anda-ketahui-tentang-karies.html, diakses pada tanggal 13Agustus 2013. KARIES SEKUNDER Karies sekunder adalah lesi pada tepi restorasi yang telah ada sebelumnya. Pemeriksaan histologis menunjukan suatu demineralisasi jaringan sepanjang dinding kavitas. Karies sekunder berbeda dengan 3 wall lesions dan merupakan hasil dari suatu microleakage. Dan juga berbeda dengan residual karies yang merupakan sisa jaringan terdemineralisasi yang tertinggal saat preparasi kavitas. Karies sekunder muncul pada area penumpukan plak. Karena alasan inilah, batas cervical dari tambalan

yang umumnya terkena (Edwina, 2001). 1. Mekanisme terjadinya karies sekunder Proses terjadinya karies Menurut Teori Kimia parasit (WD. Miller) Enzim dalam air ludah seperti amilase, maltose akan mengubah polisakarida menjadi glukose dan maltose. Glukosa akan menguraikan enzim-enzim yang dikeluarlan oleh mikroorganisme terutama laktobasilus dan streptokokus akan menghasilkan asam susu dan asam laktat, maka pH rendah dari asam susu (pH 5,5) akan merusak bahan-bahan anorganik dari email (93 %) sehingga terbentuk lubang kecil (Yuwono, 1993). Predisposisi untuk terjadinya karies gigi yaitu Keadaan gigi yang porus, lunak (Hipoplasia), adanya fisur-fisur yang dalam seperti foramen saekum, posisi gigi yang tidak teratur, pada wanita hamil, penderita penyakit Diabetus militus, rematik dan lain lain 2. Teori endogen-pulpogene phospatase (Csernyei, 1932). 1. 2. 3. 4. 5. Penyebab-penyebab karies sekunder Kegagalan restorasi resin komposit yang menyebabkan kebocoran dari resin komposit, dikarenakan: Perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin komposit, dentin, dan enamel. Penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal . Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat asam. (Hermina, 2003) Adanya mikroleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro antara bahan restorasi dengan struktur gigi, sehingga margin restorasi terbuka serta (Yuwono, 1990). Adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri maupun toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder (Sularsih, 2007). Tindakan restoratif yang bisa dilakukan pada karies sekunder Diagnosis dari sekunder karies merujuk pada penempatan kembali dari restorasi. Diagnosis dan perawatan harus mengikuti prosedur yang sama seperti lesi karies primer yaitu dengan replacement seluruh restorasi (Mjor,2006). PEMERIKSAAN OBJEKTIF Tes sondasi dilakukan dengan menggunakan ujung sonde yang tajam dengan menggoreskan di dasar kavitas. Bila terjadi perforasi pulpa biasanya pasien akan kesakitan Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk pelan permukaan oklusal atau incisal darigigi yang diduga mengalami karies Dan gigi di sebelahnya menggunakan ujung tangkai kaca mulut untuk mendeteksi adanya nyeri. Tes palpasi dilakukan dengan meraba jari telunjuk sepanjang mukosa fasial dan lingual di atas region

apical gigi. Nyeri pada saat palpasi bisa saja menunjukan adanya suatu abses pada tulang alveolar stadium lanjut atau penyakit periapikal lainnya. Palpasi juga dapat menunjukan pembengkakan yang tidak disertai nyeri.

Vous aimerez peut-être aussi