Vous êtes sur la page 1sur 4

ATROPI SPINAL MUSKULAR (ASM)

Darto Saharso
Divisi Neuropediatri Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya

BATASAN Atropi spinal muskular (atau spinal muscular atrophy) yang lazim disingkat SMA merupakan kumpulan kelainan otosomal resesif yang ditandai dengan kelemahan progresif lower motor neutron (LMN) PATOFISIOLOGI SMA secara anatomis ditandai dengan hilangnya lower (alpha) motor neuron sepanjang medula spinalis dan nukleus saraf motorik tertentu di batang otak (yaitu nukleus saraf kranialis V, VI, IX dan XII) Penelitian menunjukkan pada penderita SMA terjadi mutasi kromosom pada gen 5q11.2-13.3 yang mengkode pembentukan pembentukan protein survival motor neuron (SMN). Mutasi pada gen tersebut menyebabkan SMN yang terbentuk tidak dapat berfungsi membentuk spliceosoma small nuclear ribonucleoproteins (snRPNs), padahal snRPNs berperan pada fase awal pembentukan mRNA. Tetapi mengapa kerusakan yang terjadi hanya mengenai LMN dan bersifat progresif masih belum jelas. SMA dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan usia saat timbulnya gejala klinis: (Walton, 1957; Bradley 1996; Rudnik-Schoneborn, 1996; Fenichel, 1997; Joynt, 1997; Menkes) 1. SMA Tipe I Infantil Aut atau Wernig-Hoffman disease Timbul sebelum usia 6 bulan, dimana 95% kasus timbul pada usia sekitar 3 bulan 2. SMA Tipe II Infantil Kronik Merupakan tipe SMA tersering dijumpai. Gejala klinisnya timbul pada usia 6 sampai dengan 18 bulan 3. SMA Tipe III Juvenil Kronik atau Kugelberg-Welander syndrome Merupakan tipe SMA dengan klinik paling ringan yang timbul setelah usia 18 bulan 4. SMA Tipe IV Onset Dewasa

Gejala klinis tibul pada usia 30an dan pasien memiliki harapan hidup yang baik GEJALA KLINIS Gejala klinis SMA tergantung pada tipenya, yaitu:

Tipe I: Hipotoni Disfungsi bulbaris (sulit mengisap, menelan dan bernafas) Floppy infant Biasanya didapatkan riwayat sianosis berkepanjangan pada waktu lahir Tipe II: o Gangguan tumbuh kembang berupa motoric delay dimana penderita belum bisa duduk atau berdiri sendiri pada usia 1 tahun. o Tremor jari-jari yang diduga berkaitan dengan fasikulasi pada otot-otot skeletal o Psedohipertropi m. gastroknemius o Deformitas muskoloskeletal o Gagal nafas Tipe III: o Kelemahan otot-otot proksimal yang progresif lambat o Penderita biasanya dapat berdiri dan berjalan tetapi kesulitan melakukan gerakan motorik khusus (mendaki, naik tangga, dll) o Disfungsi bulbar tidak terjadi pada awal penyakit Tipe IV: o Gejala klinisnya mirip tipe III
o o o o

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik: ~ lesi LMN o Kelemahan flasid o Hipotonia o Refleks tendon dalam menurun atau tidak ada o Fasikulasi o Atropi otot Pemeriksaan laboratorium: o Kadar creatinine kinase (CK) normal pada SMA tipe I dan sedikit meningkat pada 3 tipe lainnya o Analisa cairan serebro-spinal normal o Analisa kromosom, khususnya pada rantai 5q Pemeriksaan elektrofisiologis: o NCV normal o Conduction Motor Action Potentials (CMAPs) rendah normal atau menurun (tergantung tingkat keparahan penyakitnya) Pada kelemahan yg kronik, CMAPs mendekati normal karena telah terjadi re-inervasi dan kolateral

Biopsi otot:
o o o

Dilakukan untuk membedakan dengan penyakit neuromuskular lainnya Pada awal penyakit tampak atropi serabut-serabut oto dan hipertropi kompensasi Tampak degenerasi atau hilangnya SMN dengan gambaran neurogenik pada morfologi otot

DIAGNOSIS BANDING

Distropi muskular kongenital Miopati kongenital Gangguan metabolisme karbohidrat Miastenia gravis

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaannya bersifat suportif dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan untuk meminimalkan kecacatan, terutama pada pasien progresif lambat. Pengobatan farmakologis khusus tidak ada. Terapi pembedahan (koreksi skoliosis atau intervensi ortopedi lainnya) diindikasikan bila didapatkan kemungkinan harapan hidup yang lama. Pemberian vantilasi non mekanik dan percutaneous gastrostomy dilaporkan mampu meningkatkan kualitas hidup tetapi tidak berpengaruh terhadap kemungkinan harapan hidup. KOMPLIKASI

Pnemonia Skoliosis Kontraktur sendi Gagal nafas

PROGNOSIS

SMA tipe I: angka harapan hidup usia 2, 4, 10 dan 20 tahun adalah 32%, 18%, 8% dan 0% Kebanyakan SMA tipe I meninggal sebelum usia 18 bulan

SMA tipe II: angka harapan hidup usia 2, 4, 10 dan 20 tahun adalah 100%, 100%, 98% dan 77% SMA tipe III: o Onset < 3 tahun: angka harapan hidup usia 2, 4, 10, 20 dan 40 tahun adalah 98%, 94,5%, 73%, 44% dan 34% o Onset > 3 tahun: angka harapan hidup usia 2, 4, 10, 20 dan 40 tahun

adalah 100%, 100%, 97%, 89% dan 67% SMA tipe II: angka harapan hidup usia 2, 4, 10 dan 20 tahun adalah 100%, 100%, 98% dan 77%

DAFTAR PUSTAKA Swaiman KF, Anterior horn cell and cranial motor neuron disease. In: Swaiman KF ed. Pediatric Neurology Principles and Practice. 2nd ed. St. Louis: Mosby; 1994; 1407-14. 2. Tsao B, Armon C. Spinal Muscular Atrophy, http://www.emedicine.com/neuro/topic631.htm , update terakhir 5 Mei 2006, didownload 18 Mei 2006, jam 14.30 WIB
1.

Vous aimerez peut-être aussi