Vous êtes sur la page 1sur 12

PERCOBAAN IX RESPON IMUN SEBAGAI TANGGAPAN TUBUH TERHADAP INFEKTOR

I. TUJUAN Setelah mnyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat : Memahami dan menerangkan keberadaan dan fungsi sistem pertahanan secara barier anatomis Memahami dan menerangkan fungsi dan mekanisme sistem imun non-spesifik dan spesifik Memahami dan menerangkan kajian respon imun secara in vivo dan in vitro Memahami dan menerangkan tejadi reaksi hipersensitivitas tipe I secara eksperimental in vivo sistemik dan local Memahami dan menerangkan produk imun khususnya antibody dalam mengeliminasi antigen atau infektor

II. DASAR TEORI Sistem kekebalan tubuh didefnisikan sebagai semua mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk menangkal pengaruh factor atau zat yang berasal dari lingkungan dan zat tersebut asing bagi tubuh. Secara garis besar, sistem kekebalan tubuh dapat dibedakan menjadi sistem kekebalan alami (innate-immunity) dan sistem kekebalan dapatan (acquired immunity). Kedua sistem kekebalan tubuh tersebut saling bekerja sama menangkal zat yang asing dari luar tubh yang apabila dibiarkan akan berbahaya. Kekabalan alami merupakan pertahanan tubuh yang mendasar dan sudah dimiliki sejak lahir dan bersifat non-spesifik. Artinya, tidak bersifta khusus terhadap zat asing tertentu. Sedangkan kekebalan dapatan merupakan pertahanan tubuh yang

terbentuk sebagai respon adanya zat asing yang masuk ke dalam tubuh yang bersifat spesifik dan memiliki kemampuan mengingat. Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima(Tetty Setyowati, 2007, hal : 231). Tujuan utama sistem imun adalah untuk memepertahankan tubh dari serangan mikroorganisme. Darah, cairan transportasi tubuh yang utama, melakukan fungsi vital dengan mempertahankan homeostatis (keseimbangan fisiologis dan alami lingkungan internal tubuh). Melalui saluran limfatiknya, sistem imun juga melakukan fungsi ntransportasi. Tidak seperti sistem tubuh lainnya, sistem imun dan darah tidak terdiri dari kelompok organ sederhana. Sistem imun terdiri dari jutaan sel yang bersirkulasi dan struktur khusus, seperti nodus limfe yang berlokasi di seluruh tubuh. Darah terdiri atas elemen cair (plasma) dan elemen padat (sel darah dan trombosit) yang bersirkulasi ke seluruh tubuh. Limpa membantu darah dan sistem imun dengan bertindak sebagai reservoir untuk darah dan menghasilkan sel darah. Limpa juga membantu pertahanan melawan mikroorganisme. Karena sifat difusi sistem imun dab darah, maka keduanya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap sistem tubuh lainnya(Patricia Gonce Morton, 1995, hal : 393).

Reaksi pertahanan dalam hewan dapat berupa imunitas humoral atau imunitas sel. Imunitas humoral adalah reaksi ketahanan yang terjadi melalui pembentukan antibody yang kompatibel dengan antigen. Sebaliknya imunitas sel merupakan reaksi ketahanan yang terjadi melalui penghancuran benda asing secara langsung dengan enzim. Pada kasus tertentu, benda asing rusak selama tanggap imunitas sel sehingga tidak terbentuk antibody dan benda asing tersebut tidak antigenic. Antigen Antigen adalah setiap senyawa yang mampu mengimbas tanggap imun bila diinejksikan ke dalam hewan berdarah panas. Senyawa yang dapat merangsang terbentuknya antibody biasanya merupakan benda asing yang secara genetika tidak dapat disandikan oleh hewan percobaan. Antigen merupakan makromolekul atau
2

partikel yang terdiri atas protein atau polisakarida. Secara umum, bobot molekul (BM) senyawa yang dapat mengimbas reaksi antibodi adalah >5000, walaupun ada beberapa molekul yang lebih kecil yang dapat mengimbas terbentuknya antibodi. Keimunogenan antigen tergantung pada sifat fisikokimiawi suatu senyawa, hewan percobaan, dan metode imunisasi yang digunakan. Kereaktifan antigen (antingenic reactivity) adalah kemampuan antigen untuk membentuk ikatan khas dengan antibody. Bagian antigen yang mampu mengimbas antibody dikenal juga dengan istilah epitop atau antigen determinasi. Epitop mempunyai struktur tiga dimensi dari asam amino yang kompatibel dengan bagian pengikat dari molekul antibodi. Ada dua tipe epitop, yaitu epitop runutan 5-7 asam amino (sequential determinant) dan epitop struktur polipeptida yang terdiri atas banyak asam amino (comformational determinant). Antibody yang diimbas oleh epitop struktur polipeptida tidak dapat bereaksi dengan bentuk linier dari polipeptida antigen tersebut. Epitop pada suatu antigen dapat dipisahkan menggunakan reaksi enzimatis. Walaupun epitop tersebut terlalu kecil untuk mengimbas terbentuknya antibodi, tetapi molekul tersebut dapat diikatkan pada suatu molekul pembawa (carier), seperti bovine serum albumin. Molekul pembawa yang dapat digunakan untuk memproduksi antibodi dari epitop yang mempunyai bobot molekul rendah dikenal dengan istilah helper(Hasriadi Mat Akin, 2006, hal :117-118).

III. ALAT DAN BAHAN ALAT : Injeksi 1 ml Alat cukur Bekker glass Holder mencit BAHAN : Larutan putih telus (ovalbumin) 25% dalam NaCl 0.9% Serum Alkohol 70% HEWAN UJI : 1Ekor kelinci Maing-masing kelompok mendapatkan 2 mencit

IV. SKEMA KERJA Hewan dipelihara, diamati keadaan kesehatannya dan kelakuan normalnya.

Diberi tanda dan dicatat berat badannya.

Kelinci disensitasi dengan ovalbumin sejumlah 1ml/kg BB secara i.p intraperitonial Diambil darah hewan yang telah disensitisasi aktif dengan ovalbumin, pada akhir periode sensitasisensitasi Diambil serumnya dengan cara sentrifugasi, diencerkan dengan NaCl 0,9% : 2 dan 4 kali Dilakukan pemindahan imunoserum antiovalbumin dari hewan yang sensitive aktif kepada hewan normal lain secara lokal Hewan penerima (mencit) dicukur punggungnya, dibagi menjadi 4 sektor

SEKTOR 1 Tidak diinjeksi serum

SEKTOR 2 Diinjeksi 0,1 ml serum murni

SEKTOR 3 Diinjeksi 0,1 ml serum pengenceran 2x

SEKTOR 4 Diinjeksi 0,1 ml serum pengenceran 4x

Dibiarkan selama periode sensitisasi pasif 1 jam Disuntikkan secara intravena 0,5 ml larutan putih telur 25%, diamati gejala yang terjadi pada daerah penyuntikkan imunoserum

Diukur dan dicatat bentol merah yang terjadi dari waktu ke waktu selang 15 menit. Tabulasi dan dibahas hasilnya.

V. DATA PENGAMATAN Kelompok Mencit No 1 1 2 12:55 13:55 Pemberian Serum 12:48 Pemberian Ovalbumin 13:48 Menit Ke 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 Sektor 2 3 2 3 6 7 8 8 14 13 3 4 4 5 4 8 6 8 0 2 3 5 4 5 4 6 15 6 22 9 24 10 24 10 0 0 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 1 0 1 2 3 2 4 2 4 2 4 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 2

12:58

13:58

13:10

14:10

1 3 2

13:05

14:05

13:10

14:10

1 4 2

12:57

13:57

13:00

14:00

1 5 2

12:48

13:48

12:55

13:55

1 6 8 9 18 7 11 11 17 0 7 7 10 7 15 15 15 3 4 6 6 0 2 3 5 5 7 7 7 0 2 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0

4 4 9 12 16 4 8 9 10 2 2 3 3 10 10 10 10 0 1 2 2 0 0 1 2 7 5 5 5 0 0 1 1 0 0 0 5 0 0 1 2

Rata-rata jumlah bintik merah berdasarkan sector 1 22,6 23 2 15,6 16 3 13,6 14 4 16,2 16

Rata-rata jumlah bintik merah berdasarkan menit 15 9,5 10 30 15,9 16 45 19,7 20 60 23,4 23

VI. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari respon imun sebagai tanggapan tubuh terhadap infector. Pada praktikum ini terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan dan memerlukan waktu untuk melaksanakan percobaan ini yaitu dari pembentukan system imun dan respon imun. Sistem imun sendiri adalah mekanisme atau kemampuan tubuh dalam menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial berbahaya bagi tubuh. Sedangkan fungsinya sendiri adalah untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi sel asing. Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein , terutama sel makrofag , sel limfosit, komplemen , dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen non adaptif atau imunitas alamiah artinya mekanisme pertahananya tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Sedangkan mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas dapatan, yaitu mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak berperan terhadap antigen jenis lain. Pada percobaan kali ini kita akan melihat respon imun secara spesifik dengan hewan uji mencit, karena dalam percobaan imunologi dipilih hewan yang mempunyai kepekaan tinggi karena respon imun ditentukan oleh kepekaan individu penerima induksi. Pada tahapan sebelumnya, kita melakukan tahapan sensitisasi aktif pada hewan uji kelinci yaitu dengan menyuntikan ovalbumin secara intra peritoneal, untuk membentuk system antibody pada tubuh kelinci. Kegiatan ini dilakukan 4 hari sebelum praktikum. Kemudian dilakukan pengambilan darah pada telinga kelinci untuk mendapatkan imunoserum. Serum diambil dari darah dengan cara sentrifugasi sehingga didapatkan imunoserum yang mengandung IgE- antiovalbumin yang dapat berperan sebagai antibodi. Untuk mendapatkan beberapa konsentrasi dilakukan pengenceran

menggunakan NaCl 0,9 %. Serum yang mengandung IgE antiovalbumin tersebut akan disensitisasi pasif pada hewan uji mencit secara subkutan yang sebelumnya punggung mencit yang telah dicukur punggungnya dan dibagi menjadi 4 sektor yang akan diberikan serum dengan konsentrasi yang berbeda yaitu tidak diberikan serum,
8

diberikan serum murni, serum dengan pengenceran 2x dan serum dengan pengenceran 4x, Untuk selanjutnya ditunggu selama 1jam dan diberikan putih telur 25% secara intra vena sebagai infector untuk menimbulkan respon imun.Pengamatan dilakukan setiap 15 menit selama 1 jam. Imunoglobulin yang berada pada permukaan sel berfungsi sebagai reseptor sel untuk suatu antigan tang disebut B cell resertor ( BCR). Imunoglobulin disekresi dalam bentuk antibody yang dihasilkan oleh plasma yaitu sel b yang teraktivasi. Antibodi merupakan molekul pertama yang diketahui terlibat pada pengenalan antigen secara spesifik. Molekul antibody mempunyai peranan yang terpisah , yang pertama mengikat molekul pathogen untuk peningkatan respon imun , kedua untuk merekrut sel-sel imunokompeten dan molekul efektor lainya ketika antibody tersebut berikatan dengan targetnya. Respon imun yang ditimbulkan dapat berupa reaksi hipersensitivitas atau peradangan yang akan dijadikan parameter dalam percobaan kali ini yang ditandai dengan munculnya bintik merah sebagai respon imun terhadap antigen. Respon Peradangan : 1. Pertahanan oleh makrofag Residen 2. Vasodilatasi local plasma meningkat 3. Peningkatan permeabilitas kapiler jaringan 4. Edema lokal akibat pergeseran keseimbangan cairan 5. Pembatasan daerah yang meradang cedera ruang sel. Bakteri fibrin membentuk bekuan cairan interstisium di enzim plasminogen plasmin protein plasma lolos ke aliran darah Leukosit fagositik dan protein

yang melarutkan bekuan fibrin 7. Emigrasi Leukosit Melibatkan marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan kemotaksis
9

8. Destruksi bakteri oleh leukosit

Berdasarkan teori pada sector 2 seharusnya terdapat bintik dengan jumlah yang paling banyak hal ini dikarenakan pada sector 2 yang diinduksikan serum murni yang bertindak sebagai antibodi akan memberikan respon yang berlebih pada antigen yang diberikan sehingga akan menghasilkan reaksi hipersensitiv berlebih ditandai dengan munculnya bintik merah, selanjutnya jumlah bintik terbanyak adalah sector 3, hal ini sesuai karena imonuserum yang diberikan dengan pengenceran 2 x sehingga konsentrasi antibody lebih rendah daripada serum murni, sehingga responya lebih agak lambat daripada sector 2. Selanjutnya yaitu sector 4 yang menimbulkan jumlah bintik lebih sedikit daripada sector 3 karena serum sudah diencerkan 4x. Sedangkan pada sector yang tidak diberikan serum yaitu sector 1 akan memberikan respon yang lambat terhadap antigen, hal ini diketahui dengan tidak munculnya bintik pada sector tersebut. Tetapi dari hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda dari teori.Secara pengamatan umum justru sector 1 muncul jumlah bintik yang lebih banyak, disusul dengan sector 4,3 dan 2. Berdasarkan rata-rata jumlah bintik berdasarkan sector, bintik paling banyak adalah sector 1 dengan 23 bintik merah, disusul sector 4, 16 bintik ,sector 2,16 bintik ,dan sector 3, 14 bintik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat menyuntikan serum atau cairan dilakukan dengan mencubit sector , yag mana tidak menutp kemungkinan cairan dapat merembet ke sector lain melihat sector yang berdekatan. Sehingga sector 1 yang seharusnya tidak terdapat bintik, karena bersebelahan dengan sector 2 yaitu penyuntikan dengan serum murni yang mungkin mengakibatkan jumlah bintik di sector 1 lebih banyak. Berdasarkan rata-rata bintik merah pada menict berdasarkan waktu, jumlah yang terbanyak terdapat bintik merah adalah 60menit yaitu 23 bintik, disusul 45 menit dengan 20 bintik, kemudian 30menit, dengan 16 bintik, dan 15 menit dengan 10 bintik.

10

VII. KESIMPULAN 1. Jumlah atau konsentrasi antibody yang berlebih akan menimbulkan respon imun yang lebih cepat pula sebagai respon dari antibody terhadap antigen. 2. Kecepatan responya terhadap antigen berdasarkan teori adalah Serum murni > Serum pengenceran 2x > erum pengenceran 4x > tidak diberikan serum. 3. Kecepatan responya terhadap antigen berdasarkan percobaan adalah Tidak diberi serum > Serum pengenceran 4x > erum pengenceran 2x > diberikan serum murni

VIII. DAFTAR PUSTAKA Gonce Morton, Patricia. 1995. Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi SOAPIE Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Setyowati, Tetty dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif Untuk SMA/MA. Jakarta : Azka Press Mat Akin, Hasriadi. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

11

Mengetahui, Dosen Pengampu

Semarang, 6 Juni 2013 Praktikan

Ebta Narasukma, S.Farm., Apt

Melia Wulandari (1041111093)

Ika Puspitaningrum, M.Si., Apt

Muawanah ( 1041111098 )

Nailin Nimah ( 1041111102 )

Nurizka Febrian N. (1041111112)

Pradika Nudya R.R ( 1041111117 )

12

Vous aimerez peut-être aussi