Vous êtes sur la page 1sur 37

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih pada dosen pembimbing dan teman- teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Dapot P. Gultom SPKJ, selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara Medan. 2. Kapten CKM Eka Saputra, SKM, selaku Direktur Akper Kesdam IM Lhokseumawe 3. Ibu Lince Herawati, S.Pd, S.Kep, Ns, Selaku Pembimbing yang sudah banyak memberikan arahan kepada penulis 4. Jhoni Harapan, S.Kep, Ns selaku sebagai Pudir I Akper Kesdam IM Lhokseumawe 5. Lasmina Lumban Gaol, S.Kep Ns. Selaku coordinator PBL Akper Kesdam IM Lhokseumawe 6. Kepala Ruangan dan seluruh staf pegawai ruang Pusuk Buhit RSJD Provinsi Sumatera Utara 7. Bapak/Ibu Staf pegawai Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara Medan yang telah membantu dalam proses praktek klinik. 8. Bapak/Ibu selaku dosen pembimbing institusi Akper Kesdam IM Lhokseumawe 9. Buat teman-teman DIII Akper Kesdam IM Lhokseumawe yang selalu mendukung penulis, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya Demikian makalah ini kami perbuat, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam bidang keperawatan jiwa. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Medan, Mei 2011 Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI. iii BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1 1.1 1.2. 1.3 1.4 BAB II. 4 TINJAUAN TEORI. 4 2.1 Pengertian. 4 2.2 Etiologi 8 2.3 Manifestasi klinik (stuart and sundeen, 1991) 10 BAB III. 13 TINJAUAN KASUS. 13 3.1 Identitas Pasien. 13 3.2 Riwayat keperawatan. 13 3.2.1 Alasan masuk. 13 3.2.2 Faktor predisposisi 13 3.2.3 Tanda vital 14 3.3 Psikososial 14 3.3.1 Genogram.. 14 3.3.2 Konsep Diri 15 3.3.3 Hubungan Sosial 16 3.3.4 Spiritual 16 Latar Belakang. 1 Ruang Lingkup. 2 Tujuan Penulisan. 2 Metode dan Teknik Pengambilan Data. 3

3.4 Status Mental 16

3.5 Kebutuhan persiapan pulang. 19 3.6 Mekanisme Koping. 20 3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan. 20 3.8 Penatalaksanaan. 20 3.9 Analisa Data. 20 3.10 Pohon Masalah. 22 3.11 Diagnosa. 23 3.13 EVALUASI. 37 STRATEGI PELAKSANAAN.. 38 4.1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 38 A. B. Proses Keperawatan. 38 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 38

4.2 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 39 A. B. Proses Keperawatan. 39 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 39

BAB IV.. 42 PEMBAHASAN.. 42 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. Pengkajian. 42 Diagnosa Keperawatan. 43 Perencanaan. 43 Pelaksanaan. 43 Evaluasi 44

BAB V.. 45

PENUTUP. 45 A. B. Kesimpulan. 45 Saran. 45

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit menunjukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan merujuk pada penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.(Depkes RI, 2006). Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Gejala-gejala Skizofrenia mengalami penurunan fungsi / ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain. ( Arif, 2006). Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS. Jiwa adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri, ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lainnya. ( Depkes 2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang lain. (Townsend, 1998) Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative tapi tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kamarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan intra personal.(Harnawatiaj,2008, 3,http://www.gaya hidup sehat online.com,27 januari 2008).

Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh pasien atau keluarga. 1.2. Ruang Lingkup

Dalam penulisan ini, tim penulis hanya membahas pada satu kasus saja yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Perilaku Kesehatan melalui pendekatan keperawatan yang diobservasi dari tanggal 09 Mei 2011 sampai dengan 11 Mei 2011.

1.3
1.3.1

Tujuan Penulisan
Tujuan umum

Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal. 1.3.2 Tujuan khusus agresif prilaku dengan dengan dengan

1. Penulis dapat mengidentifikasikan hambatan dalam perawatan pasien marah sehingga dapat dicari pemecahan masalahnya 2. Penulis dapat mengganbarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn. S dangan kekerasan 3. Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada Tn. S prilaku kekerasan 4. penulis dapat mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S prilaku kekerasan 5. penulis dapat mendiskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada Tn. S prilaku kekerasan 6. penulis dapat mendiskripsikam hasil evaluasi yang berhasil dilakukan

1.4

Metode dan Teknik Pengambilan Data

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi kasus dan teknik deskripsi dengan pendekatan proses keperawatan. Sedangkan teknik pengambilan data yang penulis gunakan adalah wawancara yaitu penulis lakukan secara langsung terhadap pasien, keluarga, perawat dan team kesehatan lain. 1. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap perkembangan keadaan pasien dengan marah agresif selama melakukan asuhan keperawatan. 2. Dokumentasi yaitu dengan catatan medik dan perawatan yang pernah dilakukan. 3. Studi kepustakaan atau literature yaitu dengan membaca, kemudian menyadur dan mencocokan dengan kategori.

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang lain. (Towsend, 1998). Struart and Sundeen, (1991) menyatakan kemarahan adalah : Perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konduktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Perasaan marah normal bagi individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah seperti berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. (Keliat, 1992) Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, menentang. Dari tiga cara ini yang pertama adalah kontruktif dan sedangkan dua cara lain destruktif. Dengan melarikan diri / menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan cara ini di pakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri / lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomotik / agresif dan mengamuk. (keliat, 1992) 2.1.2. Tanda dan Gejala.

1. Fisik: Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,rahang mengatup,wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku. 2. Verbal: Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus. 3. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak lingkungan, amuk dan agresif 4. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,dendam,jengkel, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut 5. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata kata bermakana sakasme. 6. Spritual: Merasa dirir berpuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terlambat 7. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran. (Fitria, 2009) 2.1.3. Rentang Respon Marah Respon Maladaptif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Respon Adaptif Asertif

Keterangan :

Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain,akan memberikan kelegaan pada indifidu dan tidak menimbulkan masalah. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respons yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya hambatan dalam proses pencapaian. Pasif adalah respon lanjutan dari frustasi, dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan. Agresif adalah prilaku penyerupai marah dan merupakan dorongan untuk bertindakdalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Prilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara keras, menuntut, dan kasar disertai kekerasan. Kekerasan adalah adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respon maladaptif (kekerasan), maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat menyelesaikan masalahnya.

( Stuart & Laraia, 1998 dikutip dari Marlindawani Jenny, dkk, 2010)

2.1.4

Faktor faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan

Adapun faktor faktor lain yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah Stimulus lingkungan Konflik interpersonal Status mental Putus obat Penyalahgunaan narkoba atau alcohol (Fitria, 2009)

Stress, emosi, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat mengakibatkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam kecemasan tersebut bisa menimbulkan kemarahan. (keliat,1992) Menurut Stuart and Sundeen, 1991. Perbandingan perilaku marah asertif, pasif, agresif adalah sebagai berikut : 1 Dilihat dari pembicaraan

Asertif prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu positif, menawarkan diri saya dapat , saya akan

Pasif prilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu negative, merendahkan diri dapatkan saya Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu sombongkan diri, merendahkan orang lain kamu selalu , kamu tak pernah 2 Dilihat dari suara

Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu sedang Pasif prilaku yang ditunjukan diantaranya yaitu lambat, rendah, mengeluh Agresif , prilaku yang ditunjukan di antarnya yaitu keras, ngotot Dilihat dari posisi badan Asertif prilaku yang di tunjukan diantaranya yaitu tegap, santai Pasif prilaku yang ditunjukan yaitu menundukkan kepala Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu kaku, condong kedepan 4 Dilihat dari jarak

Asertif prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu mempertahankan jarak yang nyaman Pasif perilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu menjaga jarak (sikap yang tak acuh) Agresif , prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu siap dengan jarak menyerang orang lain 5 Dilihat dari penampilan

Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu siap melaksanakan Pasif, prilaku yang di tunjukan yaitu loyo, tidak dapat tenang Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu mengancam, tak dapat terang 6 Dilihat dari kontak mata

Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu mempertahankan kontak mata sesuai kebutuhan yang berlangsung Pasif prilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu sedikit / sama sekali tidak Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu mata melotot dan dipertahankan.

2.2 Etiologi
Etiologi dari perilaku kekerasan : marah menurut Struart & sundeen, ( 1991) 1 Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis 1. Instirtual Drive Teory Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat. Contoh : marah, karena tak dipenuhi kebutuhan sex. 2. Psyhosomatis Theory Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal, internal dan lingkungan. Contoh : stress pada masa lampau, cemas dan kecewa. b. Faktor psikologis Menurut Struart and Sandeen ( 1991 ) adalah sebagai berikut : 1. Frustaction agression theory Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan menyebabkan suatu keadaan yang akan mendorong individu untuk berlaku agresif. Contoh : kehilangan pekerjaan. 2. Behabehavioral theory Kemarahan adalah respon belajar dan hal tersebut dapat dicapai bila ada fasilitas / situasi yang mendukung. Contoh : rasa jengkel, rasa tidak sedang. 3. Exintentinal theory Berperilaku adalah kebutuhan manusia, bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi lewat hal yang positif, maka individu akan melakukan hal negatif. Contoh : bertindak mengamuk, kekerasan.

c. Faktor sosial kultural 1. Social environment theory Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon asertif / kasar (agresif). Contoh : menarik diri 2. Sosial learning theory Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi dari proses sosialisasi. Contoh : bertindak kekerasan, mengejek, berdebat. 2. Faktor prespitasi Menurut Struart and Sundeen (1991), Secara umum marah terjadi karena adanya tekanan / ancaman yang unik atau berbeda-beda. Ada 2 macam yang mengakibatkan terjadi kemarahan, stresor tersebut yang pertama dapat di sebabkan dari luar yaitu eksternal stresor dapat berupa serangan fisik, kehilangan dan kematian sedangkan penyebab stresor ke dua stresor disebabkan dari dalam yaitu internal stresor dapat berupa putus cinta, kehilangan pekerjaan, ketakutan pada penyakit yang di derita.

2.3 Manifestasi klinik (stuart and sundeen, 1991)


Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak, merampas makanan dan memukul bila tidak sengaja. 1. 1. Motor agitation

Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang, pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam. 1. 2. Verbal

Memberi kata-kata ancaman melukai, disertai melukai pada tingkat ringan, bicara keras, nada suara tinggi, berdebat. 1. 3. Efek

Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek labik, mudah tersinggung. 1. 4. Tingkat kesadaran

Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat menurun. 2.4 Tindakan Keperawatan 1) Psikoterpeutik 1. bina hubungan saling percaya - buat kontrak dengan pasien : perkenalkan diri perawat, waktu dan interaksi - ajak pasien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilannya - jelaskan bahwa identitas px tidak akan dibeberka b. berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka c. kenalkan dan dukung kelebihan pasien d. bantu pasien mengurangi ansietas ketika berhubungan interpersonal 2) Pendidikan Kesehatan - jelaskan kepada pasien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar, berolahraga dan bermain music. -bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan marah. -jelaskan dan anjurkan keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan pasien 3) Kehidupan sehari-hari - bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai bisa mandiri - pantau reaksi obat pasien - catat pemberian obat yang telah terlaksana - pastikan obat telah diminum, pastikan tempat-tempat yang memungkinkan pasien menyimpan obat. 5. Lingkungan Terapeutik a. Lingkungan fisik - pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien ataupun orang lain

- cegah agar pasien tidak berada sendiri dalam ruangan dalam jangka yang lama - beri rangsangan sensori seperti : suara music dan gambar hiasan yang ceria di ruangan pasien b. lingkungan sosial - libatkan pasien dalam interaksi dengan pasien dan perawat lain secara bertahap - fasilitas pasien untuk berperan serta dalam tali, okupasi, rekreasi serta terapi keluarga 6. Evaluasi - pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalahnya - Harga diri pasien meningkat - Mampu mengendalikan marahnya

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-05-2011 di ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama Tn. S, umur 32 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMP dan pasien dibawa ke RSJ oleh ibunya, Ny. E pada tanggal 03 April 2011.

3.2 Riwayat keperawatan


3.2.1 Alasan masuk
Pasien dibawa ke RSJ karena dirumah, mengamuk, memukul orang dan bicara kasar.

3.2.2 Faktor predisposisi


Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalunya lebih kurang 2 tahun yang lalu di RSJ Provinsi Sumatera utara dan akhirnya sembuh. Akan tetapi kurang berhasil dikarenakan Pasien jarang control dan minum obat karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat.

Masalah Keperawatan : Regimen Teurapetik in efektif, Koping keluarga Pada keluarga pasien tidak ada satupun yang mengalami sakit seperti yang diderita pasien. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan Klien pada masa lalu pernah mengalami kebangkrutan pada usahanya sehingga pasien merasa seperti tidak berguna bagi keluarga, dan juga karena meninggalnya sang ayah menyebabkan pasien semakin merasa terbebani. Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3.2.3 Tanda vital


Tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit, tinggi badan : 168 cm, berat badan : 70 kg. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.3 Psikososial
3.3.1 Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Meninggal : Satu rumah Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien mempunyai 2 Adik perempuan masih siswa SMA dan SD. Pasien di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya.

3.3.2 Konsep Diri


Gambaran Diri Pasien Pasien mengatakan dirinya sangat menyukai terhadap tubuhnya karena menganggap dirinya tidak ada kekurangan yang berarti Identitas Diri

pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan telah menempuh sekolah sampai dengan SMP saja

Peran Diri Klien dalam keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah menggantikan ayahnya nya yang telah tiada Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah

Ideal Diri Pasien mengatakan ingin bias pulang dari rumah sakit jiwa, serta bisa berguna bagi keluarganya, pasien pun ingin sukses agar bisa membuat bangga orang tua. Harga Diri Pasien mengatakan tidak lagi bisa membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka. Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

3.3.3 Hubungan Sosial


Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan warga. Di Rumah Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak kenal dan malu menceritakan tentang masalahnya. Masalah keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik diri

3.3.4 Spiritual
Pasien yakin terhadap Tuhan yang telah menciptakannya akan tetapi klien tidak pernah mengikuti kegiatan ibadah yang dianutnya Masalah keperawatan : Defisit spiritual

3.4 Status Mental


1. 1. Penampilan

Penampilan pasien tidak rapi, baju kotor, kuku kotor, resliting terbuka/tidak dikunci dan bau badan. Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan DirI 1. 2. Pembicaraan

Klien berbicara cepat, keras dan klien menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan dan klien mampu memulai pembicaraan Masalah Keperawatan : tidak ada. 1. 3. Aktivitas Motorik

Klien masih dapat beraktivitas diruangan dengan baik dan pada saat melaksanakan aktivitas klien tidak banyak bicara Masalah Keperawatan : Tidak ada 1. 4. Alam Perasaan

Klien mengatakan merasa sedih dan putus asa, sejak klien bercerai dengan suaminya, sehingga klien merasa tidak berarti lagi di lingkungan keluarga dan tempat tinggalnya Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah 1. 5. Afek

Afek klien labil, emosi klien berubah-ubah, mudah tersinggung dan cepat marah Masalah keperawatan : Prilaku kekerasaan 1. 6. Interaksi Selama Wawancara

Selama wawancara dilaksanakan Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun tiba-tiba bicara pasien sedikit kasar ketika menuju ke arah permasalahan. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 1. 7. Persepsi

Tidak dijumpai pada klien adanya perubahan persepsi : halusinasi Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah 1. 8. Proses Fikir

Tidak ada ditemukan pada klien proses pikir yang disebutkan diatas Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 1. 9. Isi Fikir

Tidak ada ditemukan pada klien isi pikir waham Masalah Keperawatan : Tidak ada 1. 10. Tingkat Kesadaran Orientasi pasien baik Masalh keperawatan : tidak ada masalah 1. 11. Memori Pasien dapat mengingat kejadian pada masa lalunya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah 1. 12. Tingkat konsentrasi berhitung Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 32 th. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 1. 13. Kemampuan Penilaian Ketika perawat menanyakan perbuatan jahat dan baik, klien mampu membandingkannya dan klien mampu menetukan pilihan ketika diberi pilihan, seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi badan terasa segar setelah itu baru makan. Masalah Keperawatan : Tidak ada. 1. 14. Daya Tilik Diri Klien tahu dan menyadari kalau dirinya mengalami gangguan jiwa dan dirawat di RSJ. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.5 Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan

Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur. 1. BAK / BAB Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/ BAB di tempatnya. 1. Mandi Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh. 1. Berpakaian Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan penampilannya. 1. Kebersihan Diri Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah Sakit juga. 1. Istirahat dan Tidur Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB. 1. Penggunaan Obat Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan 2 bulan tidak lagi mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.

3.6 Mekanisme Koping


Pasien untuk menyelasaikaan masalahnya dia dengan cara yang adaptif diantaranya mencoba berbicara dengan orang lain serta mencari solusi untuk menyelasaikan masalahnya. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.8 Penatalaksanaan
1. Diagnosa : Prilaku Kekerasan 2. Therapy Medik : Holoperidol 25 mg Cpz 22 mg Trihexiphenidil THP 22 mg Diazepam 1 Amp

3.9 Analisa Data


No Data Masalah 1. DS : klien mengatakan sewaktu dirumah suka Resiko tinggi mencederai melukai diri sediri dan orang lain dan marah tanpa diri sendiri dan orang lain sebab.DO : Klien mudah tersinggung dan cepat marah - Kontak mata klien tajam DS :Klien mengatakan suka marah-marah, suka melukai diri sendiri dan orang lain dan memecahkan barang barang yang ada di rumah DO :

2.

Perilaku kekerasan

Emosi klien cepat berubah ubah-ubah Klien mudah tersinggung dan cepat marah Kontak mata klien tajam Nada suara klien keras dan cepat

3.

4.

DS : Klien mengatakan sudah bercerai dengan Harga diri rendah suaminya, sejak bercerai klien merasa malu dan tidak berarti lagi ditempat lingkungan tempat tinggalnya.DO : klien tampak sedih dan putus asa DS :Klien mengatakan pernah mengalami Regiment terapeutik/ koping gangguan jiwa dan berobat ke Psikiater di keluarga in efektif Tarutung tetapi klien tidak minum obat secara rutin dan tidak kontrol ulang ke psikiater lagi sehingga kambuh kembali dan keluarga yang membawa ke RSJ ini. DO : klien dirawat sejak tanggal 2 April 2011 sampai sekarang dan keluarga tidak pernah mengujungi klien selama dirawat.

5. 6.

Ds: Klien mengatakan malu bergaul di lingkungannyaDo: Klien tamBu menyendiri Ds : Klien mengatakan malas mandiDo : -kuku klien kotor -Klien bau,Buaian bau

Isolasi Sosial Defisit Perawatan diri

Resiko Tinggi Mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

3.10 Pohon Masalah


1. Daftar Masalah Keperawatan 1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 2. Perilaku Kekerasan 3. Harga diri Rendah 4. Isolasi Sosial 5. Regiment terapeutik in efektif 6. Koping keluarga in efektif

3.11 Diagnosa
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian peran 3. Regiment Rerapeutik inefektif 3.12 RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan 1 Perilaku Kekerasan Tujuan TUM:Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya TUK 2: Klien dapat

Kriteria Hasil Klien mau balas salam Klien mau menjabat tangan Klien mau menyebut nama Klien mau tersenyum Klien mau mengetahui nama perawat

Inter

Beri salam / p Sebutkan nam jabat tangan Jelaskan mak interaksi Beri rasa ama Lakukan kon sering

Klien dapat mengungkapkan perasaannya Klien dapat mengungakpkan

Bantu klien u mengungkap

mengidentifikasi penyebab PK

penyebab perasaan kesal/marah (dari diri sendiri, dari lingkungan, orang lain)

Bantu klien u mengungkap kesal/marah

TUK 3:Klien dapat mengidentifikasi tandatanda PK

Klien dapat mengungkapkan perasaan marah Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda kesal/marah yang dialami Anjurkan klien klien mengungkapkan yang dialami saat marah/kesal Observasi tanda PK pada klien Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah/kesal yang dialami klien Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat kesal Untuk mengetahui tanda-tanda klien marah/kesal Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien secara garis besar tahu tanda-tanda marah/kesal Klien dapat mengungkapkan PK yang biasa dilakukan Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak Anjurkan klien untuk mengungkapkan PK yang biasa dilakukan klien Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 4:Klien dapat mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan

Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku kontruktif dan deduktif. Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalahnya. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien

TUK 5:Klien dapat mengidentifikasi akibat PK

Bicarakan ak dari cara yan Bersama klie akibat cara ya klien.

TUK 6:Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan

Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

Tanyakan pad ingin mempe sehat? Tanyakan pad ingin mempe sehat? Berikan pujia mengetahui c Diskusikan d yang sehat:

1. Secara fisik t sedang kesal/ bantal 2. Secara verbal anda sedang (saya kesal an itu, saya mara memenuhi ke 3. Secara spiritu sholat, berdo pada Tuhan t TUK 7:Klien dapat Klien dapat mendemonstrasikan cara

mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

mengontrol perilaku kekerasan.


Fisik: tarik nafas dalam dan memukul kasur/bantal Verbal: mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti (meminta dengan baik, mengungkapkan rasa kesal) Spiritual: shalat, berdoa atau ibadah lain. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah/kesal. Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat Membantu klien dalam membuat keputusan terhadap cara yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya. Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif. Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang marah Klien dapat menyebutkan obatobat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efeknya). Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.

TUK 8:Klien dapat menggunakan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efeknya)

Jelaskan jeni diminum klie Diskusikan m dan kerugian obat tanpa se Jelaskan prin obat (baca na pada tempat o

waktu dan ca Ajarkan klien minum tepat Anjurkan klie perawat jika tidak menyen Berikan pujia obat dengan b

2. Gangguan Konsep Diri TUM:klien dapat : Harga Diri Rendah berinteraksi dengan baik. TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki.

Klien dapat menyebutkan kegiatan yang dimilikinya. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami. Kegiatan yang sudah dilatih dapat dilakukan klien dengan baik. Klien dapat menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan setiap hari. Klien dapat bertanggung jawab dan melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

Diskusikan b memiliki seju dan aspek po klien di ruma Beri pujian y dan hindarka dengan klien

Beritahukan k kekurangan d kelabihan yan Diskusikan d dirinya dan a Bantu klien m antara keingi yang dimiliki

TUK 2 : Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. TUK 3 : Klien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan. TUK 4 :

Diskusikan d beberapa akti dilakukan dan kegiatan yang sehari hari. Bantu klien m mana yang da secara mandi

Beri kesempa mencoba keg dilatih. Beri pujian a dapat dilakuk Berikan kese mengungkap

Latih kegiatan yang sudah dipilih klien sesuai kemampuan dan menyusun rencana kegiatan. Regiment terapeutik in TUM:Klien mampu ifektif melaksanakan /mengikuti pencobaan secara langsung TUK 1 : Melakukan fungsi kesehatan individu TUK 2 :Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat klien dirumah sakit jiwa

setelah melak

klien mengindentifikasi masalah yang dihadapi klien

terima klien a keluhan klien

keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat klien dirumah sakit jiwa medan keluarga dapat mengidentifikaasikan masalah yang dihadapi klien Diskusikan dengan keluarga peranan dan tangent jawab keluarga klien Keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi klien Bina hubungan saling percaya dengan keluarga yang lain Terima anggota klien apa adanya Dengarkan keluhan keluarga dengan sifat empati Hindari sifat mengkritik saat keluarga mengungkapkan keluhan hubungan saling percaya dengan keluarga lain merupakan bagian dari interaksi selanjutnya keluarga mampu merawat klien dirumah bina hubungan saling percaya dan mengungkapkan salam perkenalan diri dan jelaskan

Memberi mo lebih sering m

TUK 3 :Keluarga mampu menangani masalah kesehatan jiwa yang dialami pasien

TUK 4 :Keluarga mampu merawat klien dirumah

tujuan dari intervensi buat kontak pertemuan dengan klien dan keluarga diskusikan dengan keluarga bagaimana masalah Keluarga mampu menerima klien o jelaskan pada keluarga klien bahwa perhatian yang besar dapat membantu proses penyembuhan o Memberikan perhatian yang lebih,maka klien tidak merasa dikucilkan

TUK 5 :Keluarga mampu menerima keadaan klien

3.14 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tgl Diagnosa Implementasi 09-05Diagnosa 1TUK 1 : - mengucap salam- memperkenalkan diri 2011jam:09.30. wib Pasien dapat Membina - menanyakan nama dan panggilan yang Hubungan saling percaya disukai - menjelaskan tujuan - memberi kesempatan pasien bicara - menanyakan penyebab jengkel/marah pasien. - Menanyakan perasaan yang dialami pasien saat jengkel.marah

S: pasien menjawab : nam apa?- Pasien mengatakan yang bangkrut, utang yan Sakit ini.

- Pasien mengatakan saat saya ingin berteriak/mem saya lega.

O: wajah pasien mem tinggi.

- pasien kooperatif menja

A: Masalah Teratasi seba

TUK 2 asien dapat mengidentifikasi penyebab Prilaku Kekerasan

P: Intervensi dilanjutkan - Memberikan kesempatan untuk S : Pasien mengungkap se Mengungkapkan semua perasaannya.kemarahan dan ingin mem Membantu pasien untuk mengungkapkan memerah dan tangannya m perasaan marah atau jengkelnya marahnya tersebut

A : Masalah belum terata

P : Intervensi dilanjutkan

Menganjurkan pasien untuk TUK 3 asien dapat mengungkapkan perasaan saat marah mengidentifikasi tanda marah dan ingin memukul /jengkel dengan memukul bantalMengobservasi tanda perilaku kekerasan pada pasien Diagnosa 2TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

S : Pasien mengatakan ma marahnyaO : Klien masih

A : Masalah belum terata

Mendiskusikan kepada klien tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien di RumahMemberikan pujian dengan realistik/nyata dan menghindarkan klien untuk melakukan kegiatan yang negative A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan S : Klien mengatakan tida melaksanakan sedikit pek sudah mengerti terhadap mulai tampak kotor

P : interrvensi di hentikan TUK 2 :Klien dapat Memberitahukan kepada klien S : Klien mengatakan sud menilai kemampuan yang terhadap kekurangan dan kelebihan yang yang dimilikinya serta me dapat digunakan dimilikinyaMendiskusikan harapan dan juga klien menyataka klien dan ideal diri klien Klien tampak mulai meng sedih

A : Masalah teratasi Seba

TUK 3 :Klien dapat Mendiskusikan beberapa aktivitas memilih dan menetapkan yang dapat dilakukan dan dipilih oleh kegiatan yang sesuai pasien untuk kegiatan sehari-harinya.dengan kemampuannya Membantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien Diagnosa 3TUK 1 : Melakukan fungsi kesehatan Individu

P : intervensi di lanjutkan S : Klien mengatakan me hariO : klien tampak suda dan juga melaksanakan k

A : Masalah teratasi sebag

P : intervensi di lanjutkan Mangajarkan klien untuk S : klien mengatakan suda menerima apa adanya, dan mendengarkan keadaannya sekarang.O : klien mengeluh tentang keadaanya kesehatanya. sekarang A : Masalah teratasi

P : intervensi di hentikan Menjelaskan jenis-jenis obat yang S : Klien mengatakan sud TUK 2 asien dapat tapi tidak tahu fungsi dari menggunakan obat dengan diminum pasien dan oeluarga.Mendiskusikan manfaat minum benar obat. A : masalah teratasi sebag Menjelaskan prinsip 5 benar minum obat Menganjurkan pasien minum obat P : Intervensi di lanjutka

tepat pada waktunya Tgl Diagnosa Implementasi 10-05Diagnosa 1TUK 1 : - mengucap salam- memperkenalkan diri S: pasien menjawab : nam 2011jam:09.30. apa?- Pasien mengatakan wib Pasien dapat Membina - menanyakan nama dan panggilan yang yang bangkrut, utang yan Sakit ini. Hubungan saling percaya disukai - menjelaskan tujuan - memberi kesempatan pasien bicara - menanyakan penyebab jengkel/marah pasien. - Menanyakan perasaan yang dialami pasien saat jengkel.marah

- Pasien mengatakan saat saya ingin berteriak/mem saya lega.

O: wajah pasien mem tinggi.

- pasien kooperatif menja

A: Masalah Teratasi seba

TUK 2 asien dapat mengidentifikasi penyebab Prilaku Kekerasan

P: Intervensi dilanjutkan - Memberikan kesempatan untuk S : Pasien mengungkap se Mengungkapkan semua perasaannya.kemarahan dan ingin mem Membantu pasien untuk mengungkapkan memerah dan tangannya m perasaan marah atau jengkelnya marahnya tersebut

A : Masalah belum terata

Menganjurkan pasien untuk TUK 3 asien dapat mengungkapkan perasaan saat marah mengidentifikasi tanda marah dan ingin memukul /jengkel dengan memukul bantalMengobservasi tanda perilaku kekerasan pada pasien Diagnosa 2TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

P : Intervensi dilanjutkan S : Pasien mengatakan ma marahnyaO : Klien masih

A : Masalah belum terata

Mendiskusikan kepada klien tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien di RumahMemberikan pujian dengan realistik/nyata dan menghindarkan klien untuk melakukan kegiatan yang negative A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan S : Klien mengatakan tida melaksanakan sedikit pek sudah mengerti terhadap mulai tampak kotor

P : interrvensi di hentikan TUK 2 :Klien dapat Memberitahukan kepada klien S : Klien mengatakan sud menilai kemampuan yang terhadap kekurangan dan kelebihan yang yang dimilikinya serta me dapat digunakan dimilikinyaMendiskusikan harapan dan juga klien menyataka klien dan ideal diri klien Klien tampak mulai meng

sedih

A : Masalah teratasi Seba

P : intervensi di lanjutkan TUK 3 :Klien dapat Mendiskusikan beberapa aktivitas S : Klien mengatakan me memilih dan menetapkan yang dapat dilakukan dan dipilih oleh hariO : klien tampak suda kegiatan yang sesuai pasien untuk kegiatan sehari-harinya.dan juga melaksanakan k dengan kemampuannya Membantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan A : Masalah teratasi sebag secara mandiri oleh pasien P : intervensi di lanjutkan Diagnosa 3TUK 1 : Mangajarkan klien untuk S : klien mengatakan suda menerima apa adanya, dan mendengarkan keadaannya sekarang.O : klien mengeluh tentang keadaanya kesehatanya. Melakukan fungsi sekarang kesehatan Individu A : Masalah teratasi

P : intervensi di hentikan Menjelaskan jenis-jenis obat yang S : Klien mengatakan sud TUK 2 asien dapat menggunakan obat dengan diminum pasien dan oeluarga.tapi tidak tahu fungsi dari benar Mendiskusikan manfaat minum obat. A : masalah teratasi sebag Menjelaskan prinsip 5 benar minum obat Menganjurkan pasien minum obat tepat pada waktunya P : Intervensi di lanjutka

3.13 EVALUASI
Pada Diagnosa pertama yaitu Prilaku Kekerasan telah di lakukan evaluasi pada tanggal 10 Mei 2011 dengan melakukan intervensi dari diagnose 2 klien dapat memparcayai orang disekitarnya dan juga pasien pun sudah mulai berani untuk mengungkapkan setiap perasaanya. Pada diagnosa Kedua yaitu risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dilakukan evaluasi pada tanggal 10 Mei 2011 dengan melakukan Intervensi dari diagnose ke 2 klien dapat dukungan dari keluarga. Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat . keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif, kontak

mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah. Pada TUK 2 diagnosa yang ke 2 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal 10 Mei 2011. Pada diagnose ke 3 yaitu regiment terapeutik inefektif, pada evaluasi tanggal 10 Mei 2011 menunjukkan klien mulai bisa menjaga kesehatan dirinya dan berusaha untuk cepat sembuh Dan pada TUK 2 klien mulai tampak lebih mengetahui dan rutin minum obat setelah mengetahui apa fungsi obat tersebut untuk dirinya

STRATEGI PELAKSANAAN
4.1 STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah Pertemuan : Perilaku kekerasan : Ke 1 (satu)

TINDAKAN

A. Proses Keperawatan
1. 1. Kondisi :

Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan piring dan gelas. 1. 2. Diagnosa :

Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 1. 3. TUK :

Membina hubungan saling percaya Mengidentifikasi penyebab marah

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. 1. Orientasi

Salam terapeutik Selamat pagi, nama saya Sujatna. Panggil saya Sujatna. Namanya siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Tn. S

Evaluasi/ validasi Ada apa di rumah sampai dibawa kemari? 1. 2. Topik Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan Bapak marah Kontrak

Tempat Waktu Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit 1. 3. Kerja Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?

Apa yang membuat Tn. S membanting piring dan gelas? Apakah ada yang membuat Tn. S kesal? Apakah sebelumnya Tn. S pernah marah? Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang? Baiklah, jadi ada . (misalnya 3) penyebab Tn. S marah-marah. 1. 4. Terminasi

Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Tn. S setelah kita bercakap-cakap?

Evaluasi Obyektif Coba sebutkan 3 penyebab Tn. S marah. Bagus sekali.

Rencana Tindak Lanjut Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Tn. S ingat lagi, penyebab Tn. S marah yang belum kita bicarakan. Kontrak

Topik Nanti akan kita bicarakan perasaan Tn. S pada saat marah dan cara marah yang biasa Tn. S lakukan. Tempat Waktu Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti. Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?

4.2 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah: Perilaku kekerasan Pertemuan: Ke 2 (dua)

A. Proses Keperawatan
1. 1. Kondisi

Klien dapat menyebutkan penyebab marah. 1. 1. Diagnosa

2 -

Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. TUK : Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. 1. Orientasi

Salam terapeutik : Selamat siang Tn. S

Evaluasi/ validasi :

Bagaimana perasaan Tn. S saat ini? Apakah masih ada penyebab kemarahan Tn. S yang lain? 1. 2. Kontrak : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Tn. S saat sedang marah :

Topik -

Tempat -

Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat? :

Waktu -

Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja? 1. 3. Kerja

Tn. S pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Tn. S rasakan? Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir? Lalu apa biasanya yang Tn. S lakukan? Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?

Tn. S, coba dipraktekkan cara marah Tn. S pada mantri Budi. Anggap mantri budi adalah Ibu yang membuat Tn. S jengkel. Wah bagus sekali. Nah, bagaimana perasaan Tn. S setelah memukul meja? Apakah masalahnya selesai? Apa akibat perilaku Tn. S?

Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit Bagaimana Tn. S, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat? Baiklah, waktu kita sudah habis. 1. 4. 2. a. Terminasi Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan Tn. S setelah kita bercakap-cakap?

b. Evaluasi Obyektif Apa saja yang kita bicarakan? Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke. Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke. Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit. 1. c. Rencana Tindak Lanjut

Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan Tn. S sewaktu marah, dan cara Tn. S marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat Tn. S marah, langsung beritahu mantri. 1. d. Kontrak Waktu Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?

Tempat Topik Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok. Bagaimana kalau disini lagi?

BAB IV PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan utama perilaku kekerasan di ruang Pusuk Buhit RSJ Daerah Provsu, maka penulis pada bab ini akan membahas beberapa kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai tahapan proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 5.1.Pengkajian Dalam melakukan pengkajian penulis tidak banyak menemukan kesulitan karena klien kooperatif dalam memberikan keterangan keterangan yang perawat butuhkan. Penulis memperoleh data langsung dari klien dengan teknik komunikasi dengan klien, selain itu juga untuk mendukung data tersebut penulis melihat data klien yang ada diruangan. Secara umum pengkajian yang terdapat di dalam teori dengan pengkajian yang terdapat dalam tinjauan kasus terdapat banyak kesamaan, namun ada beberapa perbedaan yang timbul antara landasan teoritis dengan tinjaun kasus, khususnya yang terdapat pada landasan teoritis tetapi tidak terdapat pada tinjauan kasus, dimana secara teoritis ditemukan tanda dan gejala berupa muka merah dan tegang, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, mengancam secara verbal atau fisik. Pada tinjauan kasus penulis tidak menemukan gejala muka merah dan tegang karena pada saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya muka klien merah, aktivitas motorik klien tidak tampak tegang. Klien tidak mengatupkan rahang dengan kuat karena aktivitas motorik klien tidak ada ditemukan tanda tik yaitu gerak gerak kecil pada otot muka yang tidak terkontrol, tidak adanya ditemukan mengepalkan tangan pada tinjauan kasus karena klien tidak ada tanda tanda mau melakukan tindakan kekerasan, kontak mata baik dan mau menatap lawan bicara, tidak ditemukan jalan mondar mandir pada tinjauan kasus karena klien tidak terlihat gelisah. Klien tidak mengancam secara verbal atau fisik karena interaksi selama wawancara dengan klien, tidak menunjukan adanya permusuhan, klien tampak kooperatif, dan klien mau menatap lawan bicara. 5.2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang terdapat dalam teoritis adalah : 1. Perilaku Kekerasan 2. Gangguan harga diri : HDR 3. Regiment therapetik inefektif Dalam tahap ini penulis menemukan adanya perbedaan didalam perumusan diagnosa keperawatan antara landasan teoritis dan kasus, yaitu : 1. Ganguan harga diri rendah

diagnosa ini tidak ada pada landasan teoritis, tetapi ditemukan pada tinjauan kasus karena klien merasa tidak berarti dan dihargai di keluarga semenjak usahanya bangkrut. 1. Regiment therapetik inefektif Diagnosa ini juga tidak ditemukan dalam landasan teoritis, tetapi ditemukan dalam tinjauan kasus karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit klien sehingga klien tidak terkontrol, dan akhirnya klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa untuk diadakan rawatan intensif. 5.3.Perencanaan Pada tahap intervensi penulis tidak menemukan adanya kesulitan karena kegiatan pada tahap ini adalah suatu usaha untuk merencanakan sesuatu yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya dan perencanaan pada tinjauan teoritis sesuai dengan penemuan yang kelompok lakukan pada tinjaun kasus. 5.4.Pelaksanaan Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis hanya membuat 2 tindakan diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan dan gangguan konsep diri harga diri rendah. Penulis mendapatkan kesulitan pada tindakan diagnosa regiment terapeutik inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien, namun pada kasus, perawat tidak bisa melakukan tindakan keperawatan sesuai diagnosa tersebut karena keluarga belum pernah mengunjungi klien di Rumah Sakit Jiwa, sehingga perawat tidak melanjutkan tindakan keperawatan pada diagnosa tersebut. 5.5.Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dimana telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditulis, maka penulis melakukan penilaian terhadap klien dengan melihat hal hal dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Setelah melakukan asuhan keperawan pada klien selama 3 hari ditemukan 3 diagnosa yang didapat melalui pengkajian pada klien. Dari 3 diagnosa tersebut masalah yang telah teratasi ada 1 diagnosa, sedangkan yang belum teratasi adalah regiment teraupetik inefektif, hal ini disebabkan keluarga klien tidak pernah mengunjungi klien sehingga perawat tidak melakukan tindakan keperawatan pada masalah yang belum teratasi, maka penulis mendelegasikan kepada pegawai Ruangan Pusuk Buhit agar tindakan keperawatan dapat dilakukan dan diteruskan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pasien yang mengalami perilaku kekerasan, pasien akan condong menunjukkan tanda-tanda pandangan mata tajam, bibir kasar / dengan nada tinggi, otot tegang, memukul bila tidak tenang dengan memberikan asuhan keperawatan dengan komunikasi terapeutik kepada pasien akan dapat membantu meminimalkan tindakan kekerasan yang terjadi. Pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan masalah yang sering didapatkan yaitu melakukan komunikasi terapeutik, menciptakan hubungan terapeutik, sikap jujur, sabar dan terbuka, sangat tepat diterapkan dalam rangka membina hubungan saling percaya dengan pasien Keikutsertaan keluarga dalam lingkungan dan memberikan asuhan keperawatan pasien masih kurang, selama pasien dirawat hanya ibu saja yang menjenguk pasien, keluarga yang lain, saudara ataupun tetangga jarang yang menengok pasien. Tetapi kebersihan asuhan keperawatan pada pasien tidak lepas dari peran serta keluarga, sering perlunya mengikutsertakan pasien, keluarga dan rekan yang ada di lingkungan sekitar secara rutin. Kebersihan keluarga dan lingkungan dalam asuhan keperawatan agar lebih ditingkatkan lagi dengan mengaftifkan petugas sosial rumah sakit untuk memberikan motivasi pada keluarga dan lingkungan sekitar untuk ikut memperhatikan / mengetahui keadaan pasien di rumah sakit sehingga keluarga dan lingkungan dapat ikut aktif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal agar klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat marah Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun sudah pulang di rumah Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan perilaku kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat mengontrol emosinya saat marah Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap melalui secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik Perawat pasien. EGC Jakarta Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, Arcan Jakarta Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby Year Book, St. Louis Towsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, Novi Helena C Daulian, EGC, Jakarta Harold Caplan, M.D, 1994, Psikiatric Clinik, Binakarsa, Jakarta Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi