Vous êtes sur la page 1sur 6

ASPHYXIA (MATI LEMAS )

Merupakan istilah yang dipakai pada forensik untuk keadaan anoksia jaringan tubuh yang disebabkan oleh hal2 mekanis sifatnya. Anoxia sendiri adalah keadaan gangguan/penurunan pemasukan O2 ke dalam darah disertai dengan penumpukan CO2. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel, terutama otak dan jantung (dalam waktu 10 menit terjadi anoksia jaringan tersebut rusak permanent). Anoxia sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Anoksia / Hypoksia 1. Mekanik / Aspiksia : a. Gantung. b. Jerat. c. Bekap. d. Sendak e. Traumatik. 2. Biologis / Klinis : a. Sirkulatorik ( Shock ). b. Anemik ( Keracunan CO) c. Histotoksik ( Keracunan CN )

Mengenai tenggelam, ada perbedaan pendapat di kalangan para pakar, satu pihak memasukkan dalam asphyxia, pihak lainnya tidak setuju, oleh karena mekanisme kematian pada tenggelam lebih kompleks dan agak berbeda. Gejala Asphyxia : 1. Penurunan kadar O2 darah, menyebabkan pernafasan menjadi cepat , jumlah lendir meningkat ditambah adanya udara menyebabkan terbentuknya busa pada saluran pernafasan dan kemudian mengalami dispnoe atau sesak nafas berat. Sementara adanya peningkatan kadar CO2 darah merangsang Susunan Syaraf Pusat sehingga terjadi konvulsi 2. Pada tahap Terminasi perangsangan pusat pernafasan di otak menghilang dan tejadi apnoe /henti nafas. Tergantung pada besar hambatan, gejala sudah dapat timbul dalam 2-4 menit. Secara klinis gejala ini dibagi menjadi 3 stadium : Stad I : pernafasan dalam dan cepat, dan nadi cepat. Stad II : pernafasan mulai sulit, muka kongestitif, vena2 leher terbendung, tekanan darah naik, tachy cardi. Stad III : hilang kesadaran, kejang2, pernafasan irregular, tekanan darah turun, pernafasan berhenti. Penegakan Diagnosa : Berdasarkan mekanisme pokok pada asphyxia yaitu perbendungan dan penurunan O2, peningkatan CO2. Selain tentunya tanda2 yang ditimbulkan oleh penyebab asphyxia. Tanda-tanda yang dapat ditemukan (tidak khas untuk asphyxia dapat timbul juga pada kejang2/epilepsi) : Venal terbendung, pada penyekatan misalnya muka menjadi sembab, pelebaran pembuluh selaput bola mata/kelopak mata, lebar luas dan warna gelap. Peningkatan kadar CO2 dan penurunan kadar O2 tmenyebabkan terjadinya Tardiev spot dan sianosis. Tanda-tanda lain adalah kekerasan pada leher, mulut pada kasus2 gantung, jerat, sekap. Benda asing pada saluran pernafasan serta tanda - tanda kekerasan pada dada pada traumatik asphyxia. Cara Kematian :

Dapat oleh karena bunuh diri (gantung diri), kecelakaan (anak bayi muka tertutup bantal, tersedak) atau oleh karena pembunuhan (cekik, penjeratan). Untuk membedakannya perlu diketahui keadaan di TKP. Mekanisme Kematian : 1. Anoksia otak yaitu terhambatnya aliran darah ke otak. 2. Gangguan pernafasan /Aspiksia yaitu terjepit / tersumbat saluran nafas 3. Vagal Reflek = akibat tekanan pada Glomus Karoticus ( Pusat pengaturan denyut jantung ) pada daerah leher. 4. Patahnya tulang leher antara ruas 2 dan 3 , terutama terjadi pada hukuman gantung (Judicial Hanging) Pemeriksaan Bedah Mayat : 1. Pemeriksaan Luar : - Lebam luas dan gelap. Pada muka dan ujung2 jari, kaki sianosis muka, bibir dan ujung jari. - Mata menonjol, petechia pada kelopak dan bola mata (disebabkan Pecahnya pembuluh darah kapiler ). - Lidah dapat keluar/tidak, tergantung posisi tali. Diatas rawan lidah, lidah tidak terjulur. Bila dibawah rawan lidah, lidah dapat terjulur. - Sperma dapat keluar/tidak. - Tanda2 kekerasan sesuai dengan penyebab. 2. Pemeriksaan Dalam : - Darah tampak cair dan gelap. - Perbendungan pada semua organ. - Jantung kanan tampak terengang dan penuh darah yang cair sedangkan bagian kiri kosong. - Trachea dan laring penuh busa dan pelebaran pembuluh darah. - Paru2 sembab, bila diiris, spontan keluar darah cair dan busa. - Tardiev spot pada serosa, mata, epigiotis, paru2 dan jantung, Tardiev spot bukan tanda yang pathognomik untuk asphyxia, dapat timbul pada semua keadaan yang menimbulkan hypoksemia. Gejala sangat tergantung lamanya proses kematian (mulai asphyxia sampai mati) makin cepat proses kematian , makin sedikit tanda yang ada. Tergantung dari lama proses kematian pada asphyxia darah dapat cair, pada proses yang lama ada mekanisme dimana terbentuk trombus akibatnya tubuh mengeluarkan fibrinolysin berlebihan, akibatnya darah cair bila proses mati cepat, maka tidak terbentuk trombus, fibrinolysin sedikit sehingga darah tetap normal. Tardiev spot pada pengantungan dapat tidak timbul bila mekanisme mati vagal reflek bukan asphyxia, dan ini terjadi pada tergantung model typikal. MATI TERGANTUNG : Penyebab kematian disini ada 3 macam : 1. 2. 3. Patahnya tulang leher dan kerusakan pada batang otak. Hambatan jalan nafas dan pembuluh darah. Cardiac Arrest (vagal reflek)

Add 1 : Patahnya tulang leher sering terjadi pada judicial hanging. Biasanya ruas yang patah C2-3. Hal ini disebabkan pada judicial hanging simpul terletak tepat di belakang kepala dan beban (tubuh) jatuh secara tegak lurus lurus. Gantung jenis ini dikenal : Gantung Typikal. Kematian cepat terjadi, namun kadang2 ditemui jantung masih berdenyut sampai 10-15 menit. Tanda2 perbendungan sering tidak ditemukan saluran nafas dan A. corotis mengalami kerusakan. Add 2 : Kematian jenis ini sering ditemui pada mati gantung diri atau menyerupai gantung diri (gantung atipikal).

Mekanisme yang sering terjadi adalah cerebral iskemi, obstruksi jalan nafas, cardiac arrest. Hambatan saluran nafas dapat terjadi akibat patahnya tulang rawan Hyoid atau Thyroid atau dapat juga oleh karena lidah tertarik ke belakang. Add 3 : Terjadi akibat tekanan pada Glomus Caroticus, proses kematian pada mekanisme ini sangat cepat dan tejadi pada tergantung model Typikal. Pemeriksaan mayat : Kelainan pada mayat tergantung pada keadaan ikatan pada leher. Bila hanya jalan nafas dan vena2 leher yang tersumbat , sedangkan pembuluh arteri tidak tersumbat, maka akan terlihat tanda2 perbendungan pada daerah muka (pelebaran dan petechia, muka sembab). Sebaliknya bila pemb arteri turut terjepit, muka menjadi pucat. Jejas jerat mula2 pucat dan anemis, tapi akan berubah setelah korban mati menjadi kehitaman dan perabaan seperti kertas permanen. Bila korban banyak menggerakkan leher sebelum BUNUH DIRI
TKP : Terkunci dari dalam Tempat tersembunyi TKP bersih/rapi Suicide note (+) Posisi Korban >< tali : Jarak ke lantai pendek. Jarak simpul ke paru2 jauh Simpul hidup Jumlah lilitan cenderung . 1 Korban : Tidak ada luka2 Tanda intra vital (+)

DIBUNUH
Dari luar Dapat dimana saja Sering acak-acakan Suicide note (-) Cenderung tinggi Jarak cenderung pendek/dekat Dapat hidup/mati Dapat satu/lebih Tanda2 kekerasan Tanda intra vital (-)

Adanya vesikel ini menunjukkan sekaligus bahwa korban masih hidup waktu tergantung. Jejas jerat juga memberikan gambaran benda penyebab.

PENJERATAN Berbeda dengan tergantung pada penjeratan tekanan pada leher bukan ditimbulkan oleh beban tubuh korban melainkan tekanan/kekuatan dari luar (pelaku/pembunuh). Penjeratan lebih banyak merupakan kasus pembunuhan dibandingkan dengan kasus bunuh diri. Kekuatan tekanan biasanya besar sehingga tanda2 perbendungan pada daerah muka cukup hebat. Jejas jerat letaknya lebih rendah dari tergantung dan posisinya biasanya mendatar (sering berada pada rawan tyhroid atau dibawahnya). Pada daerah leher sering ditemukan luka lecet bekas kuku korban sewaktu berusaha untuk melepaskan jeratan. Pada penjeratan tulang tyhroid atau hyoid sering ditemukan patah terutama pada superior cornu. Jerat sejalan mendatar juga dapat terjadi pada gantung diri, yaitu bila korban tergantung tidak penuh (kaki tidak tergantung/partial). Mekanisme utama mati tergantung adalah ischemia otak oleh karena aliran darah tersumbat, mekanisme kedua baru asphyxia. Tekanan yang diperlukan untuk membuat sumbatan pada organ2 di leher : Sumbatan vena : 2 kg Sumbatan A. carotis : 5 kg Sumbatan Trachea : 15 kg Sumbatan A. vertebralis : 30 kg Komplikasi yang sering terjadi pada kasus gantung diri yang sempat tertolong adalah : Pneumonia dan Hypoxia Brain Damage.

PENCEKIKAN Seperti halnya penjeratan , pencekikan juga akibat pembunuhan karena sangat sulit seseorang bunuh diri dengan mencekik dirinya sendiri kalau mempelajari mengenai proses kematian pada aspiksia. Mekanisme kematian pada pencekikan lebih banyak terjadi karena sumbatan jalan nafas oleh karena adanya kecendrungan penjepitan leher oleh tangan dan jari pelaku berada di bawah dagu, sehingga tulang epiglottis tertekan. Ciri khas dari pencekekikan adalah patanya tulang epiglottis atau tulang pangkal lidah dan pita suara membengkak ( oedema ).

TENGGELAM Tenggelam adalah asphyxia yang disebabkan oleh karena adanya cairan dalam saluran pernafasan yang masuk melalui hidung/mulut, tenggelam dapat seluruh tubuh masuk dalam air atau hanya sebagian. Perubahan2 yang terjadi pada waktu tenggelam : 1. Khas : cairan berbusa keluar dari mulut yang liat (sukar untuk dihapus), bedakan dengan busa pada asphyxia biasa yang mudah dihapus. Fine Froth (busa liat) ini diakibatkan mekanisme pada saluran pernafasan yang terangsang oleh air sehingga eksudat (lendir) pernafasan menjadi banyak yang tercampur dengan udara paru. Paru tampak kongesti, terdapat petechia pada pleura visceralis. 2. Tidak khas : Tanda2 perbendungan pada alat dalam, Darah cair warna kebiruan, Diludisi jantung, dll.

Diagnosa : penting pada kasus tenggelam untuk menentukan apakah seseorang masih hidup/sudah mati pada waktu tenggelam. Pada kasus mati karena tenggelam terdapat tanda2 sebagai berikut : - Fine froth, cutis anserine (Otot akar ranbut menegang), washer woman Hand ( Kerutan pada telapak tangan/kaki). - Petechia (dalam hal tenggelam disebut bercak Paltauf) - Perbendungan pada paru dan alat dalam. - Ditemukan aspirat pada saluran nafas dan paru berupa : diatome, ganggang2, kristal2 sesuai dengan tempat tenggelam. - Perubahan kimia darah. - Selain itu dapat pula ditemukan : Lumpur/kotoran pada sal nafas dan, Lambung, usus halus. Tanda ini tidak spesifik karena lumpur/kotoran dapat masuk secara pasif. PEMERIKSAAN DIATOME : Diatome adalah algae bersel satu, bentuk dapat macam2 yang paling sering berbentuk lonjong, bulat dengan ciri dinding berlapis dan terdapat gambaran garis2 pada batang tubuhnya. Pemeriksaan dapat dengan cara : * Sediaan langsung dari getah paru. * Destruksi dengan asam kuat. Sediaan histologi tanpa pewarnaan dan menggunakan mikroskop Dark Field. Masih terdapat pro dan kontra mengenai kesahihan dari diatome dalam paru, oleh karena katanya diatome dapat pula ditemukan pada orang hidup melalui minuman atau makanan pada waktu menelan (demikian pula kedalaman > 25 m, diatome dapat masuk alveoli secara pasif). Sangat bermakna

bila ditemukan diatome pada tulang. Mekanisme kematian : 1. Gangguan. Elektrolit. a. Tengelam di Air Tawar : Air tawar Berat jenis lebih ringan dibandingkan dengan cairan darah ( Hypotonis ), air yang ada di paru paru teserap darah sehingga terjadi haemodilusi, kadar elektrolit akan berkurang terutama (NA, Cl, Mg) akibatnya K + dari sel akan diserap sehinga kadar K+ dalam darah meningkat, terjadi gangguan kesimbangan elektrolit dalam darah dan ini akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel. b. Air laut : Air laut sebaliknya mempunyai berat jenis yang lebih besar dari darah (hypertonis), sehingga cairan darah terserap ke paru-paru yang penuh dengan air laut, akibatnya paru - paru penuh dengan cairan dan mengalami oedem, sementara di pembuluh darah terjadi haemokonsentrasi. Terjadi gangguan Pernafasan (asphyxia) ,sudah dapat terjadi < 10 menit, kematian pada tenggelam air tawar lebih cepat terjadi di bandingkan pada air laut karena cepatnya terjadi fibrilasi ventrikel ( 2 3 menit ). Laryngospasme. Akibat rangsang dingin dari air. Vagal reflek Rangsang air yang masuk ke oesophagus atau saluran nafas dapat menimbulkan reflek vagus asehingga terjadi henti jantung. Hydrocaution Adalah suatu keadaan kolaps sirkulasi dengan sebab tidak jelas. Hypothermia penurunan suhu yang mendadak, kematian dapat terjadi dalam waktu 2-3 menit saja.

2. 3. 4. 5.

Penentuan diagnosis kematian : 1. Tanda/gejala : Tidak khas: perbendungan, darah cair, kebiruan, dilatasi jantung, lumpur pada saluran nafas dan saluran cerna. Khas : petechia pada pleura viseralis (bercak paltauf), cairan berbusa pada bronchus, laryng, paru2 kongesti. 2. Histologi : Menurut Toreh, pada jaringan paru dengan menggunakan impregnasi perak terdapat gambaran alveoli sebagai berikut : Stad 1 : dinding alv berkerut sampai sebesar kapiler (N = 2-3X> lebar). Stad 2 : dinding alv > kecil lagi, kapiler tertarik sehingga sering pecah. Stad 3 : distensi septum > hebat, kapiler tinggal setipis benang. Terdapat ruptur inika septum yang komplit. Stad 4: batas peregangan septum sudah dilampaui terdapat ruptur yang multipie dengan ujung2 septum yang putus menebal. 3. Pemeriksaan diatome : bentuk simetri radial (banyak di air laut) dan simetri vertal (banyak diair tawar) 4. Pemeriksaan kimia darah : Penentuan ion Cl dari darah ventrikel kiri , pada air tawar kadar Cl lebih rendah dari ventrikel kanan dan keadaan sebaliknya pada air laut Penggunaan ion Cl hanya pada 24 jam pertama, sebab setelah itu kadar akan turun dengan sendirinya. Pemeriksaan dapat juga menggunakan ion Na, K dan CO.Pada tengelam air tawar ventrikel kiri kadar Spitz : perubahan aktifitas enzym2 (peroksidase, aldolase, sitokrom oxidase) dari homogenat jantung dan paru2. Pembagian kasus tengelam : 1. Wet drowning ( tengelam penuh di air laut/tawar). 2. Dry drowning (tengelam dengan mekanisme vagal reflek/laryngo spasme) 3. Secondary drowning (sempat tertolong).

Vous aimerez peut-être aussi