Vous êtes sur la page 1sur 17

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati 2. Kadek Ayu Kesuma W. 3. Kadek Ninik Purniawati 4. Luh Gede Wedawati 5. Ni Putu Yuli Wahyuni 6. Ni Wayan Chandra Utami (10.321.0864) (10.321.0858) (10.321.0859) (10.321.0867) (10.321.0874) (10.321.0875)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Kasus : Adanya perubahan nilai dan norma yang terjadi saat ini menjadi masalah yang cukup serius untuk diselesaikan. Kesenjangan social yang terjadi di masyarakat dan tidak adekuatnya mekanisme koping seseorang bisa memunculkan terjadinya konflik antar daerah. Seperti yang terjadi beberapa pekan lalu di lampung selatan menyisakan kepedihan dan trauma pada masyarakat tersebut. Tidak hanya anak-anak, orang dewasapun bisa mengalami trauma yang berkepanjangan atau dengan Istilah yang ada yaitu PTSD (Post Trauma Stress Disorder). Beberapa individu cenderung berusaha untuk mengatasi kecemasan dan kepanikannya melalui mekanisme koping yang baik, tetapi masih terdapat beberapa individu tidak kuat untuk merespon trauma tersebut secara adaptif sehingga bisa mengakibatkan terjadinya depresi, Perilaku kekerasan pada orang lain dan lingkungan bahkan resiko perilaku bunuh diri. Melihat kondisi tersebut mahasiswa keperawatan melaksanakan praktek lapangan untuk membantu masyarakat dalam menaggulangi masalah psikososial yang terjadi sehingga tidak sampai mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil pengkajian awal diidentifikasi 30% warga mengalami trauma, cemas bahkan 5%nya sampai mengalami gangguan skizofrenia dengan gejala halusinasi, isolasi social, Perilaku kekerasan bahkan sampai terjadi perilaku percobaan bunuh diri. 1. Masalah-masalah psikososial yang terjadi pada kasus diatas yaitu : a. Stress pasca trauma Sesuai teori stress pasca trauma yaitu reaksi normal dari individu terhadap kejadian yang luar biasa (Parkinson, 1993). Penyebab gangguan bervariasi, tetapi perdefinisi, stresor harus sedemikian berat sehingga cenderung menimbulkan trauma psikologis pada kebanyakan orang normal,walaupun tidak berarti bawa semua orang harus mengalami gangguan akibat trauma ini. Faktor psikologis, fisik, genetik dan sosial ikut berpengaruh pada gangguan ini. Berdasarkan kasus diatas masalah psikologi stress pasca trauma terjadi karena adanya konflik antar daerah di Lampung akibat perubahan nilai dan norma yang terjadi sehingga masalah menjadi cukup serius. b. Tindak kekerasan sosial Masalah psikososial tindak kekerasan terjadi karena beberapa individu tidak kuat untuk merespon trauma tersebut secara adaptif sehingga terjadi prilaku kekerasan pada orang lain dan juga pada lingkungan

c. Resiko prilaku bunuh diri Resiko prilaku bunuh diri terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam menanggulangi salah yang terjadi pada dirinya sendiri maupun pada lingkungannya

2. Diagnosa keperawatan komunitas yang muncul pada kasus diatas yaitu : N O 1 DS : DO : Mengalami konflik antar daerah dan cemas 2 DS : DO : Mengalami konflik antar daerah Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang lingkungan dengan pengendalian mengganggu stresss, lingkungan, kurang control situasional, cemas, DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS Sindrome pasca trauma berhubungan dengan konflik antar daerah ditandai dengan depresi, cemas, respon terkejut,

30 % Masyarakat mengalami trauma ketakutan

30 % Masyarakat mengalami trauma stimulasi ditandai dan cemas 3 DS : DO : Terjadi konflik antar daerah Masyarakat mengalami trauma merespon trauma secara adaptif 5% gangguan skizoprenia seperti halusinasi, isolasi social, perilaku kekerasan. Isolasi

perasaan yang tidak nyaman, gelisah sosial berhubungan dengan

perubahan status mental, prilaku social yang tidak diterima, nilai serta norma sosial yang tidak diterima ditandai

Beberapa individu tidak kuat untuk dengan tidak komunikatif, menarik diri

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa, dirumuskan masalah/ diagnose keperawatan kemudian diprioritaskan berdasarkan scoring bersama masyarakat pada saat MMD

Pentingnya masalah untuk N o Masalah dipecahkan 1. Rendah 2. Sedang 3. tinggi 1 Sindrome pasca trauma 3

Kemungkinan perubahan positif diatasi 0 : tidak ada 1 : rendah 2: sedang 3: tinggi

Peningkatan terhadap kualitas bila Total

jika hidup 0 : tidak ada 1 : rendah 2: sedang 3: tinggi

masalah diatasi

berhubungan dengan konflik antar daerah ditandai dengan depresi, cemas, respon terkejut, 2 ketakutan Gangguan berhubungan pengendalian kurang stimulasi control rasa dengan nyaman kurang 3 3 3 9 lingkungan, situasional, lingkungan 2 2 7

mengganggu ditandai dengan cemas, stresss, perasaan yang 3 tidak nyaman, gelisah Isolasi social berhubungan dengan perubhan statusmental, prilaku diterima, social ditandain social nilai yang yang serta tidak dengan tidak norma diterima tadak 3 1 2 6

komunikatif, menarik diri

Berdasarkan hasil scoring, Diagnosa prioritas keperawatan komunitas yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian lingkungan, kurang control situasional, stimulasi lingkungan mengganggu ditandai dengan cemas, stresss, perasaan yang tidak nyaman, gelisah

2. Sindrome pasca trauma berhubungan dengan konflik antar daerah ditandai dengan depresi, cemas, respon terkejut, ketakutan 3. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental, prilaku sosial yang tidak diterima, nilai serta norma social yang tidak diterima ditandai dengan tidak komunikatif, menarik diri

3. POA diagnosa kasus No Tujuan Tujuan Khusus 3 Setelah Rencana Kegiatan Kriteria Evaluasi 4 diberikan 1. Observasi lingkungan verbal lingkungan yang tenang pengalihan kepada Psikomotor 5 keadaan Verbal 6 1. Teridentifikasi keadaan lingkungan nyaman Standar Evaluasi Sumber Dana 7 8 Sumbangan Posko dari dan Tempat Penanggung jawab 9 Mahasiswa, setempat serta tenaga kesehatan setempat Dx Umum 1 2 1 Setelah diberikan askep diharapkan dapat memberikan rasa pada Selatan

tindakan keperawatan diharapkan memberikan dapat

pengungsian pemerintah

3 x dalam 1 bulan 2. Memberikan rasa 3. Memberikan Selatan masyarakat agar tidak berpikir hal tersebut 4. Memberikan kepada Lampung tidak bertujuan lagi

2. Lingkungan menjadi sponsor

Verbal dan 3. Masyarakat mampu Pemerintah mengontol emosinya setempat dari kasus konflik antar daerah 4. Masyarakat termotivasi dan akan tdk mengalami stress lagi akibat konflik

nyaman pada warga

nyaman Lampung warga dengan kriteria

Lampung

1. Lingkungan terkendali 2. Stimulasi lingkungan terganggu 3. Situasional terkontrol

motivasi Verbal masyarakat Selatan agar

masyarakat tidak stress

Setelah dilakukan

Setelah dilakukan askep 3 x dalam 1

1. Mengobservasi keadaan Verbal masyarakat Lampung

1. Keadaan teridentifikasi

Sumbangan Posko dari

Mahasiswa,

pengungsian pemerintah

intervensi keperawatan masyarakat tidak mengalami trauma

bulan masyarakat tidak trauma dengan kriteria : beradaptasi kembali 2. Masyrakat dapat melakukan kegiatan seperti dulu sebelum terjadinya konflik antar daerah

2. Memberikan pengalihan dengan kegiatan lain

Verbal dan 2. Masyarakat mampu psikomotor Verbal mengalihkan pikirannya 3. Masyrakat mampu mengontrol keadaan yang emosional

sponsor dan Pemerintah setempat

setempat serta tenaga kesehatan setempat

1. Masyrakat mampu 3. Mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa konflik antardaerah tidak baik untuk pemerintah, masyarakat dan individu itu sendiri 4. Kolaborasi dengan pemerintah setempat mau memperbaiki barang-barang masyarakat yang rusak.

Verbal dan 4. Masyarakat psikomotor mendapat bantuan dari pemerintah setempat

Setelah diberikan askep

Setelah

diberikan 1. Observasi lampung

masyarakat Verbal

1. Teridentifikasi keadaan Lampung

Sumbangan Posko sponsor

Mahasiswa, setempat

tindakan keperawatan selama 3 x dalam 1

masyarakat dari

pengungsian pemerintah

diharapkan masyarakat mampu berinteraksi kembali dengan masyarakat lainnya

bulan masyarakat berinterksi

diharapkan 2. Memberikan mampu dengan musik) kepada penting

TAK Psikomotor 2. Masyarakat baik edukasi Verbal dan 3. Masyarakat masyarakat psikomotor memahami pentingnya berinteraksi

mau dan setempat bahwa

serta

tenaga

rekreasi (menggambar,

mengikuti TAK dgn Pemerintah

kesehatan setempat

masyarakat lainnya , 3. Memberikan dengan kriteria hasil : 1. Masyarakat mampu berkomunikasi dengan lainnya 2. Masyarakat menarik diri tidak individu

bahwa berinteraksi itu

4. Diagnosa yang mungkin muncul terhadap individu pada kasus diatas yaitu : a. Isolasi social b. Halusinasi c. Perilaku kekerasan d. Resiko bunuh diri

5. Strategi pelaksanaan N o 1 Diagn osa Isolasi sosial Tindakan Pasien 1. Pertemuan 1 2 3 4 Identifikasi penyebab 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan isolasi sosial: siapa berkenalan (berapa latihan berkenalan latihan berkenalan, yang serumah, siapa orang). Beri pujian (berapa orang) & bicara bicara saat melakukan yang dekat, yang tidak 2. Latih cara berbicara saat melakukan dua empat kegiatan dekat, dan apa saat melakukan kegiatan harian. Beri harian. Beri pujian sebabnya kegiatan harian (latih pujian 2. Latih cara bicara Keuntungan punya 2 kegiatan) 2. Latih cara berbicara sosial: belanja ke teman dan bercakap- 3. Masukkan pada saat melakukan warung, meminta cakap jadwal kegiatan untuk kegiatan harian (2 sesuatu, menjawab Kerugian tidak punya latihan berkenalan 2kegiatan baru) pertanyan teman dan tidak 3 orang tetangga atau 3. Masukkan pada jadwal 3. Masukkan pada bercakap-cakap tamu, berbicara saat kegiatan untuk latihan jadwal kegiatan untuk Latih cara berkenalan melakukan kegiatan berkenalan 4-5 orang, latihan berkenalan >5 dengan anggota harian berbicara saat orang, orang baru, keluarga melakukan 4 kegiatan berbicara saat Masukan pada jadwal harian melakukan kegiatan kegiatan untuk latihan harian dan sosialisasi berkenalan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam merawat/melatih merawat/melatih pasien merawat/melatih pasien berkenalan dan berkenalan, berbicara pasien berkenalan, berbicara saat saat melakukan berbicara saat melakukan kegiatan kegiatan harian dan RT. melakukan kegiatan 5 s.d 12 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian Latih kegiatan harian Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai apakah isolasi sosial teratasi

1.

2.

2. 3. 4.

3.

4.

5.

Keluarga 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan

isolasi sosial (gunakan harian. Beri pujian booklet) 2. Jelaskan kegiatan 3. Jelaskan cara merawat rumah tangga yang isolasi sosial dapat melibatkan 4. Latih dua cara pasien berbicara merawat berkenalan, (makan, sholat berbicara saat bersama) melakukan kegiatan 3. Latih cara harian membimbing pasien 5. Anjurkan membantu berbicara dan pasien sesuai jadwal memberi pujian dan memberikan 4. Anjurkan membantu pujian pasien sesuai jadwal

Beri pujian 2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti berbelanja, meminta sesuatu dll 3. Latih keluarga mengajak pasien belanja 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian

harian/RT, berbelanja. Beri pujian 2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

harian/RT, berbelanja & kegiatan lain dan follow up. Beri pujian 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM

N Diagnosa o 2 halusinasi

Tindakan Pasien 1 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik,

Pertemuan 2 3 4 5 s.d 12 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri latihan menghardik & latihan menghardik & latihan menghardik pujian obat. Beri pujian obat & bercakap& obat &bercakap2. Latih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol cakap. Beri pujian cakap & kegiatan halusinasi dengan halusinasi dg bercakap- 2. Latih cara mengontrol harian. Beri pujian obat (jelaskan 6 cakap saat terjadi halusinasi dg 2. Latih kegiatan benar: jenis, guna, halusinasi melakukan kegiatan harian dosis, frekuensi, cara, 3. Masukkan pada jadwal harian (mulai 2 3. Nilai kemampuan kontinuitas minum kegiatan untuk latihan kegiatan) yang telah mandiri

obat, bercakap-cakap, obat) melakukan kegiatan 3. Masukkan pada 3. Latih cara mengontrol jadwal kegiatan untuk halusinasi dg latihan menghardik menghardik dan minum obat 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik Keluarga 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya halusinasi (gunakan booklet) 3. Jelaskan cara merawat halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

menghardik, minum obat dan bercakapcakap

3. Masukkan pada 4. Nilai apakah jadwal kegiatan untuk halusinasi latihan menghardik, terkontrol minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian

1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam merawat/melatih merawat/melatih pasien merawat/melatih merawat/melatih pasien menghardik. menghardik dan pasien menghardik, pasien menghardik Beri pujian memberikan obat. Beri memberikan obat & & memberikan obat 2. Jelaskan 6 benar cara pujian bercakap-cakap. Beri & bercakap-cakap memberikan obat 2. Jelaskan cara bercakappujian & melakukkan 3. Latih cara cakap dan melakukan 2. Jelaskan follow up ke kegiatan harian dan memberikan/ kegiatan untuk PKM, tanda kambuh, follow up. Beri membimbing minum mengontrol halusinasi rujukan pujian obat 3. Latih dan sediakan 3. Anjurkan membantu 2. Nilai kemampuan 4. Anjurkan membantu waktu bercakap-cakap pasien sesuai jadwal keluarga merawat pasien sesuai jadwal dengan pasien terutama dan memberikan pasien dan memberi pujian saat halusinasi pujian 3. Nilai kemampuan 4. Anjurkan membantu keluarga melakukan pasien sesuai jadwal kontrol ke PKM dan memberikan pujian

N Diagnosa o 3 Perilaku kekerasan

Tindakan 1 Pasien 2

Pertemuan 3 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik1.2 dan memberikan obat. Beri pujian 2. Latih cara membimbing verbal/bicara 3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal 4 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat & verbal. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan) 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan spiritual 5 s.d 12 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat & verbal & spiritual. Beri pujian 2. Nilai kemampuan yang telah mandiri 3. Nilai apakah PK terkontrol

1. Identifikasi penyebab, 1. Evaluasi kegiatan tanda & gejala, PK latihan fisik1 & 2. Beri yang dilakukan, pujian akibat PK 2. Latih cara mengontrol 2. Jelaskan cara PK dengan obat mengontrol PK: fisik, (jelaskan 6 benar: obat, verbal, spiritual jenis, guna, dosis, 3. Latihan cara frekuensi, cara, mengontrol PK fisik 1 kontinuitas minum &2 obat) 4. Masukan pada jadwal 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan untuk latihan fisik fisik dan minum obat Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan dirasakan dalam keluarga dalam merawat pasien merawat/melatih 2. Jelaskan pengertian, pasien fisik1.2. Beri tanda & gejala, dan pujian proses terjadinya PK 2. Jelaskan 6 benar cara (gunakan booklet) memberikan obat Jelaskan cara merawat 3. Latih cara PK memberikan/membim 3. Latih satu cara merawat bing minum obat PK: fisik1,2 4. Anjurkan membantu 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal pasien sesuai jadwal

1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam keluarga dalam merawat/melatih merawat/melatih pasien fisik1.2, pasien fisik1.2, memberikan obat memberikan obat verbal & spiritual. Beri verbal & spiritual dan pujian follow up. Beri pujian 2. Jelaskan follow up ke 2. Nilai kemampuan PKM, tanda kambuh, keluarga merawat rujukan pasien 3. Anjurkan membantu 3. Nilai kemampuan pasien sesuai jadwal keluarga melakukan dan memberikan pujian kontrol ke PKM

dan memberi pujian

dan memberi pujian 2 1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, beri pujian. Kaji ulang risiko bunuh diri 2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan 3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan

N o 4

Diagn Tindakan 1 osa Resiko Pasien 1. Identifikasi beratnya bunuh masalah risiko bunuh diri: diri isyarat, ancaman, percobaan (jika percobaan segera rujuk) 2. Identifikasi benda-benda berbahaya dan mengankannya (lingkungan aman untuk pasien) 3. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi /berpikir aspek positif yang dimiliki 4. Masukan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali per hari Keluarga 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan aspek

dan memberikan pujian Pertemuan 3 4 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang berpikir positif diri, keluarga dan tentang diri, lingkungan. Beri pujian. keluarga dan Kaji risiko bunuh diri lingkungan serta 2. Diskusikan harapan dan kegiatan yang masa depan dipilih. Beri pujian 3. Diskusikan cara 2. Latih tahap kedua mencapai harapan dan kegiatan mencapai masa depan masa depan 4. Latih cara-cara mencapai 3. Masukkan pada harapan dan masa depan jadwal latihan secara bertahap (setahap berpikir positif demi setahap) tentang diri, 5. Masukkan pada jadwal keluarga dan latihan berpikir positif lingkungan, serta tentang diri, keluarga dan kegiatan yang lingkungan dan tahapan dipilih untuk kegiatan yang dipilih persiapan masa depan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam keluarga dalam memberikan pujian dan memberikan pujian, penghargaan pada pasien penghargaan, serta menciptakan menciptakan

1.

2.

3. 4.

5.

5 s.d 12 Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif diri, keluarga dan lingkungan. Beri pujian Evaluasi tahapan kegiatan mencapai harapan masa depan Latih kegiatan harian Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai apakah risiko bunuh diri teratasi

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian, penghargaan,

terjadinya risiko bunuh diri (gunakan booklet) 3. Jelaskan cara merawat risiko bunuh diri 4. Latih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan -pencapaian masa depan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

positif pasien. Beri suasana positif dalam suasana keluarga menciptakan pujian keluarga. Beri pujian yang positif dan suasana yang 2. Latih cara memberi 2. Bersama keluarga kegiatan awal positif dan penghargaan pada berdiskusi dengan pasien dalam mencapai membimbing pasien dan tentang harapan masa harapan masa langkah-langkah menciptakan suasana depan serta langkahdepan. Beri pujian mencapai harapan positif dalam keluarga: langkah mencapainya 2. Bersama keluarga masa depan. Beri tidak membicarakan 3. Anjurkan membantu berdiskusi tentang pujian keburukan anggota pasien sesuai jadwal dan langkah dan 2. Nilai kemampuan keluarga berikan pujian kegiatan untuk keluarga merawat 3. Anjurkan membantu mencapai harapan pasien pasien sesuai jadwal masa depan 3. Nilai kemampuan dan memberi pujian 3. Jelaskan follow up keluarga ke PKM, tanda melakukan kambuh, rujukan kontrol ke PKM 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

6. Cara kita untuk mengidentifikasi adanya perilaku percobaan bunuh diri pada individu yaitu melihat keadaan individu seperti keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, menarik diri dari lingkungan sosial, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, individu mengatakan secara verbal akan bunuh diri

7. Tindakan yang tepat yang bisa dilakukan ketika individu pada situasi krisis dan melakukan perilaku kekerasan yaitu membentuk Tim Krisis PK (Perilaku Kekerasan). Tim krisis PK terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin (leader) dan anggota tim minimal 2 orang, ketua tim adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggungjawab shift, perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter/konselor yang telah melatih menangani krisis. Aktivitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuar dan Laraia, 1998) : a. Tunjuk ketua tim krisis b. Susun anggota tim krisis c. Beritahu petugas keamanan jika perlu d. Pindahkan klien lain dari area penanganan e. Uraikan rencana penanganan pada tim f. Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan) g. Tunjuk anggota tim untuk mengamankan gerak klien h. Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif i. Ikuti klien dengan petunjuk ketua tim j. Berikan obat sesuai dengan program terapi k. Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien l. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim m. Jelaskan kejadian kepada klien dan staf lain jika diperlukan n. Integrasikan klien kembali kepada lingkungan secara bertahap Kita sebagai perawat mempunyai tugas untuk mengatasi masalah prilaku kekerasan seperti kasus diatas dengan cara :

a. Mengumpulkan masyarakat yang mengalami gangguan psikososial seperti perilaku kekerasan b. Melalukan sosialisasi dengan memberikan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) seperti TAK musik untuk memberikan kenyamanan, relaksasi pikiran agar tidak terjadi stress. Terapi rekreasi seperti menggambar dengan tujuan agar masyarakat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakan. Dengan demikian perilaku untuk melakukan kekerasan akan beralih menjadi kegiatan yang positif serta dapat mengontrol emosi agar tidak terjadi hal tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi