Vous êtes sur la page 1sur 25

1

LAPORAN KASUS OD MAKULA KORNEA OD KERATITIS ODS PRESBIOPI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh : Dimas Arianto 01.208.5633

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013

BAB 1

A. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Agama Suku Bangsa Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Tanggal pemeriksaan B. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RST Dr. Soedjono Magelang. Pada tanggal 25 juni 2013 jam 11.00 Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan mata kanan kabur. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan mata kanan terasa kabur sejak 3 bulan : Ny. M : 55 tahun : wanita : Islam : Jawa : menikah : swasta : blabag, mungkid : 25 juni 2013

terakhir, dan timbul bercak putih pada bagian tengah matanya. Sebelumnya 4 bulan yang lalu pasien mengatakan matanya kelilipan /kemasukan pasir saat pasien mengendarai motor kemudian di kucek-kucek , setelah kejadian itu pasien merasakan matanya perih, merah nrocos, silau, dan terasa ada yang mengganjal, pasien berobat ke dokter dan mengaku sembuh. Saat ini keluhan mata merah, silau ketika melihat cahaya , perih , pusing,nerocos, kembali dirasakan pasien, pasien mengeluhkan pandangan semakin kabur. Keluhan saat ini dirasakan sudah seminggu yang lalu, saat itu pasien mengakui mata kanan terkena debu saat mengendari motor kemudian dikucek kucek. Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan lensa kontak, terkena radiasi, dan komsumsi obat jangka waktu lama. Selain itu pasien juga tidak memiliki riwayat alergi. Pusing, cekot-cekot, mual/muntah, melihat pelangi (halo) di sekitar lampu di sangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien 4 bulan yang lalu pernah mengalami keluhan seperti ini Riwayat penyakit gula (DM) disangkal Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu lama disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat keluarga menderita penyakit pada mata disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi : Kesan sosial ekonomi pasien cukup. Pasien berobat sebagai pasien umum.

C. PEMERIKSAAN FISIK Status Umum Kesadaran Aktivitas Kooperatif Status gizi : Compos mentis : Normoaktif : Kooperatif : Baik

Vital Sign TD Nadi RR : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 24 x/menit

Suhu : 370 C

Status Lokalis : No 1 2 3 Visus Koreksi Bulbus okuli Gerak bola mata Enoftalmus Eksoftalmus 4 Strabismus Palpebra Superior : Vulnus laceratum Edema Hematom Hiperemia Entropion Ektropion Silia 5 Ptosis Palpebra Inferior : Edema Hematom Hiperemia Entropion Ektropion Baik ke segala arah Trikiasis ( - ) Baik ke segala arah Trikiasis ( - ) Pemeriksaan Oculus Dexter 6/30 NC Add +2,00 J6 Add +2,00 J6 Oculus Sinister 6/6

Silia Konjungtiva : Hiperemi Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Sekret Kornea : Kejernihan Edema Lakrimasi Infiltrat Keratik presipitat Ulkus Sikatrik

Trikiasis ( - ) + + Tampak bercak putih + + + Tampak bercak putih menutupi kornea dengan diameter 2mm arah jam 12, menutup sebagian pupil

Trikiasis ( - ) -

Flouresin Test Tidak dilakukan

COA : Kedalaman Hifema Hipopion Cukup Normal Cukup Normal -

Efek tyndall Iris : Kripta Edema Sinekia

10

Atrofi Pupil : Bentuk Diameter Reflek pupil Sinekia Isokoris

Bulat 3mm + -

Bulat 2mm + -

11

Lensa: Kejernihan Jernih Jernih

12 Fundus Refleks 13 Funduskopi + Suram Papil batas tegas, warna cemerlang Vasa 1:3 + , eksudat Normal + cemerlang Papil batas tegas, warna cemerlang Vasa 1:3 reflek + - , eksudat Normal

Makula fovea reflek Makula fovea Retina perdarahan - Retina perdarahan 14 TIO

injeksi konjungtiva

D. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan karena diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan status ophtalmicus E. DIAGNOSIS BANDING Oculus dexter makula a. OD Makula kornea ditegakkan karena dari hasil pemeriksaan terdapat adanya gambaran sikatriks kornea yang berupa bercak putih dengan ukuran 2 mm dangan menutupi kornea b. OD Nebula kornea disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan sikatriks ukurannya cukup besar, dan dapat dilihat dengan menggunakan senter c. OD Leukoma kornea disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan sikatriks tidak terlihat secara jelas tanpa alat bantu sedangkan pada leukoma sikatriks dapar terlihat dari jarak 1 m

Oculus dexter keratitis 1. Keratitis ditegakkan karena datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur Dari anamnesis menunjukkan bahwa pasien mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kanan dengan keluhan mata merah, silau (fotofobia), berair dan penurunan visus (kabur). Dari gejala yang timbul tersebut menunjukkan diagnosis sementara mengarah ke diagnosis keratitis.

2. Konjungtivitis disingkirkan karena tidak terdapat injeksi konjungtiva dan tidak terdapat sekret 3. Uveitis disingkirkan karena tidak terdapat keratic precipitate, tidak ada edema pada iris, tidak ada hipopion dan tidak ada sinekia 4. Ulkus Kornea disingkirkan karena tidak terdapat hipopion, tidak terdapat ulkus pada kornea

ODS 1.ODS Presbiopia Dipertahankan karena pasien berusia lebih dari 53 tahun, dan dapat dikoreksi dengan lensa add S+2,00 2.ODS Hipermetropia Disingkirkan karena pada pasien tidak terdapat keluhan melihat jauh dan dekat kabur. 3.ODS Miopia Disingkirkan karena pada miopia melihat jarak jauh penglihatan menjadi kabur dan dikoreksi dengan lensa sferis negatif. 4.ODS Astigmatisma Disingkirkan karena pada astimatisma melihat jarak jauh penglihatan menjadi kabur dan dikoreksi dengan lensa silindris.

F. DIAGNOSIS KERJA OD MAKULA KORNEA OD KERATITIS ODS PRESBIOPI

G. PENATALAKSANAAN Topical : Gentamycin ED S4ddgtt1 OD oral Methyil prednisolon 4mg S 1-1-0 Operatif : keratoplasti Pemberian Kacamata : OD 6/30 Add +2,00 J6 OS 6/6 Add +2,00 J6 Edukasi : a. Kontrol secara teratur. b. Pasien diminta untuk meneteskan dan menggunakan obat secara teratur dan menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup untuk mempercepat penyembuhan penyakit. c. Tutup mata dengan pelindung mata. d. Menjelaskan kepada penderita supaya tidak mengucek-ucek mata.

H. PROGNOSIS

OD

OS

Quo ad visam Quo ad sanam Quo ad fungsionam Quo ad

Dubia ad malam Dubia ad malam Dubia Ad malam Ad bonam

ad bonam ad bonam Ad bonam Ad bonam

10

vitam Quo ad kosmeticam

Dubia Ad malam

Ad bonam

I. KOMPLIKASI Macula kornea Tidak terdapat komplikasi dari macula kornea. Keratitis Komplikasi dapat terjadi ulkus kornea dapat. Dapat terjadi jaringan sikatrik pada kornea yang mengakibatkan hilangnya visus parsial atau menyeluruh. Dapat juga timbul sinekiae anterior dan posterior, glaukoma, endoftalmitis dan katarak. Hipermetropi Komplikasi yang mungkin terjadi pada hipermetropi adalah essotropia dan glaucoma sekunder

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II. 1 Anatomi Kornea Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) membentuk bagian anterior bola mata merupakan jaringan transparan dan avaskular, mempunyai peranan dalam refraksi cahaya. Indeks refraksi korna adalah 1,377 dan kekuatan refraksi sebesar 43 Dioptri, merupakan 70% dari kekuatan refraksi mata. Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter horizontal rata-rata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal sedangkan permukaan posterior berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi dengan rata-rata 0,65 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan posterior kornea. Radius kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur permukaan posterior rata-rata 6,5 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior lebih datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau 1/14 dari total area bola mata (Wong & Tien Yin, 2001; Karesh J. W.,

2003).

12

II. 2 Histologi Kornea Secara histologis kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu : 1. Epitel 2. Membran Bowman 3. Stroma 4. Membran Descemet 5. Endotelium

1. Epitel
Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Terdapat dua fungsi utama epitel: (1) membentuk barier antara dunia luar dengan stroma kornea dan (2) membentuk permukaan refraksi yang mulus pada

13

kornea dalam interaksinya dengan tear film. Barier dibentuk ketika sel-sel epitel bergerak dari lapisan basal ke permukaan kornea, secara progresif berdiferensiasi hingga sel-sel superfisial membentuk dua lapisan sel tipis yang melingkar yang dihubungkan oleh tight junction (zonula okluden), merupakan membran yang bersifat semipermiabel dan resistensi tinggi. Barier ini mencegah masuknya cairan dari tear film ke stroma dan juga melindungi struktur kornea dan intraokuler dari infeksi oleh patogen. Mikrovili pada hampir seluruh permukaan superfisial sel-sel epitel dilindungi oleh glikokaliks sehingga dapat berinteraksi dengan lapisan musin tear film agar permukaan kornea tetap licin. Berbagai proses metabolik, biokemikal dan fisikal tampaknya mempunyai tujuan primer mempertahankan keadaan lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barier dan agar permukaan kornea tetap licin. Permukaan kornea yang licin berperan penting dalam terbentuknya penglihatan yang jelas (Watsky M. A. & Olsen T. W., 2003). 2. Membrana Bowman Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma, yang berfungsi sebagai barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan Bowman menghalangi penyebaran infeksi ke dalam stroma yang lebih dalam. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi sehingga bila terjadi trauma akan diganti dengan jaringan parut (Edelhauser H. F, 2005; Oyster, Clyde W., 1999). 3. Stroma Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen dan proteoglikan. Matriks ekstraselular ini memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi kornea. Stroma terdiri atas kolagen yang diproduksi oleh keratosit dan lamella kolagen. Karena ukuran dan bentuknya seragam menghasilkan keteraturan yang membuat kornea menjadi transparan. Serat-serat kolagen tersusun seperti lattice (kisi-kisi), pola ini berfungsi untuk mengurangi hamburan cahaya (Edelhauser H. F, 2005; Liesegang T. J., 2008-2009). Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu 70%. Proteoglikan yang merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat hidrofilik

14

pada stroma. Hidrasi sangat dikontrol oleh barier epitel dan endotel serta pompa endotel (Watsky M. A. & Olsen T. W., 2003; Liesegang T. J., 2008-2009). 4. Membrana Descemet
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Membrana Descemet

bersifat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.


Membran ini lebih resisten terhadap trauma dan penyakit, dari pada bagian lain

dari kornea (Edelhauser H. F, 2005; Oyster, Clyde W., 1999). 5. Endotel


Lapisa in merupakan lapisan kornea yang paling dalam, tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Berasal dari mesotelium, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa Natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion0ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.

Dua faktor yang berkontribusi dalam mencegah edema stroma dan mempertahankan kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel. Fungsi barier endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara selsel endotel (Edelhauser H. F, 2005). Pompa endotel Stroma kornea memiliki konsentrasi Na+ 134 mEq/L sedangkan humor aquous 143 mEq/L. Perbedaan osmolaritas tersebut menyebabkan air berpindah dari stroma ke humor aquous melalui osmosis. Mekanisme ini diatur oleh pompa metabolik aktif sel-sel endotel. Pompa metabolik ini dikontrol oleh Na+ / K+ ATPase yang terletak di lateral membrane. Dalam menjalankan fungsinya pompa endotel tergantung pada oksigen, glukosa, metabolisme karbohidrat dan adenosine

15

triphosphatase. Keseimbangan antara fungsi barier dan pompa endotel akan mempertahankan keadaan deturgesensi kornea (Edelhauser H. F, 2005).

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan (Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, 2002). Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya (Eva, P.R. & Whitcher J.P, 2008).

II. 3 Fisiologi Kornea Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

16

dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi. . 4 Sikatrik Kornea II. 4. 1. Jenis-Jenis Sikatrik Kornea Penyembuhan luka pada kornea berupa jaringan parut, baik akibat radang ,maupun trauma Jenis : Nebula Penyembuhan akibat keratitis superfisialis Kerusakan kornea pada m.B owman sampai 1/3 stroma Pada pemeriksaan, terlihat kabut di kornea, hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan Slit-lamp dan bantuan kaca pembesar

Makula Penyembuhan akibat ulkus kornea Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di kamar gelap dengan slit-lamp tanpa bantuan kaca pembesar

17

Leukoma Penyembuhan kornea Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan Apabila ulkus kornea sampai ke endotel akan mengakibatkan perforasi, dengan tanda : o o o sinekia anterior) Iris prolaps COA dangkal TIO menurun akibat ulkus

kemudian sembuh menjadi leukoma adheren (leukoma disertai

II.4.6. Manifestasi Klinik Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Subjektif Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva Sekret mukopurulen Merasa ada benda asing di mata Pandangan kabur Mata berair Silau Nyeri Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea. Gejala Objektif

18

Injeksi siliar Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat Hipopion

II.4.7. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan selain oleh terapi imunosupresi khusus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik/pemeriksaan penunjang, seperti : Ketajaman penglihatan Tes refraksi Uji festel Pemeriksaan slit-lamp Uji papan placido Respon reflek pupil Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Pemeriksaan Slit-Lamp Merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normal. Loupe mempunyai kekuatan 4 6 D. Pemeriksaan akan lebih sempurna bila dilakukan bila dilakukan di kamar yang digelapkan.

19

Uji Fluoresense Kertas fluoresense yang telah terlebih dahulu dibasahi oleh garam fisiologi diletakkan di dalam sakus konjungtiva anterior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas ini diangkat dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologis. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea akan terlihat hijau karena pada bagian itu akan bersifat basa dan memberi warna hijau. Pada keadaan ini disebut uji fluoresense positif. Uji Festel Disebut juga Seidel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea). Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluresense atau diteteskan flueresense. Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Uji Papan Placido Untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan placido dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap sumber cahaya, sedang pasien sendiri membelakangi jendela. Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea. Pemeriksaan Gram, Giemsa dan KOH (untuk jamur) Pemeriksaan kultur dengan agar darah, agar coklat dan agar sabouraud.

II.4.8. Penatalaksanaan Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

20

mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik. a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah 1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya 2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang 3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih 4. Berikan analgetik jika nyeri b. Penatalaksanaan medis 1. Pengobatan konstitusi Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh. 2. Pengobatan lokal Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan. Infeksi pada mata harus diberikan : Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine :

21

Sedatif, menghilangkan rasa sakit. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Skopolamin sebagai midriatika. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi : 1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole 2. 3. 4. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik

Anti Viral

22

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer. Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan : 1. Kauterisasi a) b) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan. 2. Pengerokan epitel yang sakit Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali. Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan : Iridektomi dari iris yang prolaps Iris reposisi Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

23

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita

obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 3. Keratoplasti Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu : 1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita 2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita. 3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 9. Keratoplasti

II.4.9. Pencegahan Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata. Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata Jika mata sering basah Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut. kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan

24

.4.10. Komplikasi Komplikasi yang paling sering timbul berupa: Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis Prolaps iris Sikatrik kornea Katarak Glaukoma sekunder

II.4.11. Prognosis Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

25

DAFTAR PUSTAKA

Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92 Edelhauser HF. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers Physiology of The eye Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri, Mosby, 2005 : 47-103 Eva PR, Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, eds. General Ophtalmology 17th ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49 Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67 Liesegang TJ,Deutsch TA. External Disease and Cornea. Section 8, AAO, San Fransisco, 2008-2009: 181 9 Mills TJ, Corneal Ulceration Medicine.Citied on and Ulcerative August 9, Keratitis 2011. in Emergency Avaible from:

http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm Oyster, Clyde W. The Human Eye, Structure and Function. Massachussetts, 1999 : 325-350 Sunderland,

Vous aimerez peut-être aussi