Vous êtes sur la page 1sur 37

askep keluarga dengan stroke TINJAUAN PUSTAKA

A. Medis 1. Pengertian Dari beberapa pengertian tentang stroke non hemoragik penulis mengambil beberapa sumber tentang pengertian stroke non hemoragik diantaranya : a Stroke non hemoragik adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau sub akut, didahului dengan gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadarannya biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. (Mansjoer, 2000 : 18). b Stroke non hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh obstruksi vaskuler (trombus dan embolus) mengakibatkan iskemia dan infark. (Hudak and Gallo, 1996 : 254) c Stroke non hemoragik adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentimya suplai pembuluh darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. ( Smeltzer, 2002 : 2131) Dari ketiga pengertian diatas, penulis membuat kesimpulan : stroke non hemoragik adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau sub akut, yang didahului oleh gejala prodromal, biasanya terjadi ketika waktu istirahat atau bangun pagi yang diakibatkan oleh obstruksi vaskuler (trombus dan embolus) yang mengakibatkan iskemia dan infark. 2. Etiologi a. Embolus Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain, biasanya berasal dari jantung atau pembuluh darah karotis. b. Trombosis Merupakan akibat dari bekuan darah dan biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis (Hudak and Gallo, 1996 : 255 ; Smeltzer, 2001 : 2131) c. Hemoerhage serebral a. Hemorrhage hipertensif intra serebral b. Hemorrhage subarachnoid c. Malformasi arteriovenosis

d. Hipokoagulasi d. Hipoksia Umum Hipotensi yang parah, cardio pulmunary arnest / depresi berat dari cardiac output akibat aritmia.

e. Hipoksia setempat 1). Spasmus arteri serebral yang disertai hemorrhage subarachnoid 2). Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala (Long, 1996 : 177) 3. Patofisiologi Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak, kekurangan selama satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena proses anemia atau kesukaran bernafas, jika neuron hanya mengalami iskemia dan belum terjadi nekrosis,maka masih ada peluang untuk menyelamatkannya. Situasi ini analog dengan cidera fokal yang diakibatkan oleh infark miokard. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian) jaringan disekitar zona yang mengalami kekurangan oksigen. Jaringan iskemia ini seperti halnya pada otak yang dapat diselamatkan dengan tindakan yang sesuai atau mati karena peristiwa sekunder. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, plak ateromatosa fragmen, lemak dan udara. Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung sekunder terhadap infark miokard atau fibrilasi atrium. Sindrom neurovaskular yang lebih sering terjadi pada stroke trombotik dan embolitik karena keterlibatan arteri serebral mediana. Arteri ini terutama mensuplay aspek lateral hemisfer serebri, infark pada bagian tersebut dapat menyebabkan difisit kolateral motorik dan sensorik, jika infark hemisfer adalah dominan maka akan terjadi masalah-masalah bicara dan timbul disfasia. Dengan stroke trombotik, maka besarnya bagian otak yang mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas setelah serangan pertama. Dapat terjadi oedema serebral pasif dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) pada titik herniasi dan kematian setelah trombotik terjadi pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat serangan. Karena stroke trombotik sering karena aterosklerosis maka ada resiko untuk

terjadi stroke dimasa mendatang pada pasien yang sudah mengalaminya. Dengan stroke embolik, pasien juga mempunyai kasus untuk mengalami stroke jika penyebabnya tidak ditangani. Jika luas jaringan otak yang rusak akibat stroke hemorragik tidak besar dan bukan pada tempat yang vital, maka pasien dapat pulih dengan defisit minimal. Jika hemorragik luas atau terjadi pada daerah yang vital, pasien mungkin tidak dapat pulih sekitar 30% hemorragik intra serebral terjadi tidak pasif, sehingga survival masih mungkin terjadi. (Hudak and Gallo, 1996 : 225)

5. Manifestasi klinis Menurut Mansjoer, 2000, Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi stroke akut dapat berupa : 1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak 2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik) 3. Perubahan mendadak status mental (kontusio, delirium letargi, stupor atau koma) 4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan) 5. Disatria (bicara pelo atau cedal) 6. Gangguan penglihatan (hemionepia atau monookuler) atau diplopia 7. Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala. (Mansjoer, 2000 : 18) Dan dipertegas oleh Smeltzer,2002, stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat dan ukuran area yang perfusinya tidak ade kuat dan jumlah aliran darah kolateral.

a. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhapad gerakan motorik. Disfungsi paling umum adalah adalah hemiplegia (paralysis pada satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan, hemiparesis ( kelemahan salah satu sisi tubuh). b. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut : 1. Disatria ( kesulitan berbicara) 2. Disfasia (bicara detektif atau kehilangan berbicara) 3. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya) c. Gangguan persepsi 1. Disfungsi persepsi visual 2. Gangguan dalam hubungan visual-spasial 3. Kehilangan sensori d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik e. Disfungsi kandung kemih (Smeltzer, 2002: 2133-2134)

6. Pemeriksaan penunjang a. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik b. Scan CT : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia adanya infark c. Pungsi lumbal : Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral dan Transient Ischemia Attack (TIA) d. Magnetic resonance imaging (MRI) : Menunjukkan adanya daerah yang mengalami infark, hemorragik, malformasi arteria vena (MAV) e. Ultrasonografi dopler : Mengidentifikasi penyakit arteri vena (masalah) sistem arteri karotis (aliran darah atau muncul plak) f. Elektro encephalography (EEG) : Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik g. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng plenal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas(Doenges, 2000 : 292) 7. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi yang yang biasa disebabkan oleh stroke antara lain : a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang adekuat ke otak, pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membentu dalam mempertahankan oksigen jaringan. b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera. c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Smeltzer, 2002, p. 2137) d. Vasospasme, terjadi stroke hemorrhage juga sebelum pembedahan. Pada individu dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage aubarakhnoid. e. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembetukan dan reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 % pasien dengan hemorrhage subaraknoid. f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia, dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p. 273) 8. Penatalaksanaan a. Medis 1) Menurunkan kerusakan iskemik Ada tiga unsur yang penting untuk menurunkan kerusakan iskemik yaitu oksigen yang adekuat, kadar glukosa dan aliran darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas darah arteri dan oksigen dapat doberikan pada pasien jika ada indikasi. Keadaan hipiglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah. 2) Mengendalikan Hipertensi dan Peningkatan Tekanan Intra kranial 3) Terapi Farmakologi Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non hemoragik, meskipun heparinisasi pada pasien dengan stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi hemoragik. Diuretika diberikan

untuk menurunkan edema serebral dan Anti koagulan diberikan untuk mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. 4) Intervensi Pembedahan Sebagian pasien dengan dengan penyakit aterosklerosis pembuluh ekstrakranial atau intrakranial dapat menjadi calon yang akan menjalani pembedahan. ( Hudak & Gallo, 1996 : 257-261) b. Keperawatan 1. Prioritas perawatan : a. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat Tujuan : Fungsi serebral membaik/ meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat diminimalkan/ dapat distabilkan. b. Mencegah/ meminimalkan komplikasi dan ketidak mampuan yang bersifat permanen. Tujuan: Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan. c. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tujuan : Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi pasien sendiri atau dengan bantuan minimal dari orang lain. d. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubahan dalam konsep diri pasien. Tujuan :Mampu melakukan koping dengan cara positif, perencanaan untuk massa depan.. e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosisnya dan kebutuhan tindakan/ rehabilitasi Tujuan : Proses penyakit dan koping penyakit dan pengobatannya dapat dipahami (Doenges, 2000 : 292-293) 2. Penatalaksanaan Perawatan Umum : a. Pertahankan nutrisi yang adekuat. b. Program managemen bladder dan bowel. c. Pertahankan integritas kulit d. Pertahankan komunikasi efektif e. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

f. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM). (Tarwoto. 2007: 92) ROM ( Range Of Motion) adalah latihan gerakan yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot dimanan klien menggerakkan masing-masing persendiannya sasuai garakan normal baik secara aktif maupun pasif. Tujuan yang dari latihan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kontraktur dan kekauan pada sendi. Tahapan-tahapan latihan rentang gerak (ROM) : 1. Gerakan Pergelangan Tangan a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk b. Pegang taangan pasien dengan satu tangan lain memegang pergelangan tangan tangan pasien c. Tekuk tangan pasien ke depan dan kebelakang sejauh mungkin 2. Gerakan Siku a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah ke tubuh pasien b. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya c. Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat bahu d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya

3. Gerakan lengan bawah a. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh dengan siku menekuk b. Letakkan satu tangan pada pergelangan pasien dan pengang tangan paien dengan yangan lainnya c. Putar lenga bawah pasien ke arah kanan/kiri d. Kemblikan ke posisi awal 4. Gerakan Bahu Gerakan 1 : Fleksi Bahu a. Atur posisi tanga mengarah ke tubuh pasien di sisi tubuhnya b. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya c. Angkat lengan pasien pada posisi awal

Gerakan 2 : Mendekati dan menjauhi sumbu tubuh a Atur posisi lengan pasien di samping badannya b Letakkan satu tangan di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya c Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuh ke arah sampin d Kembalikan ke posisi semula Gerakan 3 : Putaran/Rotasi bahu a Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku menekuk b Letakkan satu tangan di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain c Lakukan putaran/rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah d Kembalikan lengan ke posisi awal 5. Gerakan Jari Kaki a. Pegang jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memengang kaki b. Tekuk jari kaki ke bawah c. Luruskan jari kemudian dorong ke belakang d. Lakukan hal yang sama pada jari tangan 6. Gerakan Pergelangan Kaki a. Letakkan satu tangan pada telapak kaki dan satu tangan lain di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks b. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari ke arah atas c. Kembalikan ke posisi awal d. Tekuk pergelangan kaki me arah bawa 7. Gerakan Lutut a. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha c. Lanjutkan menekuk lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas

d. Kembali ke posisi semula

8. Gerakan Paha Gerakan 1 : Putaran/rotasi pangkal paha a. Letakkan satu tangan pada pergelangan kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas lutut pasien b. Putar kaki ke arah pasien c. Putar kaki ke arah pelaksana d. Kembali ke posisi semula Gerakan 2 : Paha mendekati dan menjauhi sumbu tubuh a Letakkan satu tangan di bawah utut pasien dan satu tangan pada tumit b Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm dari tempat tidurdan pertahankan posisi tetap lurus. Gerakkan kaki menjauhi badan pasien ke samping c Gerakkan kaki mendekaki badan pasien d Kembali ke posisi awal (Suratun dkk, 2008: 173)

9. Proses keperawatan Fokus Pengkajian a. Aktivitas atau istirahat Gejala : 1. Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan

2. Kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegi) 3. Mudah lelah, susah untuk beristirahat. Tanda : 1. Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegi) kelemahan umum 2. Gangguan penglihatan 3. Gangguan tingkat kesadaran. b. Sirkulasi Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural Tanda : 1. Hipertensi arterial, sehubungan dengan adanya embolisme vaskuler 2. Nadi frekuensi dapat bervariasi 3. Disritmia, perubahan Elektro Kardiogram Gram (EKG) 4. Desiran pada karotis, femoralis, arteri iliaka atau aorta yang abnormal.

c. Integritas ego Gejala : Perasaan tidak berdaya, putus asa Tanda : 1. Emosi yang labil 2. kesulitan untuk mengekspresikan diri d. Eliminasi Gejala : 1. Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria 2. distensi abdomen (distensi kandung kemih) bising usus negatif. e. Makanan atau cairan Gejala :

1. Nafsu makan hilang 2. Mual muntah 3. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorok, disfagia 4. Adanya riwayat Diabetes Melitus (DM) peningkatan lemak dalam darah Tanda : 1. Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal) 2. Obesitas (faktor resiko)

f. Neurosensori Gejala : 1. Sinkope atau pusing, sakit kepala 2. Kesemutan atau kibas 3. Penglihatan menurun seperti buta total 4. Kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monookuler), penglihatan ganda (diplopia) 5. Sentuhan hilangnya rangsangan sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan) pada ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi lateral (yang satu sisi) pada wajah 6. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman Tanda : 1. Situasi mental atau tingkat kesadaran, bisanya terjadi koma pada tahap awal hemorragik 2. Gangguan tingkah laku letargi, apatis, mengerang 3. Gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah 4. Ekstremitas kelemahan atau paralisis, genggaman tidak sama, reflek tendon melemah secara kolateral 5. Wajah paralisis 6. Afasia : gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik (kesulitan mengungkapkan kata), (afasia sensorik) yaitu kesulitan untuk memahami kata-kata secara bermakna atau afasia global (gabungan)

Pemeriksaan Sistem Saraf (Neurosensori):

2. Fungsi sensorihipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang. 3. Fungsi saraf cranial : -bauan

nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi,

c. Nervus III ( okulomotorius) d. Nervus IV ( troklear) e. Nervus VI ( abdosen ) f. Pengaturan gerakan gerakan mata

i. Nervus VIII (vest

akan otot stemokleidomastoid dan trapezeus

Pemeriksaan Reflek 1 Refleks Biseps Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontaksi biseps 2 Refleks Brakhioradialis Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi 3 Refleks patella Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetuk tendon patella tepat dibawah patella 4 Refleks ankle

Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar 5 Refleks kontraksi abdominal Refleks superficial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen

6 Refleks Babinski Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortiko spinal. (Smeltzer, 2002 : 2126) g. Nyeri atau kenyamanan Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang beda Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot, atau afasia h. Pernafasan Gejala : Merokok (faktor resiko) Tanda : 1. Ketidakmampuan menelan atau batuk atau hambatan jalan nafas timbulnya pernafaan sulit atau tidak teratur 2. suara nafas terdengar ronchi (aspirasi sekret) i. Keamanan Tanda : 1. Motorik atau sensorik : masalah dengan penglihatan 2. Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh 3. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalinya dengan baik 4. Gangguan berespon terhadap panas dan dingin 5. Gangguan regulasi tubuh, kesulitan menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri. j. Interaksi sosial

Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi k. Penyuluhan dan pembelajaran Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian konstrasepsi oral, alkohol (Doenges, 2000 : 291-292) Diagnosa keperawatan a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot gerak b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot gerak c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake / disfagia d. Peruahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan trauma / kerusakan neurologis e. Perubahan perespsi sensori penglihatan berhubungan dengan trauma/ kerusakan neurologis f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan koordinasi otot oral g. Resti cidera berhubungan dengan gangguan koordinasi h. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah vasospasme serebral, infark serebral i. Pola napas tak efektif berhubungan dengan kemampuan kontrol pernapasan terganggu (Doenges, 2000 : 293-305; Hudak & Gallo, 1996: 266) Fokus Intrevensi a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot gerak TUM : Mempertahankan mobilitas fisik TUK : 1). Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh 2). Menunjukkan kemungkinan perilaku melakukan aktifitas Intervensi : 1). Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal Rasional : Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan bantu dalam pemilihan terhadap intervensi

2). Ubah posisi minimal setiap 2 jam Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma / iskemia jaringan 3). Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua akstremitas Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkualasi, membantu mencegah kontraktur 4). Tinggikan kepala Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema ( Doenges, 2000 : 295 ) b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot gerak TUM : Melakukan aktifitas sehari-hari dalam tingkat kemampuan sendiri TUK : Tampak beraktifitas secara mandiri Intervensi : 1). Kaji tingkat kemampuan pasien Rasional : Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual 2). Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Rasional : Mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan 3). Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan / keberhasilannya. Rasional : Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinue 4). Letakkan makanan dan alat-alat lainnya pada posisi yang tidak sakit. Rasional : Pasien akan dapat melihat untuk memakan makanananya ( Doenges, 2000 : 301 ) c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake, disfagia TUM : Intake makanan adekuat TUK : Dapat makan secara tepat Intervensi

1). Bantu pasien dengan mengontrol kepala Rasional : Menetralkan hiperektensi, membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan kemampuan untuk menelan 2). Letakkan pasien pada posisi duduk / tegak selama dan sesudah makan Rasional : Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses makan 3). Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan dinding diatas bibir Rasional : Membantu melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler 4). Berikan makanan lunak Rasional : Makanan lunak lebh mudah mengendilkannya di dalam mulut

5). Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan Rasional : Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang akan meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan ( Doenges, 2000 : 304 ) d. Perubahan persepsisensori pendengaran berhubungan dengan trauma/ kerusakan neurologis TUM : Tidak terjadi perubahan pesepsi sensori pendengaran TUK : 1). Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual 2). Tidak ada perubahan komunikasi Intervensi : 1). Kurangi kebisingan (stimulasi berlebihan ) Rasional : Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan / kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebihan 2). Bicara dengan tenang, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek Rasional : Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam masalah pemahaman tindakan ini dapat membantu pasien dalam berkomunikasi

3). Berikan stimulasi pendengaran Rasional : Membantu pasien untuk meningkatkan fungsi pendengaran

4). Lindungi dari bahaya tubuh Rasional : Meningkatkan pasien dan menurunkan resiko trauma ( Doenges, 2000 : 300 ) e. Perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan trauma./ kerusakan neurologis TUM : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan TUK : 1). Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi penglihatan 2). Dapat mengenal objek sekitar Intervensi : 1). Evaluasi adanya gangguan penglihatan Rasional : Munculnya gangguan penglihatan untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan motorik dan meningkatkan risiko terjadinya cidera 2). Letakkan benda dalam jangkauan lapang penglihatan yang normal Rasional : Membantu menurunkan masalah persepsi 3). Ciptakan lingkungan yang nyaman Rasional : Membatasi jumlah stimulasi penglihatan dan menurunkan resiko terjadinya kecelakaan

4). Anjurkan orang terdekat untuk selalu berada di dekat pasien Rasional : Membantu pasien dalam pengenalan objek dan resiko terjadinya cidera ( Doenges, 2000 : 300 ) f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan koordinasi otot oral TUM : Tidak terjadi ganguan verbal TUK :

1). Tidak ada gangguan bicara 2). Memperlihatkan kemampuan untuk mengerti Intervensi 1). Kaji derajat disfungsi seperti pasien tidak memahami kata Rasional : Membantu menentukan daerah dan derjat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa / atau seluruh tahap proses komunikasi 2). Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik 3). Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik 4). Bicara dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat Rasional : Menurunkan kebingungan seama proses komunikasi ( Doenges, 2000 : 298 ) g. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan gangguan koordinasi TUM : Tidak terjadi cidera TUK : 1). Tidak ada gangguan koordinasi motorik 2). Tidak mengalami cidera Intervensi : 1). Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan / kaki, mulut / otot wajah yang lain. Rasional : Berikan mencerminkan adanya kerusakan Sistem Saraf Pusat (SSP) 2). Berikan keamanan pada pasien deangan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur Rasional : Menurunkan resiko cidera 3). Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan / gerakan dengan adanya bantuan sesuai membaiknya keadaannya. Rasional : Menurunkan resiko tinggi cidera

( Doenges, 2000 : 314 ) h. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah vasospasme serebral, infrak serebri. TUM : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan serebral TUK : 1). Tingkat kesadaran membaik 2). TTV stabil Intervensi : 1). Kaji faktorfaktor yang berhubungan dengan penurunan kesadaran Rasional : Mempengaruhi penetapan intervensi 2). Pantau TTV Rasional : Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral 3). Kaji adanya rigiditas, kegelisahan, serangan kejang Rasional : Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal yang memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya 4). BerikanO2 sesuai indikasi Rasional : Menurunkan hipoksia 5). Kolaborasi medis : vasodilatasi perifer Rasional : Memperbaiki sirkulasi kolateral ( Doenges, 2000 : 293 ) i. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kemampuan kontrol pernapasan terganggu TUK : Pola napas TUM : 1). Bebas sianosis 2). Tidak ada hipoksia Intervensi :

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan Rasional : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmunal atau menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak 2. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi Rasional : Untuk memudahkan ekspansi paru/ ventilasi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas 3. Anjurkan pasien untuk napas dalam Rasional : Mencegah/menurunkan atelektasis 4. BerikanO2 sesuai indikasi Rasional : Menurunkan hipoksia ( Doenges, 2000 : 293 )

B. Keperawatan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Pengertian keluarga menurut beberapa para ahli : a. Duvall Sekumpulan orang yang berhubungan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan mencipatakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota b. WHO, 1969 Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan c. Berges, 1962 Yang dimaksud keluarga adalah : 1. Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan / hubungan sedarah atau hasil adopsi 2. Adnggota tinggal bersama dalam satu rumah

3. Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial 4. Mempunyai kebiasaan / kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetap mempunyai keunikan sendiri

d. Helvei, 1981 Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubugan yang erat e. Salvision G. Bailon dan Aracellis Maglaya, 1989 Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinterkasi satu sama lain, dan didalam perannya masing masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. f. Departemen Kesehatan RI, 1998 Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal; disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Dari pengertian tersebut diatas tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik. d. Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Mubarak 2006. P. 225 256) 2. Definisi Keperawatan Kesehatan Keluarga Mubarak (2006) menyatakan, Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan, kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya. (p. 306)

3. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga Mubarak (2006) menyatakan, tujuan keperawatan kesehatan keluarga adalah meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga. (p. 307) 4. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiridari bermacam-macam diantaranya adalah: a. Patrilincal Patrilincal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis itu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah seistri d. Pastrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami e. Keluarga Kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga ada beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. (Mubarak, 2006, p.256) 5. Tipe Keluarga Tipe keluarga antara lain : a. Tradicional nuclear Keluarga inti yang terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksisanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu / keduanya dapat bekerja diluar rumah. b. Extented family Pembuatan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami / istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

c. Reconstitud nuclear Pembuatan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami / istri tinggal dalam perkawinan satu rumah dengan anak anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah d. Niddle age / aging couple Suami istri pencari uang, istri dirumah / kedua duanya bekerja dirumah, anak anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan / meniti karier. e. Dyadic nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja diluar rumah. f. Single parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat ditinggal di rumah / diluar rumah g. Dual carrier Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak h. Commuter married Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu waktu tertentu. i. Single adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin j. Three generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah k. Institusional Anak-anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti l. Comunal Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami degan anak-anaknya dan bersama-sana dalam penyediaan fasilitas. m. Group marriage

Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang dari anak-anak n. Unmarraried parent and child Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi o. Cohibing couple Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin (Mubarak, 2006, p. 25 7 258)

6. Fungsi Keluarga Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : a. Fungsi Biologis 1. Untuk meneruskan keturunan 2. Memelihara dan membesarkan anak 3. Memenuhi kebutuhan gizi buruknya b. Fungsi Psikologis 1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga 2. Memberikan perhatian diantara keluarga 3. Memberikan kedewasaan kepribadian angota keluarga 4. Memberikan identitas keluarga c. Fungsi Sosialis 1. Membina sosialisasi pada anak 2. Membentuk norma norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing 3. Meneruskan nilai nilai budaya

d. Fungsi Ekonomi 1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang

e. Fungsi pendidikan 1. Fungsi menyebalkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki 2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan deasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang deasa 3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya (Mubarak, 2006: 264-265) 7. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan. b. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengobati dan memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota kelompok mempunyai masalah kesehatan dan akan berpengaruh terhadap anggota kelompok yang lain. d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu, keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggota. e. Keluarga mempunyai perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan (Mubarak (2006, p.275) 8. Fokus Pengkajian Keluarga a. Data Umum Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah : 1. Nama Kepala Keluarga (KK) Menanyakan seorang yang berperan sebagai kepala keluarga dimana pencari nafkah dan mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga. 2. Alamat

Menanyakan tempat tinggal atau daerah dimana terdapat keluarga yang anggota keluarganya. 3. Pekerjaan kepala keluarga Menanyakan tingkat kemampuan keluarga (dana) untuk merawat anggota yang sakit, dan mempunyai pekerjaan selain yang dimiliki. 4. Pendidikan kepala keluarga Menanyakan tingkat pengetahuan kepala keluarga dimana keluarga akan ditunjuk sebagai pengambil keputusan dalam keluarga untuk merawat anggota keluarga. 5. Komposisi keluarga Menanyakan semua anggota keluarga yang ada.

6. Tipe keluarga Menanyakan mengenai jenis keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi di keluarga. 7. Suku bangsa Menanyakan asal suku bangsa keluarga tersebut serta terindentifikasi budaya suku bangsa tersebut. 8. Agama Menanyakan agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi. 9. Status sosial ekonomi Menanyakan tingkat pendapatan keluarga, hal ini digunakan untuk menentukan kecukupan pendapatan keluarga untuk biaya perawatan anggota keluarga. 10. Rekreasi Menanyakan kepada keluarga tentang aktivitas rekreasi, rekreasi tidak hanya dilihat dari kebiasaan keluarga mengunjungi tempat tertentu, tapi menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan kegiatan rekreasi. b. Riwayat dari tahap perkembangan keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Menanyakan tahap perkembangan keluarga yaitu ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menanyakan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3. Riwayat keluarga saat ini Menanyakan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi) sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Menanyakan mengenai riwayat penyakit stroke pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian lingkungan 1. Karakteristik rumah Menanyakan karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, perletakan perabotan rumah tangga, jenis septictank, jarak septictank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menanyakan karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan lingkungan fisik / kesepakatan penduduk setempat budaya setempat yang berpengaruh kesehatan khususnya untuk penyakit stroke. 3. Mobilitas geografis keluarga Menanyakan mobilitas keluarga dimana dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat dapat mempengaruhi penyakit stroke. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menanyakan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana keluarga interaksi dengan masyarakat. 5. Sistem pendukung keluarga

Menanyakan tentang jumlah keluarga yang sehat. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan (penyakit stroke) fasilitas mencakup fasilitas fisik. Fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. Apa yang dimiliki keluarga untuk menunjang status kesehatan.

d. Struktur keluarga 1. Pola komunikasi keluarga Menanyakan mengenai cara berkomunikasi antar keluarga dan bagaimana cara mengungkapkan penyakit stroke yang diderita oleh salah satu anggota keluarga. 2. Struktur kekuatan anggota keluarga Menanyakan kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku merawat penyakit stroke. 3. Struktur peran Menanyakan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. e. Fungsi keluarga 1. Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji yaitu menanyakan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki oleh keluarga. Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling percaya 2. Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit stroke. 3. Fungsi perawatan kesehatan Menanyakan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit stroke. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sakit stroke. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit stroke, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. Hal-hal yang perlu dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga mengambil keputusan. b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah: 1. Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah 2. Apakah masalah kesehatan dirasakan keluarga 3. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami 4. Apakah keluarga merasa takut akan akiat dari tindakan penyakit 5. Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan 6. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada 7. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan 8. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit stroke, yang perlu dikaji adalah : 1. Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat penyebaran, komplikasi, diagnosa dan cara perawatannya) 2. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan / financial, fasilitas fisik, psikososial) 3. Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan d. Untuk mengatasi sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah : 1. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki 2. Sejauhmana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan 3. Sejauhmana keluarga mengatasi pentingnya hygiene sanitasi 4. Sejauhmana kekompakan antar keluarga

e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah : 1. Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan 2. Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan 3. Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan 4. Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a. Berapa jumlah anak b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga 5. Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah : a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f. Stress dan koping keluarga 1. Stressor jangka pendek dan panjang a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam wakt b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu > 6 bulan 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor 3. Strategi koping yang digunakan Bagaimana strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan sehubungan dengan penyakit stroke 4. Strategi adaptasi disfungsional

Menanyakan mengenal strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan sehubungan dengan penyakit stroke. g. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : Lemah atau tidak berdaya 2. Kesadaran : Perubahan tin gkat kesadaran 3. TTV :Hipertensi, takikardia, sesak nafas 4. Kepala : Simetris, ekspresi wajah 5. Rambut :Rontok atau tidak 6. Muka :Asimetris muka gerakan-gerakan abnormal 7. Mata :Adakah gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), kaji dengan GCS ( Glaso Coma Scale) 8. Mulut :Ada sianosis atau tidak, asimetris, pelo 9. Hidung :Ada epistaksis (mimisan), adakah gangguan dalam penciuman (peka atau kurang peka dalam mencium bau-bauan) 10. Leher :Adakah distensi vena jugularis 11. Dada :Adakah dispnea, penggunaan alat aksesoris pernapasan, bunyi tambahan, chrakles, mengi, disritmia terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 pergeseran ventrikel kiri. 12. Abdomen :Adakah kembung, nyeri abdomen 13. Extremitas :Sianosis, edema, perubahan warna kulit, pengisian kapiler mungkin lambat, paralysis atau tidak. hemiplegi atau tidak 14. Kulit :Sianosis, diaforesis. (Doenges, 2000 : 290) h. Harapan keluarga Menanyakan tentang sejauhmana harapan keluarga terhadap petugas kesehatan terutama penyakit stroke.

9. Perumusan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat. Komponen diagnosa keperawatan meliputi : Problem(P) atau masalah, Etiologi(E) atau penyebab, Sign(S) atau tanda.

a. Menyusun diagnosa keperawatan keluarga aktual, resiko dan potensial mengacu pada rumus : 1) Diagnosa Aktual : P + E + S 2) Diagnosa Resiko : P + E 3) Diagnosa Potensial : P (Hidayat, 2007: 106) b. Menentukan etiologi diagnosa keperawatan keluarga menggunakan 5 tugas pokok keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan 1) Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena : a). Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta. b). Rasa takut akibat masalah yang diketahui. c). Sikap dan falsafah hidup. 2) Ketidaksangupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan yang tepat, disebabkan karena : a). Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah. b). Masalah kesehatan tidak begitu menonjol. c). Keluarga tidak mampu memecahkan masalah karena kurang pengetahuan. d). Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan. e). Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga. f). Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada. g). Takut dari akibat tindakan. h). Sikap negatif terhadap masalah kesehatan. i). Fasilitas kesehatan tidak berjangkau. j). Kurang percaya terhadap petugas kesehatan. k). Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :

a). Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatanya serta pertumbuhan dan perkembangan. b). Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan. c). Kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. d). Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya : keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan. e). Sikap negatif terhadap yang sakit. f). Konflik individu dalam keluarga. g). Sikap dan pandangan hidup. h). Perilaku yang mementingkan diri sendiri. 4) Ketidaksanggupan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena : a). Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab / wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. b). Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah. c). Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan. d). Konflik personal dalam keluarga. e). Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit. f). Sikap dan pandangan hidup. g). Ketidakkompakan keluarga, karena mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh tak acuh. 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena : a). Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada. b). Tidak memahami keuntungan yang diperoleh. c). Kurang percaya terhadap petugas kesehatan. d). Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan. e). Rasa takut pada akibat dari tindakan.

f). Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan. g). Tidak ada fasilitas yang diperlukan. h). Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat. i). Sikap dan falsafah hidup. (Effendi, 1998 : 50-51) c. Kriteria Yang dapat Mempengaruhi Penentuan Prioritas Masalah 1. Sifat masalah Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasnaya masalahnya diraskaan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan biasanya dapat membrikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan baik.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). 3. Potensi masalah bila dicegah Ada sifat dan beratnya maslaah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah. 4. Menonjol masalah Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. (Mubarak, 2006. P. 239 294)

d. Proses Skoring 1. Tentukan skore untuk setiap kriteria yang telah dibuat 2. Selanjutnya skore dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot Skore Angka tertinggi 3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria, skore tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot.

Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978 : Tabel 2.1 Proses Skoring No. Kriteria Nilai Bobot 1. Sifat masalah a. Tidak / kurang sehat b. Ancaman kesehatan c. Krisis atau keadaan sejahtera 3 2 11 2. Kemungkinan masalah dapat diubah a. Dengan mudah b. Hanya sebagian c. Tidak dapat 2 1 02 3. Potensial masalah untuk dicegah a. Tinggi b. Cukup c. Rendah

3 2 11 4. Menonjolnya masalah a. Masalah berat, harus segera ditangani b. Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani c. Masalah tidak dirasakan 2

01

(Mubarak, 2006, p. 296) 10. Perencanaan Keperawatan Keluarga a. Ciri-ciri perencanaan keluarga 1) Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi. 2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dppelajari dan pikiran yang logis. 3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan massa yang akan datang. 4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi. 5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan. 6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus. (Effendi, 1998: 54) b. Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan: 1) Mementukan sasaran atau gol

Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama keluarga. 2) Menentukan tujuan atau objekstif Ciri tujuan atau objective adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistic dan ada batasan waktu 3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah 4) Menentukan kriteria dan standart kriteria Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai (Mubarak, 2006, p. 295-297)

Vous aimerez peut-être aussi