Vous êtes sur la page 1sur 16

NAMA NIM KELAS 1.

: UMI FADILAH : 110210103034 :A

Aspergilus flavus Aspergillus flavus pada sistem klasifikasi yang terdahulu merupakan

spesies kapang yang termasuk dalam Divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Tallophyta : Kapang imperfecti, : Moniliales : Moniliaceae : Aspergillus : Aspergillus flavus Klasifikasi yang lebih baru memasukkan genus Aspergillus dalam Ascomycetes berdasarkan evaluasi ultrastruktural, fisiologis, dan karakter biokimia mencakup analisis sekuen DNA. Kapang dari genus Aspergillus menyebar luas secara geografis dan bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan bergantung pada spesies kapang tersebut dan substrat yang digunakan. Aspergillus memerlukan temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini, sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia. Hampir semua anggota dari genus Aspergillus secara alami dapat ditemukan di tanah dimana kapang dari genus tersebut berkontribusi dalam degradasi substrat anorganik. Spesies Aspergillus dalam industri secara umum digunakan dalam produksi enzim dan asam organik, ekspresi protein asing serta fermentasi pangan. Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada bijibijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis

substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.

Tampilan mikroskopis dari Aspergillus flavus Tampilan mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400-800 m) dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuning kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak berwarna, sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Keberagaman ceruk ekologi yang dicakup oleh Aspergillus subgenus Aspergillus bagian Flavi (grup Aspergillus flavus) dipadukan dengan kemampuan beberapa spesiesnya untuk memproduksi aflatoksin menjadikan grup Aspergillus flavus sebagai grup yang paling banyak dipelajari hingga saat ini. Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting. Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh

kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan bagian grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya sebagai patogen pada tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen toksin paling penting dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi produk agrikultur. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus mampu mengakumulasi aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan berbeda. Aspergillus sp. umumnya mampu tumbuh pada suhu 6-60C dengan suhu optimum berkisar 35-38C. Aspergillus flavus dapat tumbuh pada Rh minimum 80% (aw minimum=0.80) dengan Rh minimum untuk pembentukan aflatoksin sebesar 83% (aw minimum pembentukan aflatoksin=0.83). Rh minimum untuk pertumbuhan dan germinasi spora adalah 80% dan Rh mininum untuk sporulasi adalah 85%. Kenaikan suhu, pH, dan persyaratan lingkungan lainnya akan menyebabkan aw minimum bertambah tinggi. Aspergillus flavus tidak akan tumbuh pada kelembaban udara relatif di bawah 85% dan kadar air di bawah 16%. Aw minimum yang dibutuhkan Aspergillus flavus untuk tumbuh adalah 0.80. Aspergillus flavus menyebabkan penyakit dengan spektrum luas pada manusia, mulai dari reaksi hipersensitif hingga infeksi invasif yang diasosiasikan dengan angioinvasion. Sindrom klinis yang diasosiasikan dengan kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis kronis, keratitis, cutaneous aspergillosis, infeksi luka, dan osteomyelitis yang mengikuti trauma dan inokulasi. Semntara itu, Aspergillus flavus cenderung lebih mematikan dan tahan terhadap antifungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus yang lainya .Selain itu, kapang tersebut juga mengkontaminasi berbagai produk pertanian di lapangan, tempat penyimpanan, maupun pabrik pengolahan sehingga meningkatkan potensi bahaya dari Aspergillus flavus. Penyebaran Aspergillus flavus yang merata sangat dipengaruhi oleh iklim dan faktor geografis Pertumbuhan Aspergillus flavus dipengaruhi oleh lingkungan seperti kadar air, oksigen, unsur makro (karbon, nitrogen, fosfor, kalium dan

magnesium) dan unsur mikro (besi, seng, tembaga, mangan dan molibdenum). Faktor lain yang juga berpengaruh antara lain cahaya, temperatur, kelembaban dan keberadaan kapang lain. Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan Aspergillus flavus berkisar pada 30C dengan Rh 95%. Secara umum kapang adalah organisme aerobik sehingga gas O2 dan N2 akan menurunkan kemampuan kapang untuk membentuk aflatoksin. Efek penghambatan oleh CO2 dipertinggi dengan menaikkan suhu atau menurunkan Rh dengan kadar O2 minimum 1% untuk pertumbuhan. Perlakuan dan analisis yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah penurunan produksi aflatoksin dalam lingkungan laboratorium (Afiandi,2011). 2. Penicillium expansum Thallus (miselium) biasanya terdiri dari sebuah jaringan yang bercabang multinukleat, berseptate, hifa biasanya tidak berwarna. Banyak-bercabang konidiofor tumbuh pada miselia tersebut, bantalan conidiospores individual terbatas. Para conidiospores adalah rute penyebaran utama dari jamur, dan sering hijau. Reproduksi seksual melibatkan produksi ascospores, dimulai dengan fusi dari archegonium dan antheridium, dengan berbagi inti. Para ASCI teratur didistribusikan mengandung delapan ascospores uniseluler masing-masing

(Penicillium expansum)

3. Fusarium oxysporum Deskripsi - Koloni pada media mencapai diameter 3,5-5,0 cm. - Miselium tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat pada permukaan medium (Gandjar dkk, 1999). - Konidiofor bercabang cabang biasanya 1 sampai 3 sel cabang yang membentuk lingkaran. - Konidium hialin dan bersekat satu terbentuk pada cabang utama atau cabang samping. - Mikrokonidium hialin, lonjong atau tegak memanjang berukuran 5-7 x 2,5-3 m. - Makrokonidium hialin, berbentuk sabit, bertangkai kecil memiliki sekat 3 sampai 5 tetapi kebanyakan bersekat 4, berukuran 22-36 x 4-5 m. - Klamidospora bersel satu bulat atau menjorong terbentuk di tengah hifa pada makrokonidium (Weber, 1973). - Hifa dari jamur ini terdapat di bagian sel dan antar sel jaringan tanaman inang. Jumlah hifa banyak pada seluruh pembuluh, kemudian menyebar dengan sistem beragam dan akhirnya menginfeksi pada bagian pangkal akar (Mehrotra, 1983). Peranan
- mampu mengurai minyak mentah dan beberapa turunannya

seperti chrysene dan n-octadecane


- Pada manusia: bersifat patogen, antara lain menyebabkan infeksi jamur

pada kornea (fungal keratitis), kuku (onychomycosis), dan kulit (hyalohyphomycosis). Siklus Hidup

Konidium Fusarium oxysporum f .sp. cubense berkembang menjadi klamidospora. Klamidospora biasanya berada pada jaringan yang membusuk atau di dalam tanah dan akan terangsang berkecambah bila terdapat perakaran tanaman pisang. Setelah berkecambah miselium akan menghasilkan konidia dalam waktu 6-8 jam, sedang klamidospor terbentuk dalam waktu 2-3 hari. Di dalam jaringan pembuluh tanaman, jamur tumbuh dan masuk kejaringan parenkim yang berdekatan dan menghasilkan sejumlah besar konidia dan klamidospora. Konidia ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang dapat kembali masuk ke dalam tanah ketika jaringan yang terinfeksi mati dan membusuk. Klamidospora ini tetap hidup dan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam tanah . siklus penyakit akan berulang bila klamidospora ini berkecambah dan tumbuh kembali baik sebagai saprofit atau menyerang tanaman inang (Lubis danPinem, 2004). (Anonim, 2011) 4. Saccharomyces cerevisiae

Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae Domain Kingdom Subkingdom Phylum Subphylum Class Order Family Genus Scientific name : Eukaryota : Fungi : Dikarya : Ascomycota : Saccharomycotina : Saccharomycetes : Saccharomycetales : Saccharomycetaceae : Saccharomyces : Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis fungi yang paling dikenal dan sering digunakan oleh manusia. Karena kemampuannya memetabolisme gula menjadi etanol dan gas karbondioksida, spesies ini sejak dulu telah digunakan dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi molekuler, Saccharomyces cerevisiae adalah organisme contoh bagi eukariota, yang peta genetiknya sudah dipahami dengan lengkap. Saccharomyces cerevisiae termasuk dalam filum Ascomycota. Khamir seringkali hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar khamir tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pewarnaan ini ada yang bersifat non-diferensial dan diferensial. Pewarnaan non-diferensial hanya bertujuan agar khamir yang diamati tampak jelas atau kontras dengan latar belakangnya. Pewarnaan differensial bertujuan agar dapat membedakan antara jenis bakteri yang berbeda. Contoh pewarnaan differensial adalah pewarnaan khamir dengan methylen blue sehingga sel mati dan sel hidup memiliki warna yang berbeda, dan pewarnaan tahan asam sehingga sel yang tahan asam akan berwarna merah, sedangkan sel lain tidak. Pengamatan Morfologi dan PK Khamir Saccharomyces cerevisiae adalah khamir bertunas yang paling umum digunakan untuk pembuatan roti dan fermentasi bir. Saccharomyces cerevisiae juga merupakan organisme model di laboratorium karena merupakan eukariota uniseluler yang memiliki keunggulan mudah dikulturkan, tumbuh dengan cepat, genomnya sudah dipetakan dan dapat dengan mudah menerima transfer gen. Saccharomyces cerevisiae dilihat dengan mikroskop tanpa perwarnaan dan akan terlihat sebagai bintik-bintik transparan. Dalam percobaan ini, pewarnaan dengan methylen blue bukan bertujuan agar Saccharomyces cerevisiae terlihat, tetapi memiliki tujuan differensial yaitu agar sel yang mati dan sel yang hidup terlihat memiliki warna berbeda. Methylen blue merupakan indikator berbentuk kristal yang bila larut dalam air akan membentuk cairan berwarna biru. Methylen blue menjadi tidak berwarna dengan kehadiran enzim aktif, oleh karena itu, sel khamir yang hidup akan tampak transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaaan enzim

aktif, methylen blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang mati akan tampak berwarna biru. Pengamatan Spora Khamir Pengamatan spora khamir menggunakan metode pewarnaan tahan asam atau Ziehl Neelsen (ZN). Pewarnaan ini menggunakan pewarna utama carbol fuksin yang berwarna merah. Askus yang berisi spora khamir akan tampak sebagai kumpulan yang sedikit berwarna kemerahan. Hal ini dikarenakan spora Saccharomyces cerevisiae tersimpan dalam askus yang cukup kuat bertahan dari berbagai cekaman lingkungan seperti kekeringan dan asam. Oleh karena sifat askus ini, Saccharomyces cerevisiae dapat diawetkan dalam bentuk ragi. Saccharomyces cerevisiae memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara seksual dan aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas. Cara seksual yaitu dengan fusi (penggabungan) dua sel dengan mating type (tipe perkawinan) yang berbeda. Saccharomyces cerevisiae memiliki mating type a dan . Zigot hasil fusi ini kemudian akan membentuk 4 spora dalam askus. Normalnya askus ini berisi dari 2 spora a dan 2 spora . Spora ini akan tumbuh menjadi sel kemudian berkembang dengan cara bertunas hingga terjadi fusi kembali (Monruw, 2011[Online]) Cara Reproduksi Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke dalamnya, sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nucleus dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup. Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleus nya yang diploid (2n) membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid (n). Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini

askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur hidupnya (Mayasari,2012 [Online]). 5. Mucor mucedo. adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales. hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, misalnya, kotoran hewan dan roti busuk. Dari miselium pada subtratnya muncul benang-benang tegak dengan sporangium pada ujungnya.Sporangium ini berisi spora. Jika sporangium sudah matang, akan pecah sehingga spora akan tersebar keluar. Spora akan tumbuh menjadi miselium baru. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan gametangium.

Deskripsi Merupakan fungi tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor. Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang berkolomkolom atau kolumela (Singleton dan Sainsbury, 2006). 6. Candida albican

Candida albican Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh akan bekerja dengan cara memakan Candida. Antibiotik, pil pengontrol kehamilan, kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan kemoterapi akan membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga menyebabkan jumlah Candida tidak terkendali. Saat pertumbuhannya berlebihan, Candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan, berubah menjadi jamur, dan membentuk struktur seperti akar yang disebut rizoid. Struktur rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang berukuran mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak tercerna, serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah. Kondisi tersebut disebut sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome). Kebocoran pada dinding usus akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran reproduksi, jantung, dan kulit

Candida albicans

7. Rhizopus stolonifer Jamur Roti (Rhizopus Stolonifer) Klasifikasi dari Rhizopus Stolonifer adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Fungi : Zygomycota : Zygomycetes : Mucorales : Mucoraceae : Rhizopus : Rhizopus stolonifer

Rhizopus Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : dapat tumbuh pada suhu 5oC 37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25oC. AW berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium telah terjadi pertumbuhan pada MY50G agar mudah(0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorales, R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik.Miselium dari R.stolonifera adalah yang terdiri atas tiga jenis haploid yang berbeda hyphae.Bagian terbesar dari miselium terdiri dari dengan cepat bertumbuh hyphae yang bersifat senositik (multinucleate) dan takbersekat (tidak yang dibagi oleh dinding lintang ke dalam sel-sel atau kompartemen-kompartemen).Dari ini semua, cincin busur hyphae geragih-geragih dibentuk.Geragih-geragih dari rizoidrizoid di mana saja ujung-ujung mereka berhubungan substrat.Sporangia membentuk di ujung sporangiofor-sporangiofor, yang bersifat cabang lurus membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid.Masing-masing sporangium mulai sebagai suatu bengkak ke dalam dimana sejumlah nucleus mengalirkan, dan itu adalah pada akhirnya dikerat dari sporangiofor-sporangiofor oleh pembentukan suatu sekat.Protoplasma di dalam dibelah, dan suatu dinding sel dibentuk di sekitar masing-masing spora.Sporangium menjadi hitam karena mendewasakan, memberi warna karakteristik cetakan nya.Masing-masing spora, ketika dibebaskan, dapat berkecambah untuk menghasilkan suatu miselium yang baru. Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang biasanya berlabel + dan -..Ketika tegangan keduanya di dalam sudah dekat,

menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya menyentuh dan memecahkan gametangia, dan kedua protoplas-protoplas multinucleate datang berkumpul. + dan nucleus bergabung untuk membentuk suatu zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu mengembangkan suatu tebal, mantel hitam keras dan menjadi tidur, sering kali untuk beberapa bulan-bulan.Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan.Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang serupa menghasilkan sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai kembali lagi.

Gambar 1.7 Siklus HidupRhizopus sp Rhizopus sp dapat kalian temukan diroti dan buah-buahan. Jika roti yang lembab disimpan ditempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Pada roti akan tumbuh bulatan hitam, yang disebut Sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora.

Gambar1.8 Rhizopus sp. Pada roti

Gambar1.9 Rhizopus sp (pada strowberry) Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi tempe ini mempunyai daya untuk memecah putih telur dan lemak. Oleh karena itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan oncom putih. Jamur tempe mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan dari kacang kedelai. Dalam waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa tersebut akan membungkus kedelai yang kemudian disebut tempe. Selain pada tempe, jamur ini juga dapat tumbuh di tempat-tempat yang lembab.

Gambar 2 Rhizopus stolonifer

8.

Aspergilus niger Aspergillus niger untuk menjernihkan sari buah. Aspergillus bersifat

saprofit dan terdapat di mana-mana, baik di negara tropika maupun subtropika. Aspergillus hidup pada makanan, sampah, kayu, dan pakaian. Hifa Aspergillus bercabang-cabang. Pada hif tertentu muncul konidior (pembawa konidia) yang memiliki konidiaspora yang tumbuh radial pada konidiofor. Coba perhatikan jamur berwarna kekuningan atau kecokelatan pada roti dan periksalah dengan mikroskop.

Gambar Aspergillus niger

Vous aimerez peut-être aussi