Vous êtes sur la page 1sur 22

ASKEP HERPES ZOSTER 03.

11 Askep No comments PENGERTIAN Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varicella, yaitu virus varicella zoster. Herpes ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Insiden herpes zoster tersebar merata diseluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

ETIOLOGI Herpes zoser disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 mm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. Virus varicella zoster (VVZ) dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relative luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA. PATOFISIOLOGI Infeksi primer dari virus varicella zoster ini pertama kali terjadi didaerah nasofaring. Disini vivus mengadakan replikasi dan dilepas kedarah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatif.keadaan ini diikuti masuknya virus kedalam Reticulo Endothelial Sytem (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sesoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibody yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dan virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivitas dari virus sehingga terjadi herpes. Selama terjadi varicella, virus varicella zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermetom sesuai dengan lokasi ruam varicella yang terpadat. Aktivasi virus varicella zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan factor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.

PATOFLOW MANIFESTASI KLINIS Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.Gambaran paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang di persarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.Erupsi mulai dengan eritema makulopapular.Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.Seminggu sampai sepuluh hari kemudian,lesi mengering menjadi krusta.Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh.Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap,walaupun krustanya sudah menghilang.Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),cranial (20%),lumbal (15%),dan sacral (5%). TANDA DAN GEJALA Kadang-kadang didahului dengan demam. Neuralgia hebat pada orang tua,dapat terjadi beberapa hari sebelum kelainan kulit atau bersamasama. Kelainan kulit mula-mula berbentuk eritema yang kemudian menjadi papel yang akan bersatu membentuk bulae.Isi vesikel mula-mula jernih dan translusen,setelah beberapa hari menjadi keruh.Bila bercampur darah disebut herpes zoster haemoragik. Herpes zoster biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar limfe.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Apusan tzanek Penanaman virus tes serum antibody Pemeriksaan imunoklureserasi Pemeriksaan dengan mikroskop electron KOMPLIKASI Infeksi bakteri sekunder Eritema multiforme postherpatika PENATALAKSANAAN MEDIS Yang paling penting istarahat Untuk mengurangi neuralgia diberikan analgetik Untuk mencegah pecahnya vesikel diberi bedak salisil 2% Bila terjadi infeksi sekunder dapt diberi antibiotika local,misalnya salep kloramfenikol2%

Pendahuluan Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan sebutan Cacar Air. Cacar air atau Varicella simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster dan sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit Cacar (Variola) yang memiliki angka kematian cukup tinggi. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya. Penyakit ini disebarkan secara aerogen. 1. Etiologi Virus varicella-zooster. Infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella atau cacar air (chicken pox) sedangkan reaktivasinya menyebabkan penyakit herpes zoster1. 2. Sifat-sifat virus penyebab Varicella Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus. 3. Gambaran klinis Masa inkubasi Varicella biasanya 14 s/d 21 hari. Perasaan tidak enak badan dan demam adalah gejala-gejala paling dini, dan segera diikuti oleh ruam, yang mula-mula pada badan, dan kemudian pada wajah, anggota badan, dan selaput lendir pipi dan faring. Sampai 3-4 hari setelah gejalagejala tersebut, komplikasi jarang terjadi. Angka kematian jauh kurang dari 1% pada kasus tanpa komplikasi. Pada Varicella neonatal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran) angka kematian dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit defisiensi kekebalan tubuh, atau yang memperoleh obat imunosupresor, atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena Varicella berat dan kadang fatal. Infeksi virus varicella-zooster adalah penyakit yang beresiko menular tinggi. VZV adalah virus DNA untai ganda yang berukuran medium ( diameter 100-200 nm) yang termasuk dalam kelompok virus herpes dan secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan HSV4. Hanya ada satu tipe serologis. Virus ini berkembang lebih lambat dibandingkan HSV dan tidak dilepaskan dari sel yang terinfeksi. Infeksinya disebabkan oleh penghirupan dari sekresi respiratori dan saliva/ludah, atau dari kontak langsung dengan lesi kulit. Infeksi primer VZV menyebabkan cacar (chickenpox). Kemudian immunitas tubuh berkembang dan mencegah adanya infeksi lagi (infeksi kedua dari varicella), namun virus tersebut tetap menetap di dalam tubuh dan setelah beberapa lama, reaktivasi virus ini menyebabkan herpes zoster (shingles). Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan virus varicella. Setelah infeksi varicella primer, virus akan bertahan pada ganglia radiks dorsalis. Herpes zoster biasanya menyerang pasien yang berusia lanjut. Virus varicella yang dorman diaktifkan dan timbul vesikelvesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau disertai rasa nyeri yang hebat dan rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tapi saraf torakal, lumbal, atau cranial paling sering terserang3. Herpes zoster dapat berlangsung kurang lebih selama tiga minggu. Nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgia pascaherpetika dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan., bahkan kadang-kadang sampai beberapa tahun. Varicella dapat diidentifikasikan dari kumpulan vesikel-vesikel yang berkembang menjadi papul dan kemudian menjadi koreng (scab/crust). Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari. Terdapat gejala prodromal berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel

dengan bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul kemudia krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi. Mula-mula timbul di badan, mnyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata (konjungtiva), mulut, dan saluran nafas atas. Pada infeksi sekunder kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. Varicella biasanya lebih buruk dan lebih berpotensi menimbulkan komplikasi pada orang dewasa. Lesi varicella pada kulit dapat terinfeksi oleh staphylococci and streptococci yang menyebabkan impetigo sekunder, tetapi varicella pada anak-anak biasanya hanya terasa sakit yang ringan. 4. Komplikasi utama yang dapat terjadi antara lain adalah: Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: - Pneumonia karena virus - Peradangan jantung - Peradangan sendi - Peradangan hati - Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa) - Ensefalitis (infeksi otak). Pneumonia interstitial, yang mana dapat dideteksi dengan radiologi, walaupun seringkali subklinis, pada 20% orang dewasa balteri pneumonia sekunder juga dapat menjangkit. Keterlibatan CNS, yang terdiri atas suatu lymphocytic meningitis atau suatu encephalomyelitis. Komplikasi lainnya dapat berupa glomerulonefritis, otitis, arteritis, hepatitis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura). Thrombocytopenia dapat terjadi, tetapi biasanya tanpa gejala. Pada pasien dengan kekebalan tubuh rendah, khususnya anak-anak pengidap leukimia, varicella dapat menjadi penyakit yang mengancam nyawa. Setelah infeksi primer selama masa kehamilan, virus ini berkemungkinan menginfeksi fetus, tetapi dengan adanya antibodi maternal kemudian,maka infeksinya secara umum tidak akan memberi dampak serius. Sindrom varicella kongenital terjadi sampai 1-2% jika infeksi maternal terjadi pada trisemester pertama atu kedua2. Saat ibu terinfeksi beberapa hari sebelum atau sesudah persalinan, bayinya terpapar tanpa proteksi dari antibodi maternal dan dapat terjangkit penyakit yang serius. Imunisasi pasif dengan varicella-zooster immune globulin (VZIG) bisa melindungi atau mengurangi infeksi pada bayi. 5. Gejala Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

6. Diagnosis laboratorium VZV dan Pemeriksaan Penunjang Diagnosis klinis dapat dibantu dengan melakukan tes Immunoflouresence dari kerokan lesi menggunakan antibodi monoclonal spesifik dari VZV, menggunakan tes molekular untuk mendeteksi DNA VZV, atau dengan mengisolasi VZV pada kultur sel, walaupun efek sitopatik bisa memakan waktu beberapa minggu. Partikel virus Herpes dapat dilihat dengan mikroskop elektron pada cairan vesikel namun tidak bisa dibedakan dengan virus herpes lainnya dan HSV tertentu., yang juga dapat menyebabkan lesi vesikular. Infeksi terdahulu ditentukan dengan mendeteksi VZV IgG dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) atau metode-metode lainnya2. Hasil VZV IgM dapat sangat menbantu jika lesi di kulit telah disembuhkan dan diagnosis diperlukan untuk alasan klinis2. Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan sel berinti banyak. Diagnosis Banding Variola 7. Pengobatan Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan. Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut. Pengobatan untuk infeksi Varicella-Zooster Pengobatan secara non farmakologi Lesi kulit varicella dapat dirawat dengan mandi teratur dan melakukan beberapa Soothing Treatment untuk menghilangkan rasa gatal sehingga menghindari garukan pada lesi dan juga untuk menghindari infeksi sekunder. Pengobatan secara farmakologi sering kali tidak begitu diutamakan karena sebenarnya penyakit cacar/varicella ini hanya berupa infeksi ringan yang menyebabkan sedikit ketidaknyamanan. Pengobatan secara farmakologi VZV lebih tidak sensitif terhadap Aciclovir dibandingkan HSV, tetapi obat ini, atau obat lain seperti Famciclovir/Valaciclovir, dapat digunakan secara oral untuk mengobati varicella dan zoster. Selain itu, karena varicella dapat menyebabkan komplikasi pada orang dewasa dan remaja, maka pengobatan antiviral harus dilakukan khususnya untuk mengatasi terbentuknya lesi-lesi baru sehingga perluasan oleh virus dan gejala-gejalanya dapat dikurangi seminimal mungkin. Infeksi yang lebih buruk lagi harus diobati dengan intravenous aciclovir, khususnya pada kelompok resiko tinggi2. Untuk penatalaksanaan yang lebih sederhana, dijelaskan bahwa pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik. Untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa1. Diberikan bedak yang mengandung zat anti gatal seperti mentol dan kamfora untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini dan sekaligus menghilangkan gatal. Pada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salep daan oral. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus atau immunostimulator. 8. Kekebalan Infeksi Varicella akan meninggalkan kekebalan seumur hidup terhadap infeksi Varicella berikutnya.

9. Pencegahan Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh. Pencegahan terutama dianjurkan pada anak-anak dengan imunodefisiensi atau imunosupresi, menggunakan Imunoglobulin G dengan titer antibodi spesifik yang tinggi pada plasma yang dikumpulkan dari penderita konvalesen (penyembuhan) penyakit Herpes Zoster (GIVZ). GIVZ tidak mempunyai nilai terapi jika diberikan setelah penyakit Varicella mulai timbul. 10. Waktu karantina yang disarankan Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice. 11. Epidemiologi Varicella dengan mudah menyebar melalui droplet serta kontak dengan kulit. Varicella sering merupakan penyakit epidemik pada anak-anak, dengan insidens tertinggi pada anak usia 2-6 tahun, walaupun bisa juga ditemukan penderita dewasa. 12. Terapi Terapi yang biasanya dilakukan adalah terapi suportif untuk peningkatan kondisi sistem kekebalan tubuh dan terapi untuk mencegah infeksi sekunder (infeksi penyakit lain yang menyusul infeksi oleh suatu penyakit) akibat lesi/luka dari vesikel-vesikel yang timbul. 13. Pengawasan Karena sifat Varicella yang sangat mudah menular, maka perlu dilakukan usaha untuk mencegah kontak dengan penderita Varicella. Vaksin Varicella hidup yang dilemahkan sudah berhasil dikembangkan dan dicobakan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena menderita penekanan sistem imun ataupun yang telah kontak dengan Varicella. Vaksin terutama bermanfaat dalam mencegah penyebaran Varicella pada anak- anak dengan resiko tinggi untuk tertular. Sejumlah masalah dapat pula timbul dengan penggunaan vaksin ini bagi manusia sehat. Kepekaan yang meningkat akibat kekebalan singkat oleh karena vaksin ini, pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit menjadi lebih berat. Vaksin yang digunakan harus dapat memberikan kekebalan yang sesuai dengan kekebalan alamiah tubuh.

SMALLPOX (CACAR)
SMALLPOX

OLEH : Uci Diana (10101001036)

RESUME

Smallpox atau variola atau cacar merupakan

penyakit

menular akut yang disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae)[1,7]. Cacar disebut Variola atau Variola Vera, berasal dari kata Latin Varius yang berarti bercak, atau gelembung kulit. Variola adalah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk menyebabkan manifestasi klinis berat dan dapat mengakibatkan kematian[2]. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu memberi insidens yang tinggi, misalnya di Amerika Tengah dan Selatan, Hindia Barat dan Timur Jauh[2]. Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim)[3]. Gejala terjangkitnya smallpox mirip gejala flu, termasuk demam tinggi, keletihan, sakit kepala, sakit punggung, dan diikuti munculnya ruam di kulit[4].

Variola hampir mirip cacar air atau varisela atau chicken pox,tetapi vesikelnya jauh lebih banyak dan berisi tidak hanya cairan tapi juga nanah dan darah[6]. Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox (yang dilakukan pada tiga dekade lalu)[4]. Kasus terakhir ditemukan di Somalia tahun 1977 dan sejak tahun 1984 oleh WHO seluruh dunia telah dinyatakan bebas dari penyakit ini[7]. Hingga saat ini virus penyebab cacar masih disimpan di 2 negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, hal ini masih menjadi perdebatan apakah virus itu tetap akan disimpan atau dimusnahkan[5].

BAB I PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CACAR

Cacar merupakan penyakit infeksi menular yang sudah dikenal sejak berabad-abad sebelumnya[2]. Virus yang diperkirakan berasal dari India atau Mesir ini mewabah dan membunuh banyak orang[4]. Cacar disebut berasal dari kata Latin Varius yang berarti bercak atau gelembung kulit. Smallpox dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa pada abad ke 15 untuk membedakan cacar dengan Greatpox (sifilis). Virus cacar menempatkan diri di dalam pembuluh darah kecil di bawah kulit, mulut dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini menyebabkan keropeng (ruam) berbentuk makulopapular, kemudian membentuk gelembung kulit berisi cairan. Penderita cacar mengalami keropeng kulit, sehingga disebut Speckled monster (monster bernoda). Banyak bayi yang meninggal akibat serangan virus ini sehingga

tumbuh tradisi yang pantang memberi nama bayi yang baru lahir, jika si bayi dapat bertahan dari cacar barulah ia akan diberi nama[1]. Cacar menjangkiti semua kalangan, tercatat penyakit ini telah membunuh Ratu Mary II dari Inggris, Raja Luis I dari Spanyol, Kaisar Joseph I dari Austria, Ratu Ulrika Elenora dari Swedia, Raja Louis XV dari Prancis, dan Tsar Peter II dari Rusia[1]. Cacar (variola/smallpox) berbeda dengan cacar air (varisela/chickenpox) dan cacar monyet (impetigo bullosa). Jika cacar disebabkan oleh virus variola dan cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster, maka cacar monyet penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus aureus[8]. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa keganasan virus variola melebihi gabungan berbagai penyakit infeksi lainnya[4]. Pada tahun 1978 Edward Jenner mendemonstrasikan bahwa inokulasi cacar sapi bisa memberi perlindungan terhadap cacar, yang kemudian membawa harapan pertama agar penyakit ini bisa dikendalikan[5]. Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox, yang dilakukan pada tiga dekade lalu. Mungkin karena dinilai telah berhasil membungkam cacar ganas ini, pada tahun 1972 pemerintah Amerika Serikat menghentikan vaksinasi rutin[7] i. Data Kasus Penyakit Cacar Pada Abad Pertengahan, cacar menyerang secara berkala di Eropa, menjadi endemis setelah jumlah dan perpindahan penduduk meningkat pada zaman Perang Salib. Pada abad ke 16 cacar melanda sebagian besar Eropa[13]. Di India, China, dan Eropa, cacar terutama menjangkiti anak-anak, dengan epidemi berkala yang

menyebabkan kematian 30% dari yang terinfeksi[13]. Pada 1545 epidemi cacar di Goa, India, menelan korban 8.000 anak meningga[13]. Secara epidemiologis timbulnya cacar di Eropa memiliki arti penting, sebab gelombang eksplorasi dan kolonisasi yang terus menerus dilakukan orang-orang Eropa pada abad ke 16 telah menyebarkan penyakit itu ke seluruh dunia[13]. Selama abad ke 18 penyakit ini membunuh sekitar 400.000 penduduk Eropa per tahun (meliputi masa pemerintahan lima kerajaan), dan menyebabkan sepertiga di antaranya buta[1]. Pada akhir abad ke-18, sekitar 400,000 orang meninggal setiap tahun di seluruh dunia karena cacar[13]. Dalam sebuah survei yang dilakukan di Vietnam pada tahun 1898, 95% anak remaja yang bopeng dan sembilan persepuluh dari kebutaan semuanya dianggap berasal dari cacar[1]. Pada awal tahun 1950 -150 tahun setelah pengenalan vaksinasisekitar 50 juta kasus cacar terjadi di dunia setiap tahunnya, angka tersebut turun menjadi sekitar 10-15 juta pada tahun 1967 dan 2 juta meninggal tahun itu[1]. Satu studi cacar setelah kasus di Eropa dan Kanada (1950-1971) menunjukkan angka kematian 52% pada orang yang tidak divaksinasi, 1,4% pada mereka yang divaksinasi hingga 10 tahun sebelum paparan, dan hanya 11% pada mereka yang lebih dari 20 tahun vaksinasi sebelum pajanan[1]. Untuk kelompok usia 10-49 tahun, tingkat kematian adalah 49% pada orang yang tidak divaksinasi dan 4,3% pada mereka yang divaksinasi 20 tahun sebelumnya[1]. Berikut ini data kasus penyakit cacar yang tersebar diberbagai benua diseluruh dunia[11]. Data Kasus Cacar secara Global, Tahun 1959-1966 **

Benua Afrika Asia Eropa

1959

1960

1961

1962

1963

1964

1965

1966

1967 *

16,30 16,82 26,06 24,32 12,50 16,78 14,12 16,863 9,554 7 3 0 9 6 4 7 71,30 39,84 53,95 63,61 43,53 39,14 50,49 50,95 98,784 9 3 7 6 7 5 4 8 26 47 24 136 129 1 71 3 -

Utara Amerik a

Selatan Amerik 5,490 7,931 9,026 9,718 7,151 a Oceania Total 1 -

3,398 3,515 3,092 426 -

93,13 64,64 89,06 97,80 122,92 54,44 59,44 67,78 60,94 2 5 7 0 7 1 5 4 1

** Konsolidasi data yang dikumpulkan oleh WHO dari berbagai sumber * Sampai 15 Juli 1967 Sumber: Cacar Pemberantasan - Laporan WHO Kelompok Ilmiah: Organisasi Kesehatan Dunia Seri Laporan Teknis, No 393 (Jenewa: WHO, 1968), 7, Kamar Publikasi Resmi, Perpustakaan Universitas Cambridge, Inggris.

ii.

Urgensi Penyakit Cacar dalam Kesehatan Masyarakat

Bukti-bukti sejarah dan epidemiologi menunjukkan bahwa Asia Selatan adalah rumah bagi penyakit ini, variola besar, yang kadang-kadang bermutasi dengan bentuk berdarah yang mematikan[11]. Di sisi lain, variola kecil kurang virulen (alastrim) adalah yang paling umum di Eropa dan Afrika Utara, di mana tingkat kematian lebih rendah dan kasus berdarah sangat jarang[11]. Beberapa negara Asia jauh lebih parah terkena cacar daripada negara lain, Asia Selatan misalnya, terdiri dari India, Bangladesh (Pakistan Timur sebelum 1971), Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Bhutan dan Afghanistan adalah fokus utama dari endemik variola yang

menyebabkan WHO meneliti situasi di wilayah ini dengan hatihati[11]. Namun berkat keberhasilan vaksinasi, wabah alami cacar di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1949[1]. Pada tahun 1972, vaksinasi cacar rutin untuk anak-anak di Amerika Serikat tidak lagi dibutuhkan[1]. Kemudian pada tahun 1980, WHO menyatakan bahwa seluruh negara di dunia bebas dari penyakit cacar dengan kasus terakhir ditemukan di Somalia tahun 1977[1].Meskipun demikian kita harus waspada terhadap munculnya kembali penyakit ini[10]. Hingga saat ini, virus cacar masih disimpan di dua laboratorium yang disetujui di Amerika Serikat dan Rusia[1,5,7,10]. Perbedaan pendapat timbul karena sebagian negara menganggap bahwa virus ini masih perlu disimpan untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini jikalau datang lagi, sementara pendapat negara lain mengatakan bahwa sekarang penelitian sudah cukup dilakukan dan virus harus dimusnahkan untuk mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan[12].

BAB II PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CACAR

II. 1 Triad Epidemiologi 1. Agent Agent penyebab penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[1]. Virus variola berukuran 150-260 nanometer dan berisi molekul DNA beruntai ganda sekitar 200 protein yang berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal[1]. Ukuran

genom yang besar membuatnya sangat sulit untuk membuat sintetis virus tiruan[1]. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas[5]. Dalam percobaan di laboratorium, 90% virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena sinar matahari[5]. WHO telah merekomendasikan bahwa tidak ada yang lain kecuali dua kolaborasi pusat di Amerika Serikat dan Federasi Rusia dalam hal kepemilikan DNA virus Variola[1]. Berikut ini gambar dan struktur dari virus Variola.

(sumber : http://www.smallpoxhistory.ucl.ac.uk/)

(sumber : www.scq.ubc.ca/smallpox-then-and-now/ )

2. Host Dalam penyakit cacar (variola) yang menjadi host (pejamu) adalah manusia[1]. Reservoir hewan ataupun serangga tidak mempunyai peranan dalam transmisi penularannya[1,5]. Penularan dapat terjadi

dari manusia ke manusia[5]. Pada manusia, tidak adanya kekebalan tubuh (dari vaksinasi) membuatnya rentan terhadap infeksi virus cacar[5]. Selain itu adanya kontak atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi[5]. Kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi atau obyek seperti tempat tidur atau pakaian yang mengandung virus dari penderita, kendati risiko infeksi dari sumber ini jauh lebih rendah[5].

(sumber : www.colonialdiseasedigitaltextbook.wikispaces.com)

(sumber : www.bluefame.com )

3. Environment Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[5]. Namun jika berupa aerosol infektivitasnya hanya beberapa jam saja bahkan kurang terutama ditempat yang terkena sinar matahari langsung,

virus ini tidak tahan terhadap panas dan sinar matahari[5]. Lingkungan yang padat penduduk dapat memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah menular melalui udara atau kontak langsung. Selain itu, lingkungan dengan fasilitas yang digunakan secara bersama-sama juga memudahkan penularan penyakit ini, karena persentase terkontaminasi virus penderita menjadi semakin besar. II. 2 Transmisi Penyakit Cacar . Mekanisme transmisinya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung[5]. Secara langsung misalnya lewat udara yang terkontaminasi virus variola, yang selanjutnya terhirup oleh kita[5]. Selain itu adanya kontak atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi[5]. Kontak langsung atau bersentuhan mengenai ruamruam dan cairan tubuh si penderita[5]. Kadang-kadang dapat pula menyebar di udara ditempat-tempat tertutup seperti bangunan, bus, kereta api[5]. Adapun secara tidak langsung misalnya melalui benda atau obyek yang terkontaminasi seperti pakaian yang terinfeksi atau mengandung virus dari penderita dan tempat tidur yang terkontaminasi[5]. Cacar hanya ditularkan
oleh manusia, sedangkan serangga dan reservoir hewan tidak memiliki peranan dalam mekanisme transmisi[1,5]. Seseorang

dengan cacar terkadang dapat menularkan ke orang lain ketika berada pada fase demam (fase prodromal), tetapi orang yang berpotensi paling besar dalam penularan adalah ketika fase munculnya ruam[1]. II. 3 Riwayat Alamiah Penyakit

1. Masa Inkubasi dan Klinis Paparan virus diikuti oleh masa inkubasi selama orang tidak memiliki gejala apapun dan mungkin merasa baik-baik saja[5]. Masa inkubasi rata-rata sekitar 12 sampai 14 hari tetapi dapat berkisar 717 hari[5,7]. Selama waktu ini, orang terlihat dan terasa sehat serta tidak dapat menginfeksi orang lain. Masa inkubasi diikuti dengan timbulnya gejala klinis seperti influenza, termasuk demam, sakit kepala, nyeri punggung, kadang-kadang sakit perut dan muntah[5,7]. . 2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Masa laten biasanya 2 sampai 4 hari, pada saat ini orang biasanya terlalu sakit untuk melakukan kegiatan normal mereka[5]. Periode infeksi ditandai dengan munculnya ruam,ini dapat berlangsung sekitar 20 hari sejak mulai munculnya ruam hingga keropeng terakhir, tetapi yang paling menular adalah selama 7 sampai 10 hari pertama setelah onset ruam.

(sumber : www.orthopoxviruses.wordpress.com/) II. 4 Pencegahan Penyakit Cacar Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980, kita harus tetap waspada terhadap

penyakit ini agar tidak terulang kembali[1]. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat kita lakukan, diantaranya : 1. Melakukan vaksinasi, ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar[5]. Jika diberikan kepada seseorang sebelum paparan cacar, vaksin benar-benar dapat melindungi mereka[5]. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah terpapar akan mencegah atau sangat mengurangi keparahan penyakit cacar pada kebanyakan orang[5]. Vaksinasi 4 sampai 7 hari setelah pajanan dan kemungkinan menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat menurunkan keparahan penyakit[5]. Pemberian vaksinasi setelah pasien sudah memiliki ruam tidak akan melindungi pasien cacar[5]. Vaksin cacar saat ini berlisensi, yang terdiri dari strain laboratorium virus vaccinia, sangat efektif dalam mencegah infeksi[10]. Para ahli medis percaya vaksin dapat mengurangi keparahan, atau bahkan mencegah, penyakit pada orang yang belum divaksinasi jika diberikan dalam waktu 4 hari setelah terpapar virus[10]. Vaksin cacar membantu tubuh mengembangkan kekebalan terhadap cacar[10]. Vaksin ini terbuat dari "cacar"-jenis virus yang berhubungan dengan cacar[10]. Vaksin cacar mengandung virus vaccinia hidup-tidak seperti vaksin lain yang menggunakan virus dibunuh[10]. Vaksin ini tidak mengandung virus cacar dan tidak dapat menularkan cacar[10].

(sumber : www.who.int/mediacentre/factsheets/smallpox/en )

2. Hindari kontak langsung atau tatap muka dengan penderita[1] 3. Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang terkontaminasi virus seperti pakaian dan tempat tidur penderita[1]

II. 5 Pengobatan Penyakit Cacar Tidak ada pengobatan khusus untuk cacar, terbukti para ilmuwan sedang meneliti pengobatan baru[7]. Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi[7]. Selain itu penderita harus dikarantina[2]. Sistemik diberikan obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon, dapat pula diberikan globulin gama[2]. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik, misalnya analgetik/antipiretik[2]. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan elektrolit[2]. Jika dimulut masih

terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salep antibiotik[2].
BAB III PENUTUP

III. 1 Kesimpulan Cacar merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae)[1,7]. Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim)[3]. Gejala terjangkitnya smallpox mirip gejala flu, termasuk demam tinggi, keletihan, sakit kepala, sakit punggung, dan diikuti munculnya ruam di kulit[4]. Agent penyebab penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[1]. Dalam penyakit cacar (variola) yang menjadi host (pejamu) adalah manusia[1]. Reservoir hewan ataupun serangga tidak mempunyai peranan dalam transmisi penularannya[1,5]. Penularan dapat terjadi dari manusia ke manusia[5]. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[5]. Namun jika berupa aerosol infektivitasnya hanya beberapa jam saja bahkan kurang terutama ditempat yang terkena sinar matahari langsung, virus ini tidak tahan terhadap panas dan sinar matahari[5]. Mekanisme transmisinya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung[5]. Pencegahan yang dapat kita lakukan antara lain dengan melakukan vaksinasi, menghindari kontak langsung dengan penderita serta menghindari bersentuhan dengan benda atau barang-barang penderita, seperti pakaian dan tempat tidur[5]. Untuk pengobatan penyakit cacar tidak ada

metode khusus, terbukti para ilmuwan sedang meneliti pengobatan baru[7].Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi[7. WHO telah menetapkan bahwa dunia bebas dari cacar sejak tahun 1980, dengan kasus terakhir ditemukan di Somalia[1,7]. III. 2 Saran Walaupun dunia telah dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980 oleh WHO, kita harus tetap waspada agar kejadian serupa tidak terulang. Hal dasar yang dapat kita lakukan adalah dengan tetap memberikan vaksin untuk pencegahan. Sebaiknya virus variola yang saat ini berada di Amerika Serikat dan Rusia, benarbenar dijaga ketat agar tidak terjadi penyalahgunaan. Selain itu perlu ada penyelidikan mengenai isu-isu yang menyebutkan bahwa virus itu juga berada di negara lain selain kedua negara tersebut serta adanya maksud bahwa virus variola ini akan dijadikan senjata bioterorist.

DAFTAR REFERENSI 1. www.Who.Int/mediacentre/factsheets/smallfox/en/ diakses 1

november 2011 2. Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 116-118

3. Fields, B.N. 1999. Biologi of viruses. Engleberg. NC 4. www.pdmbontang.com diakses 1 november 2011 5. www.bt.cdc.gov/agent/smallpox/index.asp diakses 2 november

2011 6. Sastrawinata, U.S. 2008. Virologi Manusia. Jilid 2. Alumni. Bandung 7. www.nlm.nih.gov/medlineplus/smallpox.html diakses 2 november 2011 8. www.doktermuchlis.blogspot.com/2009/03/cacar-air-varicellacacar-variola-dan.html diakases 2 november 2011 9. www.pdpersi.co.id diakses 2 november 2011 10.www.niaid.nih.gov/topics/smallpox/pages/transmission.aspx diakses 2 november 2011 11.Bhattacharya,sanjoy www.smallpoxhistory.ucl.ac.uk/ diakses 1 november 2011 12. www.penyakitmenular.info diakses 2 november 2011 13.www.fk.uns.ac.id/index.php/download/file/62 diakses 1 november 2011 14.www.depkes.go.id diakses 1 november 2011

Vous aimerez peut-être aussi