Vous êtes sur la page 1sur 36

Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 424/MENKES/SK/VI/2006 Tanggal : 1 !

uni 2006

PEDOMAN PENGENDALIAN CACINGAN


I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. Dalam rangka menuju Indonesia Sehat !"!, Pembangunan #esehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, pembangunan tersebut mempunyai tujuan untuk me$ujudkan manusia yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan yang berkualitas. Sesuai dengan %ndang&%ndang 'o. ( )ahun "** tentang #esehatan, pada Pasal ( dinyatakan bah$a + Setiap orang berke$ajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungannya. Sedangkan pada Pasal , dinyatakan bah$a+ Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin. Sejalan dengan berlakunya desentralisasi sebagaimana tercantum dalam %ndang&%ndang no. ( tahun !!- tentang Pemerintah Daerah. %ndang&%ndang 'o. (( )ahun !!- tentang Perimbangan #euangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. dan Peraturan Pemerintah /PP0 'o. 1 )ahun !!! tentang #e$enangan Pusat, Propinsi, #abupaten2#ota sebagai daerah 3tonom. 4aka berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti Pencanangan program pemberantasan cacingan pada anak dilakukan oleh 4enteri #esehatan Prof. D5. Sujudi di 4edan pada tanggal " 6uni "**1. #erjasama upaya pemberantasan Cacingan merupakan salah satu program Departemen #esehatan, dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku utama dalam pemberantasan cacingan di daerahnya masing&masing. Deklarasi 7ali menjelaskan lagi bah$a program pemberantasan Cacingan menghasilkan perbaikan besar baik bagi kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat. Setiap negara berkembang harus

memberikan perhatian yang tinggi terhadap program pemberantasan penyakit Cacingan. mengingat bah$a Cacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan maka perhatian terhadap sanitasi lingkungan perlu ditingkatkan. 3leh karena itu di samping hal&hal tersebut diatas maka perlu disusun suatu Pedoman 'asional yang dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai sektor, guna memudahkan daerah dalam membuat perencanaan operasional.

B.

SEJARAH PEMBERANTASAN

Pemberantasan Cacingan sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman penjajahan oleh sektor kesehatan saja yang meliputi pengobatan dan pembuatan jamban. %paya pemberantasan dan pencegahan penyakit Cacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun "*81 setelah dibentuk unit struktural di Direktorat 6enderal P(4 /Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 4enular0. Departemen #esehatan, yaitu Sub Direktorat Cacing )ambang dan Parasit Perut 9ainnya karena terbatasnya dana kebijakan pemberantasan cacingan dilakukan : Limited Control Programme:. Program pemberantasan yang dilaksanakan pada P;9I)< III /tahun "*8*="*,-0 mengambil prioritas utama yaitu daerah produksi vital /pertambangan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, dan industri0. Pada Pelita I> tahun /"*,-="*,*0 kebijaksanaan pemerintah di bidang pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada program&program yang menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, maka pemberantasan penyakit Cacingan agak kurang mendapat prioritas. Sejalan dengan keputusan 4enteri #esehatan 'o.11,. Sub Dit Cacing )ambang dan Parasit Perut 9ainnya tidak dikelola lagi oleh satu Sub Dit tersendiri, tetapi kegiatan Cacingan diintegrasikan dalam Sub Dit Diare dan #ecacingan. Pada Pelita > tahun /"*,*="**-0 dan Pelita >I tahun /"**-="***0 Program Pemberantasan Penyakit Cacingan meningkat kembali prioritasnya karena pada periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak. Pelaksanaan pemberantasan Cacingan dilaksanakan oleh berbagai pihak terutama sebagai riset operasional oleh para ilmu$an, 9S4 dan donatur baik dalam maupun luar negeri dengan kemitraan dan yang paling penting peran serta masyarakat, sedangkan pemerintah lebih bersifat koordinatif dan fasilitasi. #emitraan ini dimulai oleh salah satu 9S4 yang telah berperan dalam pemberantasan Cacingan di D#I yaitu ?ayasan #usuma 7uana /?#70. ?ayasan ini mulai berdiri tahun "*,! dan tahun "*,- mulai merintis upaya pemberantasan Cacingan di masyarakat. Sejak tahun "*,8 ?#7 bersama&sama P#7I memulai upaya pemberantasan Cacingan berbasis sekolah /School&7ased0 yang pertama di Indonesia. #egiatan ini memadukan penyuluhan dengan pemeriksaan berkala serta pengobatan selektif. %paya ini didukung oleh kontribusi orangtua murid sebesar 5p.".!!!,& per anak per tahun. )ernyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan secara s$adaya dan menurunkan prevalensi cacingan dari 8,,@A /tahun "*,80 menjadi ,,*A /tahun !!(0 dan telah berhasil mengembangkan sarana pemeriksaan laboratorium dengan kapasitas pemeriksaan massal / mass screening laboratory0. #egiatan ini membuka peluang bagi ?#7 untuk melakukan kegiatan lain berupa penyuluhan dan pemeriksaan pap smear yang merupakan rangkaian kegiatan Seminar Sehari untuk Buru. Pada tahun "** ada kerja sama pemerintah Indonesia dengan %niversitas 3Cford dalam Program Pemberantasan Cacingan Di #abupaten #arang <nyar 6a$a )engah, dan pada tahun berikutnya telah dikembangkan ke seluruh #abupaten2#ota di 6a$a )engah. Pada a$al tahun "**1 4enteri #esehatan 5I /Prof.Dr. Suyudi0 meminta Prof. D5. Dr. Sri 3emiyati, 4PD)4 dan ka$an&ka$an membuat pola pemberantasan Cacingan dengan pendekatan kemitraan, maka pada tanggal " 6uni "**1 di 4edan, 4enteri #esehatan mencanangkan Pemberantasan Cacingan

melalui %#S /%saha #esehatan Sekolah0 dengan judul Peningkatan #ualitas Sumber Daya 4anusia 4elalui Promosi 7udaya Didup Sehat Dengan Pendekatan #emitraanE. #egiatan ini melibatkan peran serta masyarakat Sumatera %tara yang diberi nama :4artabeE. #emudian disusul dengan 6a$a 7arat dengan nama :5ereongan SarumpiE. Program 4akanan )ambahan <nak Sekolah /P4)&<S0 ialah suatu upaya untuk meningkatkan ketahanan fisik bagi anak Sekolah Dasar24I di seluruh Indonesia terutama di daerah ID), melalui perbaikan gizi dan kesehatan diharapkan dapat mendorong minat dan kemampuan anak untuk belajar. Direncanakan program pemberian makanan tambahan ini dapat meningkatkan ekonomi daerah, dengan memanfaatkan komoditas pangan setempat. Pendekatan perbaikan gizi dalam P4)&<S yang dikombinasikan dengan program lain yang merupakan bentuk program paling ideal sesuai konsep pembangunan daerah ID). #onsep P4)&<S sejalan dengan pemikiran pakar gizi Internasional dan 'asional yang menyimpulkan bah$a perbaikan gizi baru akan efektif apabila dipadukan secara holistik dengan program&program lain. Sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan efektifitas asupan gizi yang diberikan, para pakar gizi dan kesehatan menyarankan agar P4)&<S diberikan dengan pemberian obat cacing. Pemikiran ini didasarkan pada kajian teknis medis dampak Cacingan terhadap keadaan zat gizi. Cacing sebagai he$an parasit tidak saja mengambil zat&zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat=zat gizi tersebut. 7erkaitan dengan pemikiran di atas, maka P4)&<S yang dimulai pada tahun anggaran "**@2"**8 sampai dengan tahun "***2 !!! menjadikan pemberian obat cacing sebagai salah satu kegiatannya. Sampai tahun "***2 !!! telah mencakup *.-"@.!(* murid termasuk penduduk pesantren di ! provinsi di Indonesia. Semua program tersebut di atas hasilnya tidak sama. <da yang sangat baik dan ada yang tidak jalan sama sekali.

C.
1.

DAMPAK CACINGAN PADA MASYARAKAT


PREVALENSI DAN INTENSITAS INFEKSI Penyakit Cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. <ngka infeksi tinggi, tetapi intensitas infeksi /jumlah cacing dalam perut0 berbeda. Dasil survei Cacingan di Sekolah Dasar di beberapa propinsi pada tahun "*,@&"**" menunjukkan prevalensi sekitar @!A & ,!A, sedangkan untuk semua umur berkisar antara -!A & @!A. Dasil Survei Subdit Diare pada tahun !! dan !!( pada -! SD di "! provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara , A & *@,(A.

2.

KERUGIAN AKIBAT CACINGAN Cacingan mempengaruhi pemasukan / intake0, pencernaan /digestif0, penyerapan /absorbsi0, dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing atau Cacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya. #erugian kalori2protein dan darah tersebut bila dihitung dengan jumlah penduduk !.!!!.!!! dapat diperkirakan sebagai berikut.

2.1. Kerug !" #!re"! C!$ "g Ge%!"g Di Indonesia dengan jumlah penduduk !.!!!.!!!, prevalensi cacingan @! A dan jumlah rata& rata cacing per orang @ ekor cacing maka kerugian karbohidrat karena cacing gelang sehari diperkirakan dengan rumus+ /6umlah Penduduk C Prevalensi C 5ata&rata jumlah cacing2orang C #ehilangan karbohidrat oleh " ekor cacing2hari0.
&22'.'''.''' ( )'* ( ) ( '+1, gr!-. / 1. ''' 0 11'.11' #g #!r234 5r!6 7er 4!r

#arena !,, gram karbohidrat setara dengan " gram beras, maka kerugian beras setara dengan "(,.@@! kg beras per hari. 7ila dihitung dalam rupiah dengan harga beras 5p. (.!!!2kg, maka kerugian uang yang diperkirakan adalah +
181.))' #g 2er!9 ( 8): 4r ( R7.8.'''+; 0 R7. 1:1.<)<.'''.'''+; 7er 6!4u"

6ika seekor cacing menghabiskan !.!(1 gram protein sehari, maka perkiraan protein yang hilang untuk seluruh penduduk+
& 22'.'''.''' ( )'* ( ) ( '+'8: gr!- . / 1.''' 0 2<.<2' #g 7r36e " 7er 4!r .

#arena " gram daging sapi mengandung !,"* gram protein, maka kerugian daging sapi adalah "-1.,*1 kg per hari. 7ila dihitung dengan rupiah, dimana harga daging sapi (!.!!!2 kg, maka kerugian uang yang diperkirakan +
1,:.1=: #g ( 8): 4r ( R7.8'.''' 0 R7. 1.:=<.::'.2:'.'''+; 7er 6!4u"

6umlah anak usia sekolah tingkat dasar diperkirakan " A dari jumlah penduduk, dengan demikian kerugian yang diakibatkan oleh Cacingan pada anak usia tersebut adalah sebagai berikut+
1. K!r234 5r!6 0 21* ( R7. 1:1.<)<.'''.'''+; 2. Pr36e " 0 21* ( R7 1.:=<.::'.2:'.'''+ 0 R7. 81.1<1.'<'.'''+; 0 R7. 88:.,1:.::2.:''+;

2.2. Kerug !" K!re"! C!$ "g T!-2!"g Perkiraan jumlah kehilangan darah yang disebabkan oleh cacing tambang perhari adalah +
22'.'''.''' ( 1'* ( '+2$$ ( :' e#3r 0 22'.'''.''' $$ 5!r!4 0 22'.''' % 6er 5!r!4 7er 4r

%ntuk satu tahun penderita Cacingan akan kehilangan darah sebanyak +


22'.''' % 6er ( 8): 4r 0 1'.8''.''' % 6er 5!r!4 7er 6!4u"

6umlah anak usia sekolah tingkat dasar diperkirakan "A dari jumlah penduduk, dengan demikian kerugian yang diakibatkan oleh Cacingan pada anak usia tersebut adalah +
21* ( 1'.8''.''' %6r 0 1).1)8.''' % 6er 5!r!4 7er 6!4u"

2.8. Kerug !" K!re"! C!$ "g C!-2u# Perkiraan jumlah kehilangan darah disebabkan cacing cambuk sehari sebanyak+
22'.'''.''' ( ,' * ( '+'': $$ (1'' 0 ,,.'''.''' $$ 5!r!4 0 ,,.''' % 6er 5!r!4 7er 4r

#ehilangan darah selama setahun +


,,.''' % 6er ( 8): 4!r 0 1).')'.''' % 6er 5!r!4 7er 6!4u"

6umlah anak usia sekolah tingkat dasar diperkirakan " A dari jumlah penduduk, dengan demikian kerugian yang diakibatkan oleh Cacingan pada anak usia tersebut adalah+
21* ( 1).')'.''' %6r 0 8.8<2.)'' % 6er 5!r!4 7er 6!4u"

D.

PENTINGNYA PENGENDALIAN PENYAKIT CACINGAN

Semakin meningkatnya upaya pembangunan di tengah kompetisi yang semakin ketat menuntut tersedianya kualitas sumber daya manusia yang prima. %ntuk pengembangan sumber daya manusia ini maka upaya yang dilakukan perlu ber$a$asan jangka panjang tetapi sekaligus mampu menja$ab kebutuhan jangka pendek. #ebutuhan jangka pendek yang sudah mendesak adalah tersedianya tenaga kerja yang mempunyai produktivitas tinggi. 7erbagai penelitian menemukan bah$a tingkat produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih tergolong rendah. Selain penyebab yang berkaitan dengan ketrampilan kerja, kondisi kesehatan dan kesegaran jasmani pekerja Indonesia juga terbukti masih rendah. Suryodibroto /"**-0 melaporkan bah$a -@,@A dari pekerja $anita di 6akarta dan sekitarnya ternyata menderita anemia dan -1,@A di antaranya terbukti mengidap cacingan. %paya meningkatkan ketrampilan kerja tanpa memperbaiki kondisi seperti ini jelas tidak akan mampu menghasilkan peningkatan produktivitas kerja secara optimal. 7ukti jelas sekali diungkapkan oleh penelitian Dar$in #aryadi /"*8-0, di mana dengan perbaikan status gizi melalui pemberian makanan tambahan terhadap penderita cacingan, mampu meningkatkan produktivitas kerja. Di lain pihak, tersedianya sumber daya manusia yang produktif juga amat ditentukan oleh kualitas sumber daya usia muda, khususnya pada usia sekolah dasar. Pemantaun secara terus menerus /"*,8& "**-0 pada kelompok anak usia sekolah dasar di 6akarta menunjukkan tingginya prevalensi cacingan pada kelompok ini, yang rata&ratanya mencapai @!&8!A /Sri 4argono dkk, Sasongko, "**-0. 6elas sekali bah$a upaya meningkatkan kualitas sarana pendidikan tanpa memperhatikan kondisi ini tidak akan mampu menghasilkan peningkatan kualitas pendidikan dasar secara optimal. Dalam jangka panjang, rendahnya kualitas sumber daya usia muda akan berpengaruh besar terhadap tingkat produktivitas pada usia kerja. 3leh karena itu, meningkatkan kualitas sumber daya manusia usia muda perlu dilakukan pada tahap dini untuk memperoleh kualitas dan tingkat produktivitas kerja yang optimal pada usia kerja. %ntuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek, diharapkan mampu mengantisipasi persiapan kualitas SD4 dalam jangka panjang, maka perlu dilakukan upaya yang nyata untuk meningkatkan kualitas sumber daya kelompok pekerja yang dilakukan

sekaligus bersamaan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya usia muda /usia sekolah dasar0. Sebenarnya infeksi cacing perut akan berkurang bahkan dapat dihilangkan sama sekali bila diupayakan budaya hidup sehat, lingkungan bersih, makanan bergizi, yang nantinya akan tercapai dengan sendirinya dalam program pembangunan pengentasan kemiskinan. 7ila keadaan ekonomi naik, maka ia akan membuat rumah yang lebih baik, jamban yang baik, mengirim anak&anaknya ke sekolah supaya lebih mengetahui masalah kesehatan, membeli radio dan )> supaya dapat mendengar siaran& siaran tentang penyuluhan kesehatan, sehingga dapat merubah perilaku ke arah budaya hidup sehat. 6elaslah bah$a pembangunan di semua sektor akan membantu meningkatkan derajat kesehatan secara umum termasuk menanggulangi infeksi cacing. Dalam program jangka pendek, dimulai dengan mengurangi prevalensi infeksi cacing dengan membunuh cacing itu melalui pengobatan, dengan pengobatan, intensitas infeksi /jumlah cacing per individu0 dapat ditekan, sehingga dapat memperbaiki derajat kesehatan. %ntuk itu perlu adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait baik pemerintah maupun s$asta agar terjalin komunikasi yang berkesinambungan sehingga timbul pemahaman yang sama dalam penanggulangan penyakit cacingan baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Program penanggulangan jangka panjang harus dilaksanakan secara berkesinambungan dengan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran s$asta sehingga mereka mampu dan mandiri dalam melaksanakan penanggulangan penyakit cacingan, yaitu berperilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan kesehatan perorangan dan lingkungan, dengan demikian diharapkan produktifitas kerja akan meningkat.

II. PENYAKIT CACINGAN


4anusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus /cacing perut0, yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah /soil transmitted helminths0. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang /Ascaris lumbricoides0, cacing tambang /Ancylostoma duodenale dan Necator americanus0 dan cacing cambuk /Trichuris trichiura0. 6enis&jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya.

A.
1.

CACING GELANG &Ascaris lumbricoides.


LINGKARAN HIDUP 4anusia merupakan satu&satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran "! & (! cm, sedangkan betina = (1 cm, pada stadium de$asa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai "!!.!!! = !!.!!! butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam $aktu kurang lebih ( minggu. 7entuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru&paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui

dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing de$asa. Proses tersebut memerlukan $aktu kurang lebih bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing de$asa /Bandahusada, "**,0. 2. PATOFISIOLOGI Disamping itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru&paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut sindroma 9oeffler. Bangguan yang disebabkan oleh cacing de$asa biasanya ringan. #adang&kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak&anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan / malabsorbtion0. #eadaan yang serius, bila cacing mengumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus / Ileus obstructive0 /;ffendy, "**80. 8. GEJALA KLINIK DAN DIAGNOSIS Bejala penyakit Cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit&penyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk&batuk dan eosinofelia. 3rang /anak0 yang menderita Cacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang. Pada anak&anak yang menderita Ascariasis perutnya nampak buncit /karena jumlah cacing dan kembung perut0. biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata /rembes0, dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang. #arena orang /anak0 masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali tidak dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah pengobatan. Padahal secara ekonomis sudah menunjukkan kerugian yaitu menurunkan produktifitas kerja dan mengurangi kemampuan belajar. #arena gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur&telur cacing di dalam tinja tersebut. 6umlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi /dengan cara menghitung telur0. ,. EPIDEMIOLOGI )elur cacing gelang keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor /tercemar tanah dengan telur cacing0. :. PENGOBATAN Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat. Pengobatan individu dapat digunakan bermacam&macam obat misalnya preparat Piperasin, Pyrantel pamoate, <lbendazole atau 4ebendazole. Pemilihan obat cacing untuk pengobatan massal harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu + a. 4udah diterima di masyarakat. b. 4empunyai efek samping yang minimum. c. 7ersifat polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing.

d. Darganya murah /terjangkau0.

Gambar 1. LINGKARAN HIDUP CACING GELANG & A9$!r 9 %u-2r $3 5e9 . 1.

1)

Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati, MPHTM da am bu!u "Pe#i#$!ata# %ua ita& Sumber Da'a Ma#u&ia Me a ui Promo&i (uda'a Hidu) Se*at De#$a# Pe#de!ata# %emitraa#.

A.
1.

CACING CAMBUK &Trichuris trichiura.


LINGKARAN HIDUP 4anusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 1 cm dan yang jantan sekitar - cm. Cacing de$asa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar (.!!! = 1.!!! butir. )elur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang /berisi larva dan infektif0 dalam $aktu ( = @ minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia /hospes0, kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi de$asa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. 4asa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing de$asa betina dan siap bertelur sekitar (! = *! hari.

2.

PATOFISIOLOGI Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum, kadang&kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita se$aktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat

menimbulkan perdarahan. Disamping itu cacing ini menghisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia. 8. GEJALA KLINIK DAN DIAGNOSIS Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare, disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang&kadang terjadi prolapsus rektum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. ,. EPIDEMIOLOGI Penyebaran penyakit ini adalah terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur cacing cambuk. )elur tumbuh dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan suhu optimal F (!oC. Infeksi cacing cambuk terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau melalui tangan yang kotor. :. PENGOBATAN Pengobatan yang dilakukan untuk infeksi yang disebabkan oleh cacing cambuk adalah <lbendazole2 4ebendazole dan 3ksantel pamoate.

Gambar 2. LINGKARAN HIDUP CACING CAMBUK & Tr $4ur 9 6r $4 ur! . 0

Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati, MPHTM da am bu!u "Pe#i#$!ata# %ua ita& Sumber Da'a Ma#u&ia Me a ui Promo&i (uda'a Hidu) Se*at De#$a# Pe#de!ata# %emitraa#.
2)

C.

CACING TAMBANG &Ancylostoma duodenale & Necator americanus.

1. LINGKARAN HIDUP Dospes parasit ini adalah manusia, Cacing de$asa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan *.!!! = "!.!!! butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar " cm, cacing jantan kira&kira !,, cm, cacing de$asa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah " = ",1 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam $aktu sekitar ( hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 8=, minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru&paru. Di paru&paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing de$asa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. 2. PATOFISIOLOGI Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan&lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah /anemia0 akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. )etapi kekurangan darah /anemia0 ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab.

1-

8.

GEJALA KLINIK DAN DIAGNOSIS Bejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun dan anemia /anemia hipokrom micrositer0. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.

,.

EPIDEMIOLOGI #ejadian penyakit /Incidens0 ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka&luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. #ebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini /Bandahusada, "**,0. )anah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur /pasir, humus0 dengan suhu optimum ( oC = (,oC. %ntuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal2sepatu bila keluar rumah.

:.

PENGOBATAN 3bat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate /Combantrin, Pyrantin0, 4ebendazole />ermoC, >ermona, >ircid0, <lbendazole.

Gambar 3. LINGKARAN HIDUP CACING TAMBANG & Ne$!63r !-er $!"u9 . (0

11

3)

Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati, MPHTM da am bu!u "Pe#i#$!ata# %ua ita& Sumber Da'a Ma#u&ia Me a ui Promo&i (uda'a Hidu) Se*at De#$a# Pe#de!ata# %emitraa#.

12

JENIS TELUR CACING YANG DITULARKAN MELALUI TANAH


NO. ". SPECIES <. lumbricoides /tidak dibuahi0 UKURAN @!&*! C -!&@! /micron0 BENTUK 4emanjang ellipsoidal >ARNA Coklat sampai coklat tua KETERANGAN LAINNYA 9ebih ramping daripada telur yang dibuahi, bagian luar mempunyai tonjlan kasar dan lapisan albuminoid. Pada bagian dalam penuh berisi granul. 7entuk hampir menyerupai telur cacing tambang, tapi dindingnya tebal. Dinding tebal dan menunjukkan beberapa lapisan pada pembesaran tinggi. 7agian luar dilapisi oleh lapisan yang bertonjol&tonjol, bergelombang dan ber$arna tengguli. Pada kedua kutubnya mempunyai :sumbatE. 7ila baru dikeluarkan melalui tinja tidak membelah. Dinding telur satu lapis. 7ila baru dikeluarkan melalui tinja intinya terdiri dari -&, sel. GAMBAR

<. lumbricoides /dibuahi0, tanpa lapisan albumin /decorticated0 <. lumbricoides /dibuahi, dengan lapisan albumin.

-1&8! C (1&1! /micron0

3val

6ernih

(.

1!&8! C -!&1! /micron0

9onjong atau membulat.

#uning kecoklatan sampai coklat tua.

-.

). trichiura

1!&1- C & ( /micron0

Seperti tempayan2 tong.

Cokat sampai coklat tua

1.

Cacing )ambang

11&81 C (1&-@ /micron0

3val atau ellipsoidal

6ernih

III. PENGENDALIAN PENYAKIT CACINGAN


A. TUJUAN UMUM
Pengendalian Penyakit Cacingan bertujuan untuk menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu sumber daya manusia, guna me$ujudkan manusia Indonesia yang sehat. Dasar utama untuk pengendalian Cacingan adalah memutuskan mata rantai lingkaran hidup cacing. Dalam hal ini pertanyaan penting yang harus dija$ab ialah :mengapa orang terkena infeksi cacingG: yang berarti bah$a sebelum pengendalian dilakukan, harus diketahui epidemiologi penyakit tersebut. Dengan demikian maka semua bentuk stadium cacing harus dikenali dengan seksama. Seperti lingkaran hidup dan dimana keberadaan /lihat gambar lingkaran hidup0, bentuk cacing yang menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia, dan bentuk yang ada di dalam tanah yang dapat menjadi sumber infeksi /telur dan larva0, serta keadaan sosial ekonomi dan budaya yang mendorong perilaku yang mengakibatkan pemaparan e!posure" terhadap infeksi cacing tersebut. Secara singkat memutuskan mata rantai lingkaran hidup cacing dapat dilakukan pada tingkat cacing dalam tubuh manusia, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

"(

B.

TUJUAN KHUSUS
". )urunnya Prevalensi Cacingan menjadi H "! A pada tahun !"!. . 4eningkatkan kemitraan dalam penanggulangan Penyakit Cacingan di masyarakat dengan melibatkan 9P 29S 29S4 2 S$asta 2 4asyarakat secara aktif. (. 4eningkatnya cakupan Program Pengendaalian Penyakit Cacingan pada anak SD menjadi 81A pada tahun !"!.

C.

SASARAN
Populasi sasaran pengendalian Penyakit Cacingan adalah masyarakat dengan risiko tinggi terhadap infeksi cacing yaitu masyarakat yang sering berhubungan dengan tanah, antara lain yaitu + ". <nak usia sekolah dasar /8&"1 tahun0. . Petani, 'elayan, pekerja perkebunan dan pekerja pertambangan. (. <nak 7alita /"&1 th0 dan pra&sekolah. -. 4asyarakat risiko tinggi lain /Ibu hamil, tenaga kerja perusahaan0. Sedangkan sasaran lokasi antara lain meliputi daerah pertanian, perkebunan, pertambangan, daerah pantai dan daerah pari$isata. )ahap pertama sasaran program pengobatan ini adalah murid SD dengan alasan sebagai berikut + ". 4urid SD merupakan generasi penerus, oleh karena itu kualitas Sumber Daya 4anusia /SD40 harus dijaga dan dibina dari a$al. . Prevalensi dan intensitas Penyakit Cacingan pada kelompok ini cukup tinggi. (. #elompok tersebut mudah dijangkau melalui organisasi sekolah. -. Dana mudah didapat dengan melalui %#S, yaitu melalui Dana Sehat dan lain&lain. 1. 7ila kelompok ini ditangani secara intensif, dapat menurunkan prevalensi dan intensitas cacingan secara 'asional. @. Diharapkan penanggulangan Penyakit Cacingan pada kelompok ini dapat menimbulkan kemandirian budaya hidup sehat baik pada populasi target maupun masyarakat sekitarnya. Pada tahap pertama pelaksanaan program Cacingan dilakukan melalui organisasi %#S dan program ini merupakan kerjasama - sektor yaitu #esehatan, Pendidikan, Dalam 'egeri, dan <gama, dengan membentuk )P&%#S mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, #abupaten2#ota, #ecamatan, dan sekolah. #oordinasi dan kerjasama )P&%#S dilaksanakan baik secara lintas sektor maupun secara lintas program. #erjasama dimulai sejak perencanaan, sehingga tercapai tujuan %#S yaitu dengan sasaran murid Sekolah Dasar. %saha ini dapat diperluas dengan mengikutsertakan kelompok balita. %ntuk mencakup seluruh penduduk dimasa mendatang maka diperlukan kerjasama yang lebih luas misalnya kerja sama dengan berbagai perusahaan perkebunan, pertambangan yang pekerjanya mempunyai resiko tinggi, sehingga terjalin kemitraan yang erat untuk mendapat hasil yang berkesinambungan dan lestari.

"-

IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI


A. KEBIJAKAN

#ebijakan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden 'omor 8 )ahun !!1 tentang 5encana Pembangunan 6angka 4enengah 'asional /5P64'0 !!-& !!1, 7ab , tentang Peningkatan <ksesibilitas Pelayanan #esehatan yang 7erkualitas, ditetapkan antara program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Penyakit Cacingan merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama dikalangan anak usia sekolah dasar. Dal ini dapat merugikan proses belajar mengajar, oleh karena itu #ebijakan Program Pengendalian Penyakit Cacingan diarahkan untuk+ ". 4eningkatkan upaya pengendalian dengan menggali sumber daya secara kemitraan, lintas program dan lintas sektor. . 4eningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan program yang lebih professional. (. 4engembangkan dan menyelenggarakan metode tepat guna. -. 4eningkatkan upaya pencegahan yang efektif bersama program dan sektor terkait. 1. 4elaksanakan bimbingan, pemantauan dan evaluasi.

B.

STRATEGI

Strategi Pengendalian Penyakit Cacingan yang dilakukan adalah memutus mata rantai penularan baik dalam tubuh maupun di luar tubuh manusia. Dalam memutus rantai penularan ini ada dua program yang dilakukan yaitu + 1. PROGRAM JANGKA PENDEK )ujuan program ini untuk memutus rantai penularan dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi Cacingan dengan cara pengobatan /oleh sector kesehatan0. 2. PROGRAM JANGKA PANJANG )ujuan program ini untuk memutus rantai penularan di luar tubuh manusia, yaitu dengan melaksanakan upaya pencegahan yang efektif. %ntuk mencapai hal&hal tersebut di atas yaitu program jangka pendek dan jangka panjang ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu+ !. Pe"e"6u!" 7r 3r 6!9 %3#!9 9!9!r!" -!u7u" 7e"5u5u# 9!9!r!". 2. Pe"eg!#!" 5 !g"39! 5e"g!" -e%!#u#!" 7e-er #9!!" 6 "?! 9e$!r! %!"g9u"g -e"ggu"!#!" -e635e #!63 ; #!6@. $. Pe"!"ggu%!"g!" 4enurut rekomendasi ID3 bah$a dalam penanggulangan penyakit cacingan ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu+

"1

1. Pe"g32!6!" Pengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu Blanket TreatmentA 5!" Selective TreatmentA dengan mengunakan obat yang aman dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat membunuh cacing de$asa, larva dan telur. Pada a$al pelaksanaan kegiatan pengobatan harus didahului dengan survei untuk mendapat data dasar. 7ila pemeriksaan tinja dilakukan secara sampling dan hasil pemeriksaan tinja menunjukan prevalensi (!A atau lebih, dilakukan pengobatan massal, sebaliknya bila prevalensi kurang dari (!A, maka dilakukan pemeriksaan tinja secara menyeluruh /total screening0. <pabila hasil pemeriksaan total screening menunjukkan prevalensi di atas (!A, maka harus dilakukan pengobatan massal. <pabila prevalensi kurang dari (!A, maka lakukan pengobatan selektif, yaitu yang positif saja. 2. Pe"$eg!4!" )indakan preventif yaitu dengan melakukan pengendalian faktor risiko, yang meliputi kebersihan lingkungan, keberhasilan pribadi, penyediaan air bersihyang cukup, semenisasi lantai rumah, pembuatan dan penggunaan jamban yang memadai, menjaga kebersihan makanan, pendidikan kesehatan di sekolah baik untuk guru maupun murid. 8. Pr3-36 B

Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui penyuluhan kepada masyarakat pada umumnya atau kepada anak&anak sekolah, yaitu melalui program %#S, sedangkan untuk masyarakat dapat dilakukan penyuluhan secara langsung atau melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. 5. Ke- 6r!!" Pengendalian Penyakit Cacingan bukan semata&mata merupakan tugas Departemen #esehatan melainkan menjadi tanggung ja$ab bersama, baik pemerintah, masyarakat ataupun sektor lain sebagai mitra. Dalam pelaksanaan program %#S telah diupayakan Surat #eputusan 7ersama /S#70 - menteri, yaitu Departemen #esehatan, Departemen <gama, Departemen Dalam 'egeri dan Departemen Pendidikan 'asional. %ntuk itu peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas program dan lintas sektor sangat penting dalam Pengendalian Penyakit Cacingan. Ke- 6r!!" 5!7!6 5 g3%3"g#!" 5!%!- 6 g! #e%3-73# /
1). #emitraan antar instansi pemerintah baik lintas program /dalam satu departemen0 dan lintas

sektor /lebih dari satu departemen0.


2). #emitraan di luar instansi pemerintah adalah s$asta seperti 9S4, Industri, Perkebunan,

Pertambangan, dan Perusahaan yang pekerjanya banyak terinfeksi cacing.


3). #emitraan masyarakat mandiri /Peran serta aktif masyarakat sesuai dengan keadaan sosial

budaya setempat0. Dal ini adalah program jangka panjang /merubah perilaku0 yang dapat dimulai dari murid sekolah dasar0.

"@

e. Pe" "g#!6!" Su-2er D!C! M!"u9 ! &SDM. Peningkatan Sumber Daya 4anusia dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal, misalnya melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi petugas kesehatan sangat diperlukan baik pengetahuan mengenai penyakitnya maupun ketrampilan dalam bidang laboratorium, hal ini sangat menunjang pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Cacingan.

V. KEGIATAN PROGRAM CACINGAN


A.
1.

PERSIAPAN
PERSIAPAN TIM Sebelum memulai kegiatan perlu dibentuk tim pelaksana secara berjenjang mulai dari )ingkat #abupaten2#ota sampai dengan tingkat sekolah. )im ini yang bertugas untuk melaksanakan dan mengelola jalannya kegiatan selama program berlangsung. <nggota )im terdiri atas beberapa unsur dari sektor terkait, yang bekerja dalam bidang masing&masing dengan koordinasi lintas sektor. 7ila perlu melibatkan unsur Perguruan )inggi yaitu 7agian Parasitologi dan #esehatan 4asyarakat. Tug!9 T - !"6!r! %! " / a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. <dvokasi kepada DP5 #abupaten2#ota untuk menjelaskan bah$a masalah Cacingan sangat mempengaruhi sumber daya manusia. 4enyiapkan pelaksanaan program pengendalian Cacingan. 4enetapkan daerah dan populasi sasaran. 4enetapkan tujuan. 4engidentifikasi fasilitas yang ada dan menentukan fasilitas yang dapat digunakan 4encari dan menentukan mitra lokal. 4engidentifikasi sumber daya manusia serta infrastruktur yang dapat menunjang tujuan. 4enyusun rencana a$al termasuk pendanaan. 4enyiapkan rencana pencanangan permulaan program. 4enyiapkan pelaksanaan dan mengevaluasi rencana kegiatan yang telah disusun. PERSIAPAN LAPANGAN Dalam persiapan lapangan ada hal penting yang perlu dipertimbang&kan antara lain + a. Prevalensi dan intensitas Cacingan tahun sebelumnya b. #esiapan, kemampuan dan kemauan daerah c. #esiapan infrastruktur dan penunjang dana di daerah d. 4embina tumbuhnya kemandirian di masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ini secara berkesinambungan.

2.

8.

PERSIAPAN BAHAN PENYULUHAN 7ahan penyuluhan disiapkan berdasarkan kesepakatan semua sector dengan memperhatikan keadaan masing&masing daerah. Sebaiknya bahan penyuluhan cukup dikenal dan disukai oleh

"8

lingkungan anak sekolah, guru, maupun orang tua murid. 7eberapa hal penting yang dapat dikembangkan untuk persiapan bahan penyuluhan+ a. Perlu dilakukan penjajakan kebutuhan, untuk mengetahui bahan2materi penyuluhan apa yang disukai b. <pakah bahan tersebut harus diuji coba sebelum digunakan. c. 7ahan tersebut dapat diproduksi di daerah, ataukah dapat dibuat secara umum di Pusat. d. 7agaimana sistem penyebarluasan informasi agar bahan penyuluhan yang dikembangkan dapat disampaikan kepada+ "0 0 (0 ,. )enaga pengelola pendidikan 4asyarakat sekolah )enaga Puskesmas PERSIAPAN PELATIHAN DAN SEMINAR Program ini merupakan program yang baru di lingkungan sekolah, maka perlu dipersiapkan dengan pelatihan dan seminar. Dengan melaksanakan seminar maupun pelatihan bagi para pelaksana diharapkan dapat membantu kelancaran pelaksanaan program di lapangan. Pelatihan yang mungkin dikembangkan antara lain Pelatihan )im Pelaksana Program + a. b. c. d. Pelatihan Petugas Puskesmas Pelatihan Buru %#S Pelatihan 7P( 2 P34B Pelatihan Dokter #ecil

Selain pelatihan, seminar juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran baik bagi pelaksana maupun masyarakat. 4ateri seminar disesuaikan dengan keadaan daerah masing&masing.

:.

PERSIAPAN DANA
7erdasarkan komitmen 7upati2Ialikota seluruh Indonesia, pembangunan kesehatan di daerah, #abupaten2#ota menjadi tanggung ja$ab daerah. Dalam rangka 3tonomi Daerah, pembiayaan program Cacingan ini didesentralisasikan ke #abupaten2#ota. Dana tersebut terdapat dalam Dana <lokasi %mum /D<%0, Dana <lokasi #husus /D<#0 dan Dana Perimbangan. Di samping itu diupayakan melalui kemitraan yang ada di daerah dengan prinsip saling menguntungkan. Persiapan dana diperlukan terutama untuk kegiatan&kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan kebutuhan alat&alat maupun kegiatan program. Dana yang diperlukan antara lain untuk kebutuhan + a. b. c. d. e. f. g. h. Penyebaran informasi Pemeriksaan tinja dan Db, serta fasilitasnya 3bat dan fasilitas yang digunakan untuk pengobatan 7ahan&bahan penyuluhan kesehatan 7ahan&bahan pelatihan Supervisi dan pembinaan ;valuasi 7iaya operasional pelaksanaan program

Dana tersebut mungkin dapat diperoleh dari+ a. b. <P7' <P7D I dan <P7D II

",

c. d. e. f.

7antuan 9uar 'egeri S$asta 4asyarakat Donatur yang tidak mengikat

B.
1.

PELAKSANAAN KEGIATAN
PENYULUHAN Penyakit Cacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu pengendalian penyakit Cacingan ini harus melibatkan berbagai pihak baik lintas program maupun lintas sektor. %paya pengendalian penyakit ini sudah lama dilaksanakan diantaranya pengobatan penderita, penyuluhan di sekolah melalui %#S dan masyarakat pada umumnya, namun hasil yang dicapai belum sesuai dengan harapan. Selanjutnya agar pengendalian penyakit cacingan ini dapat mencapai tujuan sesuai harapan maka perlu direncanakan strategi promosi pengendalian Cacingan yang sesuai dengan keadaan saat ini. Strategi Promosi pengendalian cacingan pada dasarnya ada tiga yaitu !5D3#!9 , 2 "! 9u!9!"!, dan ger!#!" -!9C!r!#!6. !. A5D3#!9 Pe"ge"5!% !" C!$ "g!" 3%e4 Pu9!6 5!" D!er!4 <dvokasi pengendalian Cacingan adalah suatu upaya yang sistematis dan terorganisir untuk melancarkan suatu aksi dengan tujuan memperoleh dukungan kebijakan Pemerintah Pusat, Daerah dan publik atau pengambil keputusan dari berbagai pihak terkait dalam pengendalian cacingan, agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus. ?ang melakukan advokasi untuk 'asional adalah Pusat dan untuk daerah masing&masing adalah #epala Dinas Propinsi, dan #epala Dinas #ab2#ota. 1. S!9!r!" A5D3#!9 a0 Bubernur27upati2Ialikota dengan lintas sektor terkait b0 DP5D Propinsi dan #abupaten2#ota c0 7<PP;D< d0 Pengelola media cetak dan elektronik e0 9S4 f0 Dunia usaha2s$asta2 penyandang dana. 2. Me635e Y!"g D gu"!#!" a0 Sarasehan. b0 Seminar c0 9obby. d0 Dialog interaktif melalui media radio dan )>. e0 9okakarya. f0 Demonstrasi. g0 #unjungan lapangan h0 Studi banding. i0 5apat koordinasi.

"*

8.

H!9 % Y!"g D 4!r!7#!" a0 <danya dukungan kebijakan dalam pelaksanaan program pengendalian cacingan. b0 <danya forum komunikasi2 aliansi2 komite2 Pokja antara lembaga pemerintah, 9S4, Penyandang dana, S$asta untuk membahas masalah pembrantasan cacingan.

2.

B "! Su!9!"! &Social Support. 7ina Suasana adalah suatu upaya sistematis dan terorganisir untuk menjalin kemitraan dalam pembentukan opini positif tentang pengendalian Cacingan dengan berbagai kelompok potensial yang ada di masyarakat. 1. a0 b0 c0 d0 e0 f0 g0 h0 2. a0 b0 c0 d0 e0 f0 g0 8. S!9!r!" B "! Su!9!"! Iarta$an media massa dan elektronik. 3rganisasi #eagamaan 3rganisasi #epemudaan 9S4 P## #elompok Profesi )okoh 4asyarakat Publik figure Me635e Y!"g D gu"!#!". 3rientasi Pelatihan #unjungan lapangan 6umpa pers Dialog terbuka2Interaktif di media 5adio dan )> Penulisan artikel di media massa cetak #hotbah di tempat keagamaan H!9 % Y!"g D 4!r!7#!" a0 3pini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya pengendalian penyakit Cacingan . b0 Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan pengobatan. c0 <danya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat.

$.

Ger!#!" M!9C!r!#!6 Berakan masyarakat adalah suatu upaya yang sistematis dan terorganisir untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat berdaya dan mandiri berperilaku sehat yaitu memeriksakan dan mengobati penyakit Cacingan secara mandiri atau ke sarana kesehatan serta melaksanakan pencegahan dengan berperilaku bersih.

1. a0 b0 c0 d0 e0 f0 g0 h0 2. a0 b0 c0 d0 e0 8.

S!9!r!" 4asyarakat umum #epala sekolah. Buru. Dokter kecil. 4andor2 group leader perkebunan dan pertambangan. )okoh masyarakat. 5)25I. #elompok potensial2penyandang dana setempat. Me635e D!" C!r! Y!"g D gu"!#!" Penyuluhan individu, kelompok dan massa. 3rientasi. Pengobatan selektif dengan dana mandiri dari masyarakat. Pengobatan masal dengan dukungan dana dari masyarakat, pemerintah dan para donor. 4agang. H!9 % Y!"g D 4!r!7#!" a0 4asyarakat mengenal dan paham tentang faktor resiko kejadian Cacingan /lingkungan, perilaku, dll0 b0 4asyarakat mampu mencegah dan menanggulangi faktor resiko Cacingan yang sesuai. c0 4emasyarakatnya perilaku hidup bersih dan sehat. d0 )imbulnya kelompok peduli Cacingan.

)iga strategi tersebut dalam pelaksanaannya tidak terpisah, melainkan saling terkait dan simultan serta memerlukan dukungan pemikiran dan pengembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

PESAN PENYULUHAN CACINGAN ". Dengan bebas penyakit cacingan produktivitas meningkat. . Dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, aku bebas penyakit cacingan. (. Penyakit cacinganku hilang prestasiku meningkat

&2.

PELATIHAN DAN SEMINAR Pelatihan dan seminar dapat dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat propinsi sampai kepada tingkat yang paling rendah yaitu sekolah. Pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas sedangkan seminar dilakukan untuk saling tukar&menukar informasi dan penyebaran informasi baik kepada para pelaksana maupun kepada masyarakat.

"

M!6er C!"g 5 2er #!" 5!%!- 7e%!6 4!" !5!%!4 / a. Cara pengambilan sampel dan cara pelaksanaan survei b. Cara pengumpulan tinja c. Cara membuat larutan #ato d. Cara merendam sellophan e. Cara membuat preparat f. Cara pemeriksaan tinja dengan teknik #ato Be2er!7! 4!% C!"g 7er%u 5 7er4!6 #!" !%!4 / a. 4engapa perlu dilakukan pelatihan2seminar. b. <pa tujuan pelatihan2seminar. c. 4ateri apa yang akan diberikan, bagaimana kurikulumnya disesuaikan dengan sasaran pelatihan. d. 7agaimana mekanisme dan metode pelatihan2seminar yang akan diselenggarakan. e. Siapa peserta pelatihan2seminar. f. Siapa yang akan melatih. g. Iaktu pelatihan2seminar dilaksanakan. h. Dimana pelatihan2seminar diselenggarakan. i. %ntuk apa pelatihan2seminar diselenggarakan. &8. PENGUMPULAN DATA DASAR Sebelum memulai kegiatan pelaksanaan terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dasar. Pengumpulan data dasar ini diperlukan untuk mendapatkan informasi keadaan sebelum program dimulai. 4etode pengumpulan data dasar dilakukan dengan survei. Dalam pengumpulan data dasar beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain + a. 7agaimana keadaan infrastruktur masyarakat b. 7agaimana kesiapan dan kemampuan petugas laboratorium. c. #etrampilan petugas dalam menganalisa hasil pemeriksaan. d. )ersedianya fasilitas pemeriksaan seperti+ mikroskop, reagensia, dan lain&lain. e. #esiapan orang tua, guru, dan murid untuk mendukung pengumpulan data dasar. Selain hal tersebut perlu juga dipertimbangkan data tentang lokasi, situasi dan kondisi antara lain+ a. Cacingan + Prevalensi, intensitas dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku /#<P0. b. 4asyarakat + 4ampu, sedang, miskin /secara ekonomi0 c. 9okasi + #ota, desa, pertanian, pantai, perkebunan, pertambangan, areal industri dan desa ID) d. 9ingkungan + #umuh, padat e. 9aboratorium + 7aik, sederhana, tidak ada /tidak berfungsi0 f. Dana + 4andiri /s$adana0, bantuan, atau tidak ada. D!6! 5!9!r C!"g 7er%u 5 #u-7u%#!" C! 6u/ a. <ngka prevalensi dan intensitas penyakit cacingan dengan pemeriksaan tinja mengunakan cara #ato #atz secara kualitatif dan kuantitatif. Dari jumlah telur yang diperiksa dapat dikategorikan sebagai infeksi ringan, sedang atau berat.

b. #adar Db dalam darah, pengukuran kadar Db dilakukan oleh Puskesmas atau 9aboratorium yang ditunjuk. Data dapat diambil dari pemeriksaan rutin. c. Pengukuran tinggi dan 7erat 7adan anak sekolah, kemudian dianalisa dengan menggunakan Darvard2'CDS. Dilakukan oleh Buru %#S dibantu oleh Dokter #ecil diba$ah penga$asan petugas %#S Puskesmas atau diambil dari data yang sudah ada. d. <ngka rata&rata kelas bagi kelas " s2d 1, 'ilai ;btanas 4urni /';40 khusus bagi kelas @ anak sekolah dasar. Data ini diambil dari laporan sekolah. e. <ngka rata&rata absensi anak sekolah karena sakit, diambil dari laporan sekolah. f. Data pengetahuan tentang Cacingan, sikap dan perilaku hidup sehat di lingkungan anak sekolah, guru dan orang tua dengan menggunakan metoda $a$ancara. g. 4engobservasi keadaan sanitasi lingkungan sekolah dengan ceklis. h. Data tentang tersedianya jamban dan sarana air bersih serta penggunaannya baik di sekolah maupun di rumah tangga. i. Data tentang observasi kebiasaan hidup sehat masyarakat. Semua data di atas dianalisis sebagai tolok ukur untuk mengetahui keadaan sebelum program dimulai. ,. !. DeB " 9 ?ang dimaksud dengan survei adalah kegiatan pemeriksaan tinja pada penduduk sasaran. Survei ini ada macam yaitu + 1. SurDe D!6! D!9!r %ntuk menentukan besarnya masalah kecacingan di suatu daerah /Prevalensi,Intensitas Infeksi dan #<P0 dan untuk menentukan frekuensi pengobatan. 2. SurDe ED!%u!9 %ntuk menilai kemajuan program di suatu daerah dan untuk menentukan tindakan pengobatan selanjutnya /frekuensi dan jenis obat0. 2. S!-7e% Pemilihan sampel di suatu daerah sasaran /#ecamatan0 dipilih berdasarkan random sederhana /simple random sampling0, misalnya dengan lotere, tabel angka random, dan lain&lain. 6umlah sampel untuk survei dapat dihitung dengan formula sebagai berikut+ E CPCF N' SURVEI

N'

J &&&&&&&&&&&&&&&&& J NS J N' + / " F &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&& 0 D 6umlah Sasaran J 7atas kepercayaan J ",*@ J Prevalensi cacingan di daerah tersebut. J"=P J )ingkat kesalahan J !," J 6umlah sampel dengan faktor koreksi J 6umlah sampel

E P F D NS N'

<pabila tidak tersedia data prevalensi infeksi cacingan, prevalensi ditetapkan 1!A /P0.

$.

Pe-er #9!!" T "?!


1. Tu?u!" Pemeriksaan tinja bertujuan untuk menegakkan diagnosis pasti, ada dan tidaknya infeksi cacing, berat ringannya infeksi serta jenis telur cacing yang ada. 2.
a0 b" c0 d0 e0 f0 g0 h0 i0 j0 k0 l0 m0 n0 o0 p0 K0 r0 s0 t0 u0 v0 $0

B!4!" 5!" Per!%!6!"


<Kuadest Glycerin #alachite green /hijau malasit0 Belas obyek $ellophane tape /selofan0, ukuran lebar ,1 cm. #arton ukuran tebal mm dan dilubangi dengan perforator #a$at saring atau ka$at kasa /%ire screen0. Pot plastik ukuran "! = "1 cc atau kantong plastik obat. 9idi atau tusuk gigi #ertas minyak #ertas saring atau tissue Spidol tahan air )utup botol dari karet Bunting logam Iaskom plastik kecil Sabun dan deterjen Danduk kecil Sarung tangan karet Lormalin 1 = "! A 4ikroskop Lormulir ;mber $ounter /alat penghitung0

8. a0

C!r! Pe-2!g !" 5!" Pe"gu-7u%!" T "?! Sebelum pot tinja dibagi perlu dilakukan $a$ancara tentang pengetahuan Cacingan, kebiasaan hidup sehat dengan menggunakan kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar atau responden.

b0

Setelah $a$ancara, responden dibagikan pot tinja yang telah diberi kode sesuai dengan kode yang tertulis pada kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar. 7ila sasarannya masyarakat maka kode yang dicantumkan ditambah alamat lengkap, desa 5) dan 5I. Pot tersebut diisi dengan tinjanya sendiri dan dikumpulkan pada keesokan harinya. 6umlah tinja yang dimasukkan ke dalam pot 2 kantong plastik sekitar "!! mg /sebesar kelereng atau ibu jari tangan0. Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing tambang akan rusak atau menetas menjadi larva. 6ika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 1&"!A sampai terendam. Me635e Pe-er #9!!" K!63;K!6@

c0 d0

,. !.

C!r! Me-2u!6 L!ru6!" K!63 ?ang dimaksud dengan 9arutan #ato adalah cairan yang dipakai untuk merendam2memulas selofan /cellophane tape0 dalam pemeriksaan tinja terhadap telur cacing menurut modifikasi teknik #ato dan #ato&#atz. /"0 %ntuk membuat 9arutan #ato diperlukan campuran dengan perbandingan+ <Kuadest "!! bagian, Glycerin "!! bagian dan 9arutan malachite green (A sebanyak " bagian. / 0 )imbang malachite green sebanyak ( gram, masukkan ke dalam botol2 beker glass dan tambahkan aKuadest "!! cc sedikit demi sedikit lalu aduk2kocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malchite green (A. /(0 4asukkan "!! cc aKuadest ke dalam Iaskom plastik kecil, lalu tambahkan "!! cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan " cc larutan malachite green (A, lalu aduk sampai homogen. 4aka akan didapatkan 9arutan #ato !" cc.

2.

C!r! -ere"5!- G -e-u%!9 9e%3B!" &cellophane tape) /"0 7uatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Iaskom plastik kecil. Contoh+ 4isal bingkai untuk foto / 0 9ibatkan 2 lilitkan selofan pada bingkai tersebut. /(0 5endamlah selama F ", jam dalam 9arutan #ato. /-0 Pada $aktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang ( cm.

$.

C!r! Pe-er #9!!" Ku!% 6!6 B &-35 B #!9 6e#" # K!63. Dasil pemeriksaan tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan. Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi seluruh jenis cacing atau per jenis cacing. &1. C!r! Me-2u!6 Pre7!r!6 /a0 Pakailah sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai penyakit.

/b0 /c0 /d0 /e0 /f0 /g0 &2. /a0

)ulislah 'omor #ode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis di pot tinja. <mbillah tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas obyek. )utup dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan #ato, dan ratakan tinja di ba$ah selofan dengan tutup botol karet atau gelas obyek. 7iarkan sediaan selama !&(! menit. Periksa dengan pembesaran lemah "!! C /obyektif "! C dan okuler "! C0, bila diperlukan dapat dibesarkan -!! C /obyektif -! C dan okuler "! C0. Dasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing. C!r! Me"g4 6u"g PreD!%e"9 Prevalensi Seluruh Cacing J 6umlah specimen positif telur minimal " jenis cacing C "!!A 6umlah specimen yang diperiksa

/b0

Prevalensi Cacing Belang 6umlah specimen positif telur cacing gelang C "!!A 6umlah specimen yang diperiksa

/c0

Prevalensi Cacing Cambuk 6umlah specimen positif telur cacing cambuk C "!!A 6umlah specimen yang diperiksa

/d0

Prevalensi Cacing )ambang 6umlah specimen positif telur cacing tambang C "!!A 6umlah specimen yang diperiksa

5.

C!r! Pe-er #9!!" Ku!"6 6!6 B Pemeriksaan kuantitatif diperlukan untuk menentukan intensitas infeksi atau berat ringannya penyakit dengan mengetahui jumlah telur per gram tinja /;PB0 pada setiap jenis cacing. &1. /a0 /b0 /c0 /d0 /e0 &2. C!r! Me-2u!6 Pre7!r!6 Saringlah tinja menggunakan ka$at saring. 9etakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja yang sudah di saring pada lubang tersebut. <mbillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan #ato. 5atakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan kurang lebih sediaan selama ! = (! menit. Periksa di ba$ah mikroskop dan hitung jumlah telur yang ada pada sediaan tersebut. C!r! Me"g4 6u"g Te%ur

Dasil pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah telur per gram tinja /;gg Per Bram2;PB0 tiap jenis cacing. /a0 C "!!!25 6umlah specimen positif telur Cacing Belang /b0 Intensitas Cacing Cambuk J 6umlah telur cacing cambuk 6umlah specimen positif telur Cacing Cambuk C "!!!25 Intensitas Cacing Belang J 6umlah telur cacing gelang

/c0 Intensitas Cacing )ambang J 6umlah telur cacing tambang C "!!!25 6umlah specimen positif telur Cacing )ambang #et + 5 J berat tinja sesuai ukuran lubang karton /mg0. %ntuk program cacingan adalah -! mg. K%!9 B #!9 I"6e"9 6!9 I"Be#9 #lasifikasi intensitas infeksi merupakan angka serangan dari masing&masing jenis cacing. #lasifikasi tersebut digolongkan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan berat. Intensitas infeksi menurut jenis cacing dapat dilihat pada tabel berikut. T!2e% 1 ; K%!9 B #!9 I"6e"9 6!9 I"Be#9 Me"uru6 Je" 9 C!$ "g N3. ". . (. K%!9 B #!9 5ingan Sedang 7erat C!$ "g Ge%!"g " & -.*** 1.!!! & -*.*** M 1!.!!! Je" 9 C!$ "g C!$ "g C!-2u# " = *** ".!!! = *.*** M "!.!!! C!$ "g T!-2!"g " = ".*** .!!! = (.*** M -.!!!

e. Pe-2u!"g!" L -2!4 L!23r!63r u/"0 Iadah dari kertas, plastik, stik2lidi diberi desinfektan /sodium hipoklorit0 kemudian dibakar. / 0 Iadah dari gelas2kaca atau metal ditambahkan formalin "!A, diamkan " jam atau lebih kemudian cuci dengan air bersih. /(0 #aca objek bekas pakai direndam dalam larutan yang diberi desinfektan selama kurang lebih " jam, kemudian cuci dengan air bersih. Bunakan lidi untuk melepas kaca penutup &cover glass'". B. Pe"$!6!6!" H!9 % Pe-er #9!!" Dasil pengumpulan data tentang pengetahuan murid dan hasil pemeriksaan laboratorium direkap dengan menggunakan formulir tertentu / F3r- 1+ 2 5!" 80.

:. PENGOBATAN !. Tu?u!" "0 4emutuskan mata rantai penularan. "0 4enurunkan prevalensi dan intensitas infeksi. 0 4eningkatkan kesehatan dan produktivitas. 2. Pr "9 7 Pe"g32!6!" Prinsip pengobatan infeksi Cacingan adalah membunuh cacing yang ada dalam tubuh manusia yaitu dengan dengan menggunakan obat yang aman berspektrum luas, efektif untuk jenis cacing yang ditularkan melalui tanah. 4enurut berbagai pengalaman frekuensi pengobatan dilakukan kali dalam setahun. $. Je" 9 Pe"g32!6!" 6enis pengobatan penyakit Cacingan ada dua macam yaitu pengobatan massal dan pengobatan selektif. 1. Pe"g32!6!" M!99!% &Blanket Treatment. !. Blanket ass Treatment Suatu jenis pengobatan yang dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh penduduk yang menjadi sasaran program. (lanket Treatment dilakukan bila sarana dan prasarana laboratorium tidak ada2tidak memadai atau ada sarana laboratorium tapi kondisi geografis menyulitkan pengumpulan sampel tinja, pengobatan massal ini dapat dilakukan sampai ( tahun tanpa survei evaluasi. Daerah yang melaksanakan sistem (lanket, agar diikuti dengan kegiatan penyuluhan tentang hidup bersih dan memperbaiki sanitasi lingkungan di $ilayah tersebut. Disamping itu agar diupayakan meningkatkan SD4 dan sarana laboratorium untuk menunjang kemampuan pemeriksaan tinja, dengan harapan suatu saat mampu melaksanakan pengobatan selektif di $ilayahnya. Selain itu pengobatan massal dilakukan apabila di daerah sasaran pernah mempunyai prevalensi (! A atau lebih. 2. Selective ass Treatment Pengobatan yang dilakukan terhadap penduduk yang menjadi sasaran program, tetapi hanya kepada penduduk yang 4!9 % 7e-er #9!!" 6 "?!"C! 739 6 B. Dal ini dilakukan pada daerah yang mempunyai sarana dan prasarana laboratorium yang memadai, karena pemeriksaan tinja harus dilakukan pada seluruh sasaran. Di samping itu kondisi geografis memungkinkan untuk pengumpulan sediaan tinja secara berkala. Pengobatan dilakukan secara berurutan /satu per satu0 dan harus diminum didepan petugas /tidak boleh diba$a pulang0. 2. Pe"g32!6!" Se%e#6 B !Selective Treatment) Pengobatan dilakukan di sarana kesehatan bagi penderita yang datang berobat sendiri dan hasil pemeriksaan mikroskopik tinja positif atau hasil pemeriksaan klinis dinyatakan positif menderita Cacingan.

5. 1.

Je" 9 O2!6 Pe- % 4!" 32!6 $!$ "g 5e"g!" #r 6er ! 5!" 97e9 B #!9 9e2!g! 2er #u6 / a0 <man /efek samping minimal0 b0 ;fektif untuk beberapa jenis cacing c0 Darga terjangkau baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Sebaiknya dipilih satu macam obat dengan dosis tunggal, hal ini untuk mempermudah pelaksanaan pengobatan. Program P Cacingan menganjurkan Pyrantel pamoate dengan dosis "! mg2kg berat badan /dosis tunggal0, untuk pengobatan pertama pada pengobatan massal. %ntuk pengobatan kedua dapat menggunakan <lbendazole. 6ika infeksi cacing gelang rendah dan infeksi cacing cambuk menjadi masalah, dianjurkan memakai 4ebendazole atau <lbendazole. %ntuk pengobatan massal dosis 4ebendazole 1!! mg /dosis tunggal0 dan <lbendazole -!! mg /dosis tunggal0. %ntuk pengobatan selektif 4ebendazole dosisnya "!! mg C kali selama ( hari.
T!2e% 2 / Per2e5!!" A%2e"5!@3%e H PCr!"6e% H Me2e"5!@3%e
F!#63r;F!#63r Pe"6 "g Y!"g Per%u D 7er4!6 #!" ". m Spektru

A%2e"5!@3%e 4embunuh cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan hook%orm. 4emutuskan rantai kehidupan cacing+ cacing de$asa, telur dan larva. @ bulan

PCr!"6e% 4embunuh Ascaris lumbri coides) Ancylostoma sp., cacing de$asa.

Me2e"5!@3%e 4embunuh cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan hook%orrm. 4embunuh semua stadium cacing.

. si (.

5einfek

- bulan

@ bulan

;fek samping

'yeri perut2diare /jarang0, kontraindikasi bagi $anita hamil.

4ual, muntah, diare, keram, sakit kepala, pusing, kunang& kunang. ?a

'yeri perut2diare /jarang0, kontraindikasi bagi $anita hamil, alergi., leukopenia, alopesia. ?a

-.

5ekome ndasi dari ID3

?a

Pelaksanaan pengobatan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan umum, penyuluhan, termasuk persiapan bahan2alat pendukung yang diperlukan pada pelaksanaan pengobatan. 7ila ada keluhan pusing, mual, sakit perut diharapkan segera dirujuk ke sarana kesehatan /Puskesmas atau 5umah Sakit0. 2. K3"6r! I"5 #!9 Pe-2er !" O2!6 Dalam pelaksanaan pengobatan ada beberapa kontra indikasi terhadap beberapa jenis obat yang diberikan adalah sebagai berikut + a0 Pyrantel pamoate b0 4ebendazol c0 <lbendazole + demam, hamil trismester I, umur di ba$ah - bulan. + demam, hamil trismester I, umur di ba$ah 1 tahun + demam, hamil trismester I, umur di ba$ah 1 tahun.

Pengobatan dapat ditunda bila terdapat salah satu indikasi di atas. e. Pe"e"6u!" U7!C! Pe"g32!6!"

Daerah #ab2#ota dapat menentukan sendiri metode pengobatan sesuai dengan kemampuannya masing&masing seperti penjelasan di ba$ah ini. 1. D!er!4 Per#36!!" a0 Daerah dengan penduduk yang mampu mempunyai karakteristik + /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 Prevalensi cacingan rendah Intensitas cacingan rendah 4asyarakat mampu 9ingkungan yang baik Lasilitas laboratorium yang baik atau memadai #ondisi geografis /transportasi0 baik.

Pelaksanaan pengobatan dilakukan secara MANDIRI /Pendanaan 4andiri0. )indakan pengobatan dilakukan secara S"L"CT#$". b0 karakteristik + /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 Prevalensi cacingan sedang Intensitas cacingan sedang 4asyarakat sedang Sanitasi lingkungan sedang 9aboratorium baik atau sedang #ondisi geografis /transportasi0 baik. Desa di daerah perkotaan yang mempunyai

Pelaksanaan pengobatan dilakukan secara MANDIRI /Pendanaan 4andiri0. )indakan pengobatan dilakukan secara S"L"CT#$". c0 karakteristik + /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 Prevalensi cacingan tinggi Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat miskin Sanitasi lingkungan kumuh 9aboratorium baik 2 memadai Pendanaan tidak tersedia #ondisi geografis /transportasi0 tidak baik. Perkotaan kumuh yang mempunyai

)indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan dengan BLAN&"T T'"AT "NT( 2. a0 /"0Prevalensi cacingan tinggi / 0Intensitas cacingan tinggi /(0#emampuan masyarakat sedang D!er!4 Pe5e9!!" &rur!%. Desa Petani dengan karakteristik +

(!

/-0Sanitasi lingkungan sedang2kumuh /10Lasilitas laboratorium baik atau sederhana /@0Dana bantuan /80#ondisi geografis /transportasi0 tidak baik. )indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan dengan BLAN&"T T'"AT "NT( b0 /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 Prevalensi cacingan tinggi Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat sedang atau miskin Sanitasi lingkungan sedang Lasilitas laboratorium jelek Dana bantuan #ondisi geografis /transportasi0 tidak baik. Desa 'elayan dengan karakteristik +

)indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan secara BLAN&"T T'"AT "NT. c0 /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 Prevalensi cacingan tinggi Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat sedang Sanitasi lingkungan jelek Lasilitas laboratorium jelek Dana tidak ada #ondisi geografis /transportasi0 tidak baik. Desa )ertinggal dengan karakteristik +

)indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan BLAN&"T T'"AT "NT. 8. a0 /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 baik. )indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan BLAN&"T T'"AT "NT. b0 /"0 Daerah pertambangan dengan karakteristik + Prevalensi cacingan tinggi D!er!4 K4u9u9 Daerah perkebunan dengan karakteristik + Prevalensi cacingan tinggi Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat sedang Sanitasi lingkungan sedang Lasilitas laboratorium baik Dana bantuan #ondisi geografis /transportasi0 tidak

("

/ 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 /transportasi0 tidak baik.

Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat sedang Sanitasi lingkungan sedang Lasilitas laboratorium baik Dana bantuan #ondisi geografis

)indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan BLAN&"T T'"AT "NT.

c0 /"0 / 0 /(0 /-0 /10 /@0 /80 baik.

Daerah industri dengan karakteristik + Prevalensi cacingan tinggi Intensitas cacingan tinggi 4asyarakat sedang Sanitasi lingkungan sedang Lasilitas laboratorium baik Dana bantuan #ondisi geografis /transportasi0 tidak

)indakan pengobatan didahului dengan pemeriksaan tinja secara SA PL#N% dan pengobatan BLAN&"T T'"AT "NT. T!2e% 8 / A"!% 9 9 T "5!#!" Pe"g32!6!"

TABEL / ANALISIS TINDAKAN PENGOBATAN

PERKOTAAN &URBAN. KEADAAN B KECACINGAN Prevalensi Intensitas ME>AH S J B DESA S J B KUMUH S J B DESA PETANI S J

PEDESAAN &RURAL. DESA NELAYAN B S J B DESA IDT S J PERKEBUNAN B S J

DAERAH KHUSUS PERTAMBANGAN B S J B INDUSTRI S J

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

3 3

MASYARAKAT 4ampu Sedang 4iskin

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

LINGKUNGAN #ota Desa #umuh

3 3 3 3 3 3 3 3 3

LABORATORIUM 7aik Sederhana 6elek

3 3

3 3 3

DANA 4andiri 7antuan )idak <da

3 3 3 3 3 3 3 3 3

TRANSPORTASI 7aik 6elek

3 3 4andiri & Selective

3 3 3 4andiri /7antuan0 3 Sampling & 7lanket 3 3 Sampling & 7lanket 3 Sampling & 7lanket 3 3 Sampling & 7lanket 3 3 3 Sampling & 7lanket 3 3 Sampling & 7lanket 3 3 Sampling & 7lanket

TINDAKAN

*eterangan + B + 7aik. S + Sedang. J + 6elek

).

PENGORGANISASIAN
#arena sasaran pertama adalah anak sekolah maka pengendalian Cacingan sebaiknya dilakukan melalui jalur %#S. Pelaksana pengendalian Cacingan merupakan suatu tim yang terdiri atas unsur& unsur %#S dan mitranya antara lain+ a. Dinas #esehatan b. 9intas Sektor )erkait + "0 Dinas P% 0 Dinas Pendidikan 'asional (0 Dinas <gama -0 Dinas Pari$isata 10 Dinas Pembangunan 4asyarakat Desa @0 7appeda 80 )im Penggerak P## ,0 9S4 2 3rganisasi profesi. *0 )okoh masyarakat dan )okoh <gama Fu"g9 5!" Per!" T - Pe"ge"5!% !" C!$ "g!" a. b. c. termasuk pengadaan obat cacing. 4elakukan analisis situasi Cacingan di daerahnya. 4erencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. 4enggali sumber dana untuk pembiayaan kegiatan

((

d. e. f. g. h.

#oordinasi dengan stake holder + yang terkait untuk menentukan langkah langkah kegiatan dan tindak lanjut yang akan dilakukan masing&masing sektor terkait. 4eningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian Cacingan. 4eningkatkan peran serta 9S4 di daerahnya. 4elakukan pemetaan. 4elakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

7entuk organisasi pengendalian Cacingan melalui %#S dapat dilihat pada F3r- ,. <. KEGIATAN INTERVENSI Setelah diketahui angka prevalensi dan intensitas Cacingan di suatu $ilayah maka perlu dilakukan kegiatan intervensi antara lain penyuluhan, pengobatan dan pencegahan. !. Pe"Cu%u4!" Penyuluhan dilakukan kepada sasaran untuk meningkatkan pengetahuan tentang Cacingan antara lain+ tanda&tanda 2 gejala penyakit, bahaya penyakit, cara penularan penyakit dan cara pencegahan. 2. Pe"g32!6!" Pengobatan Cacingan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan tinja, dengan frekuensi pengobatan dua kali dalam setahun. $. Pe"$eg!4!" %paya pencegahan cacingan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan perorangan ataupun kebersihan lingkungan. #egiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut. 1. a0 b0 c0 d0 e0 f0 g0 h0 2. a0 b0 c0 Me"?!g! Ke2er9 4!" Per3r!"g!" 4encuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun. 4enggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi + 4emasak air untuk minum 4encuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan. 4andi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari. 4emotong dan membersihkan kuku. 4emakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah. 4enutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut. Me"?!g! Ke2er9 4!" L "g#u"g!" 4embuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan. 6angan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai. 4engusahakan pengaturan pembuangan air kotor.

(-

d0 lalat dan lipas. e0 1. PENCATATAN DAN PELAPORAN

4embuang sampah pada tempatnya untuk menghindari 4enjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

Pencatatan dan pelaporan penderita Cacingan yang berobat ke sarana kesehatan yang dimasukkan pada laporan Simpus atau laporan rutin. Pencatatan dan pelaporan pada saat survei dilaporkan secara lengkap setelah selesai survei. Lormulir pencatatan dapat menggunakan format sebagai berikut + 9ampiran " 9ampiran 9ampiran ( 9ampiran + + + + Pengetahuan murid sekolah dasar tentang cacing. 5ekapitulasi pengetahuan murid sekolah dasar tentang cacing. Dasil pemeriksaan laboratorium. 5ekapitulasi hasil survei pemeriksaan tinja.

C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


1. Pe-!"6!u!" !. Tu?u!" )ujuan pemantauan adalah untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program. 2. S!9!r!" Sasaran pemantauan adalah daerah yang melaksanakan program cacingan meliputi pemeriksaan tinja, pengobatan dan kegiatan intervensinya. $. Me635! 4etoda pemantauan adalah menggunakan ceklis yang telah disepakati.

5.

Pe%!#9!"! Pelaksana pemantauan dapat dilakukan oleh petugas Pusat, Propinsi, #abupaten dan Puskesmas

2. !.

ED!%u!9 Tu?u!" )ujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil pencapaian program penanggulangan Cacingan.

(1

2.

S!9!r!" Sasaran evaluasi adalah daerah yang melaksanakan program cacingan meliputi pemeriksaan tinja, pengobatan dan kegiatan intervensinya.

$.

Me635! Dapat dilaksanakan dengan cara survei yaitu survei prevalensi, #<P dll.

5.

Pe%!#9!"! Pelaksana pemantauan dapat dilakukan oleh petugas Pusat, Propinsi, #abupaten dan Puskesmas

VII. PENUTUP Pedoman ini disusun untuk memberikan landasan kerja bagi pihak&pihak yang melakukan kegiatan dalam rangka pengendalian dan pencegahan penularan penyakit cacingan.

MENTE"I KESE#$T$N%

&r' (r' SITI )$&IL$# S*+$"I% Sp' !+,K-

(@

Vous aimerez peut-être aussi