Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).

Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.

Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.

Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).

Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar

60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien hepatitis

1.2.2 Tujuan khusus Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai : Pengkajian klien hepatitis Diagnosa yang mungkin timbul pada klien hepatitis Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien hepatitis Pelaksaan tindakan keperawatan pada klien hepatitis

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Hepatitis Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Hepatitis dapat diartikan secara sederhana, yaitu suatu peradangan pada hati. Definisi hepatitis menurut beberapa ahli adalah : Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan Keperawatan Pada Anak, 2002; 131) Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Patofisiologi Untuk Keperawatan, 2000;145) Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi , ingesti , atau pemberian obat secara parenteral ( IV ). Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins , alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.

Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya , seperti : Cytomegalovirus Virus Epstein-Barr Virus Herpes simplex Virus Varicella-zoster

Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang , pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian. 2.2 Anatomi Fisiologi Hati

Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh. Beratnya sekitar 1,5 kg ( 2 3 % berat badan ). Hati memilliki 300 milyar sel terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, dan merupakan tempat utama metabolisme intermedier (Koolman, J & Rohm K.H, 2001). Hati manusia berada pada bagian atas cavum abdominalis, dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium. Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris.Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam

intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Fungsi hati :

Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah Tempat menyimpan beberapa vitamin ( vitamin A, D, E, K ), mineral (termasuk zat besi) mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap zat gizi penting

Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun ( detoksikasi ) serta memetabolisme alkohol

Membantu menghambat infeksi

2.3 Etiologi 1. Infeksi Virus Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus , antara lain : a. Virus Hepatitis A ( HAV ) Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.

b. Virus Hepatitis B ( HBV ) Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm

Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.

c. Virus Hepatitis C ( HCV ) Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 60 nm Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B.

d. Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki memakai obat terlarang dan kebiasaan penderita hemovilia Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

e. Virus Hepatitis E ( HEV ) Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 36 nm Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.

f. Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis ini jarang ada.

2. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun. 3. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis. 2.4 Patofisiologi Hepatitis Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan selsel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar

bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Setelah liver membuka sejumlah agen, seperti virus. Liver menjadi membesar dan mendesak dengan meradangnya sel-sel hati, lymfosit-lymfosit, bertambahnya cairan, sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman. Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluransaluran empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.

Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis , hepatitisD , dan hepatitis E sangat terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex kekebalan Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B. Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian.

(Dusheiko,1990). Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.

Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan aktifitas enzym, perbaikan sel-sel hepar. Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang, sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah. Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan.

2.5 Tanda dan gejala Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut : Selera makan hilang Rasa tidak enak di perut Mual sampai muntah Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)

Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning Kulit seluruh tubuh tampak kuning Air seni berwarna coklat seperti air the

Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya sebagian kecil (5 10%) yang akan menetap/ menahun. Pada kasus yang menahun : Manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan Diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.

Adapun beberapa fase tanda dan gejala hepatitis :


1.

Fase Pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Pertama kali timbul adalah penurunan nafsu makan ( nausea ) , mual, muntah, nyeri perut kanan atas (ulu hati). Badan terasa pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis B.

2.

Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu pertama, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal seluruh tubuh, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

3.

Fase Penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hepatitis 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan pigmen Urobilirubin direk Bilirubun serum total Bilirubin urine Urobilinogen urine Urobilinogen feses b. Pemeriksaan protein Protein totel serum Albumin serum Globulin serum Hbsag c. Waktu protrombin Respon waktu protrombin terhadap vitamin K d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum 2. Pemeriksaan Radiologi Foto rontgen abdomen Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif Kolestogram dan kalangiogram

3.

Arteriografi pembuluh darah seliaka

Pemeriksaan tambahan Laparoskopi Biopsi hati

2.7 Komplikasi Hepatitis Ensefalopati hepatik terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. 2.8 Penatalaksanaan 1. Penerangan Perawatan Pencegahan Hepatitis Virus a. Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan b. Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem penggunaan jarum c. Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B d. Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG) e. Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah. 2. Pencegahan Hepatitis Virus a. Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan setelah dari toilet b. Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air c. Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop

d. Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman sesama keluarga e. Jangan berbagi jarum suntikan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ( ASKEP ) HEPATITIS


3.1 Pengkajian Keperawatan 1. Aktivitas Kelemahan Kelelahan Malaise

2. Sirkulasi Bradikardi ( hiperbilirubin berat ) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

3. Eliminasi Urine gelap Diare feses warna tanah liat

4. Makanan dan Cairan Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites

5. Neurosensori Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi Asteriksis

6. Nyeri / Kenyamanan Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan

Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )

7. Keamanan Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpanjang

3.2 Diagnosa keperawatan Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar 4. 5. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu 6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret 7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.

3.3 Intervensi dan rasional keperawatan 1. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien terpenuhi. Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. Intervensi a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak Rasional a. Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan b. Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. c. Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan. d. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan e. Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien berkurang atau teratasi Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri Akui adanya nyeri Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya c. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi Rasional a. Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri. b. Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri c. Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan) d. Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3.

Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien normal Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu

Intervensi a. Monitor tanda vital : suhu badan b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur

d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat Rasional a. Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi b. Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi c. Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan d. Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit

4.

Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien berkurang Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan

Intervensi a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu b. Sarankan klien untuk tirah baring c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi) Rasional a. Dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang b. Tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit c. Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting

d. Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan e. Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

Intervensi a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin Rasional a. Kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf b. Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi c. Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus d. Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak mengalami gangguan pola nafas Kriteria hasil : Pola nafas adekuat

Intervensi a. Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan b. Auskultasi bunyi nafas tambahan c. Berikan posisi semi fowler d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif

e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan Rasional a. Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen b. Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan c. Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret d. Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak e. Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7.

Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi pada pasien Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Intervensi a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan. d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat Rasional a. Pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis b. Teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit c. Mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi d. Rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

Vous aimerez peut-être aussi