Vous êtes sur la page 1sur 29

Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. F yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya. 1.2. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) 2. Tujuan Khusus Dengan pembuatan makalah ini maka mahasiswa mampu: a. Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi dengan kasus BBLR. b. Menetapkan intervensi kebidanan yang dapat dilakukan pada bayi dengan kasus BBLR. c. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada bayi dengan kasus BBLR

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. PENGERTIAN Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal, 2004) WHO (1961) mengganti istilah premature dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi premature. 2.2. ETIOLOGI BBLR dapat disebabkan karena: Persalinan kurang bulan / premature Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat daripada waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur). Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keaadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Beberapa faktor predisposisi: Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil, obat-obatan. Faktor plasenta seperti insufisiensi atau disfungsi placenta, peyakit vaskuler, kehamilan ganda,

plasenta previa dan solusio plasenta. Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi, factor genetic atau kromosam Radiasi Bahan toksik Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas: 1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin) 2. Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna 3. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernapasan). 4. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang. 5. Hipotermia

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas: 1. Sindrom aspirasi mekonium 2. Hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah 3. Hiperbilirubinemia 4. Hipotermia 2.3. DIAGNOSTIK Anamnesis: Umur ibu Penyakit persalinan sebelumnya Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil Pemeriksaan fisik Berat lahir kurang 2500 gram Untuk BBLR kurang bulan: Tanda prematuritas: tulang rawan telinga belum terbentuk masih terdapat lanugo refleks-refleks masih lemah alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk) Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan: Tanda janin tumbuh lambat: tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas

kulit keriput kuku lebih panjang Komplikasi BBLR Hipotermi Hipoglikemia Ikterus/ hiperbilirubinemia Masalah pemberian minum Infeksi atau curiga sepsis Sindroma aspirasi mekoneum Perdarahan intra cranial 2.4. PENANGANAN 1. Mempertahankan suhu dengan ketat BBLR mudah dan cepat mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (brown fat). 2. Mencegah infeksi dengan ketat BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup membentuk entibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. 3. Pengawasan nutrisi/ASI Pada BBLR refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. 2.5. PEMANTAUAN (MONITORING) 1. Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir >1500 gram dapat kehilangan BB sampai 10% dari berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya: 150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 gram/hari) 200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 gram/hari)

Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari: Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180ml/kg/hari. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari. 2. Tanda kecukupan pemberian ASI Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI BB bayi naik 3. Pemulangan penderita Bayi suhu stabil Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternative cara pemberian minum yang lain. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. 3.2. SARAN Diharapkan setelah dirawat bayi dapat: Berat badan naik mencapai normal, daya hisap kuat, tidak terjadi infeksi dan hipotermi, maupun resiko infeksi. Kepada bidan dan perawat diharapkan dapat meningkatkan proses keperawatan pada BBLR dengan mempertahankan teknik aseptic dalam setiap melakukan tindakan. Kepada mahasiwa diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

FKPP SPK SE-JAWA BARAT. 1996. Perawatan III Unit D-E-F . Bandung Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Buku Acuan Pelatihan PONED Komponen Neonatal. 2004. DEPKES RI. Jakarta: JNPK-KR http://askep-askeb-kita.blogspot.com/IKLAN3 Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK Dr. Triyanto Saudin Tentang BBLR OLEH : Dani Wijayanto 2009 1440 1018 STIKES BAHRUL ULUM LAB II BATU KOTA WISATA BATU 2011 KATA PENGANTAR Atas rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua sahingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Anak tentang BBLR. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Triyanto Saudin selaku koordinator Pendidikan dan dosen yang telah membimbing penyusun dalam penyelesaian makalah. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa Akademik Perawat dan pembaca. Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi 2 2.2 Klasifikasi 3 2.3 Etiologi 4 2.4 Patofisiologi 3 2.5 Manifestasi klinis 5 2.6 Diagnosis 6 2.6 Penatalaksanaan 6 2.7 Pencegahan 11 BAB III PNUTUP 3.1 Kesimpulan 14 3.2 Saran dan Kritik 14 Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB II dari dr. Triyanto Saudin. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. 2.2 Klasifikasi . Klasifikasi BBLR Primaturitas murni. a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi. b. Dismaturitas. c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. d. BBLR dibedakan menjadi :

BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr 2.3 Etiologi a. Faktor ibu (resti). b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik) c. faktor usia : < 20 tahun. d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain. e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini. f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah. g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok. 2.4 Patofisiologi a) Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. b) Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. c) Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. 2.5 Manifestasi Klinis 1. Fisik. - bayi kecil

- pergerakan kurang dan masih lemah - kepala lebih besar dari pada badan - berat badan kelahiran kurang dari 2500 gr 1. Sindroma distress respiratori idiopatik Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : a) rintihan waktu inspirasi b) napas cuping hidung c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada ) Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan : a) kadar oksigen arteri menurun b) konsentrasi CO2 meningkat c) asidosis metabolic Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan. 2. Takipnea selintas pada bayi baru lahirParu sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan teteap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea. 3. Fibroplasias retrolental Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi. 4. Serangan apnea Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat. 5. Enterokolitis nekrotik Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin

intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan 2.6 Diagnosis 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit (Ht) : 43% 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah. 2.7 Komplikasi 1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin 2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu 3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak 4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah 5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) 6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal 2.8 Penatalaksanaan Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan. b) Nutrisi Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila

faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari. c) Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. 2.9 Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3): 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu 2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3). 3.2 Saran Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA 1. Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC. 2. Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. 3. Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC. 4. Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran. 5. Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya. 6. Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran. 7. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC. 8. Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas

UI, Jakarta. 9. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. 10. Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SP.

Askep BBLR
BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Bayi baru lahir resiko tinggi adalah neonatus tampa memperhatikan usia gestasi atau berat badan lahir yang mempunyai kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar dari rata-rata karena kondisi atau situasi yang tumpang tindih pada keadaan normal suatu kejadian yang dikaitkan dengan kelahiran dan penyesuaian pada keberadaan ekstrauterin. B. Etiologi Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan pre term (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah : Faktor ibu. Gizi saat hamil kurang Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) Faktor pekerja yang terlalu berat. Faktor kehamilan. Hamil dengan hidramnion. Hamil ganda. Perdarahan ante partum. Komplikasi hamil : pre- eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini. Faktor janin . Cacat bawaan . Infeksi dalam rahim. Faktor yang masih belum diketahui. C. Manifestasi Klinik Berat badan < 2500 gram Panjang badan < 45 cm Lingkar dada < 35 cm,lingkar kepala < dari 33 cm Masa gestasi < 37 minggu Frekuensi pernafasan bervariasi terutama pada hari hari pertama,walaupun demikian bila frekuensi nafas terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit harus Waspada terhadap kemunkinan terjadinya penyakit membrane hialin ( syndrome gangguan pernafasan idiopatik ) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Kepala relative lebih besar daripada badan. Kulit tipis transparan,lanugo banyak,lemak subkutan kurang. Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sutura lebar. Genetalia im matur,desensus testikulorum biasanya belum sempurna.dan labia minora belum

tertutup sempurnaoleh labia mayora Rambut biasanya tipis,halus dan teranyam,sehingga sulit terlihat satu persatu Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun telinga masih kurang Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum terbentuk dengan baik Tangis lemah Pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnue Otot masih hipotonik,sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi,sendi lutut dan sendi kaki fleksi dan kepala menghadap kesatu jurusan Tonic neck reflks biasanya lemah,refleks moro (+),refleks mengisap dan menelan belum sempurna demikian pula refleks batuk. Bila lapar biasanya menangis,gelisah,aktifitas bertambah;bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan tidak terdapat kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intracranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak ,yang menjadi lebih nyata sesudah 24 48 jam Kulit tampak mengkilat dan licin,terdapat piting edema dapat berubah sesuai perubahan posisi, edema biasanya berhubungan dengan DM dan toksemia gravidarum D. Prognosis Bayi BBLR Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. E. Perawatan BBLR Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi. BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Riwayat kehamilan Mulai HPHT umur kehamilan < 37 minggu Ibu menderita : hipertensi( toksemia gravidarum ), kelainan jantung, DM, penyakit menular Riwayat obstetric kurang baik Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun Nutrisi ibu kurang Pemeriksaan/ pengawasan antenatal tidak teratur 2. Penentuan usia kehamilan Usia kehamilan < 37 minggu , dengan pemeriksaan K epala relative lebih besar dari pada badan Kulit tipis transparan,lanugo dan verniks caseosa banyak,lemak subkutan kurang Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sututra lebar Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastis Gusi : makroglosia Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum terbentuk dengan baik

Posisi masih posisi fetal ( dekubitus lateral ) Lipatanbawah kaki lebih sedikit. Pergerakan kurang dan masih lemah ( tonus otot kurang ) Desensus testikulorumBayi laki-laki klitoris dan labia minoraBayi perempuan belum tertutup labia mayora. 3. Pemeriksaan fisik Antropometri: Berat badan < 2500 gr,panjang badan < 45 cm,lingkar dada < 30 cm,lingkar kepala < 33 cm. 4. Neurosensori Pemeriksaan Refleks Tubuh panjang,kurus,lemah dengan perut agak gendur Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin mudah digerakkan,fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi ,mungkin merapat ( tergantung usis gestasi ) Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke 28,komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang tampak pada usia gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 37 minggu. Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu,koordinasi refleks untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32 Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer 5. Sistem pernafasan Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari hari pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 60x/m) Sering terjadi apnue Refleks batuk lemah Mengorok ,pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atausubsternal atau berbagai derajat sianosis mungkin ada Adanya bunyi ampeles pada auskultasi , menandakan Respirasi Distress Syndrome ( RDS ) 6. Sirkulasi Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 48 jam Kulit tampak mengkilat dan licin Pembuluh darah kulit banyak terlihat 7. Makanan / cairan Refleks menelan masih lemah (kurang ) Refleks mengisap masih lemah Kesulitan menyusui 8. Eliminasi Urine Pada bayi 24 jam I < 15 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan urine lemah) Mekonium ( + ) B. Intervensi Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b/d imanuritas paru neuromuskuler, penmurunan energi, dan keletihan. Sasaran : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat Hasil yang diharapkan :

Jalan nafas tetap paten Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuasan CO2 yang adekuat Frekuensi dan pola nafas dalan batas yang sesuai dengan usia dan berat badan Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas normal sesuai usia pasca konsepsi Oksigenasi jaringan adekuat No Intervensi Rasional 1 Kaji frekwensi pernapasan dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan peranapasan yang kontinyu Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke 30 2 Isap jalan napas sesuai kebutuhan Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas 3 Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas SSP 4 Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk m6enghasilkan sedikit hiperekstensi Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneik khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnia 5 Berikan rangsang taktil yang segera ( mis : gosokkan punggung bayi ) bila terjadi Apnea. Perhatikan adanya sianosis, bradikardia atau hipotonia. Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan spontan. 6 Tempatkan bayi pada matras yang bergolombang Gerakan memberikan rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apneik. 7 Pantau pemeriksaan laboratorium ( GDA, glukosa serum, elektrorit, kultur, dan kadar obat )sesuai indikasi Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat meperberat serangan apneik. 8 Beri oksigen sesuai indikasi. Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan 9 Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal: tempatkan pada posisi telungkup bila mungkin Posisi ini menghasilkan perbaikan oksigenasi, pemberian makan ditoleransi dengan lebih baik, dan lebih mengatur pola tidur / istrahat. 10 Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dal;am posisi mengedus Untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas 11 Hindari hiperekstensi leher Karena akan mengurangi diameter trakea 12 Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali tanda-tanda dari distres, mis ; mengorok, sianosis, pernapasan cuping hidung, apnea. Dan lakukan penghisapan Untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea, dan selang endotrakheal. 13 Lakukan penghisapan seperlunya berdasarkan pengkajian (mis ; auskultasi dada, bukti penurunan oksigenasi, peninfkatan kepekaan bayi ) serta hindari penghisapan secara rutin Penghisapan secara rutin dapat menyebabkan bronkospasme, bradikardia, karena stimulasi saraf vagal, hipoksia dan peningkatan tekanan intrakranial, mempredisposisikan bayi pada hemoragi intraventrikel 14 Gunakan tehnik pengisapan yang tepat Penghisapan yang tidak tepat dapat menyebabkan

infeksi, kerusakan jalan nafas, pnemotoraks, dan hemoragik intra ventrikel. 15 Gunakan tehnik penghisapan dua orang Asisten dapat memberikan hiperoksigenasi dengan cepat sebelum dan setelah insersi kateter. 16 Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai dengan ketentuan Untuk memudahkan drainasi sekret 17 Hindari penggunaan posisi trendelenburg selama penggantian popok, tinggikan bayi sedikit dibawah pinggul dan jangan mengangkat kaki dan tungkai Posisi ini menyebabakan peningkatan TIK dan menurunkan kapasitas paru akibat dari gravitasi yang mendorong organ kearah diagfragma. 18. Gunakan posisi semi-telungkup atau miring Untuk mencxegah aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan atau yag sedang diberi makan 19. Pertahankan suhu lingkungan yang netral Untuk menghemat pernggunaan O2 2. Termoregulasi tidak efektif b/d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan Sasaran : Pasien mempertahankan suhu tubuh stabil Hasil yang diharapkan : Suhu akxila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pascakonsepsi No Intervensi Rasional 1. Tempatkan bayi dalam inkubator, penghangat radian atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka Untuk mempertahankan suhu tubuh stabil 2. Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil Mengetahui fungsi vital organ organ tubuh terutama termostat regulator suhu tubuh. 3. Atur unit servokontrol atau kontrol suhu udara sesduai kebutuhan Untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal yang dapat diterima 4. Gunakan pelindung panas pelastik bila tepat Untuk menurunkan kehilangan panas 5. Periksa suhu bayi dalam hubunganya dengan suhu ambien dan suhu unit pemanas Untuk kehilangan panas radian langsung 6. Monitor suhu bayi a. Jika suhu dibawah normal : Selimuti dengan 2 selimut. Pasang tutup kepala. b. Jika suhu di atas normal : Lepaskan selimut. Lepaskan tutup kepala. Fluktuasi suhu tubuh pada bayi sering terjadi, dengan mengenali suhu tubuh ( panas atau dingin ) maka akan dapat dihindari terjadinya komplikasi hypothermia atau hyperthermia 7. Keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi Kurangi dan hindarkan sumber sumber kehilangan panas pada bayi seperti a. Evaporasi. Saat mandi, sipakan lingkungan yang hangat. b. Konveksi Hindari aliran udara ( pendingin udara, jendela, kipas angin ) yang langsung mengenai bayi. c. Konduksi Hangatkan seluruh barang barang dan bahan bahan untuk perawatan ( baju, sprei, dll ). Kurangi benda benda diruangan yang menyerap panas ( logam ).

d. Radiasi Pertahan suhu ruangan. Kehilangan panas pada bayi terjadi sangat cepat, peningkatan suhu 10 C suhu tubuh akan kehilangan 12 cc / jam. Dengan intervensi tersebut maka dapat direncanakan dengan baik hala hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi sumber sumber kehilangan panas pada bayi. 3. Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan imunologis yang kurang Sasaran : Pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi nosokomial Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda infeksi nosokomial No Intervensi Rasional 1. Kaji factor factor yang dapat membawa infeksi,seperti : Tindakan non steril. Pengunjung yang banyak Lingkungan kotor dll. Posisi saat memberi minum Untuk menentukan intervensi yang akan diberikan pada bayi. 2. Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus bayi Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infekstif 3. Pertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan ( seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi ). Meminimalkan dan membunuh bakteri, jamur dan untuk mencegah infeksi akibat kontaminasi nasokomial. 4. Pisah bayi bayi yang mengalami penyakit infeksi Mengurangi risiko penularan penyakit pada bayi lain. 5. Rawat bekas tali pusat dengan menggunakan bethadine dan dibungkus dengan kasa steril. Mencegah masuknya kuman dan berkembangnya bakteri oleh karena media yang lembab 6. Lindungi bayi yang mengalami defisit imun dari infeksi : Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mendekati bayi. Batasi pengunjung bila memungkinkan. Batasi alat alat infasif ( IV, NGT, specimen Lab dll ) untuk yang benar benar perlu saja. Mengurangi kontak dengan agen penyebab infeksi dan sumber infeksi. 7. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi seperti : pertahankan masukan nutrisi ASI dan PASI Nutrisi yang baik, daya tahan tubuh meningkat dan infeksi tidak terjadi. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( resiko tinggi ) b/d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit. Sasaran : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukan penambahan berat badan yang tepat Hasil yang diharapkan : Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap ( kira-kira 20 sampai 30 gr/hari ) pada saat pasca akut penyakit. No Intervensi Rasional

1. Kaji pola minum bayi dan kebutuhan-kebutuhan nutrisi Kaji volume, durasi dan upaya selama pemberian minum, kaji respon bayi. Kaji masukan kalori / nutrisi yang lalu, kenaikan / penurunan BB selalu dicatat Untuk menentukan berapa kebutuhan nutrisi bayi perhari atau kebutuhan minum (cc/ KgBb ) sehingga dapat diberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya dengan tidak terlepas dari intervensi yang lain yang dapat meningkatkan kenaikan berat badan bayi. 2. Ajarkan pada orang tua tentang tehnik tehnik pemberian Asi/ Pasi yang efektif Setelah pulang nanti orang tua tidak kaku dan sudah terbiasa memberikan Asi / Pasi pada bayi, dan mengerti kapan bayi sudah mulai haus : misal pada saat menangis. 3. Berikan pemberian makan / nutrisi dengan proses adaptasi secara bergantian ASI- PASI ( sesuai keb. Perhari X BB : Pemberian susuai umur masa kehamilan. Mengadaptasikan bayi dengan putting susu supaya tidak bigung, dan melatih reflek mengisap yang baik. Mengetahui kenaikan BB bayi dan keefektifan pemberian nutrisi baik asi maupun Pasi dan mengetahui Jumlah pemasukan. 4. Timbang BB bayi sebelum dan sesudah makan Untuk megetahui seberapa banyak asupan nutrisi yang masuk 5. Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral total sesuai instruksi Menjamin asupan nutrisi yang adekuat 6. Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total terutama protein dan glukosa Mencegah terjadinya pengekuaran cairan yang berlebihan akibat intoleransi terhadap protein dan glukosa. 7. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu, khususnya kemampuan untuk mengkoordinasi menelan dan pernapasan Mencegah terjadinya aspirasi saat menyusui 8. Susukan bayi pada payudara ibu bila penghisapan kuat serta menelan dan refleks muntah ada ( biasanya pada usia gestasi 35 sampai 35 minggu ) Untuk memenimalkan resiko aspirasi 9. Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan kontrasi formula Untuk menghindari intoleransi pemberian makan 10 Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalami penghisapan, refleks muntah atau menelan yang lemah Karena makan dengan ASI dapat mengakibatkan penurunan berat badan 11 Bantu ibu mengelurkan ASI Untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai bayi dapat menyusui ASI 5. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b/d karakteristik fisiologis imatur dari bayi dan atau imaturitas atau penyakit Sasaran : Pasien menunjukan status hidrasi adekut Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukan bukti homeostatis No Intervensi Rasional 1. Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang meningkatkan kehilangan air tak kasat mata ( insensible water loss [IWL]) mis : Fototerfi, pengehangat radian. Mencegah terjadinya dehidrasi akibat kekurangan volume cairan 2. Implementasikan strategi untuk meminimalkan IWL, seperti penutup plastik peningkatan kelembaban ambien Meminimalkan pengeluaran cairan yang berlebihan melalui napas 3. Pastikan masukan cairan oral/parenteral adekuat Menjamin intake cairan oral yang adekuat 4. Kaji status hidrasi ( mis. Turgor kulit, tekanan darah, edema, BB, membran mukosa, berat jenis urine, elektrolit, fontanel ) Mengetahui status nutrisi dan mencegah terjadinya dehidrasi

5. Atur cairan parenteral dengan ketat Untuk menghindari dehidrasi, hidrasi berlebihan, atau ekstravasasi 6. Hindari pemberian cairan hipertonik ( mis ; obat tidak diencerkan, infus glukosa terkonsentrasi ) Untuk mencegah beban berlebihan pada ginjal imatur dan vena yang rapuh 7. Pantau keluaran urine dan nilai laboratorium Untuk bukti dehidrasi atau hidrasi berlebihan ( keluaran urine adekuat 1-2 ml/jam ) DAFTAR PUSTAKA Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC. Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC. Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. WWW. Pediatric.com

Konsep Dasar Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut: Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg). Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 41 mg). Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih). Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan: 1. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK). 2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang terbagi dalam : * Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK). * Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK). * Neonatus lebih bulan kecil untuk masa kehamilan (NLB KMK).

B. Etiologi BBLR
1. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya Perdarahan antepartum Malnutrisi Hidromion

Penyakit jantung/penyakit kronis lainnya Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat Infeksi Penderita DM berat 2. Faktor Janin :

Cacat bawaan Kehamilan ganda/gemili Ketuban pecah dini/KPD 3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah 4. Kebiasaan 5. Idiopatik

C. Tanda-tanda bayi BBLR


a. BB < 250 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm. b. Tanda-tanda neonatus : 1. Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan sub-kutan sedikit. 2. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. 3. Bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia minora lebih menonjol. c. Tanda-tanda fisiologis :

1. Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur dan malas. 2. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis.

D. Penatalaksanaan BBLR
1. Pengaturan suhu

Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2 2,5 kg adalah 34C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin. 2. Pengaturan makanan/nutrisi Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan. Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr. Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam. 3. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut: Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.

Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.

E. Prognosis BBLR
Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, selain itu juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dam perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post natal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR


A.
a.

Pengkajian
Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.

1. Biodata

b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat. c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.

d. Riwayat penyakit sekarang. e. f. Riwayat penyakit keluarga. Riwayat penyakit dahulu.

2. Pemeriksaan fisik biologis Ibu Riwayat kehamilan dan umur kehamilan. Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang. Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian. Riwayat penyakit ibu. Psikososial dan spiritual ibu. Riwayat perkawinan. Bayi

Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm. Inspeksi

1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar. 2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan. 3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap. 4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada. 5. Garis telapak kaki sedikit. 6. Retraksi sternum dengan iga 7. Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan). Palpasi

1. Hati mudah dipalpasi. 2. Tulang teraba lunak. 3. Limpa mudah teraba ujungnya. 4. Ginjal dapat dipalpasi. 5. Daya isap lemah. 6. Retraksi tonus leher lemah, refleks Moro (+). Perkusi Auskultasi

1. Nadi lemah. 2. Denyut jantung 140 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

B.
1.

Diagnosa dan Rencana Keperawatan


Gangguan pemenuhan 02 berbanding dengan surfectan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang melengkung serta refleks batuk yang belum sempurna.

Tujuan -

kebutuhan pernafasan dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria: Bernapas dengan bebas dan lancar. Tidak ada sianosis, warna kulit merah. Tidak ada apnea, ataupun tachipnea. Frekuensi nafas dalam batas normal 40 60 X/menit. Pernafasan chegne stokes.

Intervensi

Beri rangsangan taktil sedini mungkin. Observasi pernafasan setiap 5 menit. Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi. Awasi perdarahan, monitor USG atau CT-Scan.

Terapi O2 2 Lt/menit. Kolaborasi obat-obatan.

2.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna, distensi abdomen, volume lambung berkurang, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak berkurang, kerja spinkter esophagus teratur.

Tujuan -

kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria: Refleks menelan dan isap adekuat. Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab. Mata tidak cekung. BAB dab BAK lancar.

Intervensi -

Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan personde. Berikan ASI dalam jumlah besar dan relatif bertambah. Monitor BB setiap hari. Observasi intake dan out put pagi. Pemberian infus glukosa.

3.

Gangguan regulasi suhu tubuh berbanding dengan evaporasi yang berlebihan akibat berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dari PB, otot yang tidak aktif atau kurang pergeseran. Produksi panas yang berkurang akibat kurangnya lemak dan pusat regulasi yang belum sempurna.

Tujuan

: Intervensi -

suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi. : Rawat bayi dalam inkubator bersuhu 34 - 35C. Pertahankan suhu lingkungan adekuat.

Hindari bayi dimandikan. Monitor suhu tubuh setiap 15 menit.

4. Potensial infeksi berhubungan dengan rendahnya kadar Ig G, relatif belum membentuk antibodi, daya fagositosis dan reaksi peradangan yang belum baik. Tujuan : tidak ada infeksi / bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria: Kulit bersih dan tidak lembab. Mata tidak ada kotoran. Kuku terpotong pendek dan bersih. Rambut bersih. Intervensi :

Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Hindari kelelahan fisik dengan menyentuh seminimal mungkin. Lakukan parasat dengan teknik aseptic. Batasi kontak langsung dengan bayi. Observasi tanda-tanda infeksi. Kulit dan tali pusat terawat dan dibersihkan. Ciptakan lingkungan yang bersih dan sterilkan alat secara teratur. Bersihkan tempat tidur bayi dengan menggunakan cairan antiseptic sekali seminggu.

5. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya kulit dan kurang pergerakan. Tujuan : Intervensi disintegrasi kulit dapat dicegah. :

Batasi daerah genital dan sekitar setelah BAB dan BAK. Seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan. Berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas. Beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena. Ganti popok setiap kali basah/kotor. Observasi tanda-tanda kemerahan, ruam popok, infeksi.

Daftar Pustaka 1. Mahdiyat, Iskandar, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FK UI. 2. Pusdiknakes. 1984. Perawatan Bayi dan Anak. Depkes RI : Jakarta 3. Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks Keluarga. Depkes RI: Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi