Vous êtes sur la page 1sur 26

Laporan Kasus & Refarat Ilmu Penyakit Paru

TB Relaps & Pleuritis TB

Penyusun Pembimbing

: Arif Heru Tripana (08101003) : dr. Dedi Rinaldi, Sp.P

KKS ILMU PENYAKIT PARU RSUD BANGKINANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU 2013

Kampar, 18 November 2013

BAB I KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 43 tahun masuk ke bangsal paru melalui IGD pada tanggal November 2013 dengan keluhan:

1.1. Anamnesis Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu memberat bebearapa 2 hari terakhir, sesak nafas dirasakan terus menerun, sesak nafas tidak ada hubungan dengan cuaca, debu, dll. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 2 tahun terakhir, batuk berdahak berwarna kuning kental dan tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada saat bernafas, dan semakin nyeri saat batuk atau bernafas dalam. Pasien juga mengaku berat badannya semakin menurun semanjak sakit, dan sebab penurunannya tidak diketahui oleh pasien. Pasien juga mengaku sering keringat malam selam pasien sakit. Demam tidak ada. Nyeri ulu hati ada. Mual muntah tidak ada. BAB dan BAK ada normal.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien sudah pernah minum OAT selama 6 bulan sekitar 4 tahun yang lalu. Pasein juga pernah dipasang WSD untuk mengeluarkan cairan di paruparunya. Riwayat penyakit Diabetes Melitus disangkal oleh pasien. Riwayat tekanan darah tinggi juga disangkal oleh pasien

Riwayat Penyakit Keluarga: Di lingkungan keluarga tidak ada yang menderita TB.

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

|1

Riwayat Pengobatan: Saat ini pasien tidak sedang mengkonsumsi OAT. Riwayat alergi obat disangkal oleh pasien.

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan: Bekerja sebagai seorang wiraswasta. Merokok sejak 20 tahun yang lalu, sehari lebih dari 10 batang, indeks brinkman: Jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari (batang) x lama merokok (tahun). IB: 20 x 10 = 200. Klasifikasi perokok berdasarkan IB:
Indeks Brinkman 0 199 200 599 600 Klasifikasi Perokok ringan Perokok sedang Perokok berat

Berhenti merokok semenjak mulai sakit-sakitan.

1.2. Pemeriksaan Fisik 1.2.1. Vital Sign Keadaan Umum Kesadaran GCS Tekanan Darah Nadi Frekuensi Nafas Suhu Berat Badan Tinggi Badan IMT : Tampak sakit berat : Compos Mentis Cooperatif : E4 M6 V5 : 130/80 mmHg : 78 x/menit : 40 x/menit : 36,9 oC : 36 kg : 168 cm : 12,76 = status gizi kurang, kategori sangat kurus.

BB (kg) TB (m)2

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

|2

36 1.682 36 2.82 1.2.2. Status Generalisata Kepala Mata Leher Depan Inspeksi Statis: Simetris kanan dan kiri. Dinamis: Pergerakan kanan dan kiri sama. Vokal premitus kanan lebih lemah dibandingkan dengan kiri. Sonor di kedua lapang paru. Suara nafas bronkial, ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (-), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. : Normosefal : Konjungtiva anemis (+/+), Skelera ikterik (+/+) : Pembesaran KGB tidak ada.

= 12,76

Thoraks (paru-paru) :

Palpasi

Perkusi Auskultasi

Belakang Inspeksi Statis: Simetris kanan dan kiri. Dinamis: Pergerakan kanan dan kiri sama. Vokal premitus kanan dan kiri sama. Sonor di kedua lapang paru. Suara nafas bronkial, ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (-), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra.

Palpasi Perkusi Auskultasi

Jantung: Inspeksi Ictus cordis terlihat pada ruang intercosta V linea midclavicula sinistra. Ictus cordis teraba pada ruang intercosta V |3

Palpasi

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

midclavicula sinistra. Perkusi Batas atas: Ruang intercosta II sinistra. Batas bawah: Ruang intercosta V sinistra. Batas kanan: Linea parasternalis dextra. Batas kiri: Satu jari medial linea midclavicula sinistra. Irama jantung normal, bising tidak ada.

Auskultasi Abdomen: Inspeksi Auskultasi Palpasi

Bentuk cekung. Bising usus normal. Nyeri tekan epigastrium ada, nyeri tekan lepas tidak ada. Hepar dan lien tidak teraba. Timpani disuluruh kuadran abdomen kecuali kuadran kanan atas.

Perkusi

Ekstremitas: Superior : Akral hangat, capilari reffil time kembali capat, edema tidak ada, jari kuku tidak tampak menguning. Inferior: Akral hangat, capilari reffil time kembali cepat, edama tidak ada, jari kuku tidak tampak menguning.

1.3. Pemeriksaan Penunjang 1.3.1. Hasil Pemeriksaan darah Darah lengkap (Tgl 24 Oktober 2013) Hb Lekosit Hematokrit Trombosit Glukosa darah Fungsi hati Creatinin : 0.6 mg/dl Nilai normal: 0.5 1.4 |4 : 12.1 gr% : 11.3 x 103/mm3 : 35.7 % : 460 x 10 /mm : 84.9 mg/dl
3 3

Nilai normal: 13 18 Nilai normal: 5 11 Nilai normal: 37 47 Nilai normal: 150 450

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

Ureum Fungsi hati Billirubin direk Billirubin total SGOT SGPT

: 11.1 mg/dl

Nilai normal: 10 50

: 0,31 mg/dL

Nilai normal: < 0.25 Nilai normal: 0.1 1.0 Nilai normal: < 1 Nilai normal: < 40 Nilai normal: < 42

Billirubin indireks: 0,55 mg/dL : 0,86 mg/dL : 38 U/L : 39 U/L

1.3.2. Hasil Foto R Thoraks

Interpretasi: Paru-paru : - Corakan bronkovaskular normal. - Tampak gambaran infiltrat pada kedua lapang atas paru. - Fibrosis (+). - Kalsifikasi (+). Cor : Besar dan bentuk normal Diafragma: sinus kostofrenikus dextra tumpul.

1.4. Diagnosis Kerja: TB Paru Relaps + Pleuritis TB


Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

|5

1.5. Diagnosis Banding Bronkitis Kronik Bronkiektasis PPOK

1.6. Penatalaksanaan IVFD RL 28 gtt/i. Canul nasal O2 5 liter/menit. Rimfampisin 600 mg tablet/hari Pirazinamid 500 mg tablet/hari Entambutol 500 mg tablet/hari Nytex syr 2 x 1 cdm Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam Bio culvic tablet 3 x 1 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam Antasida syr 3 x 1 cdm

1.7. Prognosis: Dubia at bonam

1.8. Follow Up Hari/Tanggal 25/10/2013 Perkembangan S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat bernafas (+) - Nyeri ulu hati (+) O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 30 x/mnt - T: 37,2 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra.

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

|6

Amporik sound (-)

A: TB Relaps + Pleuritis TB P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Antasida syr 3 x 1 cdm S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat bernafas (+) - Nyeri ulu hati (+) O: - Vital Sign - TD: 110/70 mmHG - Pulse: 80 x/mnt - RR: 26 x/mnt - T: 36,7 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Antasida syr 3 x 1 cdm S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) |7

26/10/2013

27/10/2013

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

- Nyeri dada saat bernafas (+) O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 25 x/mnt - T: 36,9 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Antasida syr 3 x 1 cdm S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat bernafas (+) - Nyeri ulu hatu (+) O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 25 x/mnt - T: 36,9 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB

28/10/2013

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

|8

P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Antasida syr 3 x 1 cdm S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat bernafas (+) - Nyeri ulu hati (+) O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 25 x/mnt - T: 36,9 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Antasida syr 3 x 1 cdm S: - Sesak nafas (+) - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat bernafas (+) - Nyeri ulu hati (+) meningkat O: - Vital Sign
Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

29/10/2013

30/10/2013

|9

TD: 110/80 mmHG Pulse: 78 x/mnt RR: 25 x/mnt T: 36,9 oC

- Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB P: Mulai tanggal 31/10/2013 s/d 17/11/2013 18/10/2013 IVFD RL 28 gtt/i. Canul nasal O2 5 liter/menit. Rimfampisin 600 mg tablet/hari Pirazinamid 500 mg tablet/hari Entambutol 500 mg tablet/hari Nytex syr 2 x 1 cdm Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam Bio culvic tablet 3 x 1 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam Lansoprazole 30 mg tablet 2 x 1

Keluhan masih sama kecuali sesak nafas sudah tidak ada dan terapi juga masih lanjut.

S: - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat batuk dan bernafas dalam (+) - Nyeri ulu hati (+) meningkat O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 25 x/mnt - T: 36,9 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 10

P: - IVFD RL 28 gtt/i. - Canul nasal O2 5 liter/menit. - Rimfampisin 600 mg tablet/hari - Pirazinamid 500 mg tablet/hari - Entambutol 500 mg tablet/hari - Nytex syr 2 x 1 cdm - Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam - Bio culvic tablet 3 x 1 - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam - Lansoprazole 30 mg tablet 2 x 1 S: - Batuk berdahak (+) - Nyeri dada saat batuk dan bernafas dalam (+) - Nyeri ulu hati (+) meningkat O: - Vital Sign - TD: 110/80 mmHG - Pulse: 78 x/mnt - RR: 25 x/mnt - T: 36,9 oC - Hasil Pemeriksaan paru: - Suara nafas bronkial. - Ronki (+) di lapang paru kanan, wheezing (), pleural friction rub sound (+) pulmo dextra. - Amporik sound (-) A: TB Relaps + Pleuritis TB P: IVFD RL 28 gtt/i. Canul nasal O2 5 liter/menit. Rimfampisin 600 mg tablet/hari Pirazinamid 500 mg tablet/hari Entambutol 500 mg tablet/hari Nytex syr 2 x 1 cdm Inj. Cefotaxime 1 amp/12 jam Bio culvic tablet 3 x 1 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam Lansoprazole 30 mg tablet 2 x 1

19/11/2013

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 11

BAB II LATAR BELAKANG


Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada tahun 1992, Wold Health Organization (WHO) telah mencanangkan TB sebagai Global Emergency. Diperkirakan kasus TB secara global pada tahun 2009 adalah:[1] Insidens kasus Prevalens kasus Kasus meninggal (HIV negatif) Kasus meninggal (HIV positif) : 9.4 juta (8.9 9.9 juta) : 14 juta (12 16 juta) : 1.3 juta (1.2 1.5 juta) : 0.38 juta (0.32 0.45 juta)

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.[2] Jumlah kasus pengobatan ulang sebanyak 6.589 kasus dan 67% diantaranya adalah kasus relaps TB. Kasus relaps atau kambuh adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). Kasus relaps merupakan kejadian yang cukup sering terjadi pada penderita TB, padahal tujuan dari pengobatan TB adalah untuk mencegah terjadinya relaps.[3] Pleuritis tuberkulosa merupakan manifestasi tersering dari tuberkulosis ekstra paru dan merupakan penyebab tersering dari terjadinya efusi pleura. Pleuritis tuberkulosa memiliki angka kejadian 9,7 sampai 46 % dari seluruh pasien tuberkulosis. Keterlibatan dari jaringan pleura sering terjadi pada tuberkulosis primer dan merupakan hasil dari penetrasi basil tuberkulosis ke dalam rongga pleura.[4]

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.[1]

3.2. Morfologi Kuman TB Tabel 1. Jenis-jenis Kuman TB Jenis Kuman 1. Mycobacterium tubeculosis 2. Mycobacterium bovis 3. Mycobacterium kansasi 4. Mycobacterium avium 5. Mycobacterium intra cellulare Bentuk Batang Ukuran Panjang 1-4/m & tebal 0,3-0,6/ m Patogenitas Manusia

Binatang ternak

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman labih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA).[2]

Gambar 01. Tampak kuman Mycobaterium tubeculosis mengikat asam.[5]


| 13

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

3.3. Resiko Penularan

Gambar 02. Mekanisme penularan TB.[2] 3.4. Patogenesisi Kuman TB[2,6,7] Patogenesis - Fokus Ghon Proses Tampilan Klinis

Droplet nuclei masuk saluran nafas - Batuk ringan menetap di jaringan paru - Demam subfebril berkembang biak dalam sitoplasma makrofag berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil focus Ghon.

- Kompleks Primer (Ranke)

Peradangan saluran getah bening - Batuk ringan menuju hilus (limfangitis lokal), dan - Demam subfebril juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Suatu granuloma yang terdiri dari sel- - Batuk hebat sel Histiosit dan sel Datia-Langhans berdahak kadang(sel besar yang banyak inti) yang kadang disertai dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan darah. berbagai jaringan ikat. - Demam subfebril | 14

- Tuberkel

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

- malaise

- Terbentuk Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah - Batuk hebat berdahak kadangperkijuan karena hidrolisis protein lipid dan asam kadang disertai & Kavitas nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag dan proses yang darah. berlebihan sitokin dengan TNF-nya. - Demam subfebril - Malaise - Sesak nafas bila infiltrasi sudah meliputi setengah bagian paru-paru. - Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah mencapai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

3.5. Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:[2] 1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).[2] 2. Kasus kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). [2] 3. Kasus setelah putus berobat (Default ) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. [2] 4. Kasus setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. [2]
Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 15

5. Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. [2]

3.6. Manifestasi Klinis & Diagnosis 3.6.1. Gejala Klinis Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu gejala lokal, gejala sistemik dan gejala TB ekstraparu. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuia organ yang terlibat).[1,2] 1. Gejala respiratori Batuk 2 minggu Batuk darah Sesak nafas Nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertam karena iritasi bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.[1] 2. Gejala sistemik[1] Demam Gejala sitemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksisa dan berat badan menurun. 3. Gejala TB ekstraparu Gejal TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Pada pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. [1]

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 16

3.6.2. Pemeriksaan Fisis Pada pemeriksaan fisis kelainan yang dijumpai tergantung organ yang terlibat. Pada TB paru, kalainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (sulit sekali) menentukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak pada lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basak, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. [1,2] Pada pleuritis TB, kalinan kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi suara nafas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. [1] Pada limfadenitis TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess. [1] 3.6.3. Pemeriksaan Bakteriologi 1. Bahan pemeriksaan Pemeriksaan bakteriologi untuk kuman TB mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor

cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH). [1] 2. Cara pengumpulan Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS), [2] S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. [2]

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 17

P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.[2] S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. [2] 3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain[1] Pemeriksaan mikroskopik: Mikroskop biasa Mikroskop fluoresen : perwarnaan Ziehl-Nielsen : pewarnaan auramin-rhodamin

Menurut rekomendasi WHO, interpresatasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala International Union Against Tubeculosis and Lung Disease (IUATLD):[1] Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif. Ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan. Ditemukan 10 99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+). Ditemukan 1 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+). Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+).

3.6.4. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi yaitu foto lateral, top lordotic, oblik atau CT-scan. Pada pemeriksaan foto thoraks, TB dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:[1] Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular. Bayangan becak milier. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 18

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif: [1] Fibrotik Kalsifikasi Schwarte atau penebalan pleura.

Gambaran luluh paru (destroyed lung): Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. [1] Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk aktivitas proses penyakit.
[1]

Gambar 03. Alur diagnosis TB paru.[2]


Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 19

3.7. Penatalaksanaan 3.7.1. Tujuan pengobatan TB adalah:[1] Menyembuhkan produktivitas. Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya. Mencegah kekambuhan. Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain. Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya. pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6 8 bulan.[1,2] 1. Tahap awal (intensif) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.[1,2] Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.[1,2] Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.[1,2] 2. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.[1,2] Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.[1,2] 3.7.2. Kategori Pengobatan TB[2] A. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)[2] Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif. Pasien TB ekstra paru

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 20

Tabel 01. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1.[2] Berat Badan Tahap intensif setiap hari selama 56 hari RHZE(150/75/400/275) Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT

30 37 kg 38 54 kg 55 70 kg 71 kg

2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT

Tabel 02. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1.[2] Dosis per hari / kali
Tahap Pengobatan Lama Pengobatan Tablet Isoniasid @ 300 mgr Kaplet Rifampisin @ 450 mgr Tablet Pirazinamid @ 500 mg Tablet Etambutol @ 250 mgr Jumlah hari/kali menelan obat

Intensif Lanjutan

2 bulan 4 bulan

1 2

1 1

3 -

3 -

56 48

B. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)[2] Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 03. Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2.[2] Berat Badan Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S Selama 56 hari 30 37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj. 3 tab 4KDT Selama 28 hari 2 tab 4KDT Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E(400) selama 20 minggu 2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 3 tab 2KDT | 21

38 54 kg

3 tab 4KDT

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

55 70 kg

71 kg

+ 750 mg Streptomisin inj. 4 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj. 5 tab 4KDT + 1000mg Streptomisin inj.

+ 3 tab Etambutol 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol

5 tab 4KDT

5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol

Tabel 04. Dosis panduan OAT kombipak untuk kategori 2.[2]

3.8. Komplikasi Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:[7] Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiektasis dan fibrosis pada paru. Pneumotorak spontan: kolap spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi kardiopulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 22

3.9. Pencegahan Pencegahan TB adalah dengan imunisasi. Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TB. Vaksin TB yang dikenal dengan nama BCG (Bacillus Calmette-Guerin) terbuat dari bakteri Mycobacterium tuberculosis strain Bacillus Calmette-Guerin. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang hidup (live vaccine), karena bisa berkembang biak di dalam tubuh dan diharapkan tubuh mampu membentuk antibodi seumur hidup. Selain itu, pemberian dua atau tiga kali vaksin tidak berpengaruh. Karena itu vaksin BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup. Di Indonesia diberikan sebelum berumur dua bulan.[7]

3.10. Prognosis Prognosis TB tergantung kepada derajat beratnya penyakit, kepatuhan pasien dalam meminum OAT, sensitivitas bakteri, gizi, status imum pasien dan komobiditas. Tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50% dari penderita TB akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular.[2]

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 23

BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan Pada pasien di atas merupakan pasien TB Relaps karena pasien tersebut yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). Keluhan sesak nafas dan nyeri saat bernafas merupakan tanda bahwa pasein tersebut mengalami infeksi pada pleura dan telah terjadi efusi pleura, hal ini didukung dengan adanya gambaran sinus contofrenicus yang tumpul pada paru kanan.

4.2. Saran dan Kritik Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam artikel ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis dimasa-masa yang akan datang.

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 24

DAFTAR PUSTAKA
1. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, et al. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta: 2011. Hal: 1-13. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: 2007. Nasional

3. Wahyuni Y, Saad A, Suyanto. Analisis Kualitatif Kejadian Relaps Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2011 2012. [Artikel] 2012. Universitas Riau Pekanbaru. [diunduh pada tanggal 19 November 2013]. Available from: http://repository.unri.ac.id/bitstream/ 123456789/2854/1/YAUMIL%20WAHYUNI%20%20REPOSITORY.pdf 4. Hanriko R, Muhartono. Sensitivitas Pemeriksaan Sitologi Pleuritis Tuberkulosa. [Seminar Nasional Sains dan Teknologi IV] 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. [diunduh pada tanggal 19 November 2013]. Tersedia di: http://www.scribd.com/document_downloads/direct /101404832?extension=pdf&ft=1384860804&lt=1384864414&user_id=8 9134340&uahk=tTV7XToE42psSTb+3x6rXnYl/m4. 5. Herchline TE, Cunha BA. Tubeculosis. [medscape article] 2013. [cited on November 18, 2013]. Available from: http://emedicine.medscape.com /article/230802. 6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 2. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006. 7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC. Jakarta: 2005

Arif Heru. TB Relaps dan Pleuritis TB. [Refarat & Lapkas Ilmu Penyakit Paru]. 2013 KKS Ilmu Penyakit Paru RSUD Bangkinang Kampar

| 25

Vous aimerez peut-être aussi