Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menerjemahkan citra visual (Ilyas, 2010). Konjungtiva menurut Ilyas (2010), merupakan membran mukus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjarkelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva ini yang disebut sebagai konjungtivitis. Konjungtivitis merupakan peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah (Vaughan, 2008) Menurut James (2005), konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Terdapat kotoran pada mata, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Berdasarkan SDKI 2003 insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur penduduk per tahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%). Konjungtivitis bakteri pada umumnya terdapat pada orang muda dan dewasa di Amerika Serikat. Menurut Farris Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis bakteri dan virus dapat ditemukan 1,6 persen dari 12 persen dari semua bayi baru lahir yang ada di Amerika Serikat. Mata bayi terkadang dapat terkena infeksi selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi dalam semua ras dan jenis kelamin (Wegman, 2010). Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada di jalan lahir yang sebelumnya ibu telah terlebih dahulu terinfeksi oleh bakteri, virus, atau jamur, sehingga pada saat setelah kelahirannya nanti akan berakibat munculnya infeksi pada konjungtiva neonatus tersebut (Ilyas, 2010). 1.2. Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosa dan mengelola pasien dengan tepat berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang terdapat dalam kasus konjungtivitis pada neonatus. 1.3. Manfaat Penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa kedokteran yang sedang menjalankan program pendidikan klinik sehingga dapat mendiagnosa dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara komprehensif.

BAB II. STATUS PASIEN I. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Alamat : By. M : 14 hari : Perempuan : Tulung, Saradan Nama Ayah Umur Pendidikan Pekerjaan : Tn. J : 27 tahun : SMK : Teknisi Otomotif Masuk rs No.cm Tgl. Priksa : 16/02/2013 : 13004073 : 19/02/2013 Nama Ibu Umur Pendidikan Pekerjaan II. Anamnesis Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 19/02/2013 pukul 09.00 WIB di ruang perinatologi. : Ny. T : 24 tahun : SMP : IRT

1. Keluhan utama Mata merah dan keluar blobok 2. Riwayat penyakit sekarang Mata merah kanan dan kiri sudah sejak dua hari terakhir disertai keluarnya blobok yang cukup banyak berwarna kuning ke hijauan. Blobok keluar terus menerus biasanya 4-5 kali sehari dan apabila menangis terkadang blobok bercampur darah berwarna merah cerry. Pasien tidak rewel dan sakit yang dirasakan hanya di daerah lokal pada bagian mata saja. Sebelum keluar blobok pasien tidak sedang kondisi sakit demam, batuk, dan pilek. Pasien belum pernah berobat ke dokter dan langsung di bawa ke rumah sakit. 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada penyakit bersifat diturunkan pada kularga

Tidak ada dalam keluarga yang menderita penyakit menular seksual sebelumnya.

5. Silsilah

keterangan

: Perempuan

: Pasien

: Laki-laki

6. Riwayat pribadi Riwayat kehamilan Pasien merupakan anak pertama dari kehamilan pertama. Ibu pasien rutin melakukan pemeriksakan kehamilan ke bidan dan belum pernah mengalami keguguran. Selama hamil ibu pasien tidak pernah menderita demam tinggi dan lama, tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan riwayat sakit gula selama kehamilan. Ibu pasien tidak pernah mengonsumsi jamu, rokok dan obat-obatan selain dari obat penambah darah dari bidan Riwayat persalinan Pasien lahir dalam keadaan normal dengan bantuan bidan pada usia kehamilan 9 bulan lebih 3 minggu. Pada waktu lahir, kepala pasien terlebih dahulu lahir kemudian disusul oleh anggota badan. Pasien lahir dengan berat badan 2900 gr, panjang badan pasien 48 cm.

Pasien lahir langsung menangis yang disusul dengan lahirnya plasenta, pada waktu lahir tidak terdapat penyulit dam kelainan

Data ibu: BB = 45 kg (sebelum hamil), BB 53 kg (setelah hamil). TB = 156 cm HPM = 02/05/2012 Tekanan darah Bengkak Kejang HPL = 09/02/2013 : 120/70 mmHg ::-

Demam selama hamil : Riwayat pasca persalinan Setelah lahir Apgar score pasien 7-8, berat dengan lingkar kepala 35cm. Kesan: bayi lahir aterm dengan BB 2900 gr 7. Riwayat minum Setiap hari pasien minum ASI semau dan sebanyak pasien. 8. Pertumbuhan dan perkembangan Belum dapat dinilai. 9. Imunisasi Hingga saat ini pasien belum mendapakan imunisasi BCG, HIB, dan Polio 10. Sosial ekonomi dan lingkungan Sosial ekonomi
Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan neneknya, pasien tinggal dirumah neneknya. Ayahnya bekerja sebagai teknisi otomotif dan jarang dirumah. Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien setiap harinya berada dirumah dan terkadang di bawa oleh ibu dan neneknya ke halaman rumah untuk sekedar berjemur di pagi hari. Ayah bekerja sebagai teknisi otomotif yang pendapatannya sebesar Rp 800.000,- setiap bulannya.

Lingkungan Rumah pasien beratap genting, berdinding bata, dan berlantai tegel. Ventilasi memadai, sirkulasi udara lancar. Sumber air minum dan masak berasal dari sumur galian, berwarna jernih dan tidak bau. Kamar mandi di dalam rumah. tempat sampah di pekarangan, kadang dibakar. 11. Anamnesis sistem Saraf Respirasi : kelemahan anggota gerak (-) : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), mengi (-).

Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-). Gastrointestinal : mencret (-), muak (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB (+). Urogenital : kencing darah (-), BAK lancar (+). Musculoskeletal : kaku (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku sendi (-). Integumentum III. Pemeriksaan Jasmani Dilakukan pada tanggal 19/02/2012 saat bayi usia 17 hari 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum : baik b. Tanda utama Frekuensi nafas: 56 kali/menit Suhu HR : 36,90C : 140 x/menit : Kulit kemerahan

Tekanan darah : Tidak dilakukan c. Status gizi Berat badan lahir Lingkar kepala : 2900 gr Panjang badan lahir : 48 cm : 35 cm, bentuk kepala mesocephal, ubun ubun belum menutup Lingkar lengan atas : 10 cm

Lingkar dada Kurva Lubchencho

: 33 cm

Tanda merah menunjukkan kurva lubchencho diatas presentil 10 yang menujukkan bahwa usia kelahiran dan berat saat lahir normal.

d. Kulit

: kemerahan

e. Kelenjer limfe : tidak ada pembesaran limfe f. Otot g. Tulang h. Sendi : tidak ada kekakuan otot : tidak ada deformitas : tidak ada kekakuan sendi, gerak bebas.

2. Pemeriksaan khusus a. Kepala : konjungtiva bulbi hiperimis, tampak sekret berwarna kuning kehijauan b. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-).

c. Thorak : simetris kiri dan kanan, tidak ada ketinggalan gerak, retraksi (-), hematoma (-).

Jantung: Inspeksi: ictus cordis terlihat Palpasi: tidak dilakukan. Perkusi: tidak dilakukan Paru paru :
Depan : Kanan Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi: - suara dasar : vesikular - suara tambahan : wheezing (-), Ronkhi basah (-) Kiri Palpasi : tidak dilakukan Perkusi: tidak dilakukan Auskultasi: suara dasar : vesikular

- suara tambahan : wheezing (-), Ronkhi basah (-)

d. Abdomen Inspeksi : dada lebih tinggi dari pada perut, kulit abdomen kemerahan. Auskultasi : peristaltik (+) normal Palpasi Perkusi e. Anogenital Perempuan, atresia ani (-), tidak terdapat kemerahan pada anus. f. Anggota gerak: Ekstremitas: akral hangat, edem (-), tanda-tanda peradangan (-) sianosis (-), deformitas (-) g. Kepala Lingkar kepala : 35 cm Bentuk Rambut Ubun-ubun : mesochepal : rambut warna hitam, tidak mudah rontok, distribusi nerata. : kecil, belum menutup : tidak dilakukan : tidak dilakukan

Muka Mata Hidung Telinga Mulut

: simetris : konjuntiva hiperimis (+), sekret (+) kuning kehijauan, skelera ikterik (-), : nafas cuping hidung (-), sekret (-), deformitas (-). : jumlah dua, bentuk normal : bibir sianosis (-), simetris atas bawah (-)

IV. Data Laboraturium 1. Darah rutin: Hemoglobulin : 14,1 g/dl (13,5-18,09 g/dl) Leukosit Trombosit Hematokrit Kesan : 13.300/cmm (4000-25.000/cmm) : 675.000/cmm (150.000-350.000/cmm) : 42% (40-48%) : Hanya terjadi infeksi lokal.

2. Pemeriksaan elektrolit: Kalium Natrium Calium Clorida GDA :::::-

V. Assesment Neonatus Infeksi e.c s Gonore Oftalmikus, lahir normal.

VI. Terapi yang diberikan oleh RS 1. Inf. D5 NS 2. Inj. Rycef 2 x 125mg

VII. Rencana pengelolaan 1. Medikamentosa Perawatan isolasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi yang semakin parah karena daya tahan tubuh pada neonatus ini masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna dan menghindarkan adanya penularan terhadap bayi yang lain. Diberikan tetes mata chlorampenicol 0,5 % diberikan 4-5 kali sehari diberikan selama 5 hari Memberitahukan kepada ibu pasien agar membersihkan mata sampai bersih menggunakan air hangat dan handuk bersih. Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. 2. Nutrisi dan kebutuhan cairan a. Kebutuhan cairan pada neonatus aterm Pada neonatus aterm kebutuhan cairan menurut berat badan 10 cc/kgbb/hari Jadi pada By. M cc/kgbb/hari = 10cc/hari x 3,4 kg = 340 cc/hari = 340 x 60 24 x 60 = 14 tpm b. Kebutuhan kalori pada neonatus aterm Jumlah Asupan kalori harian adalah 100 kal/kg/hr. Jadi pada bayi M diberikan 340 kal/hari c. Kebutuhan protein Kebutuhan maksimal 2 - 4 g/kb/hari dengan BB 3,4 kg maka pada pasien ini diberikan 6,8 - 13,6 g/hari. ini diberikan kebutuhannya 100-160

10

d. Kebutuhan lemak Kebutuhan maksimal lemak 3,0-4,0 g/kg/hr dengan BB 3,4 kg maka diberikan 10,2-13,6 g/hr. 3. Keperawatan Menjaga dan memantau kehangatan bayi Menjaga dan memantau kondisi mata dan sekret yang keluar kemudian bersihkan dengan handuk bersih dan air hangat. Memantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit 4. Rencana tindakan diagnostik Konsultasi ke Dokter Spesialis Mata untuk mendapatkan penatalaksanaan lanjutan. Pemeriksaan sekret mata dengan pengecatan gram 5. Prognosis Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena pada pasien ini segera mendapatkan penanganan yang tepat dan sudah diberikan perawatan intensif. Terdapat resiko kebutaan apabila infeksi yang disebabkan oleh bakteri diplococcus terjadi lebih dari 2 minggu.

11

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


Mata merah dan bengkak atau mata yang mengeluarkan nanah dapat disebabkan oleh infeksi akibat bakteri antara lain gonokokus, klamidia, stafilokokus, yang biasanya menular ke bayi pada saat kelahiran (Ilyas, 2008). Pada bayi M datang ke poli anak dengan keluhannya mengeluarkan blobok dari kedua mata kanan dan kiri, blobok yang dikeluarkan banyak dan terkadang disertai darah. Keluhan yang terjadi pada bayi M dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Untuk menegakan bakteri apa yang menimbulkan keluhan diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan. Keluhan yang dialami oleh pasien dengan mata merah tersebut merupakan suatu tanda bentuk peradangan dari konjungtiva atau selaput lendir yang menutup belakang kelopak dan bola mata atau yang lebih dikenal dengan istilah konjungtivitis (Ilyas, 2010). Dalam kasus ini konjungtivitis tersebut termasuk dalam batasan oftalmia neonatorum yakni konjungtivitis yang terjadi pada bayi dibawah usia 1 bulan. Oftalmia neonatorum menurut Ilyas (2010), dapat disebabkan oleh beberapa mikroorganisme antara lain virus, bakteri, jamur dan akibat adanya alegi. Berikut diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan etiologinya dan gejala :
Tabel 1.

Klinik dan Sitologi Gatal Hiperemia Air mata Eksudasi

Viral

Bakteri

Jamur

Alergi

Minimal Umum Banyak Minimal

Minimal Umum Sedang Mengucur purulen atau

Minimal Umum Sedang Mengucur

Hebat Umum Sedang Minimal

mukopurulen Adenopati Lazim Jarang Lazim Tidak ada

12

preaurikular Pengecatan Gram Sakit tenggorokan yang menyertai Kadang Kadang Monosit Bakteri, PMN PMN, plasma sel Eosinofil badan ekslusi Tidak Pernah Tidak Pernah

Berikut terdapat gambara berbagai macam konjungtivitis : 1. Gambaran konjungtivitis bakteri

2. Gambaran konjungtivitis viral

13

3. Gambaran Konjungtivitis Gonore

Selain itu juga perlu diperhatikan diagnosis banding untuk konjungtivitis bayi
Tabel 2.

Penyebab Naisseria

Serangan 2-4 hari

Sitologi

Kultur

Diplokokus intra- selular Darah, agar gram negatif

Bakteri lain

1-30

Organisme gram negatif Agar darah atau gram positif

Blenore inklusi

2-14 hari

Inklusi intra-sitoplasmik Giemsa positif

Negatif

Kimiawi

1-2 hari

Negatif

Negatif atau flora normal

Dari hasil diagnosis banding berdasarkan tabel diatas dilihat dari gejala klinik dan pemeriksaan fisik ditemukan banyaknya cairan mata yang keluar berwarna kuning kehijauan terkadang disertai darah setiap menangis, dan konjungtiva tampak hipermis dari bayi M tersebut maka kemungkinan penyebab terjadinya infeksi yang dialami oleh bayi M berasal dari bakteri.

14

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi (James, 2005). Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing (Ilyas 2008).

15

Bagan Patofisiologi

Untuk menegakan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat pada infeksi bakteri bayi M maka diperlukan pemeriksaan tambahan yakni berupa pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan pengecatan gram dan uji kultur untuk memberikan penatalaksanaan antibiotik yang tepat.

16

Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium di dapatkan hasil : Pemeriksaan fisik : KU : baik, nangis ,compos mentis Suhu RR HR : 37,1C : 50 x/menit : 140x/menit

Kepala/leher : konjungtiva hiperemis (+), sekret purulen kadang disertai darah Tidak ada pembesaran KGB Thorax : C : S1 S2 tunggal, mur (-) P : ves/ves , rhonki -/-, whezzing -/Abdomen Ext : BU (+) normal, Soepel : HKM

Anogenital : tidak ada kelainan kongenital, anus (+) Pemeriksan Laboratorium Hb Leucosit Tromobosit PCV Pemeriksaan pengecatan gram 14,1 g/dl 13.300 /cmm 675.000 /cmm 42 % Bakteri Batang Gram

Assesment : Konjungtivitis ODS DD : - Jamur - Viral Gonore - Bakteri Non Gonore


17

Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium dapat disimpulkan bahwa bakteri yang ditemukan merupakan bakteri batang gram negatif maka terapi yang langsung dapat diberikan pada bayi M menurut Depkes RI - WHO (2009) : 1. Diberikan tetes mata chlorampenicol 0,5 % diberikan 4-5 kali sehari diberikan selama 5 hari 2. Memberitahukan kepada ibu pasien agar membersihkan mata sampai bersih menggunakan air hangat dan handuk bersih. Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Pemberian terapi lain untuk konjungtivistis viral, gonore, dan alergi antara lain : 1. Konjungtivitis viral. Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik dapat diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik (Vaughan, 2008). 2. Konjungtivitis gonore Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang intraselular dan dieurigai sebagai konjungtivitis gonore. Pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari, kemudian sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih hangat atau dengan garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1/4 jam untuk antibiotiknya dapat diberikan ceftriaxone 1 gr IM dosis tunggal (Ilyas, 2010).

18

3. Konjungtivitis alergi Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya (Vaughan, 2008). Pencegahannya : Cara yang paling aman untuk membersihkan mata bayi setelah lahir adalah dengan diberikan salep kloramfenikol. Periksa orang tua pasien untuk memastikan adanya infeksi dan mendapatkan penatalaksanaan selanjutnya.

19

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia - WHO (Depkes RI - WHO) . 2009. Pelayaan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. WHO Indonesia : Jakarta. Ilyas, S., 2008. Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Ilyas, S., 2010. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. James, B, dkk., 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga : Jakarta. Vaughan, D. dkk., 2008. Oftalmologi Umum. Widya Medika : Jakarta. Wegman, J., 2011. Neonatal Conjunctivitis. http://www.ncbi.nihgov/. Diakses tanggal 27 Februari 2012

20

Vous aimerez peut-être aussi