Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
stnj
Just another WordPress.com site
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu, kritik
dan saran kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Ciawi, 8 April 2011 Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang..
2. Ruang Lingkup 3. Tujuan Penulisan. 4. Metode Penulisan 5. Sistematika Penulisan.. BAB II TINJAUAN TEORITIS.
1. Pengertian 2. Anatomi dan Fisiologi. 3. Klasikasi 4. Etiologi 5. Patosiologi. 6. Factor predisposisi 7. Pemeriksaan penunjang 8. Penatalaksanaan 9. Konsep dasar asuhan keperawatan 10. Analisa data.. 11. Diagnose keperawatan 12. Perencanaan 13. Implementasi 14. Evaluasi BAB III TINJAUA KASUS
1. Pengakajian.. 2. Pemeriksaan sik. 3. Pola aktivitas. 4. Pemeriksaan penunjang 5. Analisa data 6. Diagnose keperawatan. 7. Perencanaan.. 8. Implementasi 9. Evaluasi
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan. 2. Saran
1. A.
Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi. Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi
di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%). Demikian pernyataan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hipertension (InaSH) Dr. Adre Mayza, Sp.S(K) saat Pers Conference The 3rd Scientic Meeting on Hypertension, Sabtu, 28 Februari 2009, Hotel Ritz Carlton Jakarta. Prevalensi hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di perkotaan ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar. Dr. Adre Mayza mengatakan, untuk menanggulangi masalah hipertensi yang semakin meningkat, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) yang terdiri dari para dokter spesialis mengadakan pertemuan rutin tahunan untuk membuat Konsensus (berupa buku saku) Penanggulangan Hipertensi dan meningkatkan kemampuan dokter umum dalam penanggulangan hipertensi. Pertemuan kali ini merupakan ketiga kalinya yang dihadiri oleh sekitar 1700 orang dari seluruh Indonesia. Tema pertemuan ini adalah Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup sebagai sasaran utama pengelolaan hipertensi, tambah Dr. Adre Mayza. Menurut Dr. Adre Mayza, InaSH telah bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI untuk membangun sistem penanggulangan hipertensi yang terintegrasi secara holistik dari berbagai tingkat pelayanan dan berbagai bidang spesialisasi. Selain itu, InaSH juga akan membuat pelatihan bagi dokter umum dalam mendiagnosis hipertensi yang benar, membuat laporan, melakukan penelitian-penelitian dalam skala kecil maupun besar yang akan menjadi kredit poin untuk meningkatkan karir atau melanjutkan pendidikan. Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat bahwa hipertensi masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan hipertensi yang tersusun sebagai karya tulis/makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruangan Melati YARSI Daerah Kabupaten Tasikmalaya. 1. B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI tasikmalaya meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi, dan evaluasi. 1. C. 2. 1. Tujuan Penulisan Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual 1. 2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu: 1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem kardiovaskular: hipertensi 2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah. 3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan. 4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan. 5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien hipertensi. 6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. 7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi kasus/ penerapan di lapangan. 1. D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara: 1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien. 1. Studi Dokumentasi Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain. 1. Studi Kepustakaan Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan. 1. Observasi Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung perubahanperubahan yang terjadi untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan sik 1. Pemeriksaan sik meliputi: Inspeksi adalah pemeriksaan sik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain. Palpasi adalah pemeriksaan sik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa atau tidak. Perkusi adalah pemeiksaan sik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan reek hammer. Auskultasi adalah pemeriksaan sik dilakukan dengan mendengarkan dengan menggunakan stetoskop. 1. E. Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari: Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari denisi, anatomi dan
siologi, etiologi, manifestasi klinik, patosiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan. Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari pengakajian,
dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV evaluasi. Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan keperawatan pada : Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan di lapangan
dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
1. A.
Denisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997) Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang
jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ). Berdasarkan denisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih.
1. B. 2. 1.
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung adalah: Atas- : pembuluh darah besar Bawah- : diafragma Setiap sisi : paruBelakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis 1. Arteri Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ). Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika: Aktivitas memompa jantung berkurang Arteri mengalami pelebaran Banyak cairan keluar dari sirkulasi Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. 1. Arteriol Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat 1. Pembuluh darah utama dan kapiler Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama. 1. Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan 1. Vena dan venul Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. 1. 2. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 1997) 1. C. Klasikasi Dan Manifestasi Klinis
Klasikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi tahap 1 Hipertensi tahap 2 Hipertensi sistol terisolasi Systole (mmHg) <120 120-139 140-159 >=160 >=140 Dan/atau dan Atau Atau Atau Atau Diastole(mmHg) <80 80-89 90-99 >=100 <90
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut: Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg Sakit kepala Epistaksis Pusing / migrain Rasa berat ditengkuk Sukar tidur Mata berkunang kunang Lemah dan lelah Muka pucat Suhu tubuh rendah Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
1. D.
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat. Stress Lingkungan. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. 1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal. Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal Stenosis arteri renalis
Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma 3. Obat-obatan Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porria intermiten akut Keracunan timbal akut.
1. E.
Patosiologi
1. F.
Faktor Predisposisi
2. Factor yang tidak dapat diubah Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, brilasi atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria. 1. Factor yang dapat diubah Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.
1. G.
Pemeriksaan penunjang 1. anemia. 2. ginjal. 3. 4. danada DM. 5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati iii. iv. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. ii. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi i. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
1. Pemeriksaan Laborat cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas,
6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 7. IUP : mengidentikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal. 8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsikasi pada area katup,pembesaran jantung.
1. H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Farmakologis DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang. Penatalaksanaan Farmakologis Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: Mempunyai efektivitas yang tinggi. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. Tidak menimbulakn intoleransi. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
1. I. 2. 1.
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001). 1) Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2) a)
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat. b) Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu: P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat. Q R = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama. = region; yaitu lokasi keluhan utama.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak,
seperti bargantug pada derajat beratnya. T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas. d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke, dan lain-lain. e) Aspek psikologis
Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang labil. f) Aspek Sosial
Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa melakukan aktitasnya namun agak sedikit terganggu. g) Aspek spiritual
1. 2.
Pemeriksaan sik
Pemeriksaan sik meliputi: 1. Keadaan umum Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan Mengkaji tanda-tanda vital Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal. Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut: Umur 18th /lebih 65th /lebih Suhu 37,0oC 36,0oC Nadi 70-75x/mnt 70-75x/mnt Pernafasan 15-20x/mnt 15-20x/mnt TD 120/80 mmHg 140/90 mmHg
GCS (glaslow coma scale): Respon membuka: Spontan Berdasarkan perintah verbal Berdasarka rangsangan nyeri Tidak member respon Respon motorik: Menurut perintah Melikalisir rangsangan nyeri Menarik/berlawanan rangsangan nyeri Fleksi abnormal (terhadap nyeri) Ekstensi (terhadap nyeri) Tidak member respon Respon verbal: Orientasi baik Konversi kacau (bicara bingung) Kata-kata kacau (tidak sesuai) Tidak memberikan respon NILAI: 15 : Compos mentis 5 4 3 1 3 2 1 6 5 4 4 3 2 1
1. System pengindraan (penglihatan) Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik. 1. System penciuman Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas. 1. System pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi) 1. System kardiovaskular Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler. 1. System pencernaan Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri. 1. System urinaria Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia. 1. System persarafan
Nevrus 1 Olfaktori (penciuman) Nevrus II Optic (penglihatan) Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil) Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah) Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang) Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping) Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan) Nevrus VIII Oditori (pendengaran) Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah) Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara) Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu) Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah) 1. System musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas. 1. System integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut. 1. J. Analisa data
No. 1. DS: -
Data focus
Etiologi Medulla
Saraf simpatis Ganglia simpatis Tekanan darah Kontriksi Peningkatan tekanan darah
koroner/katup dan penyakit serebrovaskular DO: 2. DS: DO: Frekuensi jantung Kelemahan Letih Nafas pendek Gaya hidup monoton Kenaikan TD Epsodepalpitasi Perpirasi
Peningkatan CO Peningkatan afterload Frekuensi jantung meningkat Kelelahan Tachipnea Aktivitas terhambat
Intoleransi aktivitas
Keluhan pusing/pening,
kepala
suboksipital DO: 4. DS: Gangguan ginjal Perubahan keterjagaan Afek Orientasi Proses piker Gangguan penglihatan
1. K.
Diagnosa keperawatan
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi 1. L. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien. Intervensi : Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. Catat edema umum. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Diagnosa Keperawatan 2. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi. Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi : Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon siologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung). Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas siologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung). Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan). Diagnosa Keperawatan 3. : Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat. Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi : Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan. Batasi aktivitas. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi. Diagnosa keperawatan 4. : Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi : Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan. Amati adanya hipotensi mendadak. Ukur masukan dan pengeluaran. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
1. M. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang muncul.
1. N.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.
1. A. 2. a. Nama Umur
Pengkajian Identitas klien : Ny. U : 60 tahun : perempuan : islam : ibu rumah tangga : Desa P kecamatan C Tasikmalaya : 055347 : cempaka : hipertensi : 08 April 2011 jam 12.00 WIB : 08 April 2011 jam 14.00 WIB
Jenis kelamin Agama Pekerjaan Alamat No. medrek Ruangan Dx. Medis Tanggal masuk Tanggal pengkajian
1. b. Nama Umur
Identitas penanggung jawab : Tn. E : 40 tahun : laki-laki : Islam : desa pakemitan kidul kec. Ciawi Tasikmalaya : anak
1. c.
Keluhan utama
1. d.
Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang u. Kemudian sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin. Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.
1. e.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien 55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya 170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur. 1. f. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan lain-lain. 1. g. Aspek psikologis
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik. 1. h. Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang menjenguknya, 1. i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
1. B. 2. a. -
Pemeriksaan sik Pemeriksaan umum : lemah : compos mentis : 15 :4 :6 :5 : 180/100 mmHg : 25x/menit : 85x/menit
: 36 oC
1. b. 1)
System pengindraan
Sistem penglihatan : bentuk mata dan bola mata simetris, reek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya
Inspeksi
miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik. Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2)
System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3)
System penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4)
System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5)
System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6)
System pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir kering, reek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.
7)
System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8)
System kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.
9)
System perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
10) System persarafan N1 (olfaktorius) N2 (optikus) N3 (okulomotorius) N4 (trakelis) N5 (trigeminus) simetris N6 (abdusen) N7 (fasialis) N8 (cochlealis) N9 (glosopharingeus) N10 (vagus) N11 (accesorius) N12 (hipoglosus) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan. : klien dapat menggerakan muka. : pendengaran baik. : ada reek menelan. : kemampuan menelan baik. : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik. : pergerakan lidah normal. : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan, : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah. : reek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara
11) System musculoskeletal Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.
1. C.
Kebiasaan sehari-hari
No.
Sebelum Masuk RS
Di RS
1.
Nutrisi 1. Makan Frekuensi Jenis Porsi/Jumlah Makanan pantangan 1. Minum Frekuensi Jumlah
3x/hari Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, tempe, dll) Tidak Ada 6-7 gls/hari 1.500 1.750 ml/hari
2.
Jernih Tidak
Jernih Ya
3.
Istirahat Tidur Siang Siang Masalah tidur Lama Tidur : Malam Waktu Tidur : Malam
4.
Personal Hygiene 1. Mandi Frekuensi Penggunaan Sabun Cara 1. Oral Hygiene Frekuensi Penggunaan pasta gigi Cara melakukan 1. Pemeliharaan Rambut Frekuensi Penggunaan shampoo Cara melakukan 1. Pemeliharaan Kuku Frekuensi Cara melakukan
5.
Aktivitas
Klien mengatakan mulai beraktivitas pada jam 05.30 16.30 WIB sebagai Petani
1. D. 2. a. Hb
(4.500 10.000/mm 3) (150.000 400.000/mm 3) (40 48 %) (75 105 mg/dl) (3,5 5,1 mmol/l) (135 148 mmol/l)
1. b.
Terapi 08-04-2011 21 31 31 31 31
1. E.
Analisa data
No. 1. DS: -
Data fokus
Etiologi Medulla
masalah Peningkatan TD
Keluarga klien
2.
Sakit kepala
mengatakan klien merasa sakit kepala yang sangat hebat DO: Klien meringis sampai
menangis menahan sakit kepala yang dirasakan TD: 170/100 mmHg ADL klien sedikit
terhambat
3.
Peningkatan tekanan vaskular serebral Saraf simpatis Tidak mampu mengatasi nyeri
mengatakan klien tidak tidur semalaman dan terus merasakan sakit kepala nya.
cekung
4.
lambung Tidak ada proses pencernaan Peningakatan asam lambung Peningkatan peristaltik usus Nyeri abdomenalis
mengatakan klien merasa sakit perut karena klien tidak makan apapun dan hanya minum saja sejak sakit kepala dirasakan. DO: Peristaltik usus
1. F.
2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung 3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral 4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri 5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
1. G.
Perencanaan
No. 1.
Dx Peningakatan TD berhubunagn dengan penurunan curah jantung DS: klien mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi DO: TD klien meningkat Keluarga
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 124 jam TD klien dapat kembali normal
Rasional
1. Adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan deskompensasi / penurunan CO.
Tupan: Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung 1. Amati warna kulit, kelembaban , Tupen: suhu, dan masa pengisian.
1. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. 1. Menurunkan stresss dan 1. Pertahankan pembatasan aktivitas, spt. Istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu klien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
1. Lakukan tindakan- tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepla tempat tidur
1. Kolaborasi dalam pemberian tiazid, mis. Klorotiazid (diuril); hidroklorotiazi(esidrix/hidroDIURIL) 2. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vascular 1. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis.
1. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal relative normal.
2.
Nyeri/ sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral DS: klien mengatakan klien merasa sakit kepala yang sangat hebat DO: Klien Keluarga
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut 1. Tindakan yang 1. Berikan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan sakit kepala, mis. Kompres dingin pada dahi pijat punggung bdan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi, dan aktivitas di waktu senggang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan 1. Kolaborasi dalam pemberian analgesic 2. Meminimalkan stimulasi/meningakatkan relaksasi komplikasinya.
Tupen: Keluarga klien mengatakan sakit kepala yang dirasakan klien berkurang.
sedikit terhambat
3.
klien
Keluarga
criteria: 1. Membacakan aya suci al-quran Tupan: Tidak mengalami lagi gangguan sebelum waktu tidur 2. Agar klien dapat istirahat
simpatis
mengatakan klien tidak tidur semalaman dan terus merasakan sakit kepala nya. DO: TD:
1. Memberikan ketenangan batin pada klien dan memperkuat keimanan klien sebagai umat islam.
pola aktitas
170/100 mmHg Mata klien tampak cekung Tupen: Keluarga klien mengatakan klien tidak terbangun lagi pada malam hari. 4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi. DS: klien mengatakan klien merasa sakit perut karena klien tidak makan apapun dan hanya minum saja sejak sakit kepala dirasakan. DO: Peristaltik Tupen: Keluarga klien mengatakan klien sudah mau makan kembali sesuai diet yang disarankan Keluarga Tupan: Nutrisi terpenuhu sehingga metabolism tubuh kembali normal 1. Berikan makanan sesuai dengan diet yang disarankan 2. Menirmalkan kadar asam lambung sehingga dapat mengurangi kembung dan mual Setelah klien diberikan tindakan keperawatan selama 124 jam, dengan criteria: 1. Memberikan ko,pres hangat di nagian perut klien 1. Kolaborasi dalam Pemberian antasida dan antimual
1. H.
Implementasi
No. 1.
Dx I
Implementasi T = mengakaji TTV, TD:170/100 mmHg R = klien kooperatif T = mengamati warna kulit (sedikit pucat), kelembaban(berkeringat sehingga lembab), dan suhu (36oC) R = klien kooperatif
Paraf
08.00 WIB
III
T = memberikan kompres hangat di perut klien R = klien mau dikompres T = memberikan antasida dan antimual jam sebelum makan R = klien mau minum obat
08.30 WIB
08.45 WIB
II
IV
11.30 WIB
T = meninggikan kepala tempat tidur dan menganjurkan klien untuk ROM R = klien kooperatif dan mau melakukan apa yang disuruh
T = melakukan pijitan di punggung dan leher klien R = klien mau dipijit dan merasa nyaman sampai tertidur
12.00 WIB
III
T = menyajikan dan membari makanan rendah garam dan menyajikan obat sesuai resep R = klien kooperatif
13.00 WIB
R = klien kooperatif 16.00 WIB I T = menyarankan pada klien untuk membatasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal R = klien kooperatif 18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien TD: 140/90 mmHg R = klien kooperatif 20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk membacakan ayat suci al-quran kepada klien R = keluarga kooperatif 2. Selasa, 09-04-2011 07.30 WIB III I T = mengkaji TTV klien TD: 140/80 mmHg R = klien kooperatif T = menyaajikan dan memberikan makanan rendah garam dan menyiapkan obat sesuai resep R = klien kooperatif 10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien dan keluarga sebelum pulang R + klien dan keluarga kooperatif
1. I.
Evaluasi
No. 1.
Dx I
Catatan perkembangan S : keluarga klien mengatakan TD klien sudah normal O : TD: 140/90 mmHg A : masalah teratasi P:I:E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
Paraf
II
S : keluarga klien mengatakan klien tidak mengeluj sakit kepala lagi O : TD: 140/90 mmHg A : masalah teratasi P:-
I:E : terapi cukup berhasil dan klien pulang III S : keluarga klien mengatakan kliem tidak lagi susah tidur O : TD: 140/90 mmHg Mata klien tidak cekumg. A : masalah teratasi P:I:E : terapi cukup berhasil dan klien pulang IV S :keluarga klien mengatakan klien tidak mengeluh sakit perut lagi O : perut tidak kembung Peristaltic usus 8x/menit] A : masalah teratasi P:I:E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal 8-9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai berikut: 1. A. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati. 1. B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai berikut: 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung 2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral 3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri 4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan penulis antara lain: 1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri 2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
1. C.
Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999. 1. D. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis. 1. E. Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.
BAB V PENUTUP
1. A.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga. 1. B. Saran
2. Untuk Klien dan Keluarga Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri. 1. Untuk Siswa Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psikososio-spiritual 1. Untuk Rumah Sakit Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal. Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih dilengakapi.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000 Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001 Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999 Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003 Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995 Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996 Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002 Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995 Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995 Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998 www.google.com http://www.wikipedia.com
Share this: Like this: Be the rst to like this. January 9, 2012
Leave a reply
Previous
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required elds are marked *
Name
*
Email
*
Website
Comment
Post Comment
Recent Posts
Asuhan keperawatan pada Ny. U dengan hipertensi Hello world!
Archives
Categories
Uncategorized
Meta
Register Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.com
Blog at WordPress.com.