Vous êtes sur la page 1sur 28

KASUS II ADENOCARSINOMA PARU

STATUS PASIEN

ANAMNESIS I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Tn. Z : 68 tahun : Laki-laki : Tani : Panjar 18/5, P.K

Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2014

II.

Keluhan Utama Sesak nafas

III.

Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas. Sesak hilang timbul dan semakin memberat semenjak dirawat hingga saat ini. Pasien juga mengeluhkan nyeri tenggorokan dan juga nyeri telan, Pasien juga menderita batuk sejak 2 bulan ini, batuk berdahak tapi susah untuk dikeluarkan. Pasien masih bisa makan dan minum tapi sedikit sedikit, BAK dan BAB pasien baik. Sudah pernah diperiksakan ke dokter sebelumnya Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di leher pasien yang besar dan menjalar sampai ke pundak dan tangan kanan.

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa HT (-) DM (-)

V.

Riwayat Penyakit Keluarga TB (-) atau keluarga dengan pengobatan lama (-) HT (-) DM (-) Kanker atau tumor (-)

VI.

Anamnesis Sistem Sistem Serebrospinal Sistem Respirasi Sistem Kardiovaskular Sistem Digesti : demam (-), pusing (-), nyeri kepala (-), kejang (-) : sesak (+), batuk (+), berdahak putih kental (-) pilek (-) : berdebar-debar (-) : mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (+), penurunan BB (+), BAB normal Sistem Urogenital Sistem Muskuloskeletal : BAK normal, tidak ada keluhan : tidak ada keluhan

VII.

Kebiasaan dan Lingkungan Pasien sudah tidak bekerja sebagai petani karena usia. Pasien merokok sejak 35 tahun yang lalu, pasie merokok 3-5 batang perhari.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Kepala & Leher : lemah, tampak sesak dan kurus : GCS E4V5M6 : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PKGB (-), terdapat benjolan pada leher sebelah kanan, massa menyebar hingga pndak dan tangan kanan atas. Vital Sign : TD : 100/65 mmHg RR : 20 x/menit Pemeriksaan Thoraks Nadi : 110 x/menit Suhu : 36,7C

: Cor : S1S2 reguler, bising (-) Pulmo : wheezing (-), ronkhi basah (+/+),

Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan Ekstremitas

: BU (+) normal, nyeri alih (-), nyeri tekan abdomen (-) : edem (-), sianosis (-), clubbing finger (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 20 Januari 2014 Patologi Anatomi Aspirasi Jarum Halus : o Makroskopis : Benjolan diameter kurang lebih 2 meter, batas tidak tegas, fix 4 slide

o Mikroskopis : sediaan sitologi menunjukkan sel-sel epitel yang berkelompok dan tersebar ukuran sel besar. Sitoplasma cukup, sebagian bervakuol, inti bulat oval, vesikuler, anak inti jelas, beberapa lebih dari satu. Latar belakang eritrosit, leukosit PMN, limfosit. o Kesimpulan : AJH region Colli (D), Didapet sel ganas. Pendapat : Adenokarsinoma Tanggal 24 Januari 2014 Aspirasi Jarum Halus : o Bahan : Cairan efusi pleura (S) o Diagnosis Klinik : Adeno Ca Colli (D) o Makroskopis : diterima cairan kuning kemerahan dengan volume 800 ml Preparat apus -> 2 slide, cat papanicolou, Giemsa o Mikroskopis : sediaan sitologi menunjukkan sel-sel epitel yang berkelompok dan tersebar sebagian tersusun seperti ball formation, ukuran sel besar. Sitoplasma cukup, sebagian bervakuol, inti bulat oval, vesikuler, sebagian eksentrik anak inti jelas. Latar belakang mesotel reaktif, eritrosit. o Kesimpulan : sitologi cairan efusi pleura (S), Didapet sel ganas. Pendapat : sitologo penyokong suatu adenokarsinoma

ANALISIS RONTGEN CERVICAL

Gambar 1. Foto Cervical AP Tn Z.

ANALISIS FOTO Analisis Foto Cervical


Penilaian Foto a. Identitas

Hasil
Terdapat nama pasien, tanggal pemeriksaan, dan marker R

Interpretasi Cukup

Pembacaan Foto a. Cervical

Alignment baik, curve melurus, trabkulasi tulang diluar lesi normal, superior dan inferior endplate diluar lesi baik, bridging VC 3,4 tampak penyempitan spat intervertebra disertai fusi vertebra cervicalis 3-4 lipping VC 5,6.

Cukup

b. Tulang dan jaringan lunak

Tak tampak erosi/destruksi tulang, soft tissue, mass/swelling.trachea tampak di tengah, airway patent

Normal

Kesimpulan : Paracervical muscle spasme Spondylosis cervicalis disertai fusi VC 3-4

ANALISI RONTGEN THORAX

Foto Thorax Contoh

ANALISIS FOTO Analisis Foto Thorax


Penilaian Foto b. Identitas c. Faktor Kondisi

Hasil
Tidak terdapat nama pasien, tanggal pemeriksaan, dan marker R Tampak adanya processus spinosus 2, tidak ada penampakan vertebra thorakalis Dome diafragma setinggi vertebra thorakalis X, costa depan tampak costa ke 6 Klavicula mendatar, scapula tampak diluar paru, udara fundus gaster terlihat dibawah diafragma Skapula tampak di luar, klavikula mendatar, posisi jantung kesan lebih ramping Jarak antara median titik prosessus spinosus kiri > 2mm Superior: tampak batas VC.VII Lateral: tampak axilla ka-ki Inferior: tampak kesan batas sinus costophrenikus dan diafragma

Interpretasi Kurang Kurang

d. Faktor Inspirasi

Cukup Erect/berdiri

e. Faktor Posisi

f.

Faktor Proyeksi

PA

g. Faktor Simetrisasi h. Faktor Terpotong

Asimetris Tidak terpotong

Pembacaan Foto c. Kadua Apeks Paru d. Corakan bronkovaskular e. Keadaan parenkim paru

f.

Sinus Costophrenikus

Tidak ditemukan adanya infiltrate, kavitas, fibrosis, maupun kalsifikasi Bagian 1/3 paru superior bersih dan 1/3 basal bersih Tampak opasitas seperti massa berbentuk bulat, batas tegas, sebagian tepi ireguler. Terdapat fibrosis di parahiller kiri, paru hiperaerasi, paru terlihat memanjang Kesan costoprenikus pada paru kanan normal, sedangkan kiri menghilang Diafragma kanan tampak normal sedangkan kiri batas menghilang. Besar dan benrtuk normal Tidak terdapat kelainan pada jaringan lunak, terdapat kelainan bentuk tulang Vertebra (scoliosis)

Tenang Normal Tidak normal

Tidak normal

g. Diafragma

Tidak normal

h. Jantung i. Sistema Jaringan Lunak dan Tulang

Normal Tidak normal

Kesimpulan : Suspek massa paru dengan efusi pleura kiri

PEMBAHASAN

KANKER PARU

A. Pendahuluan Suatu nodul di Paru adalah bulatan atau oval yang sering ditemukan pada Toraks foto (X-ray) atau computed tomography (CT) scan. Pada satu dari 500 pembacaan foto Toraks bisa ditemukan suatu nodul. Mungkin satu atau beberapa nodul dapat ditemukan pada waku membaca X-ray dari toraks seorang penderita. Nodul ini besar kemungkinan jinak atau benigna apabila ditemukan pada orang yang masih berumur di bawah 40 tahun, yang bukan perokok, pada nodul ada kalsiumnya, sedangkan nodul tersebut kecil.

B. Definisi Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. Tumor jinak Paru adalah suatu jaringan yang tumbuh tanpa fungsi yang jelas, yang bisa tumbuh dari bagian jaringan Paru. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala atau tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan foto toraks atau CT, namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan panas apabila mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awal adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari penderitanya. Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang tidak terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru akan berkembang dan menyebar keluar Paru. Keadaan ini dinamakan metastasis. Pada tahun 2004, diperkirakan 1,3 juta meninggal diseluruh dunia2. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat didiagnosis menderita Kanker Paru sebanyak 203.536 orang (109.643 laki dan 93.893 wanita) dan pada tahun yang sama terdapat 158.683 kematian karena Kanker Paru (88.329 laki dan 70.354 wanita).

C. Etiologi Penyebab tumor dan nodul paru masih belum begitu jelas, tapi pada umumnya ada masalah dengan inflamasi akibat infeksi (histoplasmosis,coccidioidomycosis, cryptococcosis, or aspergillosis). Dapat juga inflamasi bukan karena infeksi namun akibat dari reumatoid arthritis, Wegener granulomatosis, Sarcoidosis. Diantara penyebab lainnya adalah kelainan bawaan (birth defect) seperti kistik paru dan malformasi paru. Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain . Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru : a. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.

b. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada

orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif. c. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren. d. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok. e. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc).

D. Klasifikasi Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk

metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacammacam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh. Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan crush artifact pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan. Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh. Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

E. Stadium Klinis Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :

Keterangan : Status Tumor Primer (T) T0 Tx : Tidak terbukti adanya tumor primer. : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi. Tis T1 T2 : Karsinoma in situ. : Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal. : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina. T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.

T4

: Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N) N0 N1 N2 N3 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional. : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral. : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina. : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M) M0 M1 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh. : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak.

F. Gejala Klinis Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat : Lokal (tumor tumbuh setempat) : o o Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis Hemoptisis

o Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas o Kadang terdapat kavitas seperti abses paru o Ateletaksis

Invasi lokal : o Nyeri dada o Dispnea karena efusi pleura o o Sindrom vena cava superior o Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

o o

Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis servikalis

Gejala Penyakit Metastasis : o Pada otak, tulang, hati, adrenal

o Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis) o Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala : Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi Hipertrofi osteoartropati Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer Neuromiopati Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia) Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone

Asimtomatik dengan kelainan radiologis o Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis. o Kelainan berupa nodul soliter. Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) Batuk darah Sesak napas Suara serak Sakit dada Sulit / sakit menelan Benjolan di pangkal leher

Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

G. Diagnosis a. Anamnesis Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

c.

Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.

Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organorgan lainnya.

Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

d. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

e.

Pemeriksaan Sitologi Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaanyang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.

f.

Bronkoskopi Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskopi.

g. Biopsi Transtorakal Biopsi aspirasi

jarum

halus

transtorakal

banyak

digunakan

untuk

mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.

h. Torakoskopi Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.

Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada.

H. Penatalaksanaan 1. Pembedahan Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik. Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara : a) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal. b) Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru. c) Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.

2. Radioterapi Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam

atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.

3. Kemoterapi Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi. Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk

membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.

I. Prognosis Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005). Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini (American Cancer Society, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc.. hlm. Molecular pathogenesis. ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013. Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc.. hlm. Table 92-2. Oncogenes and Tumor-Suppressor Genes Altered in Lung Cancer. ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013. Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc.. hlm. Table 92-3. World Health Organization Lung Cancer Classification. ISBN 155009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013. Ferlay J, Bray F, Pisani P and Parkin DM. GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide. IARC CancerBase No. 5, Version 2.0, Lyon: IARC Press, 2004 Travis, WD (January 1995). "Lung cancer". Cancer 75 (Suppl. 1): 191202. doi:10.1002/1097-0142(19950101)75:1+<191::AID-CNCR2820751307>3.0.CO;2-Y. PMID 8000996. Bryant, A (July 2007). "Differences in epidemiology, histology, and survival between cigarette smokers and never-smokers who develop non-small cell lung cancer". Chest 132 (1): 198192. doi:10.1378/chest.07-0442. PMID 17573517. Yoshikawa H, Nagashima M, Khan MA, McMenamin MG, Hagiwara K, Harris CC. Mutational analysis of p73 and p53 in human cancer cell lines.". Laboratory of Human Carcinogenesis, National Cancer Institute, National Institutes of Health;. Diakses pada 28 Februari 2013.

Vous aimerez peut-être aussi