Vous êtes sur la page 1sur 19

TEACHING FACTORY SEBAGAI PENDEKATAN

PEBELAJARAN DI SMK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan


dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin
global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap
dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut
harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar –
benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.

Demikian juga dengan Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai


lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa
selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu
peningkatkan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam
rangka meningkatkan kualitas lulusannya.

Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga


kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri
semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Salah satu
faktor penyebab adalah kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi
di lembaga pengelola pendidikan kejuruan semakin terbebani. Kondisi
tersebut secara tidak langsung berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak
siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Seharusnya Sebagai
lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang
dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan diutamakan pada
keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mencapai hal tersebut SMK
harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi
pada peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja,
disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa.
Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan hal tersebut adalah
pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada
pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia
industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah
menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena
itu lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa
membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan sesuai dengan
keinginan dunia industri.

B. Permasalahan

Bagaimanakah pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa SMK yang


sesuai dengan kebutuhan dunia industri ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :


1. Mengembangkan pendekatan pembelajaran untuk Sekolah Menengah
Kejuruan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia
industri.
2. Meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam
persaingan tenaga kerja.
3. Alternatif pendekatan pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan yang
sesuai dengan perkembangan kurikulum dan tuntutan dunia industri.

D. Definisi Operasional

Penulisan karya ilmiah dengan judul Pendekatan Pembelajaran Teaching


Factory Di SMK adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran dalam
ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam
suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan
kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah di SMK.

Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan


konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan
siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Kerangka teoritis

1. Pengertian pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara dalam proses kegiatan


pendidikan. Bower dan Higrd dalam buku Theories of Learning (1975)
mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan
atau keadaan sesaat seseorang. Teori lain mengemukakan bahwa belajar
adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu pengalaman. ( Morgan, The Conditions of Learning ; 1977 ).
Pengertian pendekatan pembelajaran dalam karya ilmiah ini adalah suatu
cara belajar melalui proses perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

2. Teaching Factory (TEFA)

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana


sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi
antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran
yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan
yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran
agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).

Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu


proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya
(real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan
pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa
hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat,
sekolah atau konsumen.

Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya


mengutamakan kualitas produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi
tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata – mata untuk
menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Berfikir

Penulisan karya ilmiah ini berorientasi pada peningkatan kualitas mutu


pembelajaran di kalangan lembaga pendidikan khususnya di Sekolah
Menengah Kejuruan. Oleh sebab itu hasil dari penelitian ini diharapkan bisa
menjadi alternatif dalam proses kegiatan belajar di SMK. Proses pendekatan
pembelajaran dengan TEFA (Teaching Factory) adalah perpaduan
pendekatan pembelajaran yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based
Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang
didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini
memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai
hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT
(Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau
ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang
atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Dari uraian diatas maka metode pembelajaran TEFA lebih mengarah kepada
proses pengelolaan manajemen di ruang kelas dan ruang praktek berdasar
prosedur dan standar bekerja di dunia industri yang sesungguhnya.
Pengertian lain adalah proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan
tuntutan pasar atau konsumen.

C. Hipotesis

Dari hasil kajian teoritis diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan


pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas
dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana
sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi
antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Siklus 1 Proses Pembentukan Manajemen TEFA


1. Peneliti mengamati siswa kelas 2 Teknik Perabot Kayu dalam proses
pembentukan struktur organisasi manajemen produksi kecil di tingkat
kelas sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik yang bertugas selama
satu tahun ajaran yang dipandu oleh konsultan ( guru pengampu ).

2. Guru dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA bertindak sebagai


konsultan dan asesor serta fasilitator. Konsultan dalam posisi disini
sebagai tenaga teknis ahli, penilai (asesor) dan juga pemberi order.
Fasilitator bertugas memberikan fasilitas atau pelayanan terhadap
kebutuhan unit produksi kecil. Pada posisi ini diperankan oleh pihak
sekolah dan unit produksi.

3. Siswa yang dipercaya sebagai manajer bertanggung jawab


mengkoordinir manajemen baik bagian administrasi, bagian
pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga Maintenance and
Repair (MR). Posisi manajer ini bertanggung jawab dan melaporkan
hasil pekerjaan kepada konsultan, dan juga fasilitator yang diperankan
oleh guru pengampu.

4. Siswa yang menduduki jabatan bagian administrasi, bagian


pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga maintenance and
repair (MR) bekerja mengelola sesuai prosedur yang telah ditetapkan
oleh manajer melalui pekerjaan yang telah disetujui oleh konsultan dan
bertanggung jawab langsung pada manajer.

5. Siswa yang menduduki jabatan Bagian produksi bertugas sebagai


Quality Control atas hasil pekerjaan dan mengelola bawahannya yang
terdiri dari kepala regu.
6. Kepala regu mengelola manajemen pekerja dan hasilnya yang
dilakukan oleh para karyawannya serta bertanggung jawab kepada
bagian produksi. Posisi kepala regu ini sangat penting karena
pengawasan atas hasil pekerjaan dan juga quality control tingkat
bawah yang secara langsung mengecek kondisi lapangan baik bahan
ataupun material pelengkap lainnya.

B. Siklus 2 Proses Produksi

1. Order dari konsumen yang berupa konsep gambar diadministrasikan


oleh bagian administrasi dan diserahkan kepada bagian perencana.
Hasil dari perencana yang berupa gambar jadi dan juga kalkulasi harga
diserahkan kembali ke manajer. Manajer menyetujui dan
mengesahkan hasil perencanaan setelah mendapat persetujuan dari
konsultan dan fasilitator.

2. Hasil perencanaan diserahkan kepada bagian produksi sesuai


pesanan. Tugas lain dari manajer adalah menerima hasil penilaian
pekerjaan dari bagian produksi dan juga membuat laporan hasil
pekerjaan yang akan diserahkan kepada konsultan.

3. Bagian produksi membagi tugas kepada kepala regu untuk


mengerjakan pesanan sesuai dengan jumlah karyawan dan bagian
masing – masing. Pada proses ini bagian produksi memberikan target
waktu penyelesaian pekerjaan. Bagian produksi juga menerima
laporan dan penilaian hasil dari karyawan melalui kepala regu. Data
penilaian hasil pekerjaan diserahkan kepada manajer.

4. Kepala regu menganalisa pesanan dan memberikan tugas pekerjaan


kepada para karyawan. Selama dalam proses produksi ini kepala regu
setiap saat mengecek hasil pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan
kepada bagian produksi. Tugas lain dari kepala regu adalah
memberikan penilaian hasil pekerjaan yang nantinya dilaporakan
kepada bagian produksi.

C. Siklus 3 Proses Pemasaran atau hasil produksi

1. Produk barang yang sudah jadi dicek ulang oleh bagian produksi dan
manajer. Kesesuaian produk barang pesanan dan standar mutu
produk harus disetujui oleh konsultan sebelum proses pemasaran.

2. Bagian administrasi mendata kuantitas produk barang sesuai dengan


standar mutu yang ada.

3. Bagian pemasaran menjual produk barang kepada konsumen sesuai


kesepakatan yang telah disetujui bersama. Apabila dalam bentuk
pesanan maka bagian pemasaran menanyakan mutu dan jumlah
barang kepada pemesan dan dibuat laporan. Produk barang yang
dibuat tanpa ada pesanan maka bagian pemasaran bertugas menjual
produk barang itu kepada konsumen.

4. Setiap hasil penjualan harus dilaporkan kepada manajer melalui


bagian administrasi.

5. Dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA ini setiap hasil


penjualan atas barang yang diproduksi oleh unit produksi kecil dikelola
oleh bagian administrasi setelah dikurangi atas biaya listrik dan bahan.
Apabila bahan dan perlengkapan lainnya merupakan hasil usaha dari
siswa maka hasil penjualan dikurangi biaya listrik.

6. Hasil kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA ini mutlak menjadi milik


siswa dan dibagikan pada setiap akhir kelulusan.

D. Siklus 4 Evaluasi dan Penilaian


1. Pada proses ini peneliti mengamati proses evaluasi yang dilakukan
oleh konsultan yang juga bertindak sebagai asesor atau penilai.

2. Setiap hasil pekerjaan yang telah dicek kualitasnya diserahkan oleh


manajer untuk diperiksa kualitasnya kepada konsultan.

3. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dinilai oleh kepala


regu dan divalidasi oleh bagian produksi.

4. Tahapan penilaian ini kepala regu juga bertindak sebagai asesor bagi
karyawan dan bagian produksi bertindak sebagai asesor bagi kepala
regu. Penilaian yang dilakukan oleh kepala regu dan bagian produksi
diserahkan kepada bagian administrasi dan dilanjutkan ke manajer.

5. Konsultan atau asesor memberikan penilaian atas hasil kerja manajer


dan bagian – bagian lainnya. Pemberian nilai oleh asesor berdasarkan
atas kriteria yang ditentukan berdasarkan kompetensi pekerjaan. Nilai
yang dihasilkan asesor adalah nilai akhir dari hasil penilaian kepala
regu, kepala bagian produksi dan juga manajer.

6. Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk


lembar penilaian kompetensi yang harus diisi setelah job pekerjaan
dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Dalam penilaian,
lembar penilaian kompetensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepada
asesor setiap melakukan penilaian.

7. Pengumuman nilai dilakukan setiap akhir pekerjaan sesuai dengan


batas waktu yang telah ditentukan.

Lebih jelasnya siklus dalam penelitian digambarkan dalam bagan alir


sebagai berikut :
SIKLUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN METODE TEFA

SIKLUS I
Pembentukan manajemen TEFA

SIKLUS II
Proses Produksi Dan KBM Produktif
SIKLUS III
Pemasaran Hasil Produksi

SIKLUS IV
Penilaian standar kompetensi keahlian

§ Pengelola
§ Proses produksi
§ Manajemen pabrik
§ Daftar nilai per kompetensi
§ Evaluasi hasil
§ Perencanaan
§ Alokasi Waktu
§ Anggaran biaya
§ Administrasi
§ Bagian Pemasaran
§ Hasil produk
§ Sistem pemasaran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil penelitian

1. Lokasi Penelitian

Secara keseluruhan lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri


2 Kendal yang beralamat di Gang Mangga Utara Jalan Raya Soekarno
Hatta Kendal. Termasuk wilayah desa Purwokerto Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal. Peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan lokasi
penelitian merupakan tempat tugas peneliti dan juga pada saat ini sudah
menerapkan pembelajaran Teaching Factory.

Sampling Penelitian pendekatan pembelajaran TEFA ini adalah siswa


kelas 2 dan Kelas 3 Program Keahlian Teknik Bangunan Program Diklat
Teknik Perabot Kayu SMK Negeri 2 Kendal. Pengambilan sampling ini
didasari oleh kondisi pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sedang
melaksanakan program Teaching Factory kerjasama dengan IGI
( Indonesian German Institute ).

Pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sudah termasuk Sekolah Berstandar
Internasional ( SBI ). Prestasi dibidang manajemen pada saat ini SMK
Negeri 2 Kendal sudah memiliki standar mutu manajemen ISO 9001-
2001. Status program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Kendal sudah
terakreditasi A. Hal lain yang mendukung adalah pada saat ini SMK
Negeri 2 Kendal menjalin kerjasama dengan IGI ( Indonesia German
Institute ) dan sebagai sisternya adalah PIKA Semarang yang program
kerjanya adalah mengembangkan SMK menjadi lembaga pendidikan yang
berorientasi pada Teaching Factory (TEFA).
2. Tujuan Pendekatan Pembelajaran TEFA

Tujuan dari pendekatan pembelajaran TEFA dilandasi oleh tuntutan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), pendekatan
pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di dunia kerja,
dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi hubungan
sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha menerapkan unit produksi
di sekolah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya bahan praktik
siswa, peralatan yang harus terpelihara dalam kondisi standar, motivasi
untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekolah serta
menimbulkan kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA ini
bertujuan untuk melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas
yang dituntut oleh industri, mempersiapkan siswa sesuai dengan
kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan beradaptasi
secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, menguasai
kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang
mempunyai standar mutu industri.

3. Proses Pendekatan Pembelajaran TEFA

Kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA merupakan satuan kesatuan


lingkungan sekolah dengan berbasis pada industri. Setiap kegiatan
mempunyai fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing – masing.
Pendekatan pembelajaran TEFA mengatur ketersediaan pekerjaan dari
konsumen yang melibatkan unsur unit produksi sekolah dan industri.

Aspek kegiatan belajar mengajar mengatur pelaksanaan pembelajaran


sesuai standar kompetensi keahlian yang berbasis produksi dunia industri
dan melibatkan unsur sekolah. Penggunaan peralatan dan bahan kerja
sesuai standar mutu di dunia industri. Kualitas produk yang dihasilkan
harus laku di pasar dan sesuai standar industri. Proses pendekatan
pembelajaran TEFA ini juga harus bisa menciptakan jalinan hubungan
industri yang lebih luas.

4. Mekanisme Dalam Menyusun Pendekatan Pembelajaran TEFA

Penyusunan pendekatan pembelajaran TEFA ini dapat disusun dengan


tahapan – tahapan sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran yang meliputi konsep kurikulum yang
mendukung yaitu pembuatan kompetensi keahlian yang
mendukung job pekerjaan. Pembuatan perangkat job sheet dan
modul dalam bentuk kompetensi dasar yang sesuai dengan
kompetensi dasar keahlian.
b. Konsultan mempersiapkan dan menentukan kompetensi dan sub
kompetensi dasar sesuai dengan job atau pesanan.
c. Konsultan membuat daftar ketrampilan dari setiap sub kompetensi
dari pekerjaan untuk evaluasi hasil pembelajaran.
d. Konsultan bersama fasilitator membentuk perangkat manajemen
pengelola sesuai bidang usaha yang akan dikerjakan.
e. Konsultan menentukan lokasi dan target waktu yang diperlukan
dalam pembuatan produksi yang harus diperhitungkan sesuai
dengan alokasi waktu belajar dan disesuaikan standar industri.
f. Konsultan membentuk organisasi unit produksi kecil dengan tugas
dan tanggung jawab masing- masing bagian.
g. Pengelola unit produksi kecil menerima pesanan dan memproduksi
barang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh konsultan sesuai
tugas dan tanggung jawab masing- masing.

Secara lebih jelasnya dalam menyusun mekanisme pendekatan


pembelajaran TEFA dapat digambarkan sebagai berikut :

KOMPONEN
§ Ka. Sekolah
§ Ka. Bidang
§ Ka. Bengkel
§ Guru

KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEFA


PERENCANAAN

Aspek KBM yang mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan


melibatkan unsur Kepala Sekolah, kepala bidang, kepala Bengkel dan
guru

KONSULTAN PENGELOLAAN

Pengelolaan Unit produksi kecil pada pencapaian kompetensi yang


standar dengan industri

KOMPONEN

§ Konsultan /guru
§ Fasilitator

KOMPONEN
§ Konsultan /guru
§ Fasilitator / Guru
§ Manajemen unit produksi kecil

KOMPONEN

§ Assesor /guru
§ Fasilitator / Guru

KOMPONEN

§ Konsultan /guru
§ Fasilitator
§ Ka. Bengkel
§ Ka. Unit Produksi sekolah

PEMBUATAN PERANGKAT MANAJEMEN TEFA

Pembentukan organisasi unit produksi kecil ditingkat kelas


PERSIAPAN UNIT PRODUKSI KECIL

Mempersiapkan sarana pendukung produksi dan ketersediaan pekerjaan


dari pemesan dan pasar melibatkan unit produksi sekolah
MELAKUKAN EVALUASI

Melakukan evaluasi pembelajaran terhadap hasil pembelajaran dan


standar mutu pekerjaan
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran


TEFA di SMK Negeri 2 Kendal sudah berjalan sesuai mekanisme dan
konsep yang ada. Peralatan yang mendukung serta sumber daya
profesional secara tidak langsung membuat siswa semakin percaya diri
dan bangga atas pendekatan pembelajaran TEFA. Kondisi sekolah yang
sangat baik dan kebijakan sekolah yang sesuai merupakan pemacu bagi
konsep TEFA ini bisa dilaksanakan.

Dalam pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal guru


sebagai konsultan sangat memegang peranan penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Konsultan (Guru) harus mampu
menterjemahkan kompetensi atau sub kompetensi setiap pekerjaan yang
harus diserahkan kepada manajer (pengelola).
Tugas lain dari konsultan adalah memberi evaluasi terhadap hasil
pekerjaan siswa secara transparan. Pendekatan pembelajaran sangat
meringankan tugas guru karena siswa sudah terkontrol oleh temannya,
sehingga guru hanya memberikan pengarahan sesuai job. Hasil dari
kegiatan praktek yang dulu tidak terpakai atau tidak bisa terjual dengan
pendekatan pembelajaran ini maka setiap hasil praktek akan menjadi
barang yang siap jual dan menguntungkan.

Pendekatan pembelajaran dengan metode ini, konsultan (Guru) mampu


meningkatkan kualitas kerja siswa serta ketepatan waktu dalam
pekerjaan. Kontrol yang dilakukan oleh manajer dan kepala regu membuat
karyawan (Siswa) bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang
dilakukannya.

Aspek kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada ketrampilan dan


kemampuan siswa ini sangat baik apabila didukung oleh komponen yang
lain seperti keterlibatan konsumen dan dunia industri dalam
pengembangannya.
Siswa sebagai obyek penelitian dalam kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal juga merasakan
senang Karena ketrampilan serta kemampuanya bisa dilakukan secara
maksimal. Hasil dari pekerjaan selama sekolah bisa dinikmati siswa
sehingga siswa akan terpacu untuk bekerja keras dan juga mencari order
pesanan agar mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA di


SMK Negeri 2 Kendal juga ada Kendala dan hambatan yang ada
diantaranya:
1. Ada sebagian siswa yang belum siap terutama untuk mengerjakan
job pekerjaan dengan tepat waktu.
2. Sebagian mutu produk hasil pekerjaan siswa belum terkontrol
sesuai standar industri hal ini disebabkan oleh kemampuan siswa
yang masih kurang.
3. Siswa lebih suka pelajaran produktif di bengkel dari pada belajar
didalam ruang kelas.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian maka proses pendekatan pembelajaran TEFA


(Teaching Factory) adalah perpaduan metode yang sudah ada yaitu CBT
(Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT
adalah pelatihan yang didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh
siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat
dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas
dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu
proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan
tuntutan pasar atau konsumen.

Pendekatan pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran


dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan
dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani
kesenjangan kompetensi antara kebutuhan indusri dan pengetahuan dari
sekolah.

Adanya pendekatan pembelajaran TEFA maka etos kerja siswa dalam


melaksanakan praktek produktif lebih baik hal ditunjukan dengan adanya
peningkatan waktu penyelesaian dan juga kualitas pekerjaan semakin
baik.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti mempunyai saran:

1. Agar dalam pelaksanaan konsultan pendekatan pembelajaran dengan


TEFA konsultan tidak melupakan unsur pendidikan san pembelajaran
tidak semata – mata mengejar profit oriented.

2. Pengelola manajemen siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan


dan pembelajaran secara khusus agar kemampuan dan sumber daya
meningkat.
3. Siswa harus lebih terkontrol dalam belajar agar tidak terlena dengan
pembelajaran produktif saja.
4. Proses pendekatan pembelajaran TEFA ini, guru sebagai konsultan dan
siswa sebagai pengelola unit produksi kecil harus sinergi dan selaras agar
kemampuan hasil produknya lebih berkualitas.

5. Fasilitator atau pihak sekolah dengan unit produksi sekolah harus lebih
aktif dalam mencari order pesanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki Wibawa, Dr: 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen


Dikdasmen, Jakarta
2. IGI : 2007, Brosur IGI, Jakarta
3. Panjaitan, D: 2003, Modul Production Based Training, Dirjen
Dikdasmen, PPGT Bandung
4. Arikunto Suharsimi: 1997, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta,
Jakarta
5. Sisjono,Drs: 2002, Modul Penerapan CBT Secara Konsisten Di
SMK, Dirjen Dikdasmen, PPGT Bandung

Vous aimerez peut-être aussi