Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1.1

Basis Gigitiruan Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1 Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik, nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif dan estetis yang baik.2,4,5

2.1.2

Persyaratan

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah:29,30-1 1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi 2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi 3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

a. Modulus elastisitas tinggi b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara permanen jika menerima tekanan c. Kekuatan transversal tinggi d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh e. Kekuatan fatique tinggi f. Abration resistance dan kekerasan yang baik g. Konduktivitas termal yang baik h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas 4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik 5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain: a. Radiopak b. Mudah dimanipulasi dan direparasi c. Tidak mengalami perubahan dimensi d. Mudah dibersihkan Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan diatas.

2.1.3

Klasifikasi

Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam dan non logam.3,30

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Logam Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel. Walaupun bahan logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil, resisten terhadap abrasi, namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline, dan estetis yang kurang baik.

2.1.3.2 Non-Logam (plastik/resin)

Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik/resin. Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu resin termoplastik dan termoset.3,31

2.1.3.2.1 Termoplastik Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali, dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan organik. Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik akrilik, dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai basis gigitiruan.3,32

2.1.3.2.2 Termoset Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Setelah diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan kembali kepada bentuk lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk

Universitas Sumatera Utara

sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening polymer.32 Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.3 Pada tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan resin polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin akrilik murni tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna dan sifat optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga mulut yang normal, dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu keuntungan resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah dalam pengerjaannya.33

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan saat ini.29 Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya dan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari asam akrilik (CH 2 =CHCOOH) dan asam metakrilik (CH 2 =C(CH3)COOH) dimana 95% dari gigitiruan dibuat sampai saat ini dengan menggunakan resin akrilik. Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.34-5 Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang teraktivasi dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave). Penggunaan energi termal akan

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses inilah akan mengawali proses polimerisasi.

2.2.1 Komposisi 1. Komposisi cairan :11,33,36-7 Monomer : metil metakrilat Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat Inhibitor : hidroquinon 2. Komposisi bubuk :11,36,38 Polimer : poli metil metakrilat Inisiator : benzoil peroksida 0,5% Pigmen : garam cadmium atau besi, atau zat warna organik

2.2.2 Manipulasi Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat.37-9 Pada saat pencampuran, bahan akan melalui fase (stage) sebagai berikut : a. Wet sand stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. b. Sticky stage adalah tahap lengket berserat selama polimer larut dalam monomer.

Universitas Sumatera Utara

c. Dough stage / gel stage adalah tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold. d. Rubberry stage adalah tahap kaku, seperti karet. Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough stage dimasukkan ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam waterbath dengan suhu konstan pada 700 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan pada suhu 1000 C selama 30 menit. Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses akhir dan dipoles.

2.2.3 Sifat-sifat Fisis Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari ekspansi termal, massa jenis, porositas dan kekasaran permukaan.1 a. Ekspansi termal Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm/0C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

tidak menimbulkan masalah secara umum, namun terdapat kemungkinan bahwa anasir gigitiruan yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar dan lepas akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.36 b. Massa Jenis Resin akrilik memliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hidrogen.1 c. Porositas Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.32 d. Kekasaran permukaan Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang akan terjadi setelah pemakaian gigitiruan beberapa bulan.6 Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri. Penemuan ini

Universitas Sumatera Utara

juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang menemukan perlekatan mikroba lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.7 Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quiynen dkk. (1990) dan Bollen dkk. (1997) adalah 0,2 m atau kurang. Pada resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 m dapat diabaikan, hal ini disebabkan karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi permukaan resin akrilik.7 perlekatan bakteri pada

2.2.4

Keuntungan

Keuntungan penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut :1,40 1. Harga relatif murah 2. Proses pembuatan mudah 3. Menggunakan perlekatan sederhana 4. Warna stabil 5. Mudah dipoles

2.2.5

Kerugian

Kerugian penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut :1,40-1 1. Mudah fraktur 2. Tidak tahan abrasi 3. Daya penghantar panas rendah

Universitas Sumatera Utara

2.3 2.3.1

Bahan Pembersih Gigitiruan Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan. Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain. Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik dan toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.42

2.3.2

Persyaratan

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan, bersifat bakterisidal dan fungisidal.1

2.3.3

Klasifikasi

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan keduanya.11-5

Universitas Sumatera Utara

2.3.3.1 Mekanis Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.

2.3.3.2 Kemis Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain : 11 1. Effervesen Peroksida Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya tersedia dalam 2 bentuk utama, yaitu bubuk dan tablet, dan pengunaan bahan pmbersih ini ditambah dengan air.

Universitas Sumatera Utara

Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull, Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture Cleansing Powder (The Boots Company PLC, Notthingham, Inggris) ; Superdrug Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Suoerdrug Stores Plc, Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet (Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris) 2. Alkalin Hipoklorit Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus. Alkalin hipoklorit terbagi antara lain : Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris).11-5 3. Asam Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan berserta sikat dalam pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis gigitiruan logam. Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain : Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris.

Universitas Sumatera Utara

4. Desinfektan Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan. Bahan pembersih golongan klorheksidin memiliki contoh seperti : Chlorhexidin (Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris). Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Daun sirih merupakan tanaman tradisional yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan. 5. Enzim Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Golongan enzim memiliki contoh : Polident (Glaxo Smith Kline, Irlandia). Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.43 Menurut Muljohardjo (1984), dalam buah nanas terkandung suatu enzim proteolitik.43 Salah satu enzim yang berperan penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu enzim proteolitik yang mampu memecah protein saliva.20,43

Universitas Sumatera Utara

2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.67

2.4 Nanas Nanas (Ananas cosmosus L Merr) merupakan buah yang mempunyai kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik.20,44 Dalam penelitian terdahulu, didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antifungi.20,45-6

2.4.1 Gambaran Umum Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:47 Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Farinosae (Bromeliales) : Bromiliaceae

Universitas Sumatera Utara

Genus Spesies

: Ananas : Ananas cosmosus (L) Merr

Tanaman nanas berasal dari Amerika dan berkembang meluas ke seluruh dunia yang beriklim tropis. Tanaman nanas berbentuk semak, batangnya mirip gada, berukuran panjang 20-25 cm, beruas pendek, berfungsi untuk melekat akar, daun, bunga, tunas, dan buah sehingga secara visual batang tersebut tidak tampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-135 cm dan lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggirnya berduri. Bunga nanas tersusun dalam tangkai yang terdiri dari 100-200 bunga. Kumpulan kuntum bunga akan menghasilkan kumpulan buah kecil yang berjumlah 100-200 buah. Buah kecil tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang tengah yang disebut hati/bonggol.24

2.4.2

Jenis-jenis Nanas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas di Indonesia, yaitu :47 1. Nanas Cayenne Nanas Cayenne berdaun halus, tidak berduri, dan berbuah besar. 2. Nanas Queen Nanas Queen berdaun pendek, berduri tajam, dan buah lonjong mirip kerucut. (Gambar 1)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Nanas Queen

3. Nanas Spanish Nanas berdaun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, dan buah bulat dengan mata datar. 4. Nanas Abacaxi Nanas berdaun panjang berduri kasar, dan buah silindris atau seperti piramida.

2.4.3

Kandungan dan Kegunaan Nanas

Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik mulut, antifungi, antibakteri dan desinfektan.20,44-6 Enzim bromelin pada nanas telah dikenal secara kemis sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh orangorang dari beberapa budaya tropis asli.46 Enzim bromelin merupakan salah satu enzim protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino.19,48 Muniarti (2006) melaporkan bahwa buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah matang.48 Heinicke dan Gortner (1987) melaporkan bahwa konsentrasi enzim bromelin pada bagian bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging nanas.24-5

Universitas Sumatera Utara

Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang mempunyai melancarkan sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu darah,

pencernaan,

mencegah

bercampurnya

keping-keping

mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis, mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans.49 Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa enzim bromelin pada bonggol nanas dapat memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.45 Rakhmanda AP (2008) melaporkan bahwa jus nanas (Ananas cosmosus L.merr) mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans baik bacteriostatic maupun bactericidal dan diketahui bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH (2010) juga melaporkan bahwa bromelin kasar dari batang nanas (Ananas cosmosus L.merr) efektif sebagai antiplak dalam pasta gigi.21 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :24,43 a. Kematangan buah Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa tersebut, sehingga sebagian enzim akan rusak dan keaktifannya menjadi berkurang.

Universitas Sumatera Utara

b. Pengaruh suhu Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300C, bila diatas atau dibawah maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah. Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim. c. Pengaruh pH Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum. d. Pengaruh konsentrasi dan waktu Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.

2.5 Daun Sirih Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan desinfektan.22-3 Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut diakibatkan oleh kavikol dan bethelphenol yang

Universitas Sumatera Utara

terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya.50-1

2.5.1 Gambaran Umum Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut :51 Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Piperales : Piperaceae : Piper : Piper betle

Nama binominal : Piper betle Linn Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan, permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai 15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5 cm, panjang 1,5-6 cm, dan mengeluarkan bau aromatik.52

2.5.2

Jenis-jenis Daun Sirih

Berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa jenis :50

Universitas Sumatera Utara

1. Daun Sirih Banda Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung. 2. Daun Sirih Cengkeh Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh. 3. Daun Sirih Hitam

Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk campuran obat. 4. Daun Sirih Jawa

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih. (Gambar 2)

Gambar 2. Daun Sirih Jawa

2.5.3

Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih

Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes.19,20,53 Dalam daun sirih 100 gram terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1

Universitas Sumatera Utara

mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg; besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70 mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari : alikatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%; kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 26,8-42,5%; eugenol metil eter 26,815,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%.54-5 Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali lebih besar dari fenol.50,54-6 Minyak atsiri pada daun sirih mengandung senyawa fenol yang bersifat bakterisid dan apabila terjadi interaksi dengan dinding sel mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan peningkatan permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antara mikroorganisme mengakibatkan perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel akan menjadi rusak. Metanol memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri gram positif dan negatif. Senyawa kariofilen bersifat antiseptik dan anastetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat analgesik topikal dan antiseptik.55-6 Daun sirih memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya pembentukan plak dari awal dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan dalam menjaga kesehatan rongga mulut.57

Universitas Sumatera Utara

Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara :53,57 1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal. 2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting dalam proses perlekatan bakteri. Fathilah dan Rahim (2003) melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory Concentrasion) adalah 0,216-0,469gr/100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh bakteri (Minimal Bactericidal Concentration) adalah 0,521- 1,042 gr/100ml. Nalina dan Rahim (2006) melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas glucosyltansferase (GTF) yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 57 Praja HA (2009) melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24

2.6 2.6.1

Candida albicans Karakteristik Makroskopik

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37C dalam kondisi aerob dan anaerob.30,57 Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.57

2.6.2

Karakteristik Mikroskopik

Pada media Sabourauds Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 m. Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah dibedakan melalui bentuk pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau intercalary.57 (Gambar 3)

Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida

Universitas Sumatera Utara

albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer, mannoprotein, -glucan, -glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma. Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan ikatan van der walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke berbagai jenis permukaan jaringan (Cotter Dan Kavanagh, 2000).58 Menurut Hosteter (1994) ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi lectinlike, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat (misalnya sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans (Kennedy, 1990).58 Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya mengaktivasi mitogen activated protein kinase (Map-kinase). Protein kinase tersebut merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel

Universitas Sumatera Utara

(tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak). Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm (Kumamoto, 2005) pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans, dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel inang.58 Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake, et al., 2005). Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan berkembang menjadi hifa (Jong et al., 2001). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya (Nikawa et al, 1997). Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke dalam bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans selama proses invasi (Brown dan Gow, 1999).57-58 Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang. Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang patogen dapat membentuk germ tube dan hifa intraseluler (Jong et al., 2001). Bentuk

Universitas Sumatera Utara

khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Bentuk hifa terdiri dari bagian bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa (Ha dan White, 1999).59

2.7 Denture Stomatitis 2.7.1 Pengertian Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi berkisar antara 25-67%, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur.9,60-1

2.7.2

Gambaran Klinis

Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan, ketika tanda dan gejala

Universitas Sumatera Utara

timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis, perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis hiperplastik kronis.29,59,60 Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi Newton, yaitu : 60-2 1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan. 2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah

mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. (Gambar 4)

Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan

3. Tipe 3 : Hiperplasia papila dengan eritema difus. (Gambar 5)

` Gambar 5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus

Universitas Sumatera Utara

Vous aimerez peut-être aussi