Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
JOUNALDO SAFPUTRA
03101002020
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2014
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA
1. Judul
Maret 2014
Jounaldo Safputra
NIM. 03101002020
Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Pembimbing Proposal
.
NIP.
A. JUDUL
Teknik Pertambangan
C. LATAR BELAKANG :
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Uap
(PLTU)
mulut
tambang
yang
dikembangkan oleh PT. Bakti Nugraha Yuda Energy (PT. BNYE) adalah
pembangkit listrik tenaga uap yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan
listrik daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dimana PLTU milik PT.
BNYE ini bekerja sama dengan PT. Bhati Nugraha Yuda (PT. BNY) dalam
pemenuhan kebutuhan batubara untuk menghasilkan daya listrik yang akan
dihasilkan serta penjualan daya ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) daerah
OKU, batubara yang dihasilkan oleh PT. BNY merupakan batubara kualitas
rendah atau low rank coal. PLTU mulut tambang ini baru beroperasi sejak awal
tahun 2014.
Perusahaan Listrik Tenaga Uap atau PLTU mulut tambang adalah pabrik
pembangkit listrik yang menggunakan tenaga uap sebagai pengahsil daya untuk
menghasilkan listrik dengan bahan utama penghasil uap tersebut adalah dengan
pembakaran batubara. Itu sebabnya batubara adalah salah satu material pemenuh
kebutuhan energi di Indonesia bahkan dunia. Batubara adalah bahan bakar paling
melimpah ketersediaanya didunia, pembakaran batubara adalah salah satu
pemanfaatan batubara yang sudah sekian lama dilakukan didunia, pada pabrik
pengaruh
kualitas
batubara
terhadap
emisi
hasil
E. PERMASALAHAN
Beberapa kualitas batubara dapat mempengaruhi keterbakaran batubara
baik itu saat sebelum pembakaran, saat pembakaran dan setelah pembakaran
(hasil pembakaran), serta pengaruh dari bahan bakar yang digunakan untuk
pembakran terhadap emisi yang dihasilkan, dimana analisa pengaruh dari
parameter kulitas ini berguna untuk mengetahui kualitas hasil pembakaran
(emisi) batubara terhadap lingkungan.
F. PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisa
fisika dan kimia hasil dari proses pembakaran batubara, analisa kimia yaitu
mengenai kandungan (content) batubara umpan dan abu terbang (fly ash) dan
analisa fisika mengenai jumlah (quantity) abu terbang yang dihasilkan untuk
setiap pembakaran dalam menghasilkan tiap megawatt.
G. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui kadar abu (ash content) yang
dihasilkan dari proses pembakaran batubara dapat dinyatakan sebagai emisi
buang yang berbahaya atau aman untuk lingkungan sekitar PLTU dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam analisa dampak lingkungan (AMDAL) dan
mengetahui jumlah abu yang dihasikan dari proses pembakaran apakah dengan
jumlah itu abu dinyatakan aman atau tidak terhadap lingkungan sekitar pabrik
GAMBAR 1
BAGAN ALIR METODELOGI PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN
I. LANDASAN TEORI
1.
Batubara
Secara definisi batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari
material organic (organo clastic sedimentary rock), dapat dibakar dan
memiliki kandungan utama berupa C, H, O (Sukandarrumidi, 2004). Secara
proses (Genesa) batubara adalah lapisan yang merupakan hasil akumulasi
tumbuhandan material organik pada suatu lingkungan pengendapan tertentu,
yang disebabkan oleh proses syn-sedimentary dan post-sedimentary, sehingga
menghasilkan rank dan tipe tertentu.
GAMBAR 2
SKEMA PEMBENTUKAN BATUBARA
Batubara coklat (brown coal) adalah jenis batubara yang paling rendah
peringkatnya, bersifat lunak, mudah diremas, mengandung kadar air yang
tinggi (10-70%), terdiri atas batubara coklat muda lunak (soft brown coal) dan
batubara lignitik atau batubara cokelat keras (lignitic atau hard brown coal)
yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya <5700 kal/gr (dry
mineral matter free) sedangkan batubara keras (hard coal) adalah semua jenis
batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras,
tidak mudah diremas, kompak, mengandung kadar air yang relative rendah,
umumnya struktur kayunya tidak tampak lagi, relative tahan terhadap
kerusakan fisik pada saat penanganan (coal handling). Nilai kalorinya > 5700
kal/gr (dry mineral matter free).
2.
gram
contoh
contoh
batubara
dipanaskan
pada
kondisi standar tertentu (suhu 900oC, selama 7 menit dalam furnace khusus)
maka akan ada bagian yang terbakar dan menguap. Bagian yang terbakar dan
menguap tersebut ialah volatile matter (VM) dan moisture.
Untuk mendapatkan nilai %VM, persen bagian yang terbakar dan
menguap tersebut dikurangi %moisture. Analisis ini merupakan bagian dari
penetapan proximate.
3.
serta
di
tangkap
dengan
mengunakan
elektrostatic
precipitator. Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat
pembangkit listrik. Fly ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam
batu bara yang telah mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini
memadat selama berada di dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan
menggunakan presipitator elektrostatik. Karena partikel-partikel ini memadat
selama tersuspensi di dalam gas-gas buangan, partikel-partikel umumnya
berbentuk bulat. Partikel-partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator
elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074 0.005 mm). Bahan ini terutama
terdiri dari silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida
(Fe2O3) (Aziz, 2006).
Jika limbah abu ini tidak ditangani akan menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan. Salah satu kemungkinan penanganannya adalah
dengan memanfaatkan abu terbang ini untuk bahan baku pembuatan
refraktori..Penyumbang terbesar produksi abu terbang batubara adalah sektor
pembangkit listrik.
TABEL I
JUMLAH DAN PERKIRAAN PRODUKSI ABU TERBANG DAN ABU
DASAR OLEH PLTU DI INDONESIA
Tahun
Kapasitas
listrik PLTU
(MW)
Konsumsi
batubara
(juta ton)
Produksi
abu dasar
(juta ton)
Produksi
abu terbang
(juta ton)
Jumlah abu
(juta ton)
1996
2000
2006
2009
2.66
10.155
12.22
19.99
7.3
27.7
33.3
54.5
0.04
0.25
0.30
0.49
0.25
1.41
1.70
2.78
0.29
1.66
2.00
3.27
yang dihasilkan hampir 90 % berupa abu terbang (fly ash). Kedua jenis abu ini
memiliki perbedaan karakteristik serta pemanfaatannya. Biasanya untuk fly
ash (abu terbang) banyak dimanfaatkan dalam perusahaan industri karena abu
terbang ini mempunyai sifat pozolanik, sedangkan unutk abu dasar sangat
sedikit pemanfaatannya dan biasanya digunakan sebagai material pengisi.
4.
(fluidized
bed
system)
dan
unggun
tetap
(fixed
bed
system atau grate system). Disamping itu terdapat system ke-3 yakni spouted
bed
system atau
yang
dikenal
dengan
unggun
pancar.
(Koesnadi,
2008) Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah
menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip
fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah teknik yang
paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku
sebagai medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya
dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai
temperature bakar batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini
menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. abu-abu tersebut
disebut dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya
digunakan di PLTU (Pembangkit Listruk Tenaga Uap). Komposisi fly
ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (8090%) berbanding (10-20%). Fixed bed system atau Grate system adalah teknik
pembakaran dimana batubara berada di atas conveyor yang berjalan
atau grate. Sistem ini kurang efisien karena batubara yang terbakar kurang
sempurna atau dengan perkataan lain masih ada karbon yang tersisa. Ash yang
terbentuk terutama bottom ash masih memiliki kandungan kalori sekitar 3000
kkal/kg. Di China, bottom ash digunakan sebagai bahan bakar untuk kerajinan
besi (pandai besi). Teknologi fixed bed system banyak digunakan pada industri
tekstil sebagai pembangkit uap (steam generator). Komposisi fly ash dan
bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (15-25%)
berbanding (75-25%).
5.
Sifat Fisik
Abu terbang merupakan material yang di hasilkan dari proses
pembakaran batubara pada alat pembangkit listrik, sehingga semua sifatsifatnya juga ditentukan oleh komposisi dan sifat-sifat mineral-mineral
pengotor dalam batubara serta proses pembakarannya. Dalam proses
pembakaran batubara ini titik leleh abu batubara lebih tinggi dari
temperatur pembakarannya, dan kondisi ini menghasilkan abu yang
memiliki tekstur butiran yang sangat halus, abu terbang batubara terdiri
dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat atau berongga.
Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih
kecil dari 0,075mm. Kerapatan abu terbang berkisar antara 2100 sampai
3000 kg/m3 dan luas area spesifiknya (diukur berdasarkan metode
permeabilitas udara blaine) antara 170 sampai 1000 m 2/kg. Adapun sifatsifat fisiknya antara lain :
a) Warna : abu-abu keputihan
b) Ukuran butir : sangat halus yaitu sekitar 88 %
2.
Sifat Kimia
Komponen utama dari abu terbang batubara yag berasal dari
pembangkit listrik adalah silikat (SiO2), alumina(Al2O3), dan besi
oksida(Fe2O3), sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang
(Koesnadi, 2008).
Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara
yan dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran
batubara lignit dan sub/bituminous menghasilkan abu terbang dengan
kalsium dan magnesium oksida lebih banyak daripada bituminus. Namun,
memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon yang lebih sedikit
daripada bituminous. Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang
umumnya berbentuk bola padat atau berongga. Ukuran partikel abu terbang
hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm.
Kerapatan abu terbang berkisar antara 2100-3000 kg/m3 dan luas area
spesifiknya antara 170-1000 m2/kg.
TABEL II
KOMPOSISI KIMIA ABU TERBANG BATUBARA
Komponen
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
LOI
Bituminous
20-60%
5-35%
10-40%
1-12%
0-5%
0-4%
0-4%
0-3%
0-15%
Sub-bituminous
40-60%
20-30%
4-10%
5-30%
1-6%
0-2%
0-2%
0-4%
0-3%
Lignite
15-45%
10-25%
4-15%
15-40%
3-10%
0-10%
0-6%
0-4%
0-5%
6. Analisa Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh
maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification
(rank) (Widodo S, 2008).
Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa
kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan
analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan
kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Analisis
proximate
batubara
digunakan
untuk
mengetahui
(fixed
carbon)
yang
terkandung
didalam
batubara
hampir
sama
terdiri
maseral
desmocollinite,
densite,
J. JADWAL PELAKSAAN
Rencana pelaksanaan kerja skripsi adalah mulai tanggal 5 Mei 2014 sampai
dengan 7 Juni 2014 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
TABEL III
URAIAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No
Uraian Kegiatan
Minggu
1
1
Orientasi Lapangan
3
4
K. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat sebagai bahan pertimbangan bagi
Bapak/Ibu agar dapat menerima kami untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.
Bakti Nugaraha Yuda Energy. Dan untuk selanjutnya kami mohon bimbingan
dan arahan dari Bapak dalam pelaksanaannya nanti.
L. DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Muchtar, Ngurah Ardha Dan Lili Tahli. 2006. Karakterisasi Abu Terbang
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Dan Evaluasinya Untuk
Refraktori Cor. www.tekmira.esdm.go.id. Di akses pada tanggal 22 Maret
2014.
Gary L. Borman, Kenneth W. Ragland. 1998. Coumbustion Engineering.
McGraw-Hill. ,163.p.
Koesnadi, Heri.2008. Fly Ash. http://heri-mylife.blogspot.com/2008/06/flyash.html.Di akses pada tanggal 22 Maret 2014.
Nuroniah, N., Rochman, T., Hanafiah, H., Mahfud, A., Kosasih, E., &
Hernawati, T., 1995. Pengkajian Karakterisasi Batubara Indonesia,
Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan
Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral,
Bandung.