Vous êtes sur la page 1sur 31

kumpulan asuhan keperawatan from

htpp://keperawatanku.blogspot.com

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

A. PENGERTIAN ASMA
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner
and Suddarth, 2000; 611).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi (Arief Mansjoer, 2000; 476).
Asma adalah penurunan fungsi paru dan hiperresponsivitas jalan nafas terhadap
berbagai rangsang (Linda Juall Carpenito, 1999; 128).
Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan nafas
intermitten dan revesible dimana terjadi hiperresponsivitas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,
trachea, bronchus, bronchiolus, alveoli dan alveolus. Hidung merupakan salauran
udara yang pertama, mempunyai 2 (dua) lubang, dipisahkan oleh sekat hidung atau

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu dan kotoran-kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Pada hidung terdapat
beberapa sinus paranasalis yaitu sinus maxilaris pada rongga rahang atas, sinus
frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sphenoidalis pada rongga tulang baji dan
sinus etmoid pada rongga tulang tapis. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut-serabut syaraf atau reseptor pada syaraf penciuman disebut nervus
olfaktorius
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esophagus pada ketinggian kartilago krikoid. Fungsi dari
faring terutama untuk pernafasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi.
Faring dapat dibagi 3 bagian utama yaitu : nasofaring (terletak di belakang
hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan hipoparing/ laringofaring (di belakang
laring).
Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan yang
erat dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting, yaitu:
1. Pada dinding posterior meluas ke arah kubah adalah jaringan adenoid.
2. Terdapat jaringan limfoid pada dindind faringeal lateral, dan pada resesus
faringeus, yang dikenal sebagai fosa rosenmuller.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
3. Torus tubariu, refleksi mukosa faringeal di atas bagian kartilago saluran tuba
eustacius yang berbentuk bulat dan menjulang tampak sebagai tonjolan seperti
ibu jari ke dinding lateral nasofaring tepat di atas perlekatan palatum mole.
4. Koana posterior rongga hidung.
5. Foramina karnial, yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan
dari penyakit nasofaring, termasuk foramen jugulare yang dilalui oleh syaraf
cranial glosofaringeus, vagus, dan asesorius spinalis.
6. Struktur pembuluh darah yang penting yang letaknya berdekatan termasuk
sinus petrosus inferior, vena jugularis interna, cabang-cabang meningeal dari
oksipital dan arteri faringeal asenden dan foramen hipoglosus yang dilalui syaraf
hipoglosus.
7. Tulang temporalis bagian petrosus dan foramen laserum yamg terletak dekat
bagian lateral atap nasofaring.
8. Ostium dari sinus-sinus sfenoid.
Trachea disokong oleh tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang
panjangnya 5 inci. Tempat trachea bercabang menjadi bronchus disebut carina
yang memiliki banyak syaraf yang dapat menyebabkan broncho spasme.bronchus
kiri lebih panjang dan sempit merupakan kelanjutan dari trachea dengan sudut yang

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
lebih panjang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri menjadi bronchus lobaris dan
bronchus segmentalis yang semakin kecil sampai dengan bronchus terminalis
memiliki diameter 1 mm. Bronchiolus dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Setelah bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru yaitu tempat pertukara gas yang terdiri dari bronchiolus
respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminal. Asinus/lobulus primer
memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 23x percabangan mulai
trachea sampai sakus alveolaris terminalis.
Guna pernafasan adalah:
1. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh atau sel-
selnya untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisadaripembakaran, kemudian dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
setelah udara di luar diproses di dalam hidung masih memerlukan perjalanan
panjang menuju paru-paru atau alveoli. Pada laring terdapat epiglotis yang berguna
untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trchea,
sedangkan pada waktu bernafas epiglotis terbuka. Jika makanan masuk ke dalam

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
laring maka kita mendapat serangan batuk untuk menoba mengeluarkan makanan
tersebut dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu gunanya
untuk menyaring debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda sing atau kotoran
tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar
sehingga terjadi bersin kadang terjadi batuk akibatnya benda asing tersebut bisa
dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadina tersebut di atas udara yang
masuk ke dalam alat-alat pernafasan benar-benar bersih.

C. ETIOLOGI
1. Asma alergik/ektrinsik
Disebabkan oleh alergen, pasien dengan alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rinitis alergik
2. Asma idiopatik/non alergik/intrinsik
Diakibatkan oleh commom cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan
polutan lingkungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik maupun non alergik.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Bising mengi atau wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif sering pada malam hari.
3. Nafas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk
pada malam hari.

E. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstuksi jalan nafas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari yang berikut ini:
1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronchi yang menyempitkan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi.
3. Pengisian bronchi dengan mukus yag kental.
Selain itu,otot-otot bronchial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak
diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis
dan sistem syaraf otonom.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Anti bodi yang dihasilkan atau Ige kemudian menyerang dalam sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang pada antigen menyebabkan ikatan antigen dengan
anti bodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast seperti histamin, bradikinin
dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lama (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhiotot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronchospasme, pembengkakan membran mukosa, dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Pada asma idiopatik atau non alergi, ketika ujung syaraf dalam jalan nafas
dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,
jumlah asetil kolin yang dilepaskan meningkat menyebabkan bronchokontriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi seperti di atas. Individu dengan asma
dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

F. KLASIFIKASI ASMA
1. Asma alergik/ektrinsik
Disebabkan oleh alergen, pasien dengan alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rinitis alergik.
2. Asma gabungan

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Diakibatkan oleh commom cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan
polutan lingkungan.
3. Asma idiopatik/non alergik/intrinsik
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik maupun non alergik.

Klasifikasi derajat asma:
1. Intermitten mingguan
a. Gejala kurang 1x/minggu
b. Tanpa gejala di luar serangan
c. Serangan singkat
d. Fungsi paru asimtomatik dan normal di luar serangan
2. Persisten mingguan ringan
a. Gejala kurang 1/minggu, tapi kurang 1x/hari
b. Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur
3. Persisten sedang harian
a. Gejala harian
b. Menggunakan obat setiap hari

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
c. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
d. Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari
4. Persisten berat kontinue
a. Gejala terus-menerus
b. Aktivitas fisik terbatas
c. Sering serangan

G. KOMPLIKASI
1. Pneumotorak
2. Pneumodiatinum dan empisema subkutis
3. Atelektasis
4. Aspergilosis broncho pulmoner alergik
5. Gagal nafas
6. Bronchitis
7. Fraktur iga

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Spinometri

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Pemeriksaan spinometri dilaukan sebelum dan sesudah pemberian broncho
dilator hirup (inhaler/nebulizer). Golongan adenergik betha. Pemeriksaan
spinometri selain penting untuk menegakkan diagnosis juga penting untuk
menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
2. Uji provokasi bronchus
Untuk menunjukkan hipereaktivitas bronchus
3. Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma.
4. Pemeriksaan eosinofil total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma,
pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup
tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkab pasien asma.
5. Uji kulit
Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya antibodi igE dalam tubuh.
6. Pemeriksaan kadar ige total dan igE spesifik dalam sputum
Kegunaan pemeriksaan igE total hanya untuk menyokong adanya atopi.
Pemeriksaan ige spesifik lebih bermakna bila dilakukan bila uji kulit tidak dapat
dilakukan atau hasilnya kurang dapat dipercaya.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
7. Foto dada
Dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran nafas dan
adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma.
8. Analisa gas darah
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat

I. DAMPAK ASMA TERHADAP SISTEM TUBUH
1. Sistem pernafasan
Penyempitan saluran nafas mengakibatkan nafas cepat dan dangkal, tachipneu
dan dipsneu serta penggunaaan otot-otot aseroris. Akumulasi sekret dapat
menyebabkan batuk.
2. Sistem cardiovaskuler
Tidak adekuatnya O2 dalam darah yang masuk ke dalam jantung menyebabkan
tachicardi dan tekanan darah menurun.
3. Sistem gastrointestinal
Dengan penurunan kadar O2 dalam darah merangsang nervus vagus untuk
mengeluarkan asetil kolin, merangsang lambung, sekresi asam lambung
meiningkat maka akan terjadi mual.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
4. Sistem muskuloskeletal
Menurunnya kadar O2, suplai O2 ke jaringan berkurang sehingga metabolisme
tidak adekuat, pembentukan energi berkurang, klien lelah dan lemah.
5. Sistem persyarafan
Tidak adekuat kadar O2 ke otak akan menyebabkan gelisah, bingung sampai
somnolen, bila batuk dan sesak akan merangsang ras sehingga terjadi gangguan
tidur.
6. Aspek psikologi
Serangan asma menyebabkab klein harus selalu waspada dan berusaha
menjauhkan diri dari pencetus, bila serangan tidak dapat dihindari maka klien
akan merasa seperti dicekik.

J. PENATALAKSAAN MEDIK
1. Epineprin (adrenalin, aminopilin, kortikosteroid)
2. Nebulasi aerosol
3. Ventilasi mekanik
4. Bronchoscopi
5. Fisiotherapi, purslip breathing

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
K. ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan
atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan
keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan
secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis (Nasrul E., 1995: 2).
Adapun proses keperawatan ini terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik mental, sosial dan lingkungan (Nasrul E., 1995: 18).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (lebih banyak ditemukan pada usia lebih dari 40
tahun), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki dari pada perempuan),

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, no. RM, diagnosa medis dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Menjelaskan keluhan yang menceritakan tentang kronologis
awalnya klien merasakan penyakitnya hingga klien dibawa ke RS.
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak.
Keluhan utama saat dikaji
Keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat dikaji lalu
dikembangkan dengan metoda PQRST. Keluhan utama biasanya
ditemukan pada klien dengan asma bronchiale adalah sesak nafas
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya akan didapat riwayat serangan asma sebelumnya, kebiasaan
merokok, alergi terhadap sesuatu

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
c) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien gagal jantung perlu ditanyakan pada keluarganya apakah
dari keluarga ada yang mengalami penyakit jantung, hipertensi, gaya
hidup penuh stres dan diet tinggi lemak. Kaji juga tentang riwayat
penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Bila ada cantumkan
dalam genogram.
3) Pola aktifitas sehari hari
Membandingkan pola kehidupan sehari hari sebelum sakit dan setelah
sakit
a) Nutrisi
Biasanya klien mengeluh tidak ada nafsu makan karena mual dan
merasa ingin muntah. Porsi makan habis sedikit karena peurt terasa
lebih cepat kenyang. Selain itu juga tanyakan pada klien mengenai
frekuensi, menu, porsi, jumlah cairan dan jenis cairan yang
dikonsumsi.
b) Eliminasi
BAB frekuensinya tidak teratur bahkan bisa sampai konstipasi,
disamping itu perlu dikaji adanya kelelahan saat mengedan. BAK

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
biasanya sedikit sedikit kecuali bila klien telah mendapatkan
diuretik.
c) Istirahat tidur
Biasanya klien dengan gagal jantung akan mengalami gangguan
istirahat tidur karena sesak, selain itu perlu dikaji adanya lingkaran
hitam disekitar mata tanyakan lamanya tidur tiap hari dan kebiasaan
sebelum tidur.
d) Personal hygiene
Biasanya klien tidak dapat melakukan personal hygiene sendiri
karena merasa lemah dan lelah.
4) Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara insfeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi, meliputi:
a) Keadaan umum berupa penampialan klien, tanda tanda vital: tensi
naik, tachikardi, HR gallop, suhu normal/turun, RR dipsnea.
b) Pemeriksaan fisik per system:
Sistem Pernapasan
Dypsnea, pasien mengalami batuk yang terjadi sewaktu
effert/tidur, cepat lelah, dari auskultasi paru-paru ronchi dan

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
rales, pasien juga mengalami paroksismal nokturnal dypsnea,
tempat retraksi dan otot-otot pernafasan tambahan, perkusi
redup (adanya cairan pada paru).
Sistem Kardiovaskuler
Terjadi peningkatan tekanan vena sentral ditandai dengan
peningkatan vena jugularis. Tedapat pelebaran ictus cordis
bergeser ke kiri sampai ke linea aksilaris anterior karena adanya
hipertropi dari ventrikel kiri. Frekuensi nadi meningkat, terdapat
irama gallop dan suara murmur. Akral teraba dingin, tampak
sianotik, CRT lebih dari 3 detik dan terdapat clubbing finger.
Sistem Gastrointestinal
Ditemukan ascites dan pembesaran hepar, klien mengeluh tidak
nafsu makan, mual, muntah, bising usus lemah, cepat kenyang,
dan adanya nyeri tekan pada daerah epigastrium. Kaji juga
terhadap adanya penurunan berat badan secara signifikan.
Sistem Integument
Terdapat oedema ekstremitas atau seluruh tubuh, sianosis,
diaphoresis, akral dingin, CRT lebih dari 3 detik.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Sistem Muskuloskeletal
Terdapat kelemahan otot, kekuatan otot kurang dari 5, pada
umumnya klien mengeluh lemah setelah beraktivitas.
Sistem Perkemihan
Penurunan pola berkemih, urine berwarna pekat, nokturia, oliguri
(sirkulasi retensicairan akan targanggu). Nilai laboratorium ureum
kreatinin dan elektrolit meningkat.
Sistem Persyarafan
Akan didapatkan keluhan pusing, kelemahan badan, dan dengan
hipoksia berat terjadi penurunan kesadaran.
Sistem Endokrin
Proses ADH akan menimbulkan dampak berupa penurunan
output, proses antidiuretik hormon akan menimbulkan adanya
peningkatan Na urine.
5) Aspek Psikologis
a) Gambaran diri
Bagaimana klien memandang dirinya, pandangan yang realistik
terhadap dirinya, menerima atau menyukai bagian tubuh. Biasanya

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
klien tidak menerima dengan keadaan atau perubahan yang terjadi
pada dirinya.
b) Ideal diri
Bagaimana perilaku klien tentang harus berperilaku yang diharapkan
dan keinginan dari klien dengan keadaan klien saat ini, cita cita
sekarang dan yang akan datang, misalnya klien mempunyai keinginan
untuk cepat sembuh.
c) Harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Pada pengkajian biasanya
klien tampak ragu ragu dan ketidakpastian diri, membenci atau
menolak diri sendiri.
d) Peran diri
Pada pengkajian biasanya klien mengeluh perannya dirumah ataupun
aktivitas sehari hari merasa terganggu.
e) Identitas diri
Kesadaran klien akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, pengakuan terhadap jenis kelamin sendiri.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
6) Aspek Sosial
Kaji tentang hubungan klein dalam keluarga terhadap hospitalisasi,
pekerjaan dan perubahan kondisi klien.mengenai penyakitnya.
7) Aspek Spiritual
Kaji tentang hubungan klien dalam keluarga terhadap hospitalisasi,
pekerjaan dan perubahan kondisi klien.
8) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Peningkatan ureum kreatinin, pada urine
kemungkinan proteinuria, pada analisa gas darah
menyatakan penurunan tekanan oksigen dikarenakan
gangguan pada difusi, kadar HDL, trigliserida,
kolesterol total dan nilai glukosa meningkat.
Radiologi : Pada foto rontgen dada, terlihat adanya
kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan
adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiograf : Ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan
gangguan konduksi intraventrikular. Kadang-kadang

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang
Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel
kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat
complience dan tekanan pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan
septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik
dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi
pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang.
Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan
katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal.
Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan
pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma
ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan
ini.
Radionuklear : Pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri
disertai fungsinya yang berkurang.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Sadapan jantung : Pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri
membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi
mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang
dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan
tekanan atrium meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan
akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan
desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi
ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma
ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yura diagnosa keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian status kesehatan klien/pasien (Nasrul E., 1995: 26).

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Diagnosa keperawatan yang muncul:
a. Gangguan oksigenasi ventilasi berhubungan dengan:
1) Penyempitan jalan nafas
2) Obstruksi jalan nafas oleh sekresi
3) Spasme bronkhus
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual atau muntah.
c. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan terakumulasinya secret
di jalan nafas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
a. Gangguan oksigenasi ventilasi berhubungan dengan:
1) Penyempitan jalan nafas
2) Obstruksi jalan nafas oleh sekresi
3) Spasme bronchus

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
Tujuan: Ventilasi adekuat
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernapasan.
2) Berpatisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
atau situasi.

Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan,
catat penggunaan otot assesoris, warna
bibir, kemampuan berbicara.
1. Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan atau kronisnya proses
penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu
klien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas. Dorong nafas dalam
perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan latihan
nafas untuk kolaps jalan nafas dan
dipsneu, dan jalan nafas.
3. Kaji atau awasi secara rutin kulit dan
warna membrane mukosa.
3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada
kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir
atau daun telinga). Keabu abuan dan
sianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
4. Dorong mengeluarkan sputum, lakukan
pengisapan bila diindikasikan.
4. Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran
gas pada jalan nafas kecil. Pengisapan
dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
5. Auskultasi bunyi nafas, catat area
penurunan aliran udara dan atau bunyi
tambahan
5. Bunyi nafas mungkin redup karena
penurunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi
mengindikasikan spasme bronchus atau
tertahannya secret. Krekel basah
menyebar menunjukan cairan padea
interstisial atau dekompensasi jantung.
6. Palpasi fremitus 6. Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara
terjebak
7. Awasi tingkat kesadaran atau status
mental. Selidiki adanya perubahan
7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
umu pada hipoksia. Gda memburuk
disertai bingung atau somnolen
menunjukan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan tenang dan nyaman.
Batasi aktivitas klien atau dorong untuk
tidur/istirahat di kursi pada fase akut.
Mungkin klien melakukan aktivitas
secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
8. Istirahat diselingi aktifitas perawatan
masih penting dari program
pengobatan. Namun, program latihan
ditunjukkan untuk meningkatkan
ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dipsneu berat, dan dapat
meningkatkan rasa sehat
9. Berikan oksigen tambahan yang sesuai
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi
klien
9. Dapat memperbaiki/mencegah
memburuknya hipoksia



askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual atau muntah.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
1) Peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2) Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat yang tepat

Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan
saat ini. Catat derajat klesulitan makan,
evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
1. Klien dengan distress pernafasan akut
sering anoreksia karena dispneu,
produksi sputum dan obat
2. Berikan makan porsi makan sedikit tapi
sering
2. Membantu menurunkan kelemahan
selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total
3. Hindarkan makanan penghasil gas dan
minuman karbonat
3. Dapat menghasilkan distensi abdomen
yang mengganggu nafas abdomen dan
gerakan diafragma, dan dapat
meningkatkan dipsneu
4. Hindari makanan yang sangat panas atau
sangat dingin
4. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/
meningkatkan spasme batuk
5. Timbang berat badan sesuai indikasi 5. Berguna untuk menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan berat badan,
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi


askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
c. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan terakumulasinya
secret di jalan nafas.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi/menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.
2) Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada
dispneu, sianosis.

Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan
dan gerakan dada.
1. Takhipnea, pernafasan dangkal, dan
gerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidak nyamanan
gerakan dinding dada dan atau cairan
paru
2. Auskultasi area paru, catat area
penurunan tak ada aliran udara dan
bunyi nafas adventusius, mis: krekels,
mengi, ronki
2. Beberapa derajat spsme brongkhus
terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat atau tudak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas adventisius
3. Catat adanya distress pernafasan,
ansietas, gelisah, penggunaan otot
Bantu pernafasan
3. Disfungsi pernafasan adalah variable
yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit,
misal infeksi, reaksi alergi
4. Kaji pasien untuk posisi nyaman, mis:
peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur
4. Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum
mis: debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan
yang dapat mentriger episode akut
6. Dorong atau Bantu klien latihan nafas
abdomen atau bibir
6. Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan menggontrol
dispneu
7. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000
ml/hari sesuai toleransi jantung.
Memberikan air hangat. Anjurkan
masukan cairan antara makan, sebagai
pengganti makan
7. Hidrasi membantu menurunkan
kekentalan secret, mempermudah
penggeluaran
8. Berikan obat bronchodilator 8. Menurunkan otot halus dan
menurunkan kongesti local,
menurunkan spasme jalan nafas, mengi
dan produksi mukosa
9. Berikan humidifikasi tambahan misal:
nebulizer ultranik, humidifier aerosol
ruangan
9. Kelembaban menurunkan kekentalan
secret, mempermudah pengeluaran dan
dapat membantu menurunkan/
mencegah pembentukan mukosa tebal
pada bronchus

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Menyatakan pemahaman penyebab/factor risiko indivdu
2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
3) Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu badan klien 1. Demam terjadi karena infeksi atau
dehidrasi
2. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk
efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat
2. Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi
dan pengeluaran secret untuk
menurunkan resiko terjadinya infeksi
paru
3. Observasi warna, karakter, bau sputum 3. Secret berbau, kuning atau kehijauan
menunjukkan adanya infeksi paru
4. Dorong keseimbangan antara aktifitas
dan istirahat
4. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan
keseimbangan oksigen dan
memperbaiki ketahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan penyembuhan
5. Diskusikan kebutuhan asupan nutrisi
adekuat
5. Malnutrisi dapat mempengruhi
kesehatan umum dan menurunkan
ketahanan terhadap infeksi

4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah tersusun pada tahap perencanaan (Nasrul E.,1995 : 40). Pada tahap
ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang disesuaikan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.

askep asma bronchiale
Sanco Irianto A, S. Kep. Ns
e-mail: elus_97@yahoo.co.id
sancoirianto@gmail.com
5. Evaluasi
Merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana mengenai kesehatan
klien yang disesuaikan dari tujuan yang telah ditetapkan serta dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
(Nasrul E., 1995 : 5).



Download Asuhan Keperawatan Yang Lain, klik: htpp://keperawatanku.blogspot.com








BPRS DADI MAKASSAR, 5 Mei 2008

Vous aimerez peut-être aussi