Vous êtes sur la page 1sur 2

Pendahuluan

Tetrasiklin merupakan sekelompok antibiotika yang sering digunakan karena sifatnya


sebagai antibiotika berspektrum luas terhadap bakteri, baik bakteri gram positif atau bakteri
gram negatif.
Antibiotik tetrasiklin dihasilkan oleh Streptomyces dan efektif terhadap Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, Gonococcus, Cholera, DStaphylococcus, Streptococcus,
Pneumococcus, Gonococcus, Cholera, Dysentery bacillis, Pertussis, Rickettsia, Chlamydia dan
Mycoplasma. Tetrasiklin dan dervaat-derivatnya seperti Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin
digunakan secara luas sebagai bakteriostatik dan antibiotika.
Gambar

Antibiotik ini mempunyai gugus yang bersifat asam dan basa sehingga antibiotik ini bersifat
amfoter, dapat membentuk garam dengan asam atau basa. Disamping senyawa bebas,
garam asamnya banyak digunakan karena lebih stabil daripada garam basanya. Dalam
keaadan kering, senyawa ini cukup stabil. Dalam larutan, senyawa peka terhadap cahaya.
Hidrolisis dengan basa akan menyebabkan pemecahan pada atom karbon nomor 11 pada
cincin C, sedangkan hidrolisis oleh asam akan terjadi pemecahan pada cincin A dan B.
Kejadian ini dapat terjadi pada ketiga antibiotik ini, tetapi berbeda dalam derajat
stabilitasnya.
Gambar


Metode Analisis Tetrasiklin
Berbagai metode analisis telah digunakan untuk analisis tetrasiklin, baik dalam senyawa
ruah atau dalam sediaan farmasetik.

1. Metode Titrasi Bebas Air
Metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar tetrasiklin murni atau dalam kapsul.
Cara penetapan kadar tetrasiklin hidroklorida secara titrasi bebas air. Lebih kurang 250 mg
tetrasiklin hidroklorida yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 30 mL asam asetat
glasial, lalu ditambah 10 mL raksa(II) asetat 5% b/v dalam asam asetat glasial dan 20 mL
dioksan. Larutan dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan 3 tetes kristal violet
sampai terbentuk warna hijau. Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 48,09 mg
tetrasiklin hidroklorida. Pada penetapan kadar ini, reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut: Gambar

2. Metode Spektrofotometri
a. Dengan Pereaksi NaOH
Cara Penetapan Kadar tetrasiklin secar spektrofotometri : lebih kurang 25 mg tetrasiklin
hidroklorida yang ditimbang seksama dilarutkan dalam 25 mL air. Larutan diencerkan
dengan air secukupnya hingga 250 mL. Sebanyak 15,0 mL larutan ini dipipet, ditambah 75
mL air. Setelah tepat 6 menit dari penambahan natrium hidroksida, larutan dibaca
absorbansinya pada 380 nm terhadap blanko yang berisi air. Harga

tetrasiklin
hidroklorida pada kondisi ini adalah sebesar 372.
Metode ini juga cocok untuk oksitetrasiklin, akann tetapi kurang baik untuk klortetrasiklin,
sebab jika klortetrasiklin dilarutkan dalam alkali seperti larutan di atas maka terjadi warna
kuning yang cepat memucat. Metode ini juga dapat digunakan untuk menetapkan kadara
tetrasiklin secara langsung dalam campuran tetrasiklin dan klortetrasiklin yang mengandung
tidak lebih 20% klortetrasiklin. Pada campuran dengan klortetrasiklin yang mana
klortetrasiklin terdapat pada jumlah yang lebih besar dari tetrasiklin, maka perlu
diperhatikan absorbansi klortetrasiklin yang mempunyai absorbansi maksimal di 345 nm.
b. Pembentukan Anhidrotetrasiklin
Cara penetapan kadar klortetrasiklin secara spektrofotometri : lebih kurang 50 mg
klortetrasiklin yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 300 mL air dan diencerkan dengan
air secukupnya hingga 500 mL. Sebanyak 10,0 mL larutan ini dipipet dan ditambah 12 mL
asam klorida 5N, 15 mL larutan dapar pH 7,5 (178 gr dikalium hidrogen fosfat dan 22 gr
kalium hidrogen fosfat dalam 1 liter air), 2 mL natrium bisulfit 10% yang dibuat baru, dan 3
mL natrium hidroksida 0,4 N. Larutan diletakan dalam air mendidih selama tepat 7 menit
dan didinginkan segera.
Dalam 10,0 mL larutan yang lain ditambah 15 mL

Vous aimerez peut-être aussi