Vous êtes sur la page 1sur 6

A.

LATAR BELAKANG CARA PANDANG/FILOSOFI MENGENAI KEHIDUPAN DAN SISTEM RELIGI


1. MESOPOTAMIA
Kepercayaan di Mesopotamia bersifat Polytheisme yang berawal dari kepercayaan bangsa
Sumeria yang percaya dan menyembah banyak dewa, dewa yang menguasai alam seperti
Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (Dewa Air). Tetapi ketika
bangsa Persia menguasai daerah Mesopotamia, berkembanglah ajaran agama Persia.
Aspek keagamaan dan kepercayaan masyarakat Mesopotamia dapat dilihat berdasarkan ciri
berikut:
a. Mengamalkan kepercayaan banyak tuhan atau politiesme.
b. Raja sebagai wakil tuhan.
c. Pendeta ketuai upacara agama di Zigurat.
d. Tidak percaya kehidupan selepas mati tetapi hanya jatuh ke dalam gua yg penuh debu.
e. Pemerintahan oleh tuhan atau wakil tuhan berasaskan hukum agama dan bersifat
ketuhanan/teokrasi.

2. MESIR
Totemisme yaitu percaya kepada binatang yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Hewan-
hewan dianggap sebagai pelindung.
Polytheisme yaitu memuja dewa-dewa . Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa
Matahari), Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra. dewa-dewa lokal yang dipuja
pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi
kecantikan isteri Osiris,Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa
kematian.
Rakyat mesir kuno percaya bahwa manusia setelah meninggal rohnya akan tetap hidup
selama jasadnya tidak hancur. Itulah sebabnya orang yang telah meninggal diawetkan

3. YUNANI
Bangsa Yunani kuno percaya kepada dewa-dewa (politheisme) yang digambarkan
wujudnya seperti manusia. Dewa utama yang paling dipuja-puja adalah Dewa Zeus. Dewa-
Masyarakat yunani kuno percaya adanya manusia setengah dewa, yang memiliki kesaktian,
seperti paris.
Masyarakat yunani kuno percaya pada ramalan delphi yaitu sebuah kota tempat tinggal
sejumlah dewa. Jika masyarakat akan melaksanakan pekerjaan besar, maka mereka akan
datang ke delphi untuk memperoleh berkah dan petunjuk.


4. ROMAWI
Ketika kerajaan Romawi berdiri, kepercayaan masyarakat masih bersifat anisme. Bangsa
Romawi memuja beberapa roh seperti:
Vesta yaitu roh pengurus api tungku
Lares yaitu roh penjaga rumah tangga dan batas ladang keluarga
Penates yaitu roh penjaga lumbung
Kemudian peradaban Romawi mendapat pengaruh besar dari peradaban Yunani termasuk
kepercayaan yang bersifat Polytheisme. Roh-roh yang berurusan dengan pertanian setempat
itu lama kelamaan berkembang menjadi dewa-dewa tetap seperti yang terjadi di yunani
namun namanya disesuaikan dengan nama-nama Romawi.

5. INDIA
Kepercayaan bangsa India kuno bersifat politheisme, artinya percaya kepada banyak dewa.
Tiap-tiap dewa memiliki kekuatan dan suci karenanya harus disembah dan dipuja-puja.
Dewa-dewa yang dianggap suci itu adalah sebagai berikut:
a. Dewa Pertiwi (dewa bumi)
b. Dewa Surya (dewa matahari
c. Dewa Bayu (dewa angin)
d. Dewa Baruna (dewa laut)
e. Dewa Agni (dewa api)
Dalam perkembangan berikutnya, bangsa India memeluk agama Hindu dan agama
Budha. Agama Hindu lahir dari perpaduan agama Tuhan dengan agama suku bangsa
Dravidians (percaya adanya inkarnasi) . sedangkan agama Budha diajarkan oleh Sidharta
yang berusaha menyederhanakan ajaran agama Hindu yang dianggapnya memberatkan
umatnya dan kemudian dijuluki sang Budha oleh para pengikutnya.

6. CINA
Dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme dan Budhisme.
yang menciptakan Konsep Keseimbangan yaitu Yin dan Yang. Yang sebagai energi positif,
jantan, terang, kuat, buatan manusia. Sementara Yin digambarkan sebagai energi negatif,
betina, gelap, menyerap elemen.
Selain itu ada juga yang disebut Hong Shui atau Feng Shui. Feng Shui merupakan kompas
kehidupan yang mengaur keseimbangan elemen alam seperti angin, air, tanah dan logam.
Sistem religi :
Pemujaan arwah nenek moyang
Kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian. Kematian adalah awal kehidupan
baru, yang memerlukan bekal, doa pelapang jalan dan upacara penghormatan (3-49 hari)
Perlakuan terhadap arwah leluhur akan mempengaruhi keturunannya yang masih hidup
Confucianisme (551 497 SM)
Falsafah : Doktrin moral dan tindakan, humanitas, kebajikan (Jen), toleransi, murah
hati (Shu), hormat/bakti pada atasan
Taoisme (604 SM)
Falsafah : Manusia harus hidup selaras dengan prinsip Tao; kesabaran, harmoni,
kesederhanaan.
Percaya pada kekuatan supranatural, sinkretisme, geomanchy, ramalan nasib, kertas
jimat (Fu)
Budhisme (563 SM)
Falsafah : Derita merupakan bagian dari hidup.Nafsu menyebabkan penderitaan.
Nafsu dapat dihapus dengan 8 jalur suci.
Shenisme
Falsafah : Nasib manusia telah ditakdirkan oleh Shen. Shen dapat mengubah nasib
dan berkomunikasi dengan manusia melalui: mimpi, tulisan & ucapan media.












B. LATAR BELAKANG LAHIRNYA BANGUNAN GEREJA PADA ERA MEDIEVAL
Early Christian
Pada zaman early Christian sekitar abad ke 4, Konstantine mengakui Kristen sebagai agama resmi .
Untuk memenuhi kebutuhan ruang untuk beribadah, awalnya orang kristen menggunakan basilika
untuk menjadi tempat ibadah pada saat itu selain mempermudah konstruksi, ternyata basilika miliki
ruang yang cocok untuk di jadikan gereja. Jadi bentuk arsitektur gereja awal merupakan adaptasi
dari Basilika Romawi yang di kenal dengan nama gereja basilika dan kemudian berkembang menjadi
gereja alternatif.
Bizantium
Pada akhir abad ke-5 Masehi, kekaisaran Roma telah menurun dan mendorong inovasi arsitektur
bergeser ke Kekaisaran Bizantium yang menyebabkan gaya arsitektural gereja berevolusi di
bizantium. Masa emas arsitektur Bizantium di bawah kekuasaan Justian (527-565), ia membangun
ikon dari semua arsitektur Bizantium, Minat Kaisar Justinian dalam gedung gereja menyebabkan
penemuan kubah dan evolusi dari gaya Bizantium.
Romanesque
Periode Romanesque berlangsung mulai sekitar 800 AD sampai 1100 AD. Istilah tersebut pertama
kali digunakan untuk menyebut arsitektur abad ke-19 karena terdapat kesamaan antara kubah barel
dengan lengkungan Romawi. Pada saat arsitektur Romanesque berkembang di Eropa Barat di saat
yang sama arsitektur islam dan arsitektur mesopotamia sedang berkembang di Arab dan Persia yang
nantinya akan mempengaruhi arsitektur gotik di Eropa Timur. Arsitektur romanesque merupakan
perkembangan dari arsitektur klasik yang masih menggunakan tipologi dan material yang sama
yaitu batu (karena bangunan perlu tahan api dari demonstrasi rakyat). Yang membedakan arsitektur
romanesque dengan arsitektur klasik adalah teknologi struktur dalam membangun.
Pada saat arsitektur Romanesque berkembang, saat itu pula Romawi mengalami perpecahan
menjadi Romawi Timur dan Romawi Barat (Byzantium). Kemudian Romawi Timur terpecah kembali
menjadi beberapa kerajaan kecil (vasal) yang menyebabkan para bangsawan berebut kekuasaan. Di
sisi lain dimulai pula era monastik dimana pendeta Kristen berlomba menjadi orang suci,
menerapkan agama secara buta tanpa rasio, dan melupakan keimanan umat. Era ini dikenal dengan
nama dark age (zaman kegelapan). Ketika rakyat tinggal digubuk-gubuk, penguasa dan pendeta
malah membangun kastil dan gereja megah.

Gothik
Arsitektur Gothik berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16 di Perancis, sehingga arsitektur Gothic
dikenal selama periode sebagai Gaya Perancis (Opus Francigenum). Arsitektur Gothik adalah gaya
arsitektur yang berkembang selama periode Abad Pertengahan. Gaya ini berevolusi dari arsitektur
Romanesque dan diteruskan oleh arsitektur Renaissance. Pada pekembangannya, arsitektur bergaya
gothik mengalami kebangkitan kembali pada abad ke-18 di Inggris dan menyebar ke hampir seluruh
negara Eropa pada abad ke 19. Arsitrektur gothik yang lahir disetiap wilayah dan Negara-negara
memiliki perbedaan karakter-karakter yang justru memperkaya karakteristik gothik. Seni gothic
diyakini juga sebagai perwujudan seni barbarian. Istilah Gotik sebetulnya lebih berupa sindiran
terhadap genre arsitektur baru (pada saat itu) yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu
hal yang kasar dan barbar (rude and barbaric). Sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya, pada
periode ini bentuk yang dianut merupakan bentuk arsitektur vernakular Eropa dengan beberapa
penyempurnaan. Pada masa arsitektur gothic di temukan Pointed arch yangmerupakan solusi dari
masalah-masalah yang timbul pada lengkungan (arch) yang digunakan pada arsitektur romanesk dan
juga Flying Buttress yang memungkinkan bangunan yang bergaya gothic dapat di bangun tinggi
menjulang ke atas berbeda dengan masa romanesque.












DAFTAR PUSTAKA

http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/ (di akses pada 20 April 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/ (di akses pada 20 April 2014)
http://id.wikibook.org/ (di akses pada 20 April 2014)
http://id.shvoong.com/humanities/history/2222336-sistem-kepercayaan-bangsa-india-
kuno/#ixzz2ziZSQg2T (di akses pada 23 April 2014)
http://arts.cultural-china.com/en/83Arts13332.html (di akses pada 23 April 2014)
http://vedeve.wordpress.com/category/china/ (di akses pada 23 April 2014)
http://atpic.wordpress.com/2010/07/24/romawi/ (di akses pada 23 April 2014)
http://zeearchiholic.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html (di akses pada 23 April 2014)
http://architecturoby.blogspot.com/2009/03/seni-teknologi-dan-arsitektur-hasil.html (di akses pada
23 April 2014)
http://beckyadipati.wordpress.com/2010/06/29/arsitektur-romawi-sekitar-300-sm-365-m/ (di akses
pada 23 April 2014)
http://dellyani.blogspot.com/2013/05/arsitektur-mesir_27.html (di akses pada 24 April 2014)
http://kabarmasasilam.blogspot.com/2013/03/arsitektur-gereja-abad-
pertengahan.html#ixzz2zpPptT6r (di akses pada 24 April 2014)
http://id.shvoong.com/humanities/history/ (di akses pada 24 April 2014)
http://historiaenjoy09.blogspot.com/2012/01/peradaban-mesopotamia.html (di akses pada 24 April
2014)

Vous aimerez peut-être aussi