Vous êtes sur la page 1sur 31

AL ISLAM II

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah umum


Al Islam II









Nama : Endah Yunita Sari
NIM : 2013437030





JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
Al Islam II 1


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

1. Jelaskan istilah-istilah berikut: syariat, aqidah, ibadah, muamalah, ahlaq,
sunnah, dan bidah.
a. Syariat
Syari'at menurut bahasa diambil dari kata Assyar'u yang artinya menumpuh jalan
yang terang.
Syari'at menurut istilah adalah apa yang dianjurkan oleh Allah dalam agama dan
yang diperintahkan-Nya,berdasarkan firman Allah:
( )
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama" QS:Asy syuuro:13.
Berdasarkan Firman Allah ta'ala:
( ) :48
"Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang"
QS:Al- Maa-idah: 48.
Selain itu, terdapat pua dalam Firman Allah:
( ) :18.
"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas satu syari'at (peraturan) dari urusan
(agama) itu" QS:AL Jaatsiyah:18.
Syariat Islam (Arab: Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau
peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi
hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan
sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.

b. Aqidah
Aqidah menurut bahas diambil dari Al Aqdu, yaitu menghubungkan antara
ujung-ujung sesuatu, disertai adanya ikatan yang sangat kokoh.
Asal penggunaan kata"al Aqdu" adalah untuk perkara yang Madiyyah (Abstrak)
seperti tali dan bangunan, maka dikatakan ini adalah ikatan tali, ikatan bangunan.
Kemudian dipakai penggunan kata ini kepada perkara yang ma'nawi (tidak
kelihatan) maka ketika ada ikatan yang kuat dikatakan: ikatan sumpah, ikatan janji,
ikatan jual beli, dan ikatan nikah.
Aqidah menurut istilah adalah prinsip-prinsip yang diyakini oleh manusia dengan
keyakinan yang kuat, maka seolah-olah hati sanubarinya mengikatkan janji kepada
Al Islam II 2


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

prinsip-prinsip itu, maka hatinya tidak menerima keraguan, maka ia beragama
dengannya ( keyakinan hati) dan karenanya (keyakinan hati).
Maka Aqidah Islamiah itu pengertiannya adalah seperti definisi iman yang
terdapat dalam hadist Jibril, yaitu sisi yang tersembunyi (gaib) dari agama atau yang
berhubungan dengan hati, yang dibangun diatas enam rukun, yaitu keimanan kepada
Alloh, Malaikat, kitab-kitab, para utusan, hari akhir, dan keimanan kepada takdir baik
dan jelek.

c. Ibadah
Ibadah berasal dari kata abd yang artinya abdi, hamba, budak, atau pelayan. Jadi
ibadah berarti, pengabdian, penghambaan, pembudakan, ketaatan, atau merendahkan
diri. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah
dapat juga diartikan sebagai peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung
(ritual) antara manusia dengan Allah swt. Selain itu juga terdapat berbagai definisi
ibadah lainnya, yaitu:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
tuntunan atau contoh dari para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Swt, yaitu rasa tunduk dan
patuh yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.

d. Muamalah
Secara etimologi, Muamalah berasal dari kata ( ) yang merupakan istilah
yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf.
Muamalah mengikuti pola (

) yang bermakna bergaul (

).
Secara terminologi Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan
selain ibadah. Muamalah adalah tuntunan yang berhubungan dengan masalah
duniawi dalam kerangka ibadah. Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-
Quran dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tata cara dan praktek) dari Nabi
Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan kepada mamnu (dilarang atau
haram). Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan
masalah muamalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-
masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu
Al Islam II 3


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip boleh (jaiz) selama tidak ada
larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
Berkaitan dengan hal muamalah, Nabi Muhammad SAW mengatakan Bila
dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya, tetapi dalam urusan
dunia Anda, (teknis muamalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh
tata cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak
ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bidah, dan
setiap perbuatan bidah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam muamalah yang
harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan
Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.

e. Ahlaq
Akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari
khuluq yang tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:
"Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim", yang artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.
Secara bahasa akhlak mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam
kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Menurut istilah yang
dijelaskan oleh Ibnu Maskawih akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan. (Saputra,
2004: 30).
Pengertian akhlak juga dikemukakan oleh Imam al-Ghozali, menurut dia akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran. (Mustofa,
1997: 12), sedangkan menurut pendapat Hamzah yaqub akhlak adalah ilmu yang
menentukan antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang
perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. (Saebani, 2000: 25).

f. Sunnah
Sunnah secara bahasa bermakna metode (at-thoriqoh)(Lisanul Arab 13/226),
jalan (sabiil). Salah satu dalil yang menunjukkan makna ini adalah hadits dari Abu
Amr Jarir ibn Abdillah bahwasannya Rasulullah bersabda,: Barang siapa yang
Al Islam II 4


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

mencontohkan dalam Islam sunnah yang baik, maka bagi dia pahalanya dan pahala
orang yang mengamalkannya. Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang jelek,
maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya. (HR. Muslim).
As-Sunnah menurut istilah syariat ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
dalam bentuk qaul (ucapan), fiil (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta
akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat
Islam.(Taisir Musthalahul Hadits (hal. 15)).

g. Bidah
Bidah Secara Etimologi (Bahasa) menurut Ibnu Manzhur: Badaasy syai-a,
yabdauhu badan wabtadaahu; artinya menciptakan sesuatu atau mengawali
penciptaan sesuatu. Baddaar rakiyyah, artinya menggali sumur dan membuatnya. Al-
Badiiu dan al-bidu, artinya sesuatu yang menjadi awal permulaan.
Dalam al-Qur-an disebutkan:


Katakanlah: Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-Rasul. (QS. Al-
Ahqaaf: 9). Maksudnya, aku (Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam) bukanlah
Rasul pertama yang diutus, melainkan banyak Rasul-Rasul sebelumku yang telah
diutus pula.
Terdapat ungkapan: Fulaanun bidin fii hadzal amri, yang artinya Fulan yang
pertama kali melakukan perkara ini, tidak ada seorang pun yang mendahuluinya. Maka
dari itu, kata abdaa, ibtadaa, maupun tabaddaa bermakna melakukan perbuatan
bidah.
Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala :


Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (QS. Al-Hadiid: 27)
Bidah, seperti yang didefinisikan oleh Imam asy Syathibi, adalah cara beragama
yang dibuat-buat, yang meniru syariat, yang dimaksudkan dengan melakukan hal itu
sebagai cara berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Dari definisi tadi dapat
dipetakan bahwa medan operasional bidah adalah agama. Ia adalah tindakan
mengada-ada dalam beragama. Dalil pernyataan ini adalah sabda Rasulullah saw.,
Siapa yang menciptakan hal baru dalam ajaran agama kita yang bukan bagian darinya,
maka perbuatannya itu tertolak.
Al Islam II 5


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta


Referensi :
http://nuruddinabufaynan.blogspot.com/2011/05/definisi-aqidah-syariah-secara-bahasa.html
http://almanhaj.or.id/content/2882/slash/0/hubungan-antara-aqidah-dan-syariat/
http://abdulgoni15.blogspot.com/2013/01/pengertian-syariat-islam.html
http://manshurzikri.wordpress.com/2010/03/22/aqidah-ibadah-dan-muamalah-serta-
implikasinya-dalam-kehidupan/
http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html
http://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-dan-
ahklak/

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ibadah mahdhoh dan goir mahdhoh dan
jelaskan perbedaan diantara keduanya dengan menyebutkan ciri-ciri dari
keduanya.
a. Ibadah Mahdhoh
Ibadah Mahdoh adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah diatur
oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya,
seperti sholat fardu 5 kali, ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk
paket dari Allah turun kepada Rasulullah kemudian wajib ditirukan oleh umatnya
tanpa boleh menambah atau memperbaharui sedikitpun.
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang
termasuk mahdhah, adalah :
Wudhu,
Tayammum
Mandi hadats
Shalat
Shiyam ( Puasa )
Haji
Umrah
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip, yaitu:
Al Islam II 6


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh
akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak
ada perintah.
2) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah(QS. 64)

Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat,
atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk
Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

b. Ibadah Ghoiru Mahdhoh
Ibadah ghoiru mahdhoh adalah seluruh perilaku seorang hamba yang
diorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku
dari Rasulullah. Disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Barang siapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fl Islm
sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barang
siapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fl Islm sunnatan sayyi-ah),
maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya,
tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.
Al Islam II 7


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah
segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah
belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam
ibadah ini, ada 4:
1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah
dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.
Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
2) Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebut nya,
segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya disebut bidah
hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.
3) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat
atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
4) Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Referensi :
http://www.islam-institute.com/penjelasan-tentang-ibadah-mahdhoh-dan-ibadah-ghoiru-
mahdhoh.html
http://mintlisim.wordpress.com/2010/11/15/ibadah-mahdhoh-dan-ghairu-mahdhoh/
http://mas-yuli.blogspot.com/2012/04/memahami-ibadah-mahdhah-dan-ghairu.html

3. Zakat merupakan salah satu dari pondasi ajaran Islam. Jelaskan apa pengertian
zakat? Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya? Siapa yang berhak
menerima zakat dan jelaskan apakah fungsi zakat untuk kehidupan umat
khususnya jika ditinjau dari sudut ekonomi !
a. Pengertian Zakat
Zakat dari segi bahasa artinya membawa bersih, suci, subur, berkat, dan
berkembang. Pengertian "bersih" dan "suci" dalam istilah zakat membersihkan harta
dan membersihkan diri dari sifat bakhil. Dalam arti kata yang lain ialah membersihkan
diri daripada sifat dendam dan dengki.
Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu yang
harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang
Al Islam II 8


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang
telah memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu
tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya.
b. Syarat Harta Wajib Zakat
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta yang telah memenuhi
beberapa syarat, yaitu:
1) Kepemilikan penuh. Maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan
sehingga bisa menggunakannya secara khusus. Karena Allah swt. mewajibkan
zakat ketika harta itu sudah dinisbatkan kepada pemiliknya. Perhatikan firman
Allah swt. ini, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka (At-Taubah: 103).
Karena itulah zakat tidak diambil dari harta yang tidak ada pemiliknya secara
definitif. Seperti al-fai (harta yang diperoleh tanpa perang), ghanimah, aset
negara, kepemilikan umum, dan waqaf khairi. Sedang waqaf pada orang tertentu,
maka tetap kena wajib zakat menurut pendapat yang rajih (kuat).
Tidak wajib zakat pada harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia dengan
cara haram, seperti ghasab (ambil alih semena-mena), mencuri, pemalsuan, suap,
riba, ihtikar (menimbun untuk memainkan harga), menipu. Cara-cara ini tidak
membuat seseorang menjadi pemilik harta. Ia wajib mengembalikan kepada
pemiliknya yang sah. Jika tidak ditemukan pemiliknya, maka ia wajib bersedekah
dengan keseluruhannya.
Sedangkan hutang, yang masih ada harapan kembali, maka pemilik harta harus
mengeluarkan zakatnya setiap tahun. Namun jika tidak ada harapan kembali,
maka pemilik hanya berkewajiban zakat pada saat hutang itu dikembalikan dan
hanya zakat untuk satu tahun (inilah madzhab Al-Hasan Al-Bashriy dan Umar bin
Abdul Aziz) atau dari tahun-tahun sebelumnya (madzhab Ali dan Ibnu Abbas).
2) Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang
berkembang aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya memberi
keuntungan kepada pemilik. Rasulullah saw. Bersabda, Seorang muslim tidak
wajib mengeluarkan zakat dari kuda dan budaknya. (Muslim). Dari hadits ini
beberapa ulama berpendapat bahwa rumah tempat tinggal dan perabotannya serta
kendaraan tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Karena harta itu disiapkan untuk
kepentingan konsumsi pribadi, bukan untuk dikembangkan. Dari ini pula rumah
Al Islam II 9


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

yang disewakan dikenakan zakat karena dikategorikan sebagai harta berkembang,
jika telah memenuhi syarta-syarat lainnya.
3) Mencapai nishab, yaitu batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu,
wajib mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat. Jika seseorang
memiliki kurang dari lima ekor unta atau kurang dari empat puluh ekor kambing,
atau kurang dari dua ratus dirham perak, maka ia tidak wajib zakat. Syarat
mencapai nishab adalah syarat yang disepakati oleh jumhurul ulama. Hikmahnya
adalah orang yang memiliki kurang dari nishab tidak termasuk orang kaya,
sedang zakat hanya diwajibkan atas orang kaya untuk menyenangkan orang
miskin. Hadits Nabi, Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya. (Bukhari dan
Ahmad)
4) Nishab itu sudah lebih dari kebutuhan dasar pemiliknya sehingga ia terbukti
kaya. Kebutuhan minimal itu ialah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi ia akan
mati. Seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, alat kerja, alat perang, dan
bayar hutang. Jika ia memiliki harta dan dibutuhkan untuk keperluan ini, maka ia
tidak zakat. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt., Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari
keperluan. (Al-Baqarah: 219). Al-afwu adalah yang lebih dari kebutuhan
keluarga, seperti yang dikatakan oleh kebanyakan ahli tafsir. Demikian juga yang
Rasulullah saw. katakan, Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya. (Bukhari
dan Ahmad). Kebutuhan dasar itu mencakup kebutuhan pribadi dan yang menjadi
tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang tua, kerabat yang dibiayai.
5) Pemilik lebih dari nishab itu tidak berhutang yang menggugurkan atau
mengurangi nishabnya. Karena membayar hutang lebih didahulukan waktunya
daripada hak orang miskin, juga karena kepemilikan orang berhutang itu lemah
dan kurang. Orang yang berhutang adalah orang yang diperbolehkan menerima
zakat, termasuk dalam kelompok gharimin, dan zakat hanya wajib atas orang
kaya.

c. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat
Berdasarkan pada surat at Taubah ayat 58-60 tentang orang yang berhak
menerima zakat, yaitu:
Al Islam II 10


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

"... Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi fakir miskin, para amil, para
muallaf yang dibujuk hatinya, mereka yang diperhamba, orang-orang yang berutang,
yang berjuang di jalan Allah, dan orang kehabisan bekal di perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Jadi berdasarkan firman Allah Swt tersebut, terdapat 8 golongan yang berhak
menerima zakat :
1) Fakir, mereka adalah golongan dengan tingkat kemiskinan terendah. Lebih
rendah dari orang miskin. Dan mereka adalah orang-orang yang tidak
mendapatkan sesuatu untuk hidup dan tidak mampu mencari nafkah. Atau
mendapatkannya tapi hanya sedikit. Maka mereka diberi dari harta zakat
sejumlah kebutuhan mereka apabila mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk
hidup. Atau sisa dari kebutuhan mereka apabila mereka mendapatkan sebagian.
Mereka diberi yang demikian untuk setahun penuh.
2) Miskin, mereka berada pada kondisi yang lebih baik daripada fuqara. Orang
miskin adalah mereka yang dapat memenuhi sebagian besar kebutuhannya atau
sebagian kebutuhannya. Maka mereka diberi dari harta zakat sebesar sisa
kebutuhannya untuk setahun penuh.
3) Amil zakat, mereka adalah pengelola harta zakat, mengumpulkannya dari para
muzakki, menjaganya dan membagikannya kepada para mustahiq (ahli zakat).
Maka mereka diberi dari harta zakat sebagai upah sesuai pekerjaannya.
4) Muallaf, yaitu orang yang sedang dirangkul hatinya. Dan mereka ada 2 golongan,
yaitu muslim dan kafir. Maka orang kafir bisa diberi dari harta zakat apabila
dapat diharapkan masuk Islam atau apabila diberi akan berhenti mengganggu
kaum muslimin atau menghentikan orang lain dari mengganggu kaum muslimin.
Adapun orang Islam yang dirangkul, mereka diberi dari harta zakat agar semakin
kuat imannya atau diharapkan kawan-kawannya juga masuk Islam seperti halnya
dia dan yang lain sebagainya dari maksud-maksud yang manfaatnya kembali
kepada kaum muslimin.
5) Budak, yaitu budak-budak yang sedang menebus dirinya dari tuannya. Maka
mereka diberi dari harta zakat sebesar sisa tebusannya agar ia lepas dari
perbudakan. Dan boleh juga seorang muslim membeli budak dari harta zakatnya
kemudian membebaskannya.
Al Islam II 11


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

6) Orang yang berhutang. Mereka ada dua golongan, yaitu berhutang untuk orang
lain, seperti orang yang mendamaikan dua kelompok yang berseteru dengan
konsekuensi menanggung kerugian yang dialami dua kelompok tersebut akibat
perseteruan di antara mereka. Maka orang sepert ini diberi dari harta zakat untuk
menutupi tanggungannya agar tidak habis hartanya dan juga sebagai motivasi
bagi selainnya untuk melakukan amalan yang mulia ini.
Yang kedua, berhutang untuk diri sendiri, seperti orang yang menebus dirinya dari
orang-orang kafir atau orang yang berhutang namun dia tidak mampu
melunasinya. Maka ia diberi dari harta zakat sebesar jumlah hutangnya.
7) Fi Sabilillah, yaitu orang-orang yang berperang di jalan Allah dan mereka tidak
menerima upah dari baitu lmal.
8) Ibnu Sabil, yaitu musafir yang kehabisan ongkos/bekal di tengah perjalanan.
Maka ia diberi dari harta zakat sebesar ongkos perjalannya untuk sampai ke
tujuan.
Dan apabila masih ada harta zakat yang tersisa pada ibnu sabil atau orang yang
berperang atau orang yang berhutang atau budak yang melebihi kebutuhannya,
wajib bagi mereka untuk mengembalikannya. Karena ia tidak memiliki harta
tersebut dengan kepemilikan mutlak, melainkan sesuai kebutuhannya, maka
apabila telah terpenuhi kebutuhannya hilanglah keberhakannya terhadap harta
tersebut.

d. Fungsi Zakat
1) Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan sang khaliq maupun
hubungan sosial kemasyarakatan diantara manusia, antara lain:
Menolong, membantu, membina dan, membangun kaum dhuafa yang lemah
dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan
kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah
swt.
2) Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang orang di
sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah, sedang ia sendiri tak memiliki
apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.
3) Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
(menumbuhkan akhlaq mulia, menjadi murah hati dan peka terhadap rasa
Al Islam II 12


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil ( kikir ) serta serakah. Dengan begitu
akhirnya suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah swt dan
kewajiban kemasyarakatan akan selalu melingkupi hati.
4) Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas
prinsip-prinsip : Ummatan Wahidatan (umat yang satu), musawah (persamaan
derajat dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) dan Takaful
Ijtima` (tanggung jawab bersama).
5) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta
(social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam
masyarakat.
6) Zakat adalah ibadah Maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial
ekonomi atau pemerataan karunia Allah swt. dan juga merupakan perwujudan
solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian
persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan ummat dan bangsa, sebagai pengikat
batin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang
yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.
7) Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang
dengan yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat
mencipatakan situasi yang tentram, aman lahir dan bathin. Dalam masyarakat
seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya komunis,
atheis dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. sebab dengan dimensi
dan fungsi ganda zakat persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialime dengan
sendirinya sudah terjawab. akhirnya sesuai dengan janji Allah swt., akan
terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun toyyibatun warabbun ghafur.
Referensi :
http://nationalinks.blogspot.com/2009/09/8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat.html
http://www.dakwatuna.com/2008/09/19/1020/zakat-syarat-wajib-zakat-dan-harta-yang-
wajib-dizakati/
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-7.Zakat%20Rahmawati.pdf

4. Puasa ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi pembentukan pribadi
muslim yang melaksanakannya. Jelaskan apa pengertian puasa? apa
Al Islam II 13


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

sesungguhnya yang menjadi hakikat puasa itu? Tujuan disyariatkan ibadah
puasa dan jelaskan juga hubungannya antara puasa dengan iman, dengan disertai
contoh?
a. Pengertian Puasa
Pengertian Puasa terbagi menjadi 2 bagian, yaitu secara bahasa puasa atau
shiyam/shaum berarti menahan diri dari sesuatu. Seperti yang dilakukan Maryam bunda
Nabi dan Rasul Isa as. ketika menahan diri dari berbicara.


[ /[26
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan
Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada
hari ini."
Maryam berpuasa berarti menahan diri untuk tidak berbicara. Sedangkan secara
istilah, puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa
(misalnya makan, minum, mutah dengan sengaja, hubungan suami istri, dll) sejak fajar
terbit hingga matahari terbenam.

b. Hakikat Puasa
Orang yang berpuasa harus membersihkan puasanya dari hal-hal yang
mengotorinya. Ia harus menjaga anggota badannya dari hal-hal yang diharamkan Allah
SWT. Ia harus memelihara lisannya dengan tidak berkata iseng, berkata jorok, berkata
tidak berguna, dan bertindak jahil. Hindari membalas kejahatan dengan kejahatan
serupa, namun balaslah dengan perilaku yang lebih baik. Orang yang berpuasa
hendaknya membentengi dan merisai dirinya dari perilaku dosa, kemaksiatan, dan dari
adzab Allah SWT di akhirat kelak. Seorang ulama salaf berkata, Puasa yang diterima
adalah puasanya anggota tubuh dari maksiat, puasanya perut, dan kelamin dari syahwat.
Inilah yang diingatkan oleh banyak hadits yang mulia tentang hakikat puasa.
Rasulullah saw bersabda, Ash shiyamu junnatun, faidza kana yaumu shaumi ahadikum
fala yarfuts wala yashkhab wa fi riwayatin wala yajhal fainimru-un sa-bahu aw
qatalahu fal yaqul inni shaimun (Puasa adalah perisai. Apabila seseorang di antara
Al Islam II 14


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan tidak berguna dan dalam riwayat lain:
jangan bicara jahil. Dan jika seseorang memaki atau mengajaknya bertengkar,
katakanlah, Saya tengah berpuasa (dua kali). (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw bersabda, Man lam yada qaulaz zur wal amala bihi falaisa
lillahi hajatun fi an yadaa thaamahu wa syarabahu (Barangsiapa tidak meninggalkan
kata-kata palsu dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan
makanan dan minumannya). (HR. Bukhari).
Beliau juga bersabda, Rubba shaimin laisa lahu min shiyamihi illal ju-i
(Betapa banyak orang berpuasa tetapi tidak mendapatkan dari puasanya selain rasa
lapar). (HR. Nasai dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Riwayat Ahmad, Hakim, dan
Baihaki dengan redaksi, Betapa banyak orang berpuasa namun hasilnya hanya lapar
dan dahaga).
Khalifah Umar bin Khattab berkata, Puasa bukanlah dari makan dan minum
semata, tetapi juga dari dusta, kebathilan, dan tindak sia-sia.
Jabir bin Abdullah Al Anshari berkata, Apabila engkau berpuasa, berpuasalah
pula pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu dari dusta dan dosa. Janganlah
menyakiti pembantumu. Hendaklah engkau berpenampilan tenang dan wibawa di hari
puasamu. Janganlah engkau jadikan hari berbukamu sama saja dengan hari
berpuasamu.
Thaliq bin Qais meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata, Jika engkau berpuasa,
jagalah diri sebisamu. Thaliq, di hari puasanya, berdiam diri di rumahnya dan tidak
keluar selain untuk mengerjakan shalat (di mesjid).
Abu Hurairah dan sahabat yang lain bila tengah berpuasa, mereka duduk dzikir di
mesjid. Mereka berkata, Untuk menyucikan puasa kami.
Hafshah binti Sirin, salah seorang tabiin, berkata, Puasa adalah perisai, selama
tidak dibakar oleh pelakunya atau dibakar oleh ghibah.
Dari Maimun bin Mahran, ia berkata, Seringan-ringannya puasa adalah
meninggalkan makan dan minum.
Namun demikian, menurut jumhur ulama, kemaksiatan tidak membatalkan pusa,
meskipun ia mengotori dan melukainya, sesuai dengan kadar kemaksiatan yang
dilakukan. Demikian itu karena tiada seorang pun yang bisa lolos dari maksiat kecuali
orang yang dilindungi oleh Allah SWT khususnya kemaksiatan lisan. Dari itu Imam
Al Islam II 15


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Ahmad mengatakan, Andaikata ghibah membatalkan puasa, niscaya kita tidak dapat
berpuasa.
Ulama yang lain menguatkan pandangan ini, Bahwa kemaksiatan tidak
membatalkan puasa sebagaimana makan dan minum, namun ia terkadang
menghilangkan pahalanya. Sesungguhnya ini merupakan suatu kerugian, bukan
masalah remeh bagi mereka yang berakal, dan tidak menganggapnya remeh selain
orang bodoh. Bagaimana tidak demikian, ia menahan lapar, dahaga, dan syahwat,
kemudian keluar di penghujung Ramadhan dengan tangan hampa dari kebaikan.
Menerangkan hadits , Man lam yada qaulaz zuri wal amala bihi fa laisa lillahi
hajatun fi an yadaa thaamahu wa syarabahu, Imam Abu Bakar bin al Arabi berkata,
Kandungan hadits ini adalah bahwa barangsiapa melakukan apa yang disebutkan itu,
puasanya tidak berpahala. Artinya, pahala puasa kalah timbangannya dengan dosa dusta
dan hal lain yang disebutkan bersamanya.
Al Allamah al Baidhawi berkata, Bukanlah maksud dari disyariatkannya puasa
hanya berhubungan dengan lapar dan dahaga. Tetapi yang menjadi turunannya adalah
menahan syahwat dan menaklukkan an nafs al amarah (nafsu amarah) menjadi an nafs
al muthmainnah. Bila hal itu tidak dapat dihasilkan, maka Allah tidak memandang
puasanya dengan pandangan penerimaan. Maka rasul bersabda, Allah tidak butuh
sebagai kiasan tidak diterimanya puasa. Sebabnya dinafikan, tetapi yang dimaksud
adalah akibat.
Barang siapa berpuasa dengan penuh iman dan mengharap pahala Allah, maka ia
berhak untuk keluar dari bulan puasa itu dalam keadaan diampuni dan suci dari dosa,
khususnya dosa-dosa kecil yang terkadang tidak disadari oleh pelakunya, dan ia
tidaklah tahu bahwa jika dosa-dosa itu semakin bertambah banyak, maka akan
menghancurkan dan membinasakan pelakunya.
Rasulullah saw bersabda, Ash-shalawatul khamsu wal jumuatu ilal jumuati wa
ramadhanu ila ramadhana mukaffiratun lima bainahuma idza tunibatil kaba-ir (Shalat
lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan, adalah penghapus dosa di
antaranya, jika dosa-dosa besar dijauhi). (HR. Muslim).
Dalam hadits mutaffaq alaih dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, Man
shama ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqadama min dzambihi
(Barangsiapa mengerjakan puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala,
niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu).
Al Islam II 16


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh karena itu, barang siapa mengotori puasanya dengan kemaksiatan telinga,
penglihatan, lisan, dan anggota tubuhnya, berarti ia telah menyia-nyiakan kesempatan
untuk penyucian dirinya dan tidak berhak mendapatkan ampunan yang dijanjikan.
Bahkan lebih dari itu, tertimpa apa yang menjadi tema doa malaikat Jibril dan diamini
oleh Nabi Muhammad saw, yaitu, Man adraka ramadhana falam yughfar lahu fa-
abadahullahu (Barang siapa mendapatkan Ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni,
maka Allah menjauhinya). (HR. Ibnu Hibban dalam Sahih-nya dari Hasan bin Malik
bin Huwairits dari ayahnya dari kakeknya. Ada juga riwayat serupa dari Abu Hurairah
dan Kaab bin Ujrah). Semoga Allah SWT menguatkan hati dan semangat kita agar
tidak mudah tergelincir berbuat maksiat terutama di bulan Ramadhan ini.

c. Tujuan Puasa
Taqwa menjadi tujuan sekaligus hikmah dari puasa. Hal ini telah dengan jelas
termaktub dalam salah satu firmanNya, Qs. Al-Baqoroh: 183: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Kedua, puasa merupakan media pendidikan bagi jiwa untuk tetap bersabar dan
tahan dari segala penderitaan dalam menempuh dan melaksanakan perintah Allah SWT.
Ketiga, puasa menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan
persaudaraan terhadap orang lain, sehingga tumbuh rasa empati untuk menolong
sesame yang membutuhkan. Keempat menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT.
Selain memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi
kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan baik secara fisik maupun psikis
(kejiwaan).

d. Hubungan Puasa dengan Iman
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa (Al-Baqarah
[2] : 183). Maksud dua kali kata seruan dalam ayat ini adalah, pertama: kata ayyu, kata
seruan ini mengisyaratkan akan besar dan pentingnya perkara yang akan diserukan
setelahnya, sedangkan kata ya adalah harf tanbih, yakni kata yang meminta perhatian
pembacanya.
Kedua, jika pada seruan pertama tidak jelas siapa yang dimaksud, maka pada kata
seruan kedua dijelaskan bahwa orang yang berimanlah yang diseru ( alladziina
Al Islam II 17


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

aamanuu ). Seruan kedua ini guna menyemangatkan golongan beriman yang diseru
secara khusus.
Hubungan antara shaum dan iman dalam ayat tersebut sangat kuat. Pertama,
shaum adalah pilar penting bagi tegaknya iman seseorang. Kedua, mengabaikan shaum
Ramadhan akan merusak nilai iman seseorang di hadapan Allah azza wa jalla. Hal ini
mengingat sangat personalnya hubungan seorang hamba dengan Allah SWT dalam
melakukan aktivitas shaumnya.
Semua amal perbuatan Bani Adam adalah kepunyaan Bani Adam sendiri,
kecuali puasa. Puasa itu kepunyaan-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasan
(HR Muslim).
Ketiga, hanya orang beriman yang sanggup menyambut seruan Allah ini dengan
konsisten karena keyakinan di qalbu dan ikrar di lisan serta seluruh gerak raga seorang
mukmin telah bersatu untuk selalu siap tunduk dan taat pada perintah dan menjauhi
larangan Allah walau berat dan berisiko tinggi sekalipun.
Keempat, hanya orang yang berimanlah yang ditolong Allah untuk mampu ihsan
(menyembah Allah walau tak melihat Allah dan merasa yakin bahwa Allah
memperhatikan semua ibadahnya walau ia tak dapat melihat Allah) dalam shaum.
Sebab, tak akan mampu seorang hamba untuk ihsan kepada Allah tanpa pertolongan
Allah.

Referensi :
http://www.dakwatuna.com/2007/09/04/245/ramadhan-cermin-keimanan/
http://elmoehbass.blogspot.com/2012/08/hubungan-puasa-iman-dan-taqwa.html
http://jalmilaip.wordpress.com/2011/08/04/hubungan-iman-dan-shaum/

5. Ibadah shalat merupakan salah satu dari rukun Islam. Jelasan tujuan
disyariatkannya shalat, jelaskan nilai pentingnya dalam Islam, dan jelaskan
shalat yang seperti apa yang dapat mencapai target dari tujuan disyariatkannya
shalat?
a. Tujuan Disyaiatkannya Shalat
1) Agar tergolong orang yang bertaqwa
Ini sangat penting karena dengan menjalankan shalat termasuk kategori orang
taqwa. Al Quran surat al-Baqarah 2-3 menyebutkan yang artinya:
Al Islam II 18


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; (sebagai) petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa; (yakni) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
2) Untuk mencegah timbulnya perbuatan keji dan munkar
Dasarnya adalah Al Quran surat Al Ankabut 45 yang artinya: Sesungguhnya
shalat itu mencegah pemuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya dzikrullah itu
paling besar. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu perbuat (QS. Al-Ankabut [29] :
45).
3) Agar bisa meraih keberuntungan yang besar, yakni surge
Al Quran surat Al-Muminun 1-2 menyebutkan yang artinya : Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam
shalatnya.
Barang siapa mengerjakannya, tak ada sesuatu yang disia-siakannya karena
merendahkan kedudukannya, maka adalah baginya di sisi Allah suatu janji akan
dimasukkannya ke dalam sorga. ( Sayyid Sabiq).
Ayat itu dikuatkan dengan sebuah hadits dari sahabat Ubbadah bahwa Rasulullah
SAW bersabda :Lima shalat telah diwajibkan Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
Barang siapa meninggalkan kewajiban shalat dengan sengaja, sungguh ia benar-benar
telah kafir. (H.R. Ibnu Hibban)
4) Agar terhindar dari neraka dengan segala kepedihannya
Al Quran surat Al Muddatstsir 42-43 menyebutkan yang artinya :Apakah yang
memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat
5) Agar terhindar dari predikat kafir
Sebuah hadits menyebutkan : Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir)
adalah shalat, karenanya barang siapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah
kafir. (HR. At-Tirmizi)
6) Agar segala amal kebaikannya diterima Allah SWT
Hal ini karena Allah tidak sudi menerima amal saleh dari mereka yang
meninggalkan shalat. Sebuah hadits riwayat Ath Thabrani menyebutkan yang artinya :
Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat, shalatnya, maka
jika shalatnya baik, baik pula (diterima) semua amal kebaikannya yang lain, tetapi jika
shalatnya rusak, rusak pula (ditolak) semua kebaikannya yang lain.
Al Islam II 19


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

7) Untuk memperoleh 5 karunia besar
Dengan melaksanakan shalat dan menjaganya dengan baik, sejak dari menjaga
waktu, kesucian, keikhlasan hingga kekhusyuannya, maka seseorang akan memperoleh
lima hadiah yang amat menggembirakan baginya dunia akhirat.
Al Kandahlawi dalam Fadhailul Amal mengutip hadits Rasul SAW yang
artinya : Diberitakan dalam sebuah hadits bahwa barang siapa menjaga atas
shalatnya, Allah akan memuliakannya dengan lima macam :
Dihilangkan dari kesempitan hidup
Diselamatkan dari siksa kubur
Allah akan memberikan kitab catatan amalnya melalui sebelah kanannya
(menerimanya dengan tangan kanan)
Kelak meniti jembatan (ashshiraath) bagaikan kilat
8) Agar Tubuh Tetap Sehat
Ditinjau dari segi kesehatan, gerakan-gerakan shalat ternyata masing-masing
membawa dampak positif terhadap kesehatan bagi pelakunya.
Prof.Dr.H.A.Saboe dalam bukunya Hikmah Kesehatan dalam Shalat telah
menguraikan paniang lebar pendapat-pendapat para ahli kesehatan dan masing masing
gerakan.
Ketika sujud, posisi kepala berada di bawah, sehingga sirkulasi darah banyak
masuk ke otak. Ini penting. karena orang yang otaknya tidak dialiri darah sedetik saja,
orang itu bisa pingsan, bahkan bisa mati.
Dengan bersujud, dinding urat nadi otak dilatih dan dibiasakan menerima aliran
darah relatif lebih banyak dari biasanya, sehingga kematian tiba-tiba yang disebabkan
oleh pecahnya urat-urat nadi otak gara-gara kemasukan darah lebih banyak secara tiba-
tiba misalnya ketika marah berat, itu bisa dihindarkan, karena sudah terlatih.
Hikmah lainnya, ketika bangkit dari sujud,di mana tangan diletakkan di sebelah
kanan kiri lutut, hampir seluruh berat badan terpikul oleh otot-otot kedua tangan,
dengan melibatkan otot-otot bahu, otot-otot dada, otot-otot perut, otot-otot punggung
otot-otot leher dan otot-otot jari tangan.
Semua otot-otot itu akan berkontraksi yang menjadikan otot-otot tadi menjadi
lebih besar dan lebih kuat, sedang kan urat-urat darah pembuluh nadi dan pembuluh
darah balik serta urat-urat getah bening akan terurut, sehingga peredaran darah dan
Al Islam II 20


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

lympha menjadi lancar. Di mana hal ini amat membantu pekerjaan jantung dan
mengerutnya dinding pembuluh darah. Dan seterusnya.
9) Dengan shalat, kita bisa berkomunikasi langsung dengan Allah
Melalui shalat inilah manusia menghadapkan diri kepada Sang Pencipta dengan
mengungkapkan pernyataan sumpah setianya, mengingat dan memuji Allah dan
memohon atas segala hajat yang dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan kesungguhan
(kekhusyuan) hati, bukan hanya sekedar menghafal doa-doa.
10) Agar menjadi orang disiplin
Rasul SAW telah memberikan contoh bagaimana seseorang melakukan shalat,
dengan sabdanya : Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR.
Bukhari Muslim ). Di sini Rasul mendidik ummatnya untuk berdisiplin, sejak disiplin
waktu, sampai dengan sikap hati pada setiap melakukan shalat.
11) Di dalam shalat berjamaah terkandung falsafah kepemimpinan yang tinggi
Betapa banyak falsafah kepemimpinan yang terkandung di dalamnya, misalnya :
a. Menentukan siapa yang pantas dijadikan imam (pemimpin).
b. Sebelum shalat dimulai imam perlu menata shaf.
c. Imam agar membaca suratannya disesuaikan dengan jamaah, barangkali ada yang
tidak kuat berdiri lama, atau memiliki kesibukan lain.
d. Mamum harus mengikuti imam dalam segala gerakan
e. Bila imamnya salah, hendaknya diingatkan oleh mamum dengan cara bijak,
cukup dengan mengucapkan Subhanallah.
b. Nilai penting shalat dalam Islam
Sholat merupakan syiar atau ibadah yang vital dan utama dalam Islam.
Keberadaannya memiliki posisi yang sangat penting dan tidak dapat ditandingi dengan
berbagai ibadah lain, baik mahdhah maupun lainnya. Kualitas dan intensitas amal saleh
dan ibadah seseorang menjadi kurang bermakna jika ibadah shalatnya tidak sempurna
apalagi terabaikan sama sekali. Sebagai agama yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan
dan pengajaran, Islam sangat memperhatikan perbaikan dan pembinaan diri dan pribadi
pemeluknya, setiap bentuk syariat ibadah di dalamnya
selalu bertujuan mendidik dan memperbaiki diri hambanya. Setiap kewajiban yang
telah dibebankan Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi
Al Islam II 21


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

mereka. Begitu pula dalam perintah shalat. Shalat mengandung nilai edukatif yang
sangat mendukung terhadapproses pembentukan kesalihan kepribadian. Shalat
merupakan salah satu rukun Islam dan disebutkan sebagai tiangnya agama. Setiap tiang,
biasanya berfungsi sebagai penopang untuk bediri-tegaknya sesuatu yang disangganya,
seperti halnya tiang dalam sebuah bangunan.

c. Shalat yang mencapai target dari tujuan disyariatkannya shalat
Shalat yang baik dan benar adalah shalat yang tidak saja memenuhi syarat dan
rukun, ditambah kekhusyukan dalam pelaksanaannya, tetapi juga berdampak pada
kebaikan perilaku sehari-hari. Seluruh bacaan dan gerakan shalat, jika direnungkan,
menyimbulkan sekaligus mencerminkan perilaku yang seharusnya dilakukan seorang
muslim dalam kehidupannya.
Takbir sebagai pembuka shalat dan pengakuan serta sikap dasar dalam
kehidupan seorang Muslim hanya Allah yang Maha Besar, sehingga hanya Dia pula
yang ditaati, ditakuti, dan dipuji. Pengabdian, permohonan,dan penyandaran hidup
hanya kepada Allah semata. Gerakan-gerakan shalat seperti rukuk, itidal, sujud, dan
tahiyat merupakan simbul penghormatan hakiki kepada Allah. Tatkala sujud,kepala kita
disejajarkan dengan tanah. Setidaknya hal itu bermakna, di hadapan Allah manusia
dengan tanah sama-sama makhluk, maka tidak pantas jika kita berlaku angkuh, gila
hormat, dan sebagainya, sebab pujian dan penghormatan hakiki hanya pantas diberikan
kepada Allah SWT. Shalat ditutup dengan salam, sambil menengok ke kanan dan kekiri.
Ketika menutup shalat itu kita mendoakan orang di sekitar kita agar diberi keselamatan
dan keberkatan. Bacaan dan gerakan itu bermakna,seorang Muslim hendaknya menebar
keselamatan dan kedamaian kepada sesama, bukan menebar benih kecelakaan,
kerusuhan, atau permusuhan.

Referensi :
http://fai.universitas-majalengka.ac.id/artikel-61-shalat.unma
http://pendidikan-agama-islam-99.blogspot.com/2012/06/pengertian-shalat-wajib-hukum-
rukun.html
http://sholatyuk.wordpress.com/2011/03/03/tujuan-shalat-sebagai-pemecah-masalah/
http://www.al-shia.org/html/id/ahkam/makna/01.html
Al Islam II 22


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

http://www.wisataumrahhaji.com/2012/12/nilai-nilai-ritual-ibadah-haji.html
http://www.alsyukrouniversal.com/artikel/969-nilai-nilai-kemuliaan-ibadah-haji-dan-ibadah-
qurban.html
http://new.yandra.web.id/idul-adha-dan-kewajiban-berkurban/
http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/02/06/makna-dan-nilai-ibadah-haji-dan-qurban-perspektif-
ritual-dan-sosial/

6. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya berbeda dari
ibadah yang lain, karena harus ada syarat mampu. Jelaskan makna ibadah haji
yang berhubungan dengan: persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan
berkurban. Jelaskan keempat makna tersebut dan sebutkan juga apa yang
menjadi simbolnya.
Ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang sudah sanggup
untuk melaksanakannya, baik itu secara jasmani maupun secara rohani, sanggup disini
menunjukkan kepada kesanggupan untuk menyediakan bekal selama diperjalanan
sampai pulang ke negerinya kembali.
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Islam sangat menganjurkan kepada
pemeluknya untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Rasulullah SAW dalam
haditsnya memotivasi kita untuk melaksanakannya:" Barang siapa yang melaksanakan
ibadah haji, kemudian tidak berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan, akan dibersihkan
dosa-dosanya, sebagaimana waktu ia baru dilahirkan oleh ibunya.
Dalam hadits lain Rasulullah berkata: Haji mabrur tidaklah ada balasannya
kecuali surga.
Selama kita melaksanakan ibadah haji berati kita melaksanakan hal hal yang
berhubungan dengan persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan berkurban.
Ihram adalah pakaian yang dipakai jamaah haji, berupa selembar kain yang tidak
berjahit dan berwarna putih. Makna menggunakan ihram ini adalah adanya persamaan
derajat manusia di hadapan Allah. Pakaian seringkali menunjukkan perbedaan di
antara sesama manusia baik secara status sosial, jabatan, atau harta. Dengan memakai
ihram ini, semua jamaah haji meninggalkan segala perbedaan dan urusan dunia. Dalam
ibadah haji hanya ada kesibukan untuk beribadah, tidak untuk memikirkan dunia.
Al Islam II 23


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Secara harfiah kurban berarti mendekatkan diri. Kurban adalah simbol perjuangan
manusia mewujudkan solidaritas sosial ekonomi demi kesejahteraan bersama. Dengan
melakukan kurban kemudian membagikannya kepada sesama, memiliki makna bahwa
kita semua harus saling berbagi dan peka terhadap orang lain. Menyembelih hewan
berarti menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan.
Kemanusiaan menjadi salah satu implementasi peran manusia sebagai makhluk
fungsionil yang bertanggung jawab. Dalam ibadah haji fokus tertuju pada Baitullah
(Kabah) sebagai simbol persatuan dan kesatuan umat Islam secara internasional.
Tetapi selain simbol persatuan dan kesatuan, Kabah itu sendiri mengandung makna
eksistensi kemanusiaan. Misalnya, pada bagian dari kabah terdapat hijr Ismail putra
Ibrahim. Ismail pernah hidup dalam suka dan duka bersama ibuda Hajar pada saat
ditinggal ayahanda Ibrahim. Hajar adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang
terhadap anaknya, penuh ketenangan dan keluhuran. Ia adalah seorang wanita hitam,
miskin dan bahkan budak. Namun demikian budak wanita ini ditempatkan oleh Allah
SWT, di sana untuk menjadi pelajaran bahwa Allah memberi kedudukan untuk
seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tetapi karena ketaqwaannya
kepada Allah dan usahanya untuk hijrah dari kejahatan menuju kebaikan, dari
keterbelakangan menuju peradaban.[
Kalau pada amalan thawaf menggambarkan larut dan meleburnya manusia dalam
hadirat Ilahi, maka pada amalan saiy menggambarkan usaha manusia mencari hidup,
yang dilakukan selesai thawaf agar melambangkan bahwa kehidupan dunia dan akhirat
merupakan suatu kesatuan dan keterpaduan. Dalam ibadah haji, semua manusia dari
berbagai penjuru dunia bertemu dan berkumpul di satu tempat. Perbedaan suku-bangsa,
bahasa, status sosial, dan latar belakang budaya terbukti tidak menjadi penghalang bagi
mereka untuk bersatu dengan ikatan atas dasar akidah Islam. Ibadah haji telah menjadi
bukti nyata yang dapat kita indera, bahwa kaum Muslim dapat bersatu dalam satu
tujuan, yaitu untuk menjalankan ketaatan, ketundukan, dan penghambaan hanya kepada
Allah SWT.

Referensi :
http://blogdakwahal-fath.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_07.html
https://www.mail-archive.com/rantau-net@rantaunet.com/msg03619.html
Al Islam II 24


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

http://ikadi.or.id/artikel/kajian/282-maqashid-al-hajj-tujuan-ibadah-haji.html

7. Download Himpunan Putusan Tarjih dari Muhammadiyah online atau
beli/pinjam buku Himpunan Putusan Tarjih. Berdasarkan hal tersebut coba
rumuskan:
a. Bagaimana cara melaksanakan shalat fardhu
Cara melaksanakan shalat Fardhu :
Bila kamu, hendak menjalankan shalat, maka bacalah: Allahu Akbar dengan
ikhlas niyatmu karena Allah seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus
bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu, Ialu letakkanlah tangan
kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu lalu bacalah doa
iftitah: Alla hummi ba ld baini wa baina khatha ya ya kama-badta bainal
masyriqi walghrib. Alla humma naqqini-minal-khatha ya kama yunaqqats tsa-
ubul abyadlu minad danas. Allahummagsil- khatha ya ya bilma-I wats tsalji wal
barad. atau Waijahtu wajhiya lilladzi-pataras sama wa ti wal ardla hanifan
musli man wa ma ana minal-musy riki n. Inna shala ti-wa-nusuki wa mahya ya
wama mati-lilla hi rabbil a lami n.lasari-kalahu wa bidza lika- umirtu wa-ana
awwalul muslimin (wa ana minal muslimin). Alla-humma antal maliku la-ila-ha
illa-antal maliku la-ilaha illa-anta, anta rabbi-wa-ana abduka, dhalaman-tu nafsi-
wataraftu bidambi-fagh firli-dzunu-ba illa-anta, wah dini-li ahsanil akhla-qila-
yahdini-li ahsanil akhlag-qi-la yahdili ansaniha-illa-anta. Washrifanni-sayyiha-
la-yashrifu anni-sayyiaha-illa-anta. Lab baika wa sadaika wal khairu kul luhu-fi-
yadaika, wasysyarru laisailaika. Wa taa-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika. lalu
berdoa mohon perlindungan dengan membaca: Au-dzubilla-hi minasy syaitha-
nir ra-ji-m dan membaca: Bismil-Bismilla-hirrahma-nirrahi-m lalu bacalah
surat Fatihah dan berdoa sesuadh itu: a-min. Kemudian bacalah salah satu surat
daripada quran dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan.
Kemudian angkatlah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan lalu
rukulah dengan bertakbir seranya melapangkan (meratakan) punggungmu
dengan lehermu, memegang kedua belah lututmu dengan dua belah tangammu,
sementara itu berdoa: Subhanaka Alla humma rabbana wa bihamdika alla
hummaghfirli atau berdoalah dengan salah satu doa dari Nabi saw. Kemudian
angkatlah kepala untuk Itidal dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti
Al Islam II 25


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

dalam takbiratul ihram dan berdoalah: Sami alla hu liman hamidah dan bila
sudah lurus berdiri berdoalah:Rabbana-wa lakal-hamd . lalu sujudlah dengan
bertakbir letakkanlah kedua lututmu dan jari kaki mu di atas tanah, lalu kedua
tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu dengan menghadapkan ujung jari
kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu dari pada kedua
lambungmu dengan mengangkat sikumu . Dalam bersujud itu hendaklah kamu
berdoa: Subha na-kalla humma rabbana wa bihamdikalla hummaghfirli , atau
berdoalah dengan salah satu, doa dari pada Nabi saw. lalu angkatlah kepalamu
dengan bertakbir dan duduklah tenang berdoa: Alla hum maghibha- warhamni-
wajburni wahdini warzuqni . Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir
dan membaca tasbih seperti dalam sujud yang pertama; Kemudian Angkatlah
kepalamu dengan bertakbir dan duduklah sebentar sebentar, lalu berdirilah untuk
rakaat yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah . Dan kerjakanlah
dalam rakaat yang kedua ini sebagai dalam rakaat yang pertama, hanya tidak
membaca doa iftitah .Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah
di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki kananmu serta letakkanlah ke arah dua
tanganmu di atas kaki-kirimu dan tumpukkan kaki kananmu serta letakkanlah
kedua tanganmu diatas kedua lututmu. Julurkanlah jari jari tangan kirimu, sedang
tangan kananmu menggenggamkan jari kelingking, jari manis dan jari tengah
serta mengacungkan jari telunjukmu dan sentuhkan ibu jari pada jari tengah .
Duduk ini bukan dalam rak aat akhir. Adapun duduk dalam rakaat akhir maka
caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan berturnpu dan dudukmu
bertumpukan pantatmu .Dan bacalah tasyahud begini: attahiyya tu lillahi
washshalawa tu waththayyiba t, assalamualaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatulla
hi wa baraka tuh. Assala mualaina wa ala iba dill his-sha lihi n. Asyhadu alla
ila ha-illalla h wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasu 1uh . Lalu
bacalah shalawat pada Nabi s.a.w.: Alla humma shalli ala Muhammad waala a
li Muhammad, kama shallaita ala lbrahi m -wa a li lbra him, wa ba rik ala
Muhammad wa a li Muhammad kama barakta ala lbrahi m wa a li lbra him,
innaka hami dum majid. Kemudian berdolalah kepada Tuhanmu, sekehendak
hatimu yang lebih pendek daripada, doa dalam tasyahud akhir . Kemudian
berdirilah untuk rakaat yang ketiga kalau shalatmu. itu pada rakaat, dengan tiga
atau empat rakaat, dengan bertakbir mengangkat tanganmu dan kerjakanlah
Al Islam II 26


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

dalam dua rakaat Yang akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua rakaat yang
pertama, hanya kamu cukup membaca Fatihah saja . Dan sesudah rakaat yang
akhir, bacalah tasyahhud serta shalawat kepada Nabi saw., lalu hendaklah berdoa
mohon perlindungan dengan membaca: Alla humma inni au dzu bikamin adza
bi jahannam- wa min-adza bil qabri wa min fitnatil-mahya wal mama ti wa min-
sya-rri fitnatil masihid- dajjal . Kemudian bersalamlah dengan berpaling kekanan
dan kekiri, yang pertama sampai terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai
terlihat pipi kirimu oleh orang yang dibelakangmu sambil membaca: Assala
mualaikum wa rahmatulla hi wa baraka tuh. Jika shalatmu dua rakaat, maka
letakkanlah doa istiadzah (audzubillah setelah membaca shalawat kepada
Nabi, sesudah rakaat Yang kedua, .1alu bersalamlah sebagai Yang kedua lalu
bersalamlah sebagai yang tersebut. Perhatian: Tidak ada perbedaan antara pria
dan wanita dalam cara melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas.

b. Bagaimana cara menghilangkan najis
Cara Menghilangkan Najis
Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis
hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah
haid), sehingga hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci ,
dan tidak mengapa tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi . Dan untuk
menghilangkan najis kencing anak laki-laki yang belum makan-makanan,
percikkan dengan air sampai basah . Dan apa yang terkena oleh liur anjing
cucilah tujuh kali, salah satunya dengan debu yang bersih .

c. Bagaimana cara wudhu
Cara Wudhu
Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah:
Bismillahirrahmanirrahim.
(1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah
(2) dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali
(3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau sesamanya.
(4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan
berkumurlah; kamu kerjakan yang demikian 3 kali
Al Islam II 27


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

(5) sempurnakanlah dalam berkumur dan mengisap air itu, apabila kamu sedang
tidak berpuasa
(6) kemudian basuhlah mukamu tiga kali
(7) dengan mengusap dua sudut matamu
(8) dan lebihkanlah membasuhnya
(9) dengan digosok
(10) dan selai-selailah jenggotmu
(11) kemudian basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok
tiga kali
(12) dan selai-selailah jari-jarimu
(13) dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan kanan
(15) lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu
(16) dengan menjalankan kedua telapak tangan
(17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada
permulaan
(18) kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari dan
sebelah dalamnya dengan telunjuk
(19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan digosok tiga
kali
(20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya
(21) dan mulailah dengan yang kanan
(22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu
(23) kemudian ucapkan Asyhadu allaila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa
asyhadu anna Muhammadan abduhuwa rasu-luh.

d. Bagaimana cara tayamum
Cara Tayamum
Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat
madlarat , atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka
tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi , maka
letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya dengan ikhlas
niatmu karena Allah dan bacalah: Bismillahirrahmanirrahim kemudian usaplah
kedua tanganmu pada
Al Islam II 28


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

mukamu dan kedua telapak tanganmu . Dan apabila kamu dapat menggunakan air
maka bersucilah dengan air itu .

e. Bagaimana cara mandi wajib
Cara Mandi Wajib
Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani atau bertemunya kedua
persunatan atau kamu hendak menghadiri shalat Jumah atau kamu baru selesai
dari Haid atau Nifas , maka hendaklah kamu mandi dan mulailah dengan
membasuh (mencuci) kedua tanganmu dengan ikhlas niatmu karena Allah lalu
basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu
dengan tanah atau apa yang menjadi gantinya lalu berwudlulah seperti yang
diatas; kemudian ambillah air dan masukkanlah jari-jarimu pada pangkal rambut
dengan sedikit wangi-wangian , sesudah dilepaskan rambut-nya . Dan mulalilah
dengan yang kanan , lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah
atas badanmu semuanya , serta di gosok , kemudian basuhlah (cucilah) kedua
kakimu dengan mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri , dan jangan
berlebih-lebihan dalam menggunakan air .

f. Bagaimana cara Shalat idain
Cara Shalat idain
Shalat Id adalah Shalat yang di kerjakan pada tanggal 1 syawal setelah berpuasa
selama 1 bulan penuh dan juga di kerjakan pada hari raya idul adha pada tanggal
10 dzulhijah. Shalat hari raya ini dalah shalat yamg di anjurkan untuk di kerjakan
oleh seluruh umat islam dan bahkan nabi SAW memerintahkan semuanya untuk
menghadiri shalat termasuk anak anak dan wanita haid untuk menyaksikan shalat
id tersebut. Shalat id di kerjakan di lapangaan, atau mushola di kerjakan 2 rakaat
tanpa dia awali adzan dan iqomah dan tanpa shalat sunah di kerjakan sebelum
sesudahnya. Berdasarkan hadis di bawah ini:


Al Islam II 29


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Dari Ibnu Abbas dan dari Jabir bin Abdillah berkata: tidak pernah pada hari raya
Idhul Fitri dan Idhul Adha di azani. Kemudian aku bertanya tentang hal itu
kemudian jabir bin abdilah menjawabnya bahwa tidak adzan untuk shalat pada
hari raya Idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqomah dan seruan. Dan
tidak sesuatu pun pada hari itu.

Dari Ibnu Abbas berkata: Nabi SAW keluar pada hari


raya Idhul Fitri lalu shalat du rakaat. Beliau tidak shalat sebelum dan sesudahnya
(HR. Jamaah) Shalat ini berbeda dengan shalat jumat. Shalat jumat di awali
dengan 1 takdir sedangkan shalat Id di mulai dengan 7 takbir sebelum membaca al
Fatihah. Berdasarkan hadis dibawah ini:

-
-

. Dari Aisyah ra.


sesungguhnya Rasululloh SAW bertakbir dalam shalat idul fitri dan idul adha
pada rakaat pertama 7 takbir dan pada rakaat ke dua 5 takbir.(HR. Abu Daud, Ibnu
Majah, Ahmad Al Hakim) Hadits ini di sandarkan pada Aisyah dan Abu Hurairah
dalam sanadnya ada orang yang bernama Ibnu Lahiah sehingga hadits nya lemah.
Namun terdapat juga jalur lain yang mendukungnya dari Amr bin Auf, Abdullah
bin Amr bin Ash, sehingga hadist ini kedudukanya menjadi Hasan Lighoirihi.
Selain itu hal ini juga di dukung dengan perbuatan sahabat seperti Abu Hurairah,
Ibnu Abbas dll. Semua mereka bertakbir 7 dan 5 kali kemudian tidak ada 1 hadist
pun yang menyelisihi nya yang menyatakan bahwa Rasullullah bertakbir 1 kali.
Kemudian Syaikh al-Bani menshahihkan hadis di atas. Kemudian setelah shalat
dua rakaat diikuti khutbah Id. Sebagian mazhab menganjurkan 2 khutbah seperti
khutbah jumat seperti hal nya imam syafii mngatakan bahwa duduk diantara 2
khutbah adalah sunah hal ini di sandarkan pada hadist riwayat Ibnu Majah.

g. Bagaimana cara Shalat Jumat
Cara Shalat Jumat
Adapun tata cara pelaksanaan shalat Jumat, yaitu :
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur),
kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai
dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada
Al Islam II 30


Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jamaah,
mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan
larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan
serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka
dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua : Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah
dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan
yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan
iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama'ah dua
rakaat dengan mengeraskan bacaan

Hal-hal yang dianjurkan
Pada shalat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut:
Mandi, berpakaian rapi, memakai wewangian dan bersiwak (menggosok gigi).
Meninggalkan transaksi jual beli ketika adzan sudah mulai berkumandang.
Menyegerakan pergi ke masjid.
Melakukan shalat-shalat sunnah di masjid sebelum shalat Jumat selama Imam
belum datang.
Tidak melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan
memisahkan/menggeser mereka.
Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah
datang.
Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah
SAW pada malam Jumat dan siang harinya
Memanfaatkannya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat
adalah waktu yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
Referensi :
http://ebookbrowsee.net/gdoc.php?id=598103291&url=98b5f41b03a2ade61d10d84724b1d9
15

Vous aimerez peut-être aussi