Vous êtes sur la page 1sur 25

1

BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip
Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Menurut
Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke
iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian
perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir
dengan kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit
gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke
otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari
pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom.

Menurut World Health Organization (WHO) (2004) seperti yang dikutip pada laporan
The Global Burden Disease, di dunia untuk semua kelompok umur stroke iskemik dan
penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama. Dengan penderita stroke iskemik
yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2 %), dan penyakit jantung 5,7 juta jiwa
(9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama adalah 9 juta jiwa.
Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke banyak
ditemukan di kalangan remaja dan orang muda dewasa.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000
penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka 200 orang akan
menderita stroke. Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke,
2

sedangkan kejadian stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke
(Yayasan Stroke Indonesia, 2012).

Pasien stroke biasanya mengalami peningkatan metabolik dan mengalami kelemahan
sekunder sehingga untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan berkurang yang
mengakibatkan terjadinya kelemahan atau penurunan kemampuan untuk beraktivitas. Di
Pronvinsi Bali, diperkirakan pada tahun 2013, tepatnya di Rumah Sakit Umum Bangli
ruang Mawar, terdapat beberapa pasien yang mengalami gangguan intoleransi aktivitas,
yakni jumlah pasien yang dirawat ada 201 orang, pasien yang meninggal sekitar 9 orang.



2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah yang kami buat adalah:
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas serta dapat
mengetahui bagaimana penatalaksanaan intoleransi aktivitas.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep tentang intoleransi aktivitas
seperti: definisi, etiologi (factor resiko, predisposisi, presipitasi), proses
terjadinya,komplikasi, pemeriksaan penunjang yang di perlukan,
penatalaksanaan keperawatan, penatalaksanaan medis, serta asuhan
keperawatan teoritisnya. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas yang meliputi:
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan intoleransi aktivitas.
2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien
dengan intoleransi aktivitas.
3) Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan keperawatan pada
pasien dengan intoleransi aktivitas.
3

4) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
pasien dengan intoleransi aktivitas.
5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi atau catatan perkembangan
pada pasien dengan intoleransi aktivitas.

3. Metode Penulisan
Laporan kasus ini ditulis dengan deskriptif dengan melakukan teknik
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (rekam medis).

4. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud
karya tulis ini maka penulis secara sistematis membuatnya menjadi beberapa bab
diantaranya, sebagai berikut : Bab I Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II Membahas tentang tinjauan
teoritis kebutuhan dasar manusia (KDM) dengan intoleransi aktivitas yang isinya
membahas tentang definisi, etiologi (factor resiko, predisposisi, presipitasi),
proses terjadinya, komplikasi, pemeriksaan penunjang yang di perlukan,
penatalaksanaan keperawatan, penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan
teoritisnya. Serta membahas tentang tinjauan teori asuhan keperawatan terkait
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang isinya membahas tentang
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Bab III
membahas tentang tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV membahas tentang kesenjangan
yang di dapatkan antara teori dengan tinjauan kasus mulai dari pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V ini membahas tentang kesimpulan
dan saran yang menunjang dari isi yang diangkat yaitu intoleransi aktivitas.
4

BAB II
TINJAUAN TEORITIS KDM
INTOLERANSI AKTIVITAS
A. Tinjauan Teori Terkait Intoleransi Aktivitas
1. PENGERTIAN

Intoleransi aktivitas merupakan penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk
melakukan penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas
sampai tingkat yang di inginkan atau di perlukan (Lynda juall, 2009).
Intoleransi aktivitas merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan
energy fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Tarwoto,
2010).
Intoleransi aktivitas merupakan kondisi di mana seseorang mengalami ketidak
cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan (Nanda,1982).

2. ETIOLOGI

a. Factor Resiko
1) Pernafasan
Dispnes, peningkatan frekuensi nafas yang berlebihan, sesak
nafas,penurunan frekuensi nafas.
2) Nadi
Lemah, meningkat yang berlebihan, perubahan irama, gagal kembali,
ketingkat praaktivitas setelah 3 menit.
3) Tekanan Darah
Tidak meningkat bersama aktivitas, peningkatan diastole lebih dari 15
mmHg
4) Kelemahan
5) Keletihan
6) Pucat atau sianosis
7) Vertigo
b. Faktor Predisposisi
1) Kelemahan umum
2) Badrest yang lama/ imobilisasi
3) Motivasi yang kurang
4) Pembatasan pergerakan akibat pembedahan
5) Nyeri
6) Kelelahan
7) Terpasang alat medis seperti infus, oksigen, kateter, selang drain.
c. Factor presipitasi
5

1) Tirah baring dan imobilisasi

3. PROSES TERJADINYA

Untuk melakukan suatu pergerakan ataupun aktivitas membutuhkan sejumlah energy.
Pembentukan energy dilakukan di sel, tepatnya di mitrokondria melalui proses
tertentu. Untuk pembentukan energy tubuh, memerlukan nutrisi dan oksigen. Pada
kondisi tertentu, dimana suplay nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, menyebabkan
tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang bvanyak sehingga respon tubuh
berubah menjadi intoleransi aktivitas.


4. KOMPLIKASI
Apabila intoleransi aktivitas tidak diatasi maka akan dapat menimbulkan komplikasi,
yaitu :
a. Iritasi pada kulit yang harus tertekan selama badrest
b. Atrofi otot
c. Paralisis atau kelemahan
d. Kekakuan dan sakit sendi
e. Penurunan gerak pernafasan
f. Postural hipotensi

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, infrak
b. Rontgen : menentukan lokasi, luas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin bagi klien ginjal.
d. Hitung darah lengkap

6. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
b. Latihan ROM aktif dan pasif
c. Membantu melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap untuk melatih
kekuatan otot dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian cairan infuse
b. Pemberian obat relaksasi otot, antispasmodic, sesuai indikasi.
c. Memberi obat analgetik sesuai kebutuhan
d. jika diperlukan, konsultasikan dengan ahli fisioterapi untuk latihan intensif
dan ambulasi pasien

6

B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Terkait Intoleransi Aktivitas
1. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Data subjektif
a) Kaji batasan karakteristik
Kelemahan, kelelahan, dispnea, kurang tidur, dan istirahat
b) Kaji factor yang berhubungan
1)). Kurang dorongan
2)). Penurunan partisipasi dalam aktifitas
3)). Kurang percaya terhadap kemampuan melaksanakan aktifitas
4)). Kurang percaya terhadap kemampuan melaksanakan aktivitas
5)). Takut cedera / memperberat luka
6)). Kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
7)). Nyeri yang mempengaruhi penampilan aktivitas
2) Data objektif
a). Kaji batasan karakteristik
Kaji kekuatan dan keseimbangan , evaluasi individu untuk:
1)). Mengubah posisi sendiri ditempat tidur
2)). Mempertahankan kesejajaran tubuh
3)). Melakukan dan mempertahankan posisi duduk
4)). Bangkit untuk posisi berdiri
5)). Mempertahankan posisi tegak ambulasi
6)). Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
b). Kaji respon terhadap aktivitas
1)). Ukuran tanda-tanda vital saat istirahat
2)). Biarkan individu melakukan aktivitas
3)). Kaji adanya pucat, sianosis, vertigo

c). Kaji factor-faktor yang berhubungan
1)). Situasional
Personal : strategi koping memfokuskan pada penghindaranan
ketidakadekuatan dukungan sosial
Lingkungan : isolasi, ketidakcukupan istirahat
2)). Penyakit yang berhubungan
a)). Kelainan kardiopulmonal
7

b)). Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c)). Kekurangan nutrisi
d)). Kelainan neurologi
e)). Penyakit kronis

d). Tindakan yang berhubungan
1)). Tirah baring/ketentuan mobilisasi
2)).Obat-obatan /diet
3)).Harapan pemberi perawat
4)).Alat bantu yang memerlukan kekuatan
5)).Pemeriksaan diagnose
6)).Jadwal tindakan dan pembedahan
b. Perencanaan
1). Prioritas
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat spasme otot pada
ekstremitas ditandai dengan pasien mengatakan sulit melakukan pergerakan
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan tirah baring ditandai
dengan pasien mengatakan adanya kelemahan
2). Rencana keperawatan
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat spasme otot pada
ekstremitas ditandai dengan pasien mengatakan sulit melakukan pergerakan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasa dan kekuatan otot pasien kembali kebatas
normal.

Kriteria hasil:
1)). Dapat melakukan aktivitasnya dengan bantuan secara bertahap
2)). Pasien bias bergerak tanpa takut memperparah lukanya
3)). Kelemahan otot pasien berkurang
4)). Secara bertahap pasien dapat memenuhi aktivitasnya
Rencana tindakan
1)). Monitor keterbatasan aktivitas , kelemahan saat aktifitas
Rasional : merencanakan intervensi dengan tepat
2)). Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
Rasional: pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
3)). Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitas
8

Rasional: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama
aktivitas
4)). Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan dan
aktivitas
Rasional: meningkatkan kerja sama tim dan perawatan holistic
5)). Istirahat yang adekuat setelah latihan dan istirahat
Rasional: membantu mengembalikan energy
6)). Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli gizi
Rasional: metabolisme membutuhkan energy
7)). Berikan pendidikan kesehatan tentang perubahan gaya hidup
untuk menyimpan energy dan penggunaan alat bantu
pergerakan
Rasional: meningkatkan pengetahuan dalam perawatan diri
b). intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan tirah baring ditandai dengan pasien
mengatakan adanya kelemahan
Tujuan: setelah di kakukan tindakan keperawatan diharapkan kelemahan pasien
berkurang ataupun teratasi
Kreteria hasil: individu berpatisipasi dalam terapi yang di rencanakan sehingga
mengembalikan efek perubahan
Rencana tindakan:
1) Kaji riwayat tirah baring di tempat tidur ( misalnya, jangka pendek, jangka panjang,
berulang)
Rasional: untuk mengetahui adanya resiko dekubitus
2) Kaji kelemahan dan kekuatan otot
Rasional: untuk mengetahui kemampuan pasien beraktivitas
3) Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Rasional: untuk kenyamanan pasien
4) Kaji keadekuatan asupan nutrisi
Rasional: memastikan kalor yang dibutuhkan pasien dalam memilih atau memenuhi
kebutuhannya
5) Bantu pasien beraktivitas secara bertahap melalui latihan program terencana
Rasional: melatih sedini mungkin kemampuan pasien dalam bergerak
6) Tingkatkan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari
Rasional: agar tidak selalu tergantung pada keluarga atupun perawat




9

c. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan ( tindakan keperawatan yang telah
direncanakan)
d. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauh mana tujuannya perawatan dapat di capai dan member umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Evalusi dari diagnose intoleransi aktivitas yaitu:
1) Kelemahan berkurang
2) Pasien mampu untuk mempertahankan kemampuan aktivitas yang optimal
Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak masalahnya, dicari jalan
keluarnya, kemudian catat yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan
intervensI














10

BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
TERKAIT INTOLERANSI AKTIVITAS

ASUAHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIFITAS
DI RUANG MAWAR RSUD BANGLI TANGGAL 9 11 AGUSTUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2013 pukul 08.00 di Ruang
Mawar RSUD Bangli dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi ( rekam medis)
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Pasien Penanggung
(istri)
Nama : S K
Umur : 55 40 th
Jenis kelamin : laki-laki perempuan
Status pekawinan : menikah menikah
Suku/banga : Indonesia indonesia
Agama : hindu hindu
Pendidikan : - -
Pekerjaan : petani petani
Alamat : malet kute mesir, susut malet kute meir, susut
Alamat terdekat : malet kute mesir, susut malet kute mesir, susut
Nomor telepon : - -
Nomor register : 17 9942
Tanggal MRS : 1-8-2013

b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengatakan badnnya lemas sri yang sejak 5 hari yang lalu
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan tidak dapat berjalan akibat kaku pada sebagian tubuh sebelah
kiri
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di IRD RSUD Bangli pada tanggal 1 Agustus 2013 dalam keadaan
sadar, mengeluh lemah separuh tubuh sebeleh kiri, syok 30 menit seblum
masuk rumah sakit. Nyeri kepala, muntah, riwayat hipertensi tidak terkontrol,
suara pelo. Dari hasil pemeriksaan TTV: TD:150/100 mmHg, N:72 x/menit, R:
15 x/menit, S: 36
0
C.
Di IRD pasien mendapat terapi:
- IVFD RL 500 ml 30 tetes/menit
11

- Piracetam 3 gr
- Citicoline 500 mg
- Ondancentron 4mg
- Ranitidine 50 mg
Dari hasil pemeriksan diagnostic pasien didiagnosa oleh dokter denagn diagnose
medis SNH ( stokre non hmoragic) dan pasien disarankan dirawat inap di Ruang
Mawar
Dirawat inap pasien mendapat terapi:
- IVFD RL 500 ml 30 tete/menit
- Piracetam 3 gr
- Citicoline 500 mg
- Ondancentron 4 mg
- Ranitidine 50 mg
-
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah dirawat inap
dirumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu SNH
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit SNH
c. Pola kebiasaan
1. Bernafas
Sebelm pengkajian dan saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien saat
menarik dan menghembuskan nafas tidak ada masalah dengan pernafasannya
2. Makan minum
Makan
Sebelum pengkajian : pasien biasa makan 3x sehari dengan menu dan
lauk pauk
Saat pengkajian : pasien menghabiskan porsi makanan yang
diberikan
Minum
Sebelum pengkajian : pasien minum 6-8 gelas sehari
Saat pengkajian : pasien minum 2-3 gelas sehari
3. Eliminasinasi
BAB : sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah
dengan BAB
BAK : sebelum dan saat pengkajian pasien mengatkakan tidak ada masalah
dengan BAK
4. Gerak dan aktifitas
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sendiri
tanpa bantuan keluarga
Saat pengkajian : pasien mengatakan saat beraktifitas dibantu oleh
keluarga
5. Istirahat dan tidur
12

Sebelum dan saat pengkajian , pasien mengatakan tidak memiliki ganguan tidur

6. Kebiasaan diri
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan mandi 2x sehari
Saat pengkajian :pasien mengatakan sejak sakit dan selama dirawat di
RS pasien hanya di lap sekali pada sore hari
7. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum dan saat pengkajian pasien tidak mengalami demam
8. Rasa nyaman
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa
nyeri di bagian tubuh bagian kiri
9. Rasa aman
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan nyaman dengan kondisinya
Saat pengkajian : pasien merasa cemas dengan kondisinya saat ini
10. Data social
Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan hubungan dengan hubungan
dengan orang lain dan sekitarnya harmonis
11. Prestasi dan produktivitas
Sebelum dan Saat pengkajian pasien mengatakan tidak pernah mendapat prestasi
apapun
12. Belajar
Pasien mengatakan tidak pernah menempuh jenjang pendidikan
13. Rekreasi
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sehari-harinya bertani
Saat pengkajian :pasien mengatakan hanya bisa berbaring ditempat tidur
14. Ibadah
Sebelum pengkalian : pasien mengatakan sembahyang setiap hari dirumah
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak bisa sembahyang selam
sakit
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis (E1 V5 M5)
b. Bangun tubuh : kurus
c. Postur tubuh : sedang
d. Cara berjalan : terganggu
e. Gerak motorik : terganggu
f. Keadaan kulit:
Warna : normal
Turgor : elastis
Kebersihan: kurang bersih
g. Gejala kardnal: TD : 150/100 mmHg
N : 72 x/mnt
S : 36
0
C
R : 15x/mnt
h. Ukuran lain
Berat badan dan tinggi badan tidak terkaji
13

2. Kepala
Kulit kepala kotor, kusam, tidak ada nyeri tekan atau luka
3. Mata
Bola mata normal, pergerakan simetris, konjungtiva pucat, sclera putih, reflek
pupil isokor, pergerakan mata simetris, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Bentuk simetris, tidak terdapat secret, tidak ada nyeri tekan
5. Telinga
Bentuk simetris, kurng bersih, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu
pendengaran, tidak ada nyeri tekan
6. Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir kering
7. Leher
Normal, tidak ada distensi kelenjar tiroid, tidak ada distensi kelenjar jugularis,
tidak ada massa atau tumor
8. Torax
Bentuk simetris, gerakan dada bebas, suara jantung regular, suara paru vesikuler,
payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, bengkak ataupun luka
9. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka , peristaltic usus 20x/menit, tidak ada nyeri tekan,
perkusi tympani
10. Genetalia
Terpasang dower kateter
11. Anus
Tidak terkaji
12. Ekstremitas
Atas : tidak ada edema , tidak ada sianosis pada ujung kuku, terpasang
infuse IVFD RL 500 ml 30 tetes/menit ditangan kanan.
Bawah : tidak ada edema, tidak ada sianosis pada ujung kuku, tidak ada luka
Kekuatan otot
555 111
555 111
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Ruang Hari/tanggal
jam
Jenis pemeriksaan
laboratorium
Hasil pemeriksaan Nilai nomal
Instalansi
laboratorium
Pemeriksaan DL
WBC
LYM%
LYM
MID
MID%

19,4 10
9
/1
18,8 %
3,6 10
9
/1
0,6 10
9
/1
3,0 %

3,5:10,0
15,0:50,0
0,5:5,0
0,1:1,5
2,0:15,0
14

GRAN
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW%
RDWa
PLT
MPV
PDW
PCT
LPCR
15,2 10
9
/1
78,2 %
5,11 10
12
/dl
15,4 10
9
/dl
44,8 %
87,6 fl
30,3 pg
34,5 g/dl
13,2 %
64,5 fl
304 10
9
/1
7,4 fl
10,6 fl
0,22 %
10,8 %
1,2:8,0
35,0:80,0
3,50:5,50
11,5:16,5
35,0:55,0
75,0:100,0
25,0:35,0
31,0:38,0
11,0:16,0
30,0:150,0
150:400
8,0:11,0
0,1:99,9
0,01:9,99
0,1:99,9






2. Data focus
Data subjektif Data objektif
- Pasien mengatakan tidak mampu
melkukan aktifitas sendiri
- Pasien mengatakan sejak dirawat di
RS tidak bisa bangun dari tempat tidur
hanya bisa berbaring saja
- Pasien mengatakan badannya lemas
- Pasien mengatakan merasa cemas dan
takut dengan penyakitnya
- Pasien mengatakan selama sakit
hanya di lap 1x sehari pada sore hari
- Pasien tampak pucat dan lemah
- Pasien mengatakan aktivitasnya selalu di
bantu oleh keluarga
- Kekuatan otot
555 111
555 111
- Pasien terlihat gelisah dan cemas

- Badan, rambut, kulit kepala, telinga, dan
mulut pasien tampak kotor

3. Analisa data
15

ANALISA DATA PASIEN Tn.S DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIFITAS
DI RUANG MAWAR RSUD BANGLI TANGGAL 9 AGUSTUS 2013
Data subjektif Data objektif Masalah
- Pasien mengatakan
tidak mampu
melkukan aktifitas
sendiri
- Pasien mengatakan
sejak dirawat di RS
tidak bisa bangun dari
tempat tidur hanya
bisa berbaring saja
- Pasien mengatakan
badannya lemas

- Pasien tampak pucat dan lemah
- Pasien mengatakan aktivitasnya
selalu di bantu oleh keluarga
- Kekuatan otot
555 111
555 111

Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan
merasa cemas dan
takut dengan
penyakitnya
- Pasien terlihat gelisah dan
cemas


Ansietas
- Pasien mengatakan
selama sakit hanya di
lap 1x sehari pada
sore hari
- Badan, rambut, kulit kepala,
telinga, dan mulut pasien tampak
kotor
Deficit perawatan diri





4. Rumusan masalah
a. Intoleransi aktifitas
b. Ansietas
c. Deficit perawatan diri

5. Aidak analisa masalah
1. P = intoleransi aktivitas
E = kelemahan fisik
S = Pasien mengatakan tidak mampu melkukan aktifitas sendiri, Pasien
mengatakan sejak dirawat di RS tidak bisa bangun dari tempat tidur hanya
bisa berbaring saja, Pasien mengatakan badannya lemas, Pasien tampak pucat
dan lemah, Pasien mengatakan aktivitasnya selalu di bantu oleh keluarga.
Kekuatan otot
555 111
555 111
16

Proses terjadinya: karena adnya kelemahan umum, menyebabkan keterbatasan dalam
gerak dan aktifitas, sehingga pasien mengalami tirah baring yang
mengakibatkan intoleransi aktifitas.
Akibat jika tidak ditanggulangi: Pasien akan mengalami kekakuan otot, dimana bisa
menyebabkan penurunan fungsi otot dan atrofi otot
(otot mengecil)
2. P = ansietas
E = prognosis penyakit
S = pasien mengatakn cemas dan takut dengan penyakitnya, pasien tampak gelisah
dan cemas
Proses terjadinya: ketidaktahuan dan lamanya proses penyembuhan pasien terhadap
penyakitnya menyebabkan katakutan pada pasien tentang
perkembangan penyakitnya
Akibat bila tidak ditanggulangi: Ketidaktauan dan lamanya proses penyembuhan
dapat menyebabkan ketidakpatuhan pada terapi
pengobatan

3. P = deficit perawatan diri
E = kelemahan fisik
S = pasien mengatakan selama sakit hanya di lap 1x sehari pada sore hari, badan
rambut, kulit kepala, telinga dan mulut. Pasien terlihat agak kotor
Proses terjadinya: Kelemahan fisik mengakibatkan pasien tidak bias melakukan ADL
sendiri.
Akibat bila tidak di tanggulangi: Kebersihan diri yang buruk dapat mempengaruhi
keadaan umum pasien dan bias mempengaruhi proses
penyembuhan.










17


Diagnose keperawatan
Nama : Tn.S No. rm: : 179942
Umur : 55 th Ruang rawat : mawar
Jenis kelamin: laki-laki Diagnosa medis : SNH
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Paraf
Ditemukan Teratasi
1









2



3
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik ditandai
dengan pasien mengatakan tidak
mampu melakukan aktivitas
sendiri, pasien mengatakan
semenjak di rawat di RS tidak
bias bangun dari tempat tidur
hanya bias berbaring,pasien
mengatakan badannya
lemas,pasien tampak pucat dan
lemah, pasien terlihat
aktivitasnya di bantu oleh
keluarga. Kekuatan otot:

Ansietas berhubungan dengan
prognosis penyakit ditandai
dengan pasien mengatakan
cemas dan takut tentang
penyakitnya, pasien terlihat
gelisah dan cemas

Deficit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan
fisik ditandai dengan pasien
mengatakan selama sakit hanya
dilap satu kali sehari pada sore
hari ,badan ,rambut,kulit kepala,
telinga dan mulut pasien terlihat
agak kotor
9-8-2013








9-8-2013




9-8-2013








18

B. PERENCANAAN
prioritas masalah keperawatan
a. Intoleransi aktifitas
b. Ansietas
c. Deficit perawatan diri

Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN
GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLI
TANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013

No Hari/tgl/jam Diagnose keperawatan Tujuan dan
kreteria hasil
intervensi rasional paraf
1 Kamis,
8-8-2013
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik ditandai
dengan
DS:
- pasien mengatakan
tidak mampu melakukan
aktivitas sendiri
- pasien mengatakan
semenjak di rawat di RS
tidak bisa bangun dari
tempat tidur hanya
berbaring saja
-pasien mengatakan
badannya lemas
DO:
-pasien tampak pucat dan
lemah,
-pasien terlihat
-aktivitasnya di bantu
oleh keluarga.
-Kekuatan otot:
555 111
555 111
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2x 24
jam diharapkan
gangguan
intoleransi
aktivitas dapat
teratasi dengan
kreteria hasil:
1.Pasien tidak
lemah lagi
2. Kekuatan
otot meningkat
3. pasien bisa
beraktivitas
sendiri
4. pasien
bertahap bias
duduk
1.observasi
TTV






2. Observasi
keadaan umum
pasien


3. latihan
ROM pasif
pada bagian
tubuh yang
mengalami
gangguan

4. Beri HE
tentang
pentingnya
gerak dan
aktivitas





5. Kolaborasi
dalam pem
berian obat
oral:
1.untuk
mengetahui
kondisi pasien
dan dapat
menentukan
rencana
selanjutnya

2. Untuk
mengetahui
perkembangan
pasien

3. Melatih tonus
otot agar tidak
kaku




4.Agar pasien
mengerti dan
paham
pentingnya
melatihgerak,seh
ingga mampu
mempercepat
proses
penyembuhan

5.untuk
mempercepat
dan
mempertahankan

19

-kalnex 1 tab

6. Kolaborasi
dalam
pemberian
injeksi IV
perset:
-piracetam 3gr
-ranitidine 50
mg
-dexametasone
5 mg
kondisi pasien

6. untuk
mempercepat
dan
mempertahankan
kondisi pasien






















20

C. IMPLEMENTASI
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN
GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLI
TANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013
No Hari/tgl/jam Diagnose
keperawatan
Tindakan keperawatan Evaluasi respon paraf
Kamis
8-8-13
Wita
























Jumat,
9-8-2013
DX 1


























dx.1
Mengobservasi TTV saat px
istirahat






Mengobservasi keadaan
umum pasien





Memberikan injeksi IV
perset :
-piracetam 3gr
-ranitidine 50mg
-Dexametasone 5mg

Memberikan obat oral:
-kalnex 1 tab






5. melatih ROM pasif pada
pasien









Mengobservasi TTV dan
keadaan umum saat pasien
istirahat


DS :
DO :
TTV :
Td : 150/70 mmHg
N :56x/menit
S :36,2
0
c
Rr:18x/menit

Ds:
Pasien mengatakan
masih lemah
Do:
Pasien tampak
kooperatif

Do:
Obat masuk tanpa reaksi
alergi



Ds:
Pasien mengatakan
sudah minum obat
Do:
Obat sudah masuk dan
pasin tampak koopratif


Ds:
Pasien mengatakan
belum mampu
melakukan gerakan
secara optimal
Do:
Pasien tampak belum
mampu melakukan
gerakan secara optimal


Ds:-
Do:
TTV:
Td:150/90mmHg
N:55x/menit

21





Mengatur posisi pasien
yang nyaman








Memberikan injeksi IV
perset:
-piracetam 3gr
-SA
-ranitidine
-Dexametasone

Memberikan obat oral:
-kalnex 1 tab







Melatih ROM pasif pada
tubuh bagian-bagian tubuh
pasien







Memberikan HE tentang
pentingnya gerak dan
aktivitas kepada pasien dan
keluarga pasien







Mengatur posisi pasien
yang nyaman


S:36
0
c
Rr: 18x/menit


Ds:
Pasien mengatakan
masih lemah
Do:
Dengan tidak ada
penekanan si daerah
punggung pasien,pasien
merasa lebih nyaman


Ds:-
Do:
Obat masuk tanpa teaksi
alergi




Ds:
Pasien mengatakan
sudah minum obat
Do:
Obat sudah masuk dan
pasien tampak
koopratisf

Do:
Pasien mengatakan
belum mampu
melakukan gerakan
secara optimal

Do:
Pasien dan kelurga
tampak kooperatif

Ds:Pasien dan keluarga
pasien mengatakan
mengerti dengan
penjelasan peawat
Do:
Pasien dan keluarga
pasien mengatakan
mengerti tentang
penjelasan yang
diberikan perawat

Ds :
Do:
Tidak ada penekanan di
daerah
22





mengobservasi TTV dan
keadaan uum pasien saat
istirahat






Menganjurkan pasien
istirahat tidur







memberikan injeksi IV
perset:
-piracetam 3gr
-SA
-ranitidine
-dexametasone
punggungpasien,akan
membuat pasien lebih
nyaman

Do:
TTV:
Td:150/90mmHg
N:54x/menit
S:35,6
0
c
Rr:20x/menit



Ds:
Pasien mengatakan
masih lemah
Do:
Pasien tampak
kooperatif dan
mengikuti saran yang di
anjurkan perawat

Ds :-
Do:
Obat masuk tanpa reaksi
alergi



















23


D. EVALUASI
1. Evaluasi formatif
CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN
GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLI
TANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013
No Hari/tgl/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi respon Paraf
Kamis
8-8-2013










Jumat
9-8-2013










dx.1 S : pasien mengatakan masih lemah
O : - pasien terlihat masih lemah
dan pucat
- Pasien terlihat aktivitasnya
dibantu oleh keluarga
- Kekuatan otot:

A :tujuan no 1,2,3,4 belum tecapai
masalah intoleransi aktivitas belu
teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
no 1,2,3,4




S :- pasien mengatakan masih
merasa lemah
- pasien dan keluarga pasien
mengatakan mengerti
dengan penjelasan yang
diberikan
O : - dengan tidak adanya
penekanan di daerah
punggung
pasien,pasien lebih nyaman
- Pasien belum mampu
melakukan gerakan secara

24








sabtu
10-8-2013
optimal
- Obat masuk tanpa reaksi
alergi
A :tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai
masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
no 1,2,3,4


S : pasien mengatakan masih lemah
O :- tidak ada penekanan di daerah
punggung membuat pasien
merasa lebih nyaman
-Pasien kooperatif dan
mengikuti saran ya ng di
anjukan perawat
A : tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai
masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
no 1,2,3,4


2. Evaluasi Sumatif
EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN
GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MAWAR RSU BANGLI
TANGGAL 8-10 AGUSTUS 2013
No Hari/tgl/jam dx. keperawatan Evaluasi respon paraf
Sabtu
10-8-2013
dx.1 S :- pasien mengatakan masih
lemah
O : - kekuatan otot masih lemah
- Pasien belum bias duduk
A : tujuan no 1,2,3,4 belum tercapai
masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
no 1,2,3,4



25


BAB IV
A. Pembahasan
2.Pengkajian
Menurut teori pada pengkajian didapatkan bahwa keluhan yang akan timbul
pada pasien yang mengalami intoleransi aktivitas adalah dispnea, kekurangan
tidur dan istirahat sedangkan pada saat pengkajian penulis tidak menemukan
adanya dispnea, kurang tidur dan istirahat.

3.Perencanaan
Di dalam perencanaan asukan keperawatan tidak ada kesenjangan karna sudah
sesuai dengan teori yang ada.

4.Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan ,tidak di temukan kesenjangan
karna sudah melaksanakan berbagai strategi perencanaan keperawatan yang
sudah sesuai dengan teori.

5.Evaluasi
Pada tahap evaluasi asuhan keperawatan,tidak di temukan kesenjangan karna
sesuai dengan teori yang ada.

Vous aimerez peut-être aussi