Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kata Dyspepsia berasal dari bahasa -Yunani yang berarti pencernaan
yang sulit / jelek, juga dikenal sebagai sakit perut atau gangguan
pencernaan, mengacu pada kondisi gangguan pencernaan Ini adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan nyeri kronis atau berulang di atas.
perut kepenuhan dan merasa kenyang lebih awal dari yang diharapkan
ketika makan. Hal ini dapat disertai dengan kembung, bersendawa, mual,
atau mulas. Dispepsia adalah masalah umum, dan sering akibat penyakit
gastroesophageal reflux (GERD) atau gastritis, tetapi dalam sebuah
minoritas kecil mungkin merupakan gejala pertama dari penyakit ulkus
peptikum (tukak lambung dari lambung atau duodenum) dan kadang-
kadang kanker
Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang
menyebut 1 dari 10 orang, namun ada juga yang menyatakan sekitar 25
persen dari populasi. Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun
perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak mengenal batas
usia, muda maupun tua, sama saja. Di Indonesia sendiri, survei yang
dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka
mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti. Sayang, tidak hanya di
Indonesia , di luar negeri pun, menurut sumber di Internet, banyak orang
yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada perasaan
tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka
merasa perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa
dari mereka yang memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak
memiliki ulkus (borok) pada lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka
di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia
fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung.
Menurut Depkes (2003), dispepsia berada pada peringkat ke 10 dengan
proporsi 1,5% untuk kategori 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan
diseluruh rumah sakit di Indonesia. Tahun 2004 dispepsia menempati
urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di
Indonesia dengan proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50
penyakit penyebab kematian. Survei yang dilakukan dr Ari F. Syam dari
FKUI pada tahun 2001 dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50%
mengalami dispepsia. Berdasarkan data dari Rumah Sakit umum
Mokopido Tolitoli tahun 2011 didapatkan bahwa angka kejadian rawat
inap kasus dispepsia diruang teratai interna berjumlah 204 pasien (22,7%),
dan untuk tahun 2012 periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni
2012 adalah 154 pasien, dengan presentase 17,2%.
Masalah kesehatan yang tersebut diatas menarik minat peneliti untuk
menulis karya tulis ilmiah oleh karena masalah tersebut harus
ditanggulangi untuk mengurangi dan mencegah komplikasi komplikasi
yang lebih berat. Dan untuk mengatasi masalah masalah yang lazim
tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang komprenhensif ditujukan
untuk meningkatkan mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan
dengan mempergunakan pendekatan proses keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :Bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada ny. m dengan kasus dispepsia
diruang terarai interna rsu mokopido tolitoli.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengalaman tentang penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. J Dengan Kasus Dispepsia Di Ruang Teratai RSUD
DATUBERU
2. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan tahapan pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Ny. J
Dengan Kasus Dispepsia Di Ruang Teratai.
2. Mampu melaksanakan perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J
Dengan Kasus Dispepsia.
3. Mampu melaksanakan implementasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. J
Dengan Kasus Dispepsia.
4. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. J
5. Mampu melakukan catatan perkembangan Asuhan Keperawatan Pada Ny.
J Dengan Kasus Dispepsia
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan
metode deskriptif dengan menggambarkan data secara objektif dimulai
dari pengumpulan data, pengolahan sampai evaluasi dan selanjutnya
menyajikan dalam bentuk narasi. Dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini
penulis memperoleh data melalui :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
1. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan.
2. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. PENGERTIAN
Dispepsia adalah merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis
yang terdiri rasa tidak enak atau sakit diperut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik
berupa rasa panas didada (heart burn) dan regurgitasi asam lambung, kini
tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya.
2) Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala/simtom atau sindrom yang
terdiri dari keluhan nyeri uluh hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa
cepat kenyang, rasa penuh/begah dan rasa panas di dada/epigastrium
(FKUI,Dharmika, 2001).
II. ETEOLOGI
Penyebab dispepsia adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang
lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan
yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
III. PATOFISIOLOGI
Dengan kriteria tidak adanya kelainan organik pada SCBA, maka teori
patogenesisnya sangat bervariasi. Berbagai usaha telah dicoba untuk
menerangkan korelasi yang ada antara keluhan dengan sedikitnya temuan
kelainan yang ada secara konvensional.

IV. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
1. Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c. Nyeri saat lapar.
d. Nyeri episodik.
2. Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),
dengan gejala :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaa Radiologi
a. OMD dengan kontras ganda
b. Serologi Helicobacter pylori
c. Urea breath test
2. Pemeriksaan Endoskopi
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.



4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa
saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance).





PROSES KEPERAWATAN
DISPEPSIA
A. PENGKAJIAN
1. Kaji tanda dan gejala dispepsia
Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau
muntah.
Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah mencerna obat
tertentu/ alkohol.
Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/ minum
terlalu banyak.
2. Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan
lambung.
3. Kaji nutrisi klien.
4. Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi nyeri tekan
abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa).
5. Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-efeknya.





B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul meliputi :
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat.
3. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
4. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

C. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan utama mencakup mempertahankan keseimbangan cairan,
menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrisi adekuat,
menghilangkan nyeri, mengurangi ansietas, meningkatkan kesadaran tentang
penatalaksanaan diet.






D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Meningkatkan keseimbangan cairan.
a. Pantau masukan dan haluran cairan setiap hari untuk mendeteksi tanda-
tanda awal dehidrasi.
b. Kaji nilai elektrolit (natrium, kalium, klorida) setiap 24 jam untuk
mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
2. Meningkatkan nutrisi
a. Kaji adanya mual, muntah, sakit ulu hati dan kelelahan.
b. Hindari makanan/ minuman yang mengandung kafein karena kafein adalah
stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung.
c. Hindari penggunaan alkohol dan nikotin.
3. Menghilangkan nyeri
a. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan klien.
b. Menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa
lambung.
4. Mengurangi ansietas
a. Gunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua
pertanyaan selengkap mungkin.
b. Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai dengan tingkat
pemahaman klien.


E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan.
Mentoleransi terapi intravena
Minum 6-8 gelas air setiap hari
Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 liter setiap hari
Menunjukkan turgor kulit
2. Menghindari makan makanan pengiritasi/ minuman yang mengandung
kafein/ alkohol.
3. Melaporkan nyeri berkurang
4. Menunjukkan berkurangnya ansietas
5. Mematuhi program pengobatan
Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
Menggunakan obat-obatan sesuai res








DAFTAR PUSTAKA
1) Mansjoer, Arief et all.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1 Edisi III.: Media
Aesculapius.
2) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.2001.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : FKUI.
3) Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.















ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.J
DENGAN DIAGNOSA MEDIK DISPEPSIA
RUANG RPDW RSUD DATU BERU

I. BIODATA,
Pengkajian = kamis. 23 mei 2014
A. Identitas Klien/ Pasien
1. Nama : Ny. J
2. Umur : 46 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku : jawa
6. Status Marital : Kawin
7. Pendidikan/Pekerjaan : Petani
8. Bahasa yang digunakan : nasional
9. Alamat : tapak moge
10. Tanggal MRS : 23-05-2014 jam : 17.45
11. Nomor Register : 107790




II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Alasan di rawat
Klien mengatakan tidak nafsu makan, pusing, mual dan muntah, nyeri di daerah
ulu hati
Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nafsu makan.
1. Provocative/ Palliative.
Disebabkan oleh tidak nafsu makan, faktor yang memperberat adalah mual,
muntah. Usaha yang dilakukan adalah berobat di Puskesmas terdekat.
2. Quality/ Quantity.
Klien merasakan mual pada perut dan klien terlihat memuntahkan makanan
apabila klien makan.
3. Regional.
Klien merasakan mual pada bagian perut dan tidak menyebar.
4. Saverity Scale
Klien mengatakan penyakitnya tidak begitu berat dengan skala keparahan 2
(sedang).
Ket : 0 = tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat
4 = nyeri berat sampai pingsan
5. Timing
Klien merasakan ingin muntah ketika makanan dan minuman dimasukkan
ke dalam perutnya.
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit Ini.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Klien pernah dirawat di Puskesmas terdekat, tapi tidak ada perubahan. Klien
tidak mempunyai riwayat alergi obat/ makanan.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang.
3 hari sebelum klien dirawat di Puskesmas, klien merasakan tidak nafsu
makan, mual, muntah. Kemudian klien dibawa ke Puskesmas dan dirawat 2
hari, tapi tidak ada perubahan dan klien di rujuk ke RSUD Datu beru.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Klien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita
penyakit seperti ini dan penyakit keturunan yang lain seperti DM, Hipertensi,
Asma dll. Juga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis dll
IV. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI
A. Makan dan Minum
1. Nutrisi
Pre MRS : 2 minggu sebelum MRS makan klien tidak teratur (jarang), klien
hanya makan nasi lembek dan lauk pauk. Klien tidak mempunyai makanan
pantangan.
Di RS : Klien tidak nafsu makan dan porsi yang disediakan tidak pernah
dihabiskan (2-3 sendok).
2. Nutrisi
Pre MRS :Klien menyukai air teh dan air putih. Banyaknya 5-6 gelas/hari.
Di RS :Klien hanya minum air putih. Banyaknya 1-2 gelas/ hari.
B. Eliminasi (BAB dan BAK)
BAB
Pre MRS : Klien BAB 2x/ hari dengan konsistensi padat lunak, warna kuning
dan berbau khas feces.
Di RS : Klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi padat lunak, warna kuning
dan berbau khas feces tapi lebih sedikit karena klien tidak banyak makan.
BAK
Pre MRS : Frekuensi BAK 5-6x/ hari, berwarna kuning jernih dan berbau
khas (amoniak).
Di RS : Frekuensi BAK 2-3x/ hari, berwarna kuning jernih dan berbau
khas (amoniak).
C. Istirahat dan Tidur
Istirahat
Pre MRS : Klien mengatakan istirahat jam 13.00-14.00 Wib dan malam
sekitar jam 20.00-21.00 Wib
Di RS : Istirahat klien teratur.
Tidur
Pre MRS : Klien mengatakan tidur jam 14.00-15.30 Wib dan malam jam 21.00-
05.00 Wib
Di RS : Klien mengatakan sulit tidur
D. Aktivitas
Pre MRS: Pada pagi hari klien bekerja sebagai petani, setelah pulang dari
bekerja klien dirumah bertugas sebagai ibu rumah tangga.
Di RS : Klien hanya berbaring saja ditempat tidur. Aktivitas klien terbatas,
klien melakukan aktivitas dengan bantuan keluarganya seperti makan, minum,
berpakaian, dll. Dengan skala aktivitas 2 ada tingkat skala aktivitas 0-4.
Ket : 0 = mandiri penuh
1 = memerlukan bantuan peralatan
2 = memerlukan bantuan orang lain (untuk pengawasan/
penyuluhan
3 = memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan
4 = tergantung , tidak berpartisipasi dalam aktivitas



E. Kebersihan Diri
Pre MRS : Klien mandi 1x/ hari, gosok gigi 1x/ hari, cuci rambut 2-3x/
minggu, potong kuku 1x/ mgg, klien tidak mengalami hambatan untuk
melakukan personal hygiene.
Di RS : Klien tidak pernah mandi hanya diseka oleh keluarganya.
F. Rekreasi
Pre MRS : Untuk mengisi waktu luang klien biasanya menonton TV,
mendengarkan radio dan kadang-kadang pergi jalan-jalan.
Di RS : Klien tidak bisa menonton TV, mendengarkan radio atau
jalan-jalan. Klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur.
V. PSIKOSOSIAL
a. Psikologis
Persepsi klien terhadap penyakitnya yaitu menganggap bahwa sakit yang
dideritanya saat ini adalah cobaan dari Tuhan, klien merasa sakitnya bisa
disembuhkan cepat/ lambat, klien hanya bisa bersabar dan pasrah terhadap
kesembuhan penyakitnya. Klien bisa beradaptasi dengan keluarganya dan
terhadap lingkungan sosial maupun instalasi kesehatan. Emosi klien terlihat
labil.




b. Sosial
Hubungan klien dengan anggota keluarganya baik dan perhatian dengan
lawan bicara juga baik, klien dapat bekerja sama dengan baik saat diajak bicara
oleh perawat, sehingga sangat membantu dalam perawatan klien sendiri.
c. Spiritual
Klien beragama islam, klien beribadah dengan berdoa ditempat tidur dan
klien tidak terlihat melaksanakan shalat.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Klien terlihat lemah dan berbaring di tempat tidur.
Penampilan : Compos mentis;
Ciri-ciri tubuh : TB = 150 cm
BB = 53 kg.
TTV : Pols : 80x/ menit TD : 130/78 mmHg
RR : 22x/ menit T : 38,5 C
Golongan Darah : -






2. Head to Toe
a. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala simetris, dapat digerakkan, kulit kepala bersih dan tidak rontok,
tidak ada uban dan rambut ikal
b. Penglihatan
Visus/ ketajaman penglihatan tidak terkaji, sklera tidak ikterik. Konjungtiva
tidak anemis,posisi bola mata simetris dan penglihatan normal, tidak
menggunakan alat bantu.
c. Hidung/ penciuman
Bentuk dan posisi simetris, tidak terdapat kotoran/ sekret. Fungsi penciuman
normal. Tidak terdapat peradangan pada mukosa dan tidak ada polip.
d. Telinga/ pendengaran
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik (jika dipanggil klien
langsung memberi respon), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, tidak ada
peradangan dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
e. Mulut dan gigi
Mukosa bibir kering dan terlihat berwarna pucat, tidak ada peradangan pada
mulut, klien tidak memakai gigi palsu, ada terdapat caries, kebersihan cukup.
Fungsi pengecapan normal (klien bisa membedakan rasa manis dan pahit).



f. Leher
Simetris kiri dan kanan. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening
dan tiroid, pergerakan leher dapat bergerak ke kiri dan kanan, atas dan bawah.
Tidak terdapat massa.
g. Thorax (fungsi pernafasan)
Inspeksi: Pergerakan dada normal, tidak menggunakan alat bantu
dalambernapas.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi: Bunyi normal (sonor).
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak kembung, palpasi tidak ada benjolan ataupun nyeri tekan
saat perkusi terdengar bunyi timpani.
i. Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, klien tidak menggunakan alat bantu dalam
BAK dan tidak ada kelainan pada alat kelamin klien.
VII. PEMERIKSAAN PENUNTANG
Laboratorium
Tanggal : 23.05.2014
Asam Urat : 5,3 Mg/ dl
Normal : L = 3,4-7,0
P = 2,4-5,7

VIII. PENGOBATAN
Infus D5/ RL : 20 tts/ menit
ranitidin : 1 amp/ 12 jam
Keterolak : 1 amp
Betarolak : 1 amp/8 jam
Mep : 1 amp/ 12 jam



















IX. ANALISA DATA
No. Data Subjektif dan
Objektif
Etiologi Masalah
1.











2








DS :
Klien mengatakan nyeri pada
perut
DO :
- Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 2 (nyeri sedang)
- TTV :
TD : 130/78 mmHg
R : 22x/ menit
Pols : 80x/ menit
T : 38,5 C

DS :
Klien mengatakan mual,
muntah dan tidak nafsu
makan
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien muntah 2-3x
- Klien hanya menghabiskan
makanan porsi dari yang
disediakan


Implamasi
mukosa lambung












Anoreksia
(kurang napsu
makan)







Nyeri akut














Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh.




DS : -
DO :
- Mukosa bibir kering
- Klien tampak lemah
- Muntah 2-3x
- Cairan peroral hanya 2-3
gelas/ hari
- Output cairannya 600 ltr



Intake cairan yang
kurang.




Risiko ketidak
seimbangan
cairan dan
elektrolit




















X. DAFTAR MASALAH

No. Diagnosa keperawatan Tanggal muncul Tanggal teratasi
1.
















2







Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi mukosa lambung d/d
tampak meringis
DS :
Klien mengatakan nyeri pada
perut.
DO :
- Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 2 (nyeri sedang) -
TTV :
TD : 130/78 mmHg
R: 22x/ menit
Pols : 80x/ menit
T : 38,5 C


Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia d/d lemas
DS :
Klien mengatakan mual, muntah
dan tidak nafsu makan
DO :
- Klien tampak lemah
23.05.2014













23.05.2014









-














23.05.2014













3.
- Klien muntah 2-3x
- Klien hanya menghabiskan
makanan porsi dari yang
disediakan.

Risiko ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan
intake cairan yang kurang ditandai
dengan :
DS : -
DO :
- Mukosa bibir kering
- Klien tampak lemah
- Muntah 2-3x
- Cairan peroral hanya 2-3 gelas/
hari
- Output cairannya 600 ltr





23.05.2014





23.05.2014











XI. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
.
Hari/tangg
al/
jam
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1.





















Kamis/22/
10:00 wib












Jumat/Jam
: 11.00
Wib




I












II
Setelah dilakukan
perawatan selama
3x24 jam dengan
kriteria evaluasi
:Klien tidak lagi
mengeluh rasa
nyeri.








Setelah dilakukan
perawatan selama
3x24 jam
kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
kriteria evaluasi :
-Keadaan umun
1.Kaji tingkat nyeri ;
- Lokasi
- Durasi
- Penyeba-ran
2.Monitor TTV.
3.Atur posisi klien
senyaman mungkin.
4.Kolabo- rasi dengan
dokter untuk pemberian
obat anti nyeri.




1.Beri penjelasan tentang
pentingnya makan.
2.Monitor intake dan
output nutrisi.
3.Ciptakan lingkungan
yang bersih
4.Kolaborasi dengan ahli
Untuk mengetahui
tingkat nyeri.
Mengetahui keadaan
klien.
Diharap- kan klien
dapat memfokuskan
pemikir-an.
Dengan pemberian
obat diharapkan rasa
nyeri hilang.
Mening katkan
pengetahuan klien
tentang pentingnya
makan.

Mengetehui status
nutrisi.
Merangsang nafsu
makan.
Perawatan yang lebih
konprehensif
terhadap klie




2.










3.



















tampak segar
-Pola makan
kembali normal.
Tidak terjadi
kekurangan cairan
dan elektrolit
dalam 3x24 jam
perawatan dengan
kriteria evaluasi :
-TTV stabil.
-Membran mukosa
lembab.
-Tidak muntah
lagi.
gizi.














1.Kaji TTv.
2.Monitor intake dan
output cairan.
3.Anjurkan klien untuk
banyak minum.
4.Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat anti
muntah dan infus.















Mengetahui keadaan
umum klien.
Mengetahui status
cairan.
Untuk memenuhi
cairan tubuh.
Mencegah terjadinya
muntah.




XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Hari/Tgl/jam Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
1.
























Kamis.22.05.2014
























I












II








1.Mengkaji
tingkat nyeri
-Lokasi:pada
perut.
-Durasi:kadang-
kadang.
-Penyebaran:tidak
menyebar.
2.Memeriksa
TTV:
TD :
130/78mmHg
R : 22x/ menit
Pols : 80x/
menit
T : 38,5 C
3.Memberikan
posisi fowler
dengan cara
menggunakan
tumpukan
S:Klien mengatakan
nyeri pada perut
O :
-Klien terlihat meringis
-Skala nyeri 2 (nyeri
sedang)
- TTV :
TD:130/78mmHg
R:22x/mnt
Pols:80x/ mnt
T:38,5 C
A:A:Masalah belum
teratasi seluruhnya.
P:Lanjutkan intervensi
1,2,3 dan 4






S:Klien mengatakan






















3.



















III
bantal dan
mengatur posisi
klien berbaring
setengah duduk.

4.Memberikan
terapi gastridin
1 amp/ 12 jam

1.Menjelaskan
kepada klien
tentang
pentingnya
makan.
2.Memonitor
intake dan
output nutrisi
klien.
3.Menciptakan
lingkungan
yang bersih dan
tenag dengan
membatasi
pengunjung.
mual, muntah dan
tidak nafsu makan
O :
-Klien tampak lemah
-Klien muntah 2-3x
-Klien hanya
menghabiskan
makanan porsi dari
yang disediakan.
A:Masalah belum
teratasi seluruhnya.
P:Lanjutkan intervensi
1,2,3,4
S : -
O :
-Mukosa bibir kering
-Klien tampk lemah
-Muntah 2-3x
-Cairan peroral hanya
2-3 gelas/ hari
-Output cairannya 600
ltr
A:Masalah belum teratasi
seluruhnya.
4.Memberikan
makan sedikit
tapi sering,
menyediakan
dalam keadaan
hangat.


1.Mengukur
TTV :
TD: 130/78
mmHg
R : 22x/ mnt
Pols : 80x/ mnt
T : 38,5 C
2.Memonitor
intake dan
output cairan
dengan cara
menanyakan
frekuensi
minum dan
BAK
3.Menganjurkan
P:Lanjutkan intervensi
1,2,3 dan 4
banyak minum
minimal 7-8
gelas/ hari
4.Berkolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
anti muntah
tomit 1 amp/ 8
D5/RL=20
tts/mnt.














XIII. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/tgl/jam Diagnosa
Keperawatan
Catatan Perkembangan
1.








2















Kamis.22.05.2014
























I






II






III





S S: Klien mengatakan nyeri
pada perut.
O :
- Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 2 (nyeri sedang)
- TTV :
TD : 130/78 mmHg
R : 22x/ mnt
Pols: 80x/ mnt
T : 38,5 C
A:A:Masalah belum teratasi
seluruhnya.
P:Lanjutkan intervensi
1,2,3,4

S : Klien mengatakan mual,
muntah dan tidak nafsu
makan.
O :
-Klien tampak lemah.
-Klien muntah 2-3x.


3.































Selasa/8-8-06
Jam : 20.30 Wita











Selasa/8-8-06
Jam : 20.30 Wita






I






II





III





I



-Klien hanya menghabiskan
makanan porsi dari yang
disediakan.
A:Masalah belum teratasi
seluruhnya.
P:Lanjutkan intervensi
1,2,3,4

S : -
O :
-Mukosa bibir kering.
-Klien tampak lemah.
-Muntah 2-3x.
-Cairan peroral hanya 2-3
gelas/ hari.
-Output cairannya 600 ltr.
A:Masalah belum teratasi
seluruhnya.
P : Lanjutkan intervensi
1,2,3,4




S : Klien mengatakan nyeri
4











5


















Selasa/8-8-06
Jam : 20.30 Wita









Rabu/9-8-06
Jam : 07.30 Wita














II





III
pada perut sudah berkurang.
O :
- Klien terlihat tenang.
- Skala nyeri 2 (nyeri
sedang).
- TTV :
TD : 100/60 mmHg
R : 26x/ mnt

Pols: 82x/ mnt
T : 37,5 C
A : Masalah sebagian teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1 dan
4

S : Klien mengatakan mual,
muntah dan kurang nafsu
makan sudah berkurang.
O :
-Klien tampak lemah.
-Klien muntah 1-2x.
-Klien hanya menghabiskan
makanan porsi dari yang
disediakan.
6











7










Rabu/9-8-06
Jam : 07.30 Wita










Rabu/9-8-06
Jam : 07.30 Wita
A : Masalah sebagian teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 3 dan
4

S : -
O :
-Mukosa bibir kering.
-Klien tampak lemah.
-Muntah 1-2x.
-Cairan peroral hanya 3-4
gelas/ hari.
-Output cairannya 600 ltr

A : Masalah sebagian teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,4

S : Klien mengatakan nyeri pada
perut sudah tidak terasa lagi
(kadang-kadang muncul).
O :
- Klien terlihat tenang dan
santai
- Skala nyeri 1 (nyeri ringan).
- TTV :
TD : 100/90 mmHg
R : 24x/ mnt
Pols: 82x/ mnt T : 37 C
A : Masalah sebagian teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1 dan
4 (klien APS).
S : Klien mengatakan mual,
muntah dan kurang nafsu
makan sudah tidak ada lagi.
O :
-Klien tampak cerah (segar).
-Klien muntah tidak ada lagi.
-Klien sudah bisa makan apa
yang disediakan.
A :Masalah teratasi.
P:Intervensi dipertahankan
(APS).

S : -
O :
-Mukosa bibir lembab.
-Klien tampak cerah (segar).
-Muntah tidak ada lagi.
-Cairan peroral hanya 5-6
gelas/ hari.
-Output cairannya 1200 ltr.
A:Masalah teratasi.
P:Intervensi dipertahankan
(APS).

Vous aimerez peut-être aussi