Vous êtes sur la page 1sur 22

PENDAHULUAN

Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah
itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali
pada umur 20-30 tahun, insidens lelaki lebih tinggi.
(2)
I. Anatomi
Appendiks merupakan suatu organ limoid seperti tonsil, payer patch (analog dengan
!ursa "abricus) membentuk produk immunoglobulin.
(2)
Appendiks adalah suatu
struktur kecil, berbentuk seperti tabung yang berkait menempel pada bagian a#al dari
sekum. $angkalnya terletak pada posteromedial caecum. $ada Ileocaecal junction
terdapat Valvula Ileocecalis (Bauhini) dan pada pangkal appendiks terdapat valvula
appendicularis (Gerlachi). $anjang antara %-&0 cm, diameter 0,% cm. 'umennya
sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
(&)
Appendiks terletak di
kuadran kanan ba#ah abdomen. (epatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan
ketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum). )ari topograi
anatomi, letak pangkal appendiks berada pada titik *c !urney, yaitu titik pada garis
antara umbilicus dan +IA+ kanan yang berjarak &,3 dari +IA+ kanan.
(3)
Appendiks -ermiormis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang
bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale.
*esenteriolum berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). .riiciumnya terletak 2,/
cm dari katup ileocecal. *esoapendiknya merupakan jaringan lemak yang
mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limonodi kecil.
(0,%)
+truktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 0 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna,propria (otot longitudinal dan sirkuler) dan serosa. Appendiks
mungkin tidak terlihat karena adanya membran 1ackson yang merupakan lapisan
peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup
caecum dan appendiks. 'apisan submukosa terdiri dari jaringan ikat dan jaringan
elastic membentuk jaringan sara, pembuluh darah dan lymphe. Antara *ukosa dan
submukosa terdapat lymphonodes. *ukosa terdiri dari satu lapis collumnar
epithelium dan terdiri dari kantong yang disebut crypta lieberkuhn. )inding dalam
sama dan berhubungan dengan sekum (inner circular layer). )inding luar (outer
longitudinal muscle) dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan
caecum dan apendiks. (aenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari
appendiks.
(0)
Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke-2 yaitu
bagian ujung dari protuberans sekum. $ada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan
dari sekum yang berlebih akan menjadi apendiks, yang akan berpindah dari medial
menuju katup ileosekal.
(/)
$ada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. 3eadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada
usia itu. $ada 4/ 5 kasus, apendiks terletak intraperitoneal. 3edudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya. $ada kasus selebihnya, apediks terletak
retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau ditepi
lateral kolon asendens. 6ejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
(2)
1enis posisi7
$romontorik 7 ujung appendiks menunjuk ke arah promontoriun sacri
8etrocolic 7 appendiks berada di belakang kolon ascenden dan biasanya
retroperitoneal.
Antecaecal 7 appendiks berada di depan caecum.
$aracaecal 7 appendiks terletak hori9ontal di belakang caecum.
$el-ic descenden 7 appendiks menggantung ke arah pel-is minor
8etrocaecal 7 intraperitoneal atau retroperitoneal: appendiks berputar ke atas
ke belakang caecum.
(4)
Appendiks dipersarai oleh parasimpatis dan simpatis. $ersaraan parasimpatis berasal
dari cabang ner-us -agus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri
appendikularis, sedangkan persaraan simpatis berasal dari ner-us thorakalis ;. .leh
karena itu, nyeri -iseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus.
(2)
$endarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari a.Ileocecalis,
cabang dari a. *esenterica superior. A. Appendikularis merupakan arteri tanpa
kolateral. 1ika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada ineksi, appendiks
akan mengalami gangren.
(2)
+ecara histologis, appendiks mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.
6landula mukosanya terpisahkan dari -ascular submucosa oleh mucosa maskularis.
!agian luar dari submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus
oleh tunika serosa yang terdiri atas -askularisasi pembuluh darah besar dan bergabung
menjadi satu di mesoappendiks. 1ika apendik terletak retroperitoneal, maka appendiks
tidak terbungkus oleh tunika serosa.
<istologis7
'apisan-lapisan pada appendiks adalah7
- (unika mucosa 7 memiliki kriptus tapi tidak memiliki -illus.
- (unika submucosa 7 tebal, banyak olikel lymphoid, terdapat anyaman pambuluh
darah dan sara
- (unika muscularis 7 stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale
( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
- (unika serosa 7 memiliki struktur yang tidak berbeda dengan yang terdapat
pada intestinum tenue. 3adang pada potongan melintang dapat diikuti pula
mesoappendiks yang merupakan alat penggantung sebagai lanjutan peritoneum -iseral
II. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir &-2 ml perhari. 'endir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. <ambatan aliran lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
(2)

)inding appendiks terdiri dari jaringan lymphe yang merupakan bagian dari sistem
imun dalam pembuatan antibodi. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
6A'( (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat eekti sebagai pelindung
terhadap ineksi. =amun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi
system imun tubuh karena jumlah jaringan limonodi di sini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
(2)

1aringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir.
1umlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat de#asa dan kemudian
berkurang mengikuti umur. +etelah usia 40 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di
apendiks dan terjadi obliterasi lumen apendiks komplit.
(/)
III. Definisi
Apendisitis merupakan peradangan pada appendi> -ermiormis. $eradangan akut
apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya.
(2)
IV. Etiologi
.bstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. "ekalit merupakan
penyebab tersering dari obstruksi apendiks. $enyebab lainnya adalah hipertroi
jaringan limoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing
usus termasuk ascaris. (rauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat
mencetuskan inlamasi pada apendiks. $ost operasi apendisitis juga dapat menjadi
penyebab akibat adanya trauma atau stasis ekal.
(/,2)
"rekuensi obstruksi meningkat
dengan memberatnya proses inlamasi. "ekalit ditemukan pada 005 dari kasus
apendisitis akut, sekitar 4/5 merupakan apendisitis gangrenous tanpa rupture dan
sekitar ?05 kasus apendisitis gangrenous dengan rupture.
(/)
$enyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. $enelitian epidemiologi menunjukkan
peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. 3onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan ungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman lora kolon biasa. +emuanya akan mempermudah terjadinya apendisits akut.
(2)
V. Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
olikel limoid, ekalit, benda asing, striktur karena ibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
(?)
.bstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya
dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi.
.bstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. *akin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen.
3apasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,& ml. 1ika sekresi sekitar 0,/ dapat
meningkatkan tekanan intalumen sekitar 40 cm<20. *anusia merupakan salah satu
dari sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang
cukup tinggi sehingga menjadi gangrene atau terjadi perorasi.
(/)
(ekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran lime, terjadi ulserasi mukosa dan in-asi bakteri. Ineksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik
karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). $ada saat
inilah terjadi apendisitis akut okal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. 6angren dan
perorasi khas dapat terjadi dalam 20-34 jam, tapi #aktu tersebut dapat berbeda-beda
setiap pasien karena ditentukan banyak aktor.
(?,&0)
!ila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. <al tersebut akan
menyebabkan obstruksi -ena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
$eradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri didaerah kanan ba#ah. 3eadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
(?)
!ila kemudian arteri terganggu akan terjadi inark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangrene. +tadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. !ila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
(?)
!ila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate
apendikularis. $eradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
(?)
Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa
dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam #aktu 20-02 jam pertama, ini
merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
periapendikular. )idalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perorasi. 1ika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat.
(2)
$ada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. 3eadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perorasi. +edangkan pada orang tua perorasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
(?)
3ecepatan rentetan peristi#a tersebut tergantung pada -irulensi mikroorganisme, daya
tahan tubuh, ibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum
parietale dan juga organ lain seperti -esika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi
dan melokalisir proses peradangan ini. !ila proses melokalisir ini belum selesai dan
sudah terjadi perorasi maka akan timbul peritonitis. @alaupun proses melokalisir
sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam
ca-um abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar-benar istirahat (bedrest).
(0)
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. $erlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan
ba#ah. $ada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
(2)
VI. Gejala Klinis
6ambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
&. =yeri abdominal
=yeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. *ula-mula nyeri dirasakan
samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri -iseral di daerah epigastrium
atau sekitar umbilicus. +etelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di
abdomen kanan ba#ah (titik *c !urney). =yeri akan bersiat tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. !ila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut
pada saat berjalan atau batuk.
(2)
2. *ual-muntah biasanya pada ase a#al.
3. =asu makan menurun.
0. .bstipasi dan diare pada anak-anak.
/. )emam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi
biasanya tubuh belum panas. +uhu biasanya berkisar 3%,/A-32,/A B
6ejala appendisitis akut pada anak-anak tidak spesiik. 6ejala a#alnya sering
hanya re#el dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
3arena gejala yang tidak spesiik ini sering diagnosis appendisitis diketahui setelah
terjadi perorasi.
(2)
$ada orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarang
terlambat diagnosis. Akibatnya lebih dari separo penderita baru dapat didiagnosis
setelah perorasi.
(2)
$ada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan
muntah. Cang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga
terjadi mual dan muntah. $ada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke
kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan ba#ah tetapi lebih ke
regio lumbal kanan.
(2)
VII. Pemeriksaan Fisik
)emam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 3%,/-32,/B. !ila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perorasi. !isa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal
sampai &B.
&. Inspeksi
3adang sudah terlihat #aktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. $enderita tampak kesakitan. $ada inspeksi perut
tidak ditemukan gambaran spesiik. 3embung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perorasi. $enonjolan perut kanan ba#ah
bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler.
2. $alpasi
)engan palpasi di daerah titik *c. !urney didapatkan tanda-tanda
peritonitis lokal yaitu7
=yeri tekan di *c. !urney
=yeri lepas
)eans muscular lokal. )eans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
$ada appendiks letak retroperitoneal, deans muscular mungkin tidak
ada, yang ada nyeri pinggang.
=yeri rangsangan peritoneum tidak langsung
nyeri tekan ba#ah pada tekanan kiri (8o-sing)
nyeri kanan ba#ah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(!lumberg)
nyeri kanan ba#ah bila peritoneum bergerak seperti naas
dalam, berjalan, batuk, mengedan.
Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya
penonjolan di perut kanan ba#ah.
(2)
3. Auskultasi
$eristaltik usus sering normal. $eristaltik dapat hilang karena ileus
paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perorata.
$emeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam ?-&2.
$ada appendisitis pel-ika akan didapatkan nyeri terbatas se#aktu dilakukan colok
dubur.
(2)
$ada apendisitis pel-ika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah
nyeri terbatas se#aktu dilakukan colok dubur. Bolok dubur pada anak tidak
dianjurkan. $emeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang
lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Dji psoas dilakukan dengan
rangsangan m. psoas le#at hiperekstensi atau leksi akti. !ila apendiks yang
meradang menempel di m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Dji
obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan
m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. )engan gerakan leksi
dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, pada apendisitis pel-ika akan
menimbulkan nyeri.
(2)
Psoas sign. =yeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. $asien dimiringkan
kekiri. $emeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada hambatan pada
pinggul , pangkal paha kanan.
(&&)
)asar anatomi dari tes psoas. Apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan
otot psoas yang meregang saat dilakukan manu-er (pemeriksaan).
(&&)
Tes Ot!rator. =yeri pada rotasi kedalam secara pasi saat paha pasien dileksikan.
$emeriksa menggerakkan tungkai ba#ah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi
samping dari lutut (tanda bintang), menghasilkan rotasi emur kedalam.
(&&)
)asar Anatomi dari tes obturator 7 $eradangan apendiks dipel-is yang kontak denhgan
otot obturator internus yang meregang saat dilakukan manu-er.
(&&)
VIII. Pemeriksaan Pen!njang
&. $emeriksaan 'aboratorium
a. $emeriksaan darah 7 akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan
kasus appendicitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi, B-
reakti protein meningkat. $ada appendicular iniltrat, 'E) akan
meningkat.
b. $emeriksaan urin 7 untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan
bakteri di dalam urin. $emeriksaan ini sangat membantu dalam
menyingkirkan diagnosis banding seperti ineksi saluran kemih
atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendisitis.
2. Abdominal ;-8ay
)igunakan untuk melihat adanya ecalith sebagai penyebab appendisitis.
$emeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
3. D+6
!ila hasil pemeriksaan isik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan D+6,
terutama pada #anita, juga bila dicurigai adanya abses. )engan D+6 dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
0. !arium enema
+uatu pemeriksaan >-ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
$emeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendisitis
pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Appendicogram memiliki sensiti-itas dan tingkat akurasi yang tinggi sebagai
metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis khronis. )imana
akan tampak pelebaran,penebalan dinding mukosa appendiks, disertai
penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh ekalit.
/. B(-scan
)apat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis. +elain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses.
4. 'aparoscopi
+uatu tindakan dengan menggunakan kamera iberoptic yang dimasukan
dalam abdomen, appendiks dapat di-isualisasikan secara langsung. (ehnik ini
dilakukan di ba#ah pengaruh anestesi umum. !ila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga
dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks.
%. <istopatologi
$emeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk
diagnosis appendisitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai
gambaran histopatologi appendisitis akut. $erbedaan ini didasarkan pada
kenyataan bah#a belum adanya kriteria gambaran histopatologi appendisitis
akut secara uni-ersal dan tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut
pada orang yang tidak dilakukan operasi.

)einisi histopatologi apendisitis akut7
&
+el granulosit pada mukosa dengan ulserasi okal atau dius di
lapisan epitel.
2 Abses pada kripte dengan sel granulosit dilapisan epitel.
3
+el granulosit dalam lumen appendiks dengan iniltrasi ke dalam
lapisan epitel.
0
+el granulosit diatas lapisan serosa appendiks dengan abses
apendikuler,
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
/
+el granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses
mukosa dan

keterlibatan lapisan mukosa, bukan apendisitis akut tetapi
periapendisitis.
"istem skor Al#ara$o
)iagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan
gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan
dokter. Anak belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal
yang relati lebih mudah pada umur de#asa. 3eadaan ini menghasilkan angka
appendiktomi negati sebesar 205 dan angka perorasi sebesar 20-305
(8amachandran, &??4). +alah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan medis ialah membuat diagnosis yang tepat. (elah banyak dikemukakan
cara untuk menurunkan insidensi apendiktomi negati, salah satunya adalah dengan
instrumen skor Al-arado. +kor Al-arado adalah sistem skoring sederhana yang bisa
dilakukan dengan mudah, cepat dan kurang in-asi (+eleem: Amri dan !ermansyah,
&??%). Alredo Al-arado tahun &?24 membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga
gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium. 3lasiikasi ini berdasarkan pada
temuan pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. )alam sistem
skor Al-arado ini menggunakan aktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia,
nausea dan atau -omitus, nyeri tekan di abdomen kuadran kanan ba#ah, nyeri lepas
tekan , temperatur lebih dari 3%,2
0
B, lekositosis dan netroil lebih dari %/5. =yeri
tekan kuadran kanan ba#ah dan lekositosis mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya
masing-masing mempunyai nilai &, sehingga kedelapan aktor ini memberikan jumlah
skor &0 (Al-arado, &?24: 8ice, &???).
"kor Al#ara$o untuk diagnosis appendisitis akut7
Gejala $an tan$a% "kor
=yeri berpindah &
Anoreksia &
*ual-muntah &
=yeri ossa iliaka kanan 2
=yeri lepas &
$eningkatan suhu F 3%,3
0
B &
1umlah leukosit F &0>&0
3
,' 2
1umlah neutroil F %/5 &
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
(otal skor7 &0
3eterangan Ala-arado score 7
)inyatakan appendicitis akut bila F % point
*odiied Al-arado score (3alan et al) tanpa obser-asi o <ematogram7
& H 0 dipertimbangkan appendicitis akut
/ H 4 possible appendicitis tidak perlu operasi
% H ? appendicitis akut perlu pembedahan
$enanganan berdasarkan skor Al-arado 7
& H 0 7 obser-asi
/ H 4 7 antibiotic
% H &0 7 operasi dini
I&. Diagnosis 'an$ing
&. 6astroenteritis
$ada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit. +akit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. <iperperistaltik sering ditemukan. $anas
dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan appendisitis.
2. 'imadenitis mesenterica
!iasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. )itandai dengan nyeri
perut yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan
perasaan mual-muntah.
3. Ileitis akut
!erkaitan dengan diare dan sering kali ri#ayat kronis, tetapi tidak jarang
anore>ia, mual, muntah. 1ika ditemukan pada laparotomi, appendiktomi
insidental diindikasikan utntuk menghilangkan gejala yang membingungkan.
0. )<"
$ada penyakit ini pemeriksaan darah terdapat trombositopeni, leukopeni,
rumple leed (I), hematokrit meningkat.
/. $eradangan pel-is
(uba allopi kanan dan o-arium terletak dekat appendiks. 8adang kedua organ
ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-oooritis atau adnecitis. Dntuk
menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan ri#ayat kontak se>ual. +uhu
biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian ba#ah lebih
dius. !iasanya disertai dengan keputihan. $ada colok -aginal jika uterus
diayunkan maka akan terasa nyeri.
4. 3ehamilan ektopik
Ada ri#ayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. 1ika
terjadi ruptur tuba atau abortus di luar rahim dengan perdarahan akan timbul
nyeri yang mendadak dius di daerah pel-is dan mungkin akan terjadi syok
hipo-olemik. $ada pemeriksaan colok -agina didapatkan nyeri dan penonjolan
di ca-um )ouglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.
%. )i-erticulitis
*eskipun di-erculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang-
kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. 1ika terjadi peradangan dan ruptur
pada di-erticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala-gejala
appendisitis.
2. !atu ureter atau batu ginjal
Adanya ri#ayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. <ematuria sering ditemukan. "oto polos
abdomen atau urograi intra-ena dapat memastikan penyakit tersebut.
;. Penatalaksanaan
A((en$iktomi
J Bito 7 akut, abses K perorasi
J Elekti 7 kronik

!ila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendektomi dan
merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. $enundaan apendektomi sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perorasi. Insidensi appendiks
normal yang dilakukan pembedahan sekitar 205. $ada appendisitis akut tanpa
komplikasi tidak banyak masalah.
$erjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks menjadi dilindungi oleh
omentum dan gulungan usus halus didekatnya. *ula-mula, massa yang terbentuk
tersusun atas campuran membingungkan bangunan-bangunan ini dan jaringan
granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. 1ika peradangan pada
apendiks tidak dapat mengatasi rintangan-rintangan sehingga penderita terus
mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah, semula dalam jumlah
sedikit, tetapi segera menjadi abses yang jelas batasnya.
(&2)
Drut-urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. *asalah ini adalah
bilamana penderita ditemui le#at sekitar 02 jam, ahli bedah akan mengoperasi untuk
membuang apendiks yang mungkin gangrene dari dalam massa perlekatan ringan
yang longgar dan sangat berbahaya, dan bilamana karena massa ini telah menjadi
lebih teriksasi dan -ascular, sehingga membuat operasi berbahaya maka harus
menunggu pembentukan abses yang dapat mudah didrainase.
(&2)
*assa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperorasi ditutupi
atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. $ada massa periapendikular
yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga
peritoneum jika perorasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. .leh karena itu,
massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk mencegah
penyulit tersebut. +elain itu, operasi lebih mudah. $ada anak, dipersiapkan untuk
operasi dalam #aktu 2-3 hari saja. $asien de#asa dengan massa periapendikular yang
terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dira#at dahulu dan
diberi antibiotik sambil dia#asi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis.
!ila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal,
penderita boleh pulang dan apendiktomi elekti dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian
agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. !ila terjadi
perorasi, akan terbentuk abses apendiks. <al ini ditandai dengan kenaikan suhu dan
rekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta
bertambahnya angka leukosit.
(2)
*assa apendiks dengan proses radang yang masih akti sebaiknya dilakukan tindakan
pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses
apendiks dan peritonitis umum. $ersiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-
baiknya mengingat penyulit ineksi luka lebih tinggi daripada pembedahan pada
apendisitis sederhana tanpa perorasi.
(&3)
$ada periapendikular iniltrat, dilarang keras membuka perut, tindakan bedah apabila
dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa
apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.
$embedahan dilakukan segera bila dalam pera#atan terjadi abses dengan atau pun
tanpa peritonitis umum.
(&3)
(erapi sementara untuk 2-&2 minggu adalah konser-ati saja. $ada anak kecil, #anita
hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konser-ati tidak membaik atau
berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya.
(2)
!ila pada #aktu membuka perut terdapat periapendikular iniltrat maka luka operasi
ditutup lagi, apendiks dibiarkan saja. (erapi konser-ati pada periapendikular
iniltrat 7
&. (otal bed rest posisi a#ler agar pus terkumpul di ca-um douglassi.
2. )iet lunak bubur saring
3. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang akti
terhadap kuman aerob dan anaerob. !aru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar
4-2 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. 3alau sudah terjadi abses,
dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 4-2 minggu
kemudian. 1ika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan
pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau
abses, dapat dipertimbangkan membatalakan tindakan bedah.
(0,2)
Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. .bser-asi suhu dan nadi. !iasanya 02
jam gejala akan mereda. !ila gejala menghebat, tandanya terjadi perorasi
maka harus dipertimbangkan appendiktomy. !atas dari massa hendaknya
diberi tanda (demograi) setiap hari. !iasanya pada hari ke/-% massa mulai
mengecil dan terlokalisir. !ila massa tidak juga mengecil, tandanya telah
terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.
(0)
Baranya dengan membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral dimana nyeri tekan
adalah maksimum (incisi grid iron). Abses dicapai secara ekstraperitoneal, bila
apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendik ini akan menjadi sumber
ineksi. !ila apendiks sukar dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika
dipaksakan akan ruptur dan ineksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan selang
yang berdiameter besar, dan dikeluarkan le#at samping perut. $ipa drainase
didiamkan selama %2 jam, bila pus sudah kurang dari &00 cc,hari, drai dapat diputar
dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang & inci tiap hari. Antibiotik sistemik
dilanjutkan sampai minimal / hari post operasi. Dntuk mengecek pengecilan abses
tiap hari penderita di 8(.
(0)
$enderita periapendikular iniltrat diobser-asi selama 4 minggu tentang 7
'E)
1umlah leukosit
*assa
$eriapendikular iniltrat dianggap tenang apabila 7
&. Anamesa 7 penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen
2. $emeriksaan isik 7
o 3eadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh
(diukur rectal dan aksiler)
o (anda-tanda apendisitis sudah tidak terdapat
o *assa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapi
lebih kecil dibanding semula.
o 'aboratorium 7 'E) kurang dari 20, 'eukosit normal
3ebijakan untuk operasi periapendikular iniltrat 7
&. !ila 'E) telah menurun kurang dari 00
2. (idak didapatkan leukositosis
3. (idak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah tidak
mengecil lagi.
!ila 'E) tetap tinggi ,maka perlu diperiksa
o Apakah penderita sudah bed rest total
o $emakaian antibiotik penderita
o 3emungkinan adanya sebab lain.
d. !ila dalam 2-&2 minggu masih terdapat tanda-tanda iniltrat atau tidak ada
perbaikan, operasi tetap dilakukan.
e. !ila ada massa periapendikular yang i>ed, ini berarti sudah terjadi abses dan
terapi adalah drainase.
(0)
$embedahannya adalah dengan appendiktomi, yang dapat dicapai melalui insisi
*c !urney (8aensperger, &??0: Bloud, &??3). (indakan pembedahan pada
kasus apendisitis akut dengan penyulit peritonitis berupa apendektomi yang
dicapai melalui laparotomi (8aensperger,&??0: *antu, &??0: Ein, 2000).
'apisan kulit yang dibuka pada Appendektomi 7
&. Butis 4. *.I
2. +ub cutis %. *. (rans-ersus
3. "ascia +cara 2. "ascia trans-ersalis
0. "ascia Bamer ?. $re $eritoneum
/. Aponeurosis *.E &0. $eritoneum
&I. Kom(likasi
3omplikasi yang paling sering ditemukan adalah perorasi, baik berupa perorasi
bebas maupun perorasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa
massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
(2)
$erorasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis
generalisata. (anda-tanda terjadinya suatu perorasi adalah 7
nyeri lokal pada ossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
+uhu tubuh naik tinggi sekali.
=adi semakin cepat.
)eance *uskular yang menyeluruh
!ising usus berkurang
$erut distended
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya 7
&. $el-ic Abscess
2. +ubphrenic absess
3. Intra peritoneal abses lokal.
(0)
$eritonitis merupakan ineksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga
abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
(&0)
&II. Prognosis
)engan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. 3eterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. +erangan berulang dapat terjadi bila appendiks
tidak diangkat.
DAFTA) PU"TAKA
&. )e 1ong,.@., +jamsuhidajat, 8., 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. E6B.
1akarta.
2. Anonim, . Ilmu Bedah dan eknik !perasi. !ratajaya "akultas 3edokteran
D=AI8. +urabaya.
3. +ch#art9, +pencer, +., "isher, ).6., &???. "rinciples o# $ur%ery sevent
edition. *c-6ra# <ill a )i-ision o (he *c6ra#-<ill Bompanies. Enigma an
Enigma Electronic $ublication.
0. 3artika, )ina, 200/. &hirur%ica. (osca Enterprise. Cogyakarta.
/. Anonim, 200/. Appendi'. $athology.utlines.
http7,,###.patholoyoutlines.com
4. 1ehan, E., 2003. "eran & (eakti# "rotein )alam *enentukan )ia%nosa
Appendisitis Akut. !agian Ilmu bedah "akultas 3edokteran Dni-ersitas
+umatra Dtara.http7,,library.usu.ac.id,do#nload,k,bedah-emir520jehan.pd .
%. *ansjoer,A., dkk. 2000. +apita $elekta +edokteran Edisi +eti%a ,ilid +edua.
$enerbit *edia Aesculapius "akultas 3edokteran Dni-ersitas Indonesia.
1akarta.
2. Itsko#i9, *.+., 1ones, +.*., 2000. Appendicitis. Emerg *ed 34 (&0)7 &0-&/.
###.emedmag.com
?. <ardin, *., &???. Acute Appendisitis -(evie. and /pdate. (he American
Academy o "amily $hysicians. (e>as AK* Dni-ersity <ealth +cience
Benter, (emple, (e>as .http7,,###.aag.org
&0. <ugh, A.".)udley. &??2. Ilmu Bedah Ga.at )arurat edisi kese0elas. 6adjah
*ada Dni-ersity $ress. Cogyakarta.
&&. 8eksoprodjo, +., dkk.&??/. +umpulan +uliah Ilmu Bedah. !agian !edah +ta
$engajar "akultas 3edokteran Dni-ersitas Indonesia. !ina 8upa Aksara.
1akarta.
&2. Anonim, 2000. Appendicitis. D.+. )epartment . <ealth and <uman +er-ices.
=ational Institute o <ealth. =I< $ublication =o. 00H0/0%.1une 2000.
###.digesti-e.niddk.nih.go-

Vous aimerez peut-être aussi