Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karekteristik sistem Perkotaan ditentukan oleh aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan
pengaruh pada beberapa lokasi kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan
pengaruh pada pola perjalanan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan ini
kemudian mempengaruhi jaringan transportasi dan akan pula memberikan pengaruh pada sistem
transportasi secara keseluruhan.
Dalam Kamus Bahasa Inggris Wojowasito (1991:2) mengatakan bahwa accessibility
adalah hal yang mudah dicapai. Artinya aksesibilitas tidak hanya sekedar kesediaan segala
sesuatu, namun juga kesediaan yang mudah dicapai.
Bambang sutantono (2004:1) menyatakan bahwa aksesibilitas adalah hak atas akses
yang merupakan layanan kebutuhan melakukan perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini
aksesibilitas harus disediakan oleh pemerintah terlepas dari digunakannya moda transportasi
yang disediakan tersebut oleh masyarakat.
Kemudian Bambang Susantono (2004:24) menambahkan bahwa Aksessibilitas
merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu
perjalanan.
Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu
tempat berdekatan dengan tempat lain, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat itu tinggi.
Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas antara keduanya rendah. Jadi,
tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas
tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).
Akan tetapi, peruntukan lahan tertentu seperti bandara, lokasinya tidak bisa sembarangan
dan biasanya terletak jauh di luar kota. Dikatakan aksesibilitas ke bandara tersebut pasti selalu
rendah karena letaknya yang jauh di luar kota. Namun, meskipun letaknya jauh, aksesibilitas ke
bandara dapat ditingkatkan dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui
dengan kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek. Oleh sebab itu,
penggunaan jarak sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan orang dan mulai dirasakan
bahwa penggunaan waktu tempuh merupakan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
jarak dalam menyatakan aksesibilitas.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah sebagai berikut:
Megamati pegaruh Aksesibilitas terhadap perkembangan suatu Kota atau Daerah
Memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Perkotaan
Mengetahui tingkat aksesibilitas dari lokasi tempat tinggal terhadap sarana prasaran
berbagai fasilitas di daerah
Mampu mengerti, memahami, dan mengaplikasikan penghitungan nilai aksesibilitas dan
indeks aksesibilitas.
Menghitung dan menganalisa bagaimana perbandingan lperbedaan tingkat aksesibilitas
antar Daerah



Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Jl. Panji Gg II No 41, di kelurahan Kepanjen - Kecamatan
Kepanjen, Kabupaten Malang. Alamat tersebut dijadikan sebagai titik pusat hingga sejauh 2 Km
pada arah barat, timur, utara, dan selatan.
Pengertian Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu tujuan lokasi, yang
menjadi ukuran adalah jarak, waktu tempuh, kelengkapan dan kualitas dari fasilitas yang
tersedia. Seperti jalan yang bagus, adanya swalayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,dll.
Tak jarang aksesibilitas menjadi faktor yang sangat penting untuk menentukan tempat tinggal,
tempat bekerja ataupun untuk alasan pendidikan. Aksesibilitas sebenarnya banyak memiliki
aneka macam ragam istilah, (Frenk, 1992 : 842), berpendapat bahwa aksesibilitas adalah sinonim
dengan availibilitas (ketersediaan). Sehingga antara akses (aksesibilitas) dan ketersediaan
(availibilitas) sebenarnya tidak dapat dibedakan. Aksesibilitas dalam hal ketersediaan berarti
moda transportasi yang digunakan siswa ke sekolah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa aksesibilitas terkait erat dengan
ketersediaan dan kemudahan.

Metode Penelitian
Metode yang dipakai adalah melalui survey langsung di lapangan dan juga melalui
penghitungan nilai aksesibilitas, indeks aksesibilitas serta tingkat aksesibilitas suatu daerah jika
dibandingkan dengan daerah lain.





BAB II
DESKRIPSI LOKASI

Lokasi ini terletak di daerah yang cukup padat, baik lalu lintas maupun penduduknya.
Lokasinya ini dekat dengan fasilitas-fasilitas umum menyebabkan di sekitar lokasi ini tak pernah
sepi. Kecamatan Kepanjen merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang terletak di sebelah
Selatan Kota Malang + 18 Km, dimana dulunya merupakan wilayah pembantu Bupati di
Kepanjen dan pada saat ini Kecamatan Kepanjen merupakan pusat Pemerintah Kabupaten
Malang, dengan telah keberadaanya Kantor/Dinas Badan/Lembaga dan Instansi Tingkat
Kabupaten Malang.
Batas-batas wilayah Kecamatan Kepanjen :
_ Sebelah Utara Kecamatan Pakisaji;
_ Sebelah Timur Kecamatan Gondanglegi dan Bululawang;
_ Sebelah Selatan Kecamatan Pagak;
_ Sebelah Barat Kecamatan Kromengan dan Ngajum.
Secara administrasi Kecamatan Kepanjen terdiri dari :
Wilayah Kelurahan ada 4 (empat) Kelurahan;
Wilayah Desa terdiri dari 14 (empat belas) desa,
Dusun : 39 Dusun
RW : 77 RW
RT : 467 RT
Kecamatan ini berada di sebelah selatan Kota Malang, dan dilintasi jalur Surabaya-Malang-
Blitar. Kepanjen kini merupakan ibukota dan pusat pemerintahan Kabupaten Malang. Antara
Malang-Kepanjen juga segera dilayani dengan sarana transportasi Kereta komuter.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2008 tentang Persetujuan Pemindahan Ibukota
Kabupaten Malang ke Kecamatan Kepanjen merupakan ruh awal berdirinya ibukota baru. Proses
panjang penetapan Kepanjen sebagai Ibukota diawali usulan Bupati Malang dengan surat Nomor
135.7/093/421.202/2007 tanggal 17 Januari 2007 kepada Ketua DPRD Kabupaten Malang.
Usulan itu diperkuat persetujuan dari DPRD Kabupaten Malang berdasarkan Keputusan Nomor
3 Tahun 2007 tanggal 12 Maret 2007.

Kepanjen terdiri dari 14 Desa dan 4 Kelurahan.
1. Ardirejo (Kelurahan) 9. Panggungrejo
2. Cepokomulyo (Kelurahan) 10.Penarukan (Kelurahan)
3. Curungrejo 11. Sengguruh
4. Kedung Pedaringan 12. Sukoraharjo
5. Kepanjen (Kelurahan) 13. Talangagung
6. Mangunrejo 14. Dilem
7. Mojosari 15. Kemiri
8. Ngadilangkung 16. Jatirejoyoso
9. Panggungrejo 17. Jenggolo
10. Penarukan (Kelurahan) 18. Tegalsari
Sebagai titik awal perbandigan yaitu Jalan Panji, dimana jalan ini merupakan jalan utama
di Kepanjen. Disini terdapat banyak perkantoran karena sebagai pusat pemerintahaan kabupaten
Malang yaitu di Jalan Panji. Selain itu terdapat pula banyak sekolah-sekolah yang berguna untuk
mendukung selain untuk system pemerintahan tapi juga sebagai pusat pendidikan di Kabupaten
Malang. Dibangunnya kantor Kabupaten di Jalan Panji ini semakin menarik beberapa orang baik
di kecamatan Kepanjen maupun di luar Kecamatan Kepanjen. Selain itu Kepanjen juga sebagai
pusat administrasi pemerintah yang ada di Kabupaten Malang.
BAB III

Tingkat Aksesibilitas Lokasi
Untuk mengetahui aksesibilitas lokasi ini perlu untuk melakukan penghitungan dengan
menggunakan indeks aksesibilitas sebagai berikut:
Indeks Aksesibilitas
Aij = Ej/ dij
Ej : Jumlah fasilitas di kawasan j
dij : jarak fisik dari i ke j
a : nilai eksponen i J
FASILITAS UNIT INDEKS KRITERIA BOBOT
0 0.5 Km Pendidikan 4 8 S 3
Kesehatan 3 6 S 3
Hiburan 2 4 K 2
Religi 5 10 B 4
Bisnis 8 16 B 4
Perumahan 3 6 S 3
Fasilitas Publik 5 10 B 4
Perkantoran 5 10 SB 5
Total rata-rata Bobot 3.5 = B

FASILITAS UNIT INDEKS KRITERIA BOBOT
0.5 1 Km Pendidikan 4 4 SB 5
Kesehatan 2 2 S 3
Hiburan 4 4 S 3
Religi 15 15 SB 5
Bisnis 12 12 B 4
Perumahan 5 5 S 3
Fasilitas Publik 7 7 S 4
Perkantoran 4 8 B 4
Total rata-rata Bobot 3.875 = B
FASILITAS UNIT INDEKS KRITERIA BOBOT
1 2 Km Pendidikan 8 4 B 4
Kesehatan 4 2 S 3
Hiburan 8 4 B 4
Religi 12 6 B 4
Bisnis 14 4 SB 5
Perumahan 4 2 S 3
Fasilitas Publik 8 4 B 4
Perkantoran 4 2 K 2
Total rata-rata Bobot 3.875 = B

Keterangan:
Fasilitas pendidikan mencakup SD, SMP, SMA,& PT.
Fasilitas Kesehatan mencakup Puskesmas, Poli Klinik dan Rumah sakit.
Fasilitas hiburan mencakup kafe, karaoke, taman hiburan,billiard, warnet, rental PS, dll.
Fasilitas religi mencakup Masjid dan Gereja.
Fasilitas Bisnis mencakup Perbankan, Pertokoan, Ruko, Rukan, Pusat perbelanjaan(swalayan),
dan Pasar tradisional.
Fasilitas perumahan mencakup komplek perumahan, hotel, dan penginapan.
Fasilitas publik mencakup makam, kantor pelayanan pajak, kantor bea cukai, PLN, PDAM,
kantor pemerintah, dan Polsek.

Untuk penghitungannya adalah sebagai berikut:
Indeks aksesibilitas kategori 1 (0 - 0,5 km)
Aij = 40/26 = 1,53 = Sedang

Indeks aksesibilitas kategori 2(0,5 1 km)
Aij = 52/27 = 1,9 = Sedang

Indeks aksesibilitas kategori 3(1 2 km)
Aij = 58/27 = 2,15 = Baik

Keterangan:
Untuk kategori 1, fasilitas yang menonjol adalah Religi dan Pendidikan, seperti yang kita
ketahui, di sekitar lokasi ini merupakan daerah yang merupakan tempat tinggal penduduk asli
dan merupakan kawasan pendidikan yang baik, hal ini bisa dilihat banyaknya jumlah sekolah
mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA. Tetapi untuk kawasan hiburan disini cukup kurang
dikarenakan mungkin basis pendidikan dan tempat agama
Pada kategori 2, fasilitas yang menonjol adalah Religi dan bisnis, pertokoan dan tempat hiburan
tersedia cukup banyak pada kawasan ini karena mengingat daerah kawasan ini adalah jalan
menuju kota Malang untuk para penduduk daerah sekitar Kepanjen . Fasilitas publik, kesehatan,
serta hiburan perlu ditambah jumlahnya, untuk wilayah seluas itu termasuk kurang untuk
memenuhi kebutuhan penduduk.
Sementara untuk kategori 3, system aksesibilitas lebih baik daripada 2 kategori sebelumnya,
yang menonjol adalah fasilitas bisnis dan hiburan, maklum saja, kawasan ini berpenduduk cukup
padat sehingga menjadi lahan bisnis dan fasilitas hiburan yang cukup bagus. Hal yang terpenting
adalah semakin dekat dengan arah ke Kota Malang selain itu jalan rayanya merupakan akses
untuk kendaraan besar yang menuju pelabuhan ke Surabaya.

Tingkat Aksesibilitas ke Berbagai Fasilitas

Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas lokasi penelitian dengan berbagai fasilitas kita dapat
menghitungnya dengan menggunakan rumus nilai aksesibilitas, yaitu sebagai berikut:
Ai = K F T / d
K : kondisi transportasi (aspal, perkerasan, tanah )
F : fungsi transportasi (arteri, kolektor, lokal)
T : fungsi dan jenis pergerakan(regional/lokal) dan trayek pergerakan yang melayani
d : jarak ( i ke j )

KRITERIA BOBOT
K
(Kondisi Transportasi)
Aspal, Perkerasan, Tanah
dll
B 4
F (Fungsi
Transportasi)
Arteri, Kolektor, Lokal
(primer, sekunder)
S 3
T (Fungsi dan Jenis
Pergerakan)
Regional, B 4
d (jarak i ke j) >. Fisik (Km, m)

>. Waktu Tempuh (Jam,
Menit)
B 4

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
Ai = 4.3.4/4 = 20
Aksesibilitas lokasi penelitian ke berbagai fasilitas termasuk dalam kategori Baik, jalan di
sekitar lokasi bagus, ada beberapa sarana transportasi umum yang biasanya melewati jalur ini,
seperti K1 (Malang-Kepanjen), ojek dan Becak. Untuk menuju fasilitas pendidikan cukup
ditempuh 3 menit, untuk ke fasilitas religi 1 menit, ke fasilitas kesehatan membutuhkan waktu 5
menit, untuk ke fasilitas hiburan dapat di tempuh 3 menit, ke fasilitas bisnis sekitar 2 menit, ke
perumahan 0-2 menit, dan ke fasilitas public 1 menit, untuk ke PLN 1 menit, PDAM 3 menit,
dan makam 3 menit.
Disini dapat kita ketahui berdasarkan perhitungan bahwa tingkat aksesibilitas daerah
Jalan Panji sangat mudah. Waktu yang diperlukan untuk menggunakan fasilitas yang ada di
Kecamatan Kepanjen cukup baik. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ketika daerah tersebut
mudah untuk menjangkau fasilitas yang ada di Pusat kota maka bisa dikatakan bahwa
perkembangan kota tersebut cukup baik.





BAB IV

Tingkat aksesibilitas suatu kota bukan hanya diukur berdasarka dengan bagaimana
kemampuan guna memalnfaatkan fasilitas yang ada berdasarkan jarak tempuh dan kelengkapa
fasilitas, tetapi juga mengenai perbandingan aksesibilitas dengan daerah lain. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah saya lakukan dengan bebrapa warga yang bertempat tinggal di daerah
Kelurahan Penarukan dapat disimpulkan bahwa mereka rata-rata untuk menjangkau fasilitas-
fasilitas penunjang membutuhkan waktu sekitar 8.5 menit.

Data Hasil Interview Kelurahan Kepanjen

Jarak Tempuh
(menit)
Jumlah Individu
Pendidikan Pasar Tempat Kerja Kesehatan Perkantoran
2 4 4 2 4 3
3 5 3 4 1 5
4 3 2 2 3 2
5 2 5 4 5 1
6 1 1 3 2 4

Dalam Perhitungan selanjutnya yaitu mengetahui bagaimana mengetahui perbandingan tingkat
aksesibiliatas tempat tinggal saya (dalam hal ini adalah Jl. Panji II) dengan rumah di kawasan
Kelurahan Penarukan.
Dengan tujuan tersebut maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

EG = e i / m
Keterangan :
EG : Tingkat Aksesibilitas ( berbagai fasilitas )
ei : Jarak tertentu untuk 1(satu) individu i di dala satuan unit jarak atau waktu ( km atau menit)
: Jumlah semua individu i di dalam daerah tertentu
m : Jumlah individu di dalam derah tersebut
J alan Panji = 720 jiwa x 2 Menit / 128.000 jiwa = 0.11
Kelurahan Penarukan = 680 jiwa x 4 Menit / 128.000 jiwa = 0.21
Dengan perbedaan selisih rata-rata waktu tempuh yang berbeda dan jumlah penduduk dari
masing-masing kedua daerah tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa dengan adanya Kelurahan
Kepanjen sebanyak 720 jiwa, tingkat aksesibilitas untuk berbagai fasilitas di Kecamatan
Kepanjen hanya sebesar 0.11 jika dibandingkan dengan keseluruhan total jumlah penduduk.
Sedangkan untuk Kelurahan Penarukan, tingkat aksesibilitasnya sebesar 0.21 untuk penggunaan
berbagai fasilitas yang ada di Kecamatan Kepanjen.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dengan perbedaan ataupun selisih waktu/jarak
yang diperlukan untuk perhitungan tingkat aksesibilitas berpengaruh besar dalam penggunaan
berbagai fasilitas yang ada, serta yang tidak kalah penting adalah mengenai berapa banyak
jumlah penduduk yang berhak untuk menikmati fasilitas itu sehingga tujuan dalam pemanfaatan
aksesibilitas bisa sebaik mungkin digunakan.








BAB V
Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan perhitungan diatas, maka kita dapat menyimpulan bahwa hal yang
dapat diambil antara lain:
Transportasi merupakan sarana yang paling penting guna menunjang keberhasilan
pembangunan karena transportasi merupakan proses pergerakan barang, orang, ide dan
jasa dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan menggunakan alat angkut.
Untuk dapat mengetahui aksesibilitas suatu lokasi ke suatu tujuan lokasi dapat
menggunakan indeks aksesibilitas.
Untuk mengetahui aksesibilitas suatu lokasi terhadap berbagai fasilitas dapat
menggunakan Nilai aksesibilitas.
Dengan menggunakan pembobotan, penilai seberapa besar tingkat aksesibilitas suatu
daerah terhadap pemanfaat berbagai fasilitas.
Aksesibilitas lokasi penelitian ini termasuk dalam kategori Baik.
Untuk dapat mengetahui seberapa besar perbandingan antar daerah untuk aksesibilitas
suatu daerah bisa menggunakan perhitungan Tingkat Aksesibilitas








EKONOMI PERKOTAAN
Aksesibilitas Pengembangan Perkotaan

Disusun untuk memenuhi tugas UTS (Ujian Tengah Semester)
Mata kuliah Ekonomi Perkotaan yang dibina oleh Bpk. Bahtiar Fitanto



Nama : Siti Aliffatul Janah
NIM : 115020113111005

JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

Vous aimerez peut-être aussi