Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB 4.

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan karsinoma prostat dibedakan menjadi 2
tahap, yakni pengkajian pre-op prostatektomi dan pengkajian post-op
prostatektomi.
A. Pengkajian Pre-op
Pengkajian pada klien pre-op prostatektomi dilakukan sejak saat klien
MRS sampai dengan saat klien akan menjalani operasi. Hal-hal yang perlu
dikaji meliputi:
1. Data Umum (Subyektif)
a. Identitas Pasien
Nama :diisi dengan nama pasien.
Tempat tanggal lahir :diisi dengan tempat tanggal lahir pasien.
Umur : karsinoma prostat lebih sering terjadi pada
laki- laki berusia diatas 50 tahun.
Jenis kelamin : insiden banyak terjadi pada laki-laki.
Agama : diisi dengan agama/ keyakinan pasien.
Suku : karsinoma prostat lebih sering terjadi pada
orang kulit hitam seperti orang amerika dan afrika, dari pada orang
kulit putih.
Diagnosa Medis : kanker prostat
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan klien berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Pasien
dengan kanker prostat biasanya datang dengan keluhan nyeri atau
gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan pola miksi serta
adanya gangguan dalam sistem reproduksi.


c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien kanker prostat keluhan yang ada biasanya frekuensi
berkemih terganggu, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas
sehabis miksi, hesistensi, intermitten, dan waktu miksi memanjang
dan akhirnya menjadi retensi urin.
d. Riwayat kesehatan lalu :
1. Penyakit yang pernah dialami
Adanya riwayat penyakit yang berhubungan dengan system
perkemihan mungkin dapat berpengaruh, misalnya ISK yang
berulang. Penyakit kronis yang pernah diderita, operasi yang
pernah dijalani, serta adanya riwayat penyakit DM dan
Hipertensi.
2. Alergi
Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan, kerena
berkaitan dengan terapi (khususnya terapi medis dan pemberian
diet) pada pasien selama dirawat di rumah sakit.
e. Riwayat psikososial :
1. Intra personal
Pada penderita karsinoma prostat yang akan menjalani operasi
pasti akan muncul kecemasan dalam dirinya, apalagi pada
pasien yang sama sekali belum pernah menjalani prosedur
operasi sebelumnya. Kecemasan ini muncul karena
ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat
kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien
tentang sakitnya. Pada tahap ini, perawat sangat dibutuhkan
untuk memberikan edukasi pada klien terkait prosedur operasi
dan hal-hal yang harus dilakukan pasca operasi, perawat juga
perlu memperkuat koping klien serta memberi motivasi untuk
mengurangi kecemasan yang dirasakan klien.


2. Inter personal
Perawat mengkaji peran klien dalam keluarga dan dalam
masyarakat, serta kebiasaan kehidupan sehari-hari klien dalam
keluarga maupun masyarakat.
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit kanker prostat. Anggota keluarga yang
menderita DM atau hipertensi.
g. Pengkajian pola fungsi kesehatan, yaitu :
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Dikaji apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, penggunaan
obat-obatan, alkohol, serta upaya-upaya yang biasa klien
lakukan untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Dikaji tentang pola makan klien sehari-hari: frekuensi makanan,
jenis makan, jenis dan kebiasaan minum sehari-hari, serta
adanya keadaan yang mengganggu pemenuhan nutrisi seperti
nausea, anoreksia, vomiting maupun stomatitis. Dalam pola
nutrisi biasanya tidak ada gangguan atau keluhan dari klien,
akan tetapi kebiasaan pola makan klien yang sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi
khususnya lemak hewani memiliki resiko terkena kanker
prostat.
c. Pola eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar klien sebelum
dan saat MRS. Klien ditanya tentang pola berkemih,
frekuensinnya, ragu-ragu, urin menetes, kebiasaan BAK malam
hari (berapa kali klien harus bangun pada malam hari untuk
berkemih), kekuatan sistem perkemihan (apakah klien
mengedan untuk memulai dan mempertahankan berkemih).
Klien juga ditanya tentang adanya keluhan kesulitan BAB atau
konstipasi akibat prostusi prostat ke dalam rektum.
d. Pola tidur dan istirahat
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam
hal ini adalah setelah di diagnosa mengalami alergi) atau saat
menjalani perawatan di RS. Klien ditanya lamanya waktu tidur,
adanya waktu tidur yang berkurang karena sering berkemih
pada malam hari (nokturia). Klien dengan penyakit prostat
biasanya mengalami gangguan tidur karena adanya nokturia
atau nyeri pada bagian genitalia.
e. Pola aktivitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari-hari, aktifitas penggunaan
waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan
sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas
sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien
masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri.
f. Pola hubungan dan peran
Dikaji tentang bagaimana peran dan hubungan klien dengan
keluarga, pasien lain, perawat atau tenaga rumah sakit lain.
Apakah klien dapat menjalankan perannya dengan baik dalam
keluarga dan masyarakat, dan apakah perubahan peran yang
dialami klien saat sakit atau dirawat.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Perlu dikaji juga
informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau
dirasakan klien sebelum pembedahan. Biasanya muncul
kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien
tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien
dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan
merasa tidak berdaya.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan
pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses
berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya
tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
i. Pola reproduksi seksual
Dikaji tentang hubungan dengan pasangannya (istrinya), jumlah
anak yang dimiliki, serta pengetahuan klien tentang seksualitas.
Perlu dikaji pula keadaan pola seksualitas yang terjadi sekarang,
adanya masalah seksualitas yang dialami (terkait ejakulasi,
ereksi dan kepuasan), serta pola perilaku seksual. Pada pasien
kanker prostat biasanya terjadi penurunan libido dan minimnya
pengeluaran sperma.
j. Pola penanggulangan stress
Dikaji apakah pasien klien merasakan stress, apa penyebab
stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang
dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama
siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau
negatif. Kemungkinan pasien akan mengalami kejenuhan
selama menjalani perawatan di rumah sakit karena hilangnya
waktu untuk rekreasi. Sehingga perawat maupun keluarga perlu
menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan dapat
menghilangkan kebosanan/ kejenuhan pasien.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Dikaji tentang agama klien, dan bagaimana aktifitas
keagamaannya selama klien sakit. Bagaimana pendapat pasien
tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya
adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Pada pasien anak-anak atau bayi, kondisi spiritual tidak terlalu
memiliki pengaruh yang besar.

2.Data Obyektif.
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: keadaaan penyakit, Tingkat kesadaran (GCS),
pernafasan tekanan darah, suhu tubuh dan nadi.
b. Keadaan fisik:
1. Kulit : Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah
kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien.
2. Kepala : Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah
penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala. Pada klien
kanker prostat terjadi alopesia dan rambut kering.
3. Wajah : Bentuk simetris atau tidak, adakah odema, otot rahang
bagaimana keadaannya, dan bagaimana keadaan otot wajahnya.
4. Mata : Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau
tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan
perdarahan. Sklera tampak ikterus atau tidak.
5. Telinga : Ada atau tidaknya sekret yang keluar, serumen atau
benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan
pendengaran.
6. Hidung : Bagaimana bentuknya, adakah pengeluaran sekret, apa
ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah
pernafasan cuping hidung.
7. Mulut dan faring : Adakah karies gigi, bagaimana keadaan gusi
apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau
tidak. Adakah pembesaran tonsil.
8. Leher : dilihat apakah bentuk leher simetris, ada atau tidaknya
benjolan, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limfa, dan
peningkatan JVP.

9. Thoraks : bagaimana bentuk thoraks, adakah gynecomasti.
10.Paru-paru: bentuk paru, kesimetrisan, jejas, udem, apakah ada
pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara
nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,
wheezing atau egofoni.
11.Jantung : bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).
Bagaimana dengan iktus atau getarannya, serta bunyi jantung.
12. Abdomen : bagaimana bentuk abdomen, kesimetrisan, adanya
oedema. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada
penonjolan kandung kemih pada supra pubik, dan apakah ada
nyeri tekan. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid,
hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaltik usus menurun atau
meningkat.
13. Genitalia dan anus : Pada klien biasanya terdapat hernia.
Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touch (colok
dubur). Pada klien yang mengalami retensi urine, apakah
terpasang kateter. Bagaimana bentuk skrotum dan testisnya. Pada
anus biasanya ada hemoroid.
14. Ekstremitas dan tulang belakang : Apakah ada pembengkakan
pada sendi, jari-jari tremor atau tidak. Apakah ada infus pada
tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda-tanda infeksi
seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bagaimana bentuk
tulang belakang (normal, lordosis, kifosis, skoliosis atau
malformasi lainnnya).
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
direncanakan, misalnya pemeriksaan radiologi, laboratorium, dan lain-
lain.
B. Pengkajian Post-op
Hal-hal yang perlu dikaji dan dilakukan pemantauan pada klien yaitu:
1. Status kesehatan
a. Keluhan Utama
Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi
prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena
spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu
pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan
dari klien sendiri. Perawat dapat mengajarkan tekhnik pengontrolan
nyeri, misalnya dengan tekhnik relaksasi.
b. Kesadaran umum
Kaji kesadaran klien, GCS, ekspresi wajah, dan suara bicara.
c. Sistem tubuh
1. Sistem respirasi
Kaji bagaimana pernafasan klien, apakah ada sumbatan pada
jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi
nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau
tidak. Gerakan otot bantu nafas seperti gerakan cuping hidung,
gerakan dada dan perut. Adanya Tanda sianosis.
2. Sistem sirkulasi
Kaji nadi ( takikardi/ bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, monitor jantung ( EKG ).
3. Sistem Pencernaan
Kaji frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi/
obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah adakah flatus,
apakah ada mual dan muntah.
4. Sistem neurologi
Kaji keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
5. Sistem muskuluskeletal
Kaji bagaimana aktifitas klien sehari-hari setelah operasi.
Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus
dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah
yang terpasang infus. Kaji juga keadaan ekstrimitas klien,
kekuatan otot.
6. Sistem eliminasi
Kaji adanya ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung
kemih penuh. Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji
apakah ada tanda tanda perdarahan, infeksi. Jenis kateter
yang dipakai, kaji kondisi kateter, bagaimana keadaan sekitar
daerah pemasangan kateter. Irigasi kandung kemih, warna urine
dan jumlah produksi urine tiap hari.
C. Terapi yang diberikan setelah operasi
Pantau TTV pasien secara intensif, pantau asupan cairan (infus), obat-
obatan yang diresepkan (misal antibiotik, analgesik), pantau cairan irigasi
kandung kemih, laksanakan terapi fisiologis yang disarankan untuk klien
post-op.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada pasien dengan karsinoma
prostat diantaranya :
4.2.1 Diagnosa pre-op:
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan penekanan
kanker pada kandung kemih/ uretra.
2. Gangguan eliminasi urin : frekuensi, nokturia, retensi, perasaan tidak
puas setelah berkemih berhubungan dengan obstruksi mekanik:
pembesaran prostat.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering berkemih di malam
hari.
4. Retensi urin : urin menetes, sensasi kandung kemih penuh
berhubungan dengan disfungsi vesica urinaria.
5. Konstipasi berhubungan dengan penekanan colon oleh kanker prostat.
6. Gangguan pola seksualitas berhubungan dengan ketidakmampuan
memuaskan pasangan.
7. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fungsional : sulit
untuk ejakulasi.
8. Ansietas berhubungan dengan prosedur terapi : operasi.

4.2.2 Diagnosa post-op
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka pada insisi
prostatektomi.
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi akibat
oedema bekuan darah prostatektomi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pasca prostatektomi.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan kulit pada
area insisi prostatektomi.
5. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi berhubungan dengan
keterbatasan informasi.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : pembedahan
dan pemasangan kateter.















































4.3 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1.1. Gangguan rasa nyaman:
nyeri akut berhubungan
dengan penekanan kanker
pada kandung kemih/
uretra.

Tujuan:
Klien mampu
mengungkapkan secara
verbal tidak merasa nyeri
dan merasa nyaman.
Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam:
a. Klien mengatakan
bahwa nyerinya
berkurang/hilang.
b. Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
c. Wajah pasien rileks.
1. Kaji tanda-tanda vital pada
pasien.
2. Kaji tingkat nyeri pasien.

3. Berikan posisi yang
nyaman pada pasien.
4. Ajarkan nafas dalam pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam pemberian
analgesik.
1. Mengetahui perkembangan lebih
lanjut terhadap kondisi pasien.
2. Mengetahui tingkat nyeri dan
lokasi nyeri pada pasien
3. Memberikan rasa nyaman pada
pasien..
4. Meberikan relaksasi pada pasien.

5. Membantu menghilangkan rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.

2. Gangguan eliminasi urin : Tujuan: 1. Kaji pola eliminasi pasien 1. Mengetahui pola eliminasi pasien
frekuensi, nokturia, retensi,
perasaan tidak puas setelah
berkemih
Pasien mampu
mengungkapkan secara
verbal bisa BAK dengan
adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 x 24
jam:
b. a. Klien dapat berkemih
dengan jumlah normal.
c. b. Distensi kandung kemih
tidak teraba.
sebelum sakit.
2. Kaji pola eliminasi pasien
setelah menderita kanker
prostat.
3. Jelaskan pada pasien
tentang perubahan dari pola
eliminasi yang terjadi pada
pasien.
4. Anjurkan pasien minum
cukup sesuai intake 2,5
sehari.
5. Anjurkan pasien berkemih
sesuai waktunya.
sebelum sakit.
2. Mengetahui pola eliminasi pasien
setelah menderita kanker prostat.

3. Meningkatkan pengetahuan pasien
sehingga pasien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.

4. Membantu meningkatkan cairan
pada pasien.

5. Meminimalkan retensi urine dan
distensi yang berlebihan pada
kandung kemih.
3. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri
pasca prostatektomi.
1.
2.
Tujuan:
Pasien mengungkapkan
secara verbal istirahat dan
tidur terpenuhi/tidak
terganggu.
1. Kaji pola tidur pasien.
2. Jelaskan mengenai
penyebab dan pencegahan
gangguan tidur dan
istirahat pada pasien.
1. Mengetahui pola tidur pasien.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien
sehingga pasien kooperatif
terhadap tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam:
b. a. pasien mampu istirahat
dan tidur dengan kuantitas
dan kualitas yang baik.
b. pasien menyatakan
bahwa ia sudah bisa
memenuhi kebutuhan
tidurnya.
3. Ciptakan suasana yang
mendukung tidur dan
istirahat pasien.
Batasi minuman yang
mengandung kafein.
3. Membantu mendukung istirahat
dan tidur pasien.
Membantu mengurangi gangguan
pada pasien.
4. Kurang pengetahuan:
tentang prostatektomi
berhubungan dengan
keterbatasan informasi.
3.
4.
5.
6.
Tujuan:
Pasien mampu memahami
dan menjelaskan mengenai
proses penyakitnya..
Kriteria Hasil:
a. Setelah dilakukan asuhan
keperawtan selama 1 x 24
jam:
1. kaji pengetahuan yang
dimiliki pasien mengenai
penyakitnya.
2. berikan kesempatan pada
pasien untuk bertanya.
3. berikan informasi
mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien.
1. mengetahui pengetahuan yang
dimiliki oleh pasien.

2. agar pasien tahu mengenai
penyakitnya.
3. membantu pasien mengetahui
penyakit yang dideritanya.

b. a. Pasien akan melakukan
perubahan perilaku.
c. b. Pasien mengatakan
pemahaman mengenai
penyakit yang dideritanya.
d. c. Pasien berpartisipasi
dalam program
pengobatannya.



c.
4. Libatkan keluarga untuk
membantu klien memahami
proses penyakitnya.

4. Melibatkan keluarga agar
pemahaman pasien menjadi
maksimal
5. 7. Resiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasif:
pembedahan dan
pemasangan kateter.

Tujuan:
Pasien tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
b. Klien tidak mengalami
1. Kaji tanda-tanda vital,
tanda-tanda shock dan
demam pada pasien.
2. Berikan perawatan kateter
dengan steril.
3. Anjurkan pasien
mengonsumsi cairan 2500-
1. Mengetahui perkembangan pada
pasien.

2. Mencegah masuknya bakteri
penyebab infeksi.
3. Meningkatkan output urin.

infeksi.



e.
3000 ml sehari.
4. Observasi urine (warna,
jumlah, bau).
5. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan mengenai
pemberian obat antibiotik.

4. Mengidentifikasi adanya infeksi
atau tidak.
5. Mencegah adanya infeksi dan
membantu proses penyembuhan.
4.4 Implementasi dan Evaluasi
No. Hari, Tanggal, waktu No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1. Senin, 15 November
2013, pukul 08.00 WIB
Dx. 1 1. Telah dilakukan
pengkajian tanda-tanda
vital pada pasien.
2. Telah dilakukan
pengkajian tingkat nyeri
pasien.
3. Telah diberikan posisi
yang nyaman pada
pasien
4. Telah diajarkan nafas
dalam pada pasien.
5. Telah dilakukan
kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian analgesik.
S: pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
O: - pasien tampak terlihat tidak
kesakitan lagi
4.3.1 wajah pasien
terlihat rileks
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan


2. Selasa, 16 November
2013, pukul 08.00 WIB
Dx. 2 1. Telah dilakukan
pengkajian kebiasaan
S: pasien mengatakan pola
eliminasi kembali normal

klien dalam eliminasi
2. Telah dilakukan
pengkajian pola
eliminasi pasien sebelum
sakit
3. Telah dilakukan pengkaji
pola eliminasi pasien
setelah menderita kanker
prostat
6. Telah dijelaskan pada
pasien tentang perubahan
dari pola eliminasi yang
terjadi pada pasien.
7. Telah dianjurkan pasien
minum sampai 3000 ml
sehari.
4. Telah dianjurkan pasien
berkemih.
O: - Klien dapat berkemih
dengan jumlah normal
4.3.2 Distensi kandung
kemih tidak teraba.
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3. Rabu, 17 November Dx. 3 1. Telah dilakukakn S: Pasien mengatakan bahwa

















4.

2013, pukul 08.00 WIB
















Kamis ,18 November
2013, pukul 08.00

















DX 4

pengkajian tanda-tanda
vital, tanda-tanda shock
dan demam pada pasien.
2. Telah diberikan
perawatan kateter dengan
steril.
3. Telah dianjurkan pasien
mengonsumsi cairan
2500-3000 ml sehari.
4. Telh dilakukan observasi
urine (warna, jumlah,
bau).
5. Telah berkolaborasi
dengan tim kesehatan
mengenai pemberian obat
antibiotik

1. Telah dikaji pola tidur
pasien.
tidak ada rasa sakit lagi
O: -Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
- Klien tidak mengalami
infeksi.
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan










S : Pasien mengatakan bahwa
sudah bisa tidur tadi malam













5.













Jumat, 19 November
2013, pukul 8.00













DX 5
2. Telah dijelaskan mengenai
penyebab dan pencegahan
gangguan tidur dan
istirahat pada pasien.
3. Telah diciptakan suasana
yang mendukung tidur
dan istirahat pasien.
4. Telah dibatasi minuman
yang mengandung kafein.
5. Telah dilakukan
kolaborasi dengan tim
kesehatan lain

1. Telah dilakukan
pengkajian pengetahuan
yang dimiliki pasien
mengenai penyakitnya.
2. Telah dikaji pola aktivitas
pasien sehari-hari.
O: Pasien terlihat dapat tidur
dengan keadaan baik tidak
ada gangguan apapun.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan








S : pasien mengatakan paham
mengenai penyakit yang
dialaminya
O: pasien terlihat berpartisipasi
dalam kegiatan program
pengobatan




3. Telah diberikan informasi
mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien.
4. Telah dianjurkan
meminimalkan aktivitas
berat pada pasien.


A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan

Vous aimerez peut-être aussi