Vous êtes sur la page 1sur 25

1.

SISTEM JUST IN TIME & ACTIVITY BASED COSTING PRESENTASI


AKUNTANSI MANAJEMEN S 1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA 2013
2. HERMANSEPTIANA ERMA NDARUSUWONO
3. DEFINISI Secara umum pengertian Activity Based CostingSystem (ABC System) adalah
suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas- aktivitas yang terjadi
dalam perusahaan lalumembebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan
melaporkan biaya aktivitasdan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat
digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. (Charles T.
Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502).
4. Kelompok Tingkatan Aktivitas 1. Tingkat Unit (Unit level activity) Aktivitas yang besar
kecilnya dipengaruhi langsung oleh unit produksi. 2. Tingkat partai (Bacth level activity)
Aktivitas yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyaknya partai (batch) yang terjadi didalam
satu periode.3. Aktivitas mempertahankan produk (Sustain level activity) Aktivitas yang
berfungsi untuk mendukung dan mempertahankan suatu produk secara individual.4. Aktivitas
mempertahankan fasilitas (Facility level Activity) Aktivitas yang berkait dengan pengadaan
fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
5. Tradisional vs ABC TradisionalDasar aktivitas yang dipakai biasanya berkaitan
denganvolume (volume-related activity base) seperti ekuivalen unit, jam kerja langsung atau jam
mesin langsung ABCMemakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit,yang jumlah pemicu
biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada system tradisional, sehinggameningkatkan
akurasi penentuan biaya pokok produk.
6. DEFINISI JIT (Just In Time) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi
aktivitaspemborosan dengan cara memproduksi produksesuai dengan permintaan konsumen dan
hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhanproduksi dengan tujuan strategis meningkatkan
laba, meningkatkan mutu, mengendalikan persediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (RA.
Supriyono, 1999).
7. Empat Aspek Pokok JIT 1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau
jasa harus di eliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol. 2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan
mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacatsedapat mungkin nol,tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat
meningkat. 3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. 4. Menekankan pada penyederhanaan
aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
8. SISTEM JIT Sistem Pull-through Persediaan tidak signifikan Sel-sel
pemanufakturanTenaga kerja terinterdisipliner Pengendalian mutu (TQC) Desentralisasi
jasa
9. TRADISIONAL Sistem Push-through Persediaan signifikan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasiLevel mutu akseptabel (AQL) Sentralisasi jasa
10. Analisis Biaya-Volume-Laba Konvensional Analisis biaya-volume-laba (CPV)konvensional
menganggap bahwa semuabiaya, produksi dan non produksi, dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok: Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel Biaya yang tidak
bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.
11. Analisis CPV (cost profit volume) dalam JIT Dalam sistem JIT, biaya variabel per unit
produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik. Dalam JIT, biaya variabel berdasar batch
tidak ada karena batch menjadi satu kali
12. SEKIAN & TERIMAKASIH

Menurut Mulyadi dalam bukunya Activity Based Cost System : Sistem Informasi Biaya untuk
Pengurangan Biaya ( 2003 : 25 ), Pengertian ABC( Activity Based Costing )system merupakan
: sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk
memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas .

Menurut Blocher ( 2005 ) yang dikutip oleh Yulianti ( 2011 ), memberikan definisi
mengenai Activity Based Costing ( ABC ) :
Activity Based Costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya
sumber daya ke objek seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan
untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah produk dan
jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya
yang menyebabkan timbulnya biaya .

Konsep tentang ABC system berubah sesuai dengan perkembangan implementasi
ABC System itu sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC System dipakai sebagai alat untuk
memperbaiki akurasi perhitungan biaya produk, namun perkembangannya terkini,
ABC System telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi cara baru dalam
menjalankan bisnis.

Tujuan dan Peranan Metode Activity Based Costing System
Konsep penting lainnya untuk mengerti tentang metode Activity-Based Costing
(ABC)adalah tujuan biaya (cost objective). Tujuan biaya didefinisikan sebagai "item" akhir
(final) dimana semua biaya terakumulasi. Tujuan biaya final ini berupa akumulasi biaya untuk
mentransfer barang atau jasa kepada konsumen diluar perusahaan. Tujuan biaya final dapat
berupa produk atau jasa pelayanan yang disediakan oleh sauatu perusahaan untuk konsumen.
Peranan Activity Based Costing system yaitu: (a) Pembebanan biaya tidak langsung dan
biaya pendukung, dan (b) Pembebanan biaya dan alokasi biaya yaitu biaya langsung dan biaya
tidak langsung

Manfaat metode Activity-based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah :
1. Suatu pengkajian metode ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya
yang memungkinkan. Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya
proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi
proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
3. Metode ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision
making) membuat - membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan
biaya yang lebih akurat maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih
baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi
sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continius improvement). Melalui analisa
aktivitas, metode ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas
yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.Hal ini berkaitan erat dengan masalah
produktivitas perusahaan.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction). Pada metode
tradisional, banyak biaya - biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Metode ABC yang
transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.
6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas
produk yang bervolume rendah.

Beberapa keunggulan dari metode Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya
produksi adalah sebagai berikut :
1. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi
dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern, terdapat
sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis metode ABC itu sendiri
memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat
ditelusuri.
3. Metode ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause
cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
4. Metode ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap
produk.
5. Metode ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modern dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemicu biaya
tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
6. Metode ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel
jangka panjang ( long run variabel product cost ) yang relevan terhadap pengambilan keputusan
yang strategik.
7. Metode ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.


















Activity Based Costing (ABC)
Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya
konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang dihasilkan
sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam ini sering disebut juga Unit Based
System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas
elemen-elemennya ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-
biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing-masing pusat
biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)
Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode
harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak eksternal perusahaan.
2.Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
mempehitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Metode
harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak internal.
Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi akuntansi yang dirancang untuk
mengelola aktivitas dan mempertahankan keunggulan bersaing. Sistem tersebut dinamakan akuntansi
aktivitas (Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing System (ABC System). Sistem ini
juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara-cara yang baru. Dalam ABC System, aktivitas
dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga
menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajer.
Hongren mendefinisikan ABC Sistem sebagai : is a System that first accumulates the costs of each
activity of an organization and then applies the costs of activities to the products, services, or other cost
objects using appropriate cost drivers. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). Secara
umum pengertianActivity Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang
mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu
membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan
produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen
untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective.
2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalamproduct cost menjadi dominan.
3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus
menerapkanmarketdriven strategy.
4. Marketdriven strategy menuntut manajemen untuk inovatif.
5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya
pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat.
Manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah :
1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha
untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan.
Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada
gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi
biaya.
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih
wajar.
3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making)
membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih
akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini
didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim
kompetisi dewasa ini.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), melalui analisa aktivitas,
sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai
tambah atau kurang efisien. Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada sistem tradisional,
banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan
sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.
6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat
mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang
bervolume rendah.
Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi
adalah sebagai berikut :
a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana
biayaoverhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapat sejumlah
aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian
pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost)
bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam
mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.
e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan
banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis
transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka
panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab
manajerial, dan juga biaya produk.
Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidaktepatan dalam
menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing. Hal ini berbeda dengan
sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri
biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas
tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih
realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity-Based Costing (ABC)
yang dikemukakan oleh Amin Widjaya dalam bukunya Activity-Based Costing untuk manufakturing dan
pemasaran, adalah sebagai berikut:
1.Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional
mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non
representatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus
pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan
untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3.Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya ABC memerlukan
masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan
memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4.Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem
tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan
jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya
aktual apabila kebutuhan muncul.
5.Pada sistem biaya tradisional penentuan tarif suatu produk berdasar aktivitas level unit (bahan baku
dan tenaga kerja). Sedangkan pada ABC System pembebanan biaya overhead berdasarkan aktivitas
berlevel unit maupun non unit sehingga penentuan biaya lebih akurat karena ditelusuri ke masing-masing
produk.
Sistem biaya tradisional mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit sebagai
pembeban biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa
subsidi silang (crosssubsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan
produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung
pada proporsi biaya overheadterhadap biaya produksi total. Semakin besar proporsinya, semakin besar
distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang melandasi dikembangkannya sistem
biaya Activity-Based Costing.
Perkembangan aktivitas berdasarkan pembiayaan (ABC system) pada awalnya didasari oleh adanya
perbaikan kecermatan dalam perhitungan biaya produk dalam perusahaa manufaktur yang pada
umumnya menghasilkan banyak produk. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya
adalah bagaimana menghasilkan banyak jenis produk dengan membebankan biaya overhead pabrik ke
produk-produk tersebut. Dalam aplikasi akuntansi biaya tradisional, konsep volume-related
drivers digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke pabrik, sehingga beban biaya produk
yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak akurat. Pada sistem ABC menawarkan dasar
pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch-related drivers, product sustaining drivers dan facility
sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yan
dihasilkan oleh perusahaan . Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan
maka akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat, sehingga hal ini
akan memudahkan pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan tentang harga jual dan
dalam melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk.
Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk
menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat. ABC sistem pada saat ini merupakan konsep
yang didefinisikan secara luas sebagai sistem informasi untuk memotivasi individu dalam
melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
produk/jasa bagi customer. ABC sistem dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi baiaya
tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan (manufaktur,
jasa, dagang) dan organisasi (sektor publik dan nirlaba) sekarang dapat memanfaatkan ABC
system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun
untuk perhitungan secara akurat beban biaya fitur produk/jasa. Jika pada tahap awal
perkembanannya, ABC system hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, sedangkan pada tahap
perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya desain, biaya
produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dan umum. ABC sistem
menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh
karena aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi,
maka ABC system dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.
Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-
masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional. Sistem ABC
merupakan suatu sistem yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga ada
berbagai definisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri. Beberapa ahli manajemen
biaya memberikan defenisi mengenai sistem biaya Activity-Based Costing sebagai berikut :
1. Wayne J. Morse, James R. Davis dan A. L. Hartgraves
Dalam bukunya Management Accounting (1991) memberikan defenisi mengenai Activity-Based
Costing (ABC), sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan
dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas
penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya
tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
2. Ray H. Garrison
Dalam bukunya Managerial Accounting (1991) memberikan definisi mengenai Activity-Based
Costing (ABC), sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk
setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pemacu biaya.
Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau
transaksi produk atau jasa yang dihasilkan tersebut.
3. Douglas T. Hicks
Dalam bukunya Activity-Based Costing for Small and Mid-sized Busines An Implementation Guide (1992)
memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai merupakan sebagai suatu konsep
akuntansi biaya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas
yang menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya ABC ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya
yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan kepada produk berdasarkan
aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi
masing-masing aktivitas tersebut.
4. L. Gayle Rayburn
Dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost Management Approach (1993) memberikan definisi
mengenaiActivity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang mengakui bahwa pelaksanaan
aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya, atau dengan kata lain bahwa
ABC tersebut adalah merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang berbasis pada transaksi. Sistem biaya
ABC itu sendiri adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu
organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan
pemakaian aktivitas setiap produk.
5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton
Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996) memberikan defenisi mengenai Activity-
Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang
memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental istem ABC ini menggunakan biaya
dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya keobjek biaya yang lain seperti produk,
jasa, atau pelanggan.
Konsep tentang ABC System berubah sesuai dengan perkembangan implementasi ABC System itu
sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC System dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi
perhitungan biaya produk, namun perkembangannya terkini, ABC System telah berkembang sedemikian
rupa sehingga menjadi cara baru dalam menjalankan bisnis. Tabel 1. menggambarkan mitos dan
realitas tentang ABC System dalam perkembangannya.
MITOS
REALITAS
1
ABC Systemmerupakan sistem pencatatan,
penggolongan, peringkasan, penyajian, dan
pengintepretasian informasi biaya. 1
ABC System merupakan sistem analisis
biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan personel dalam pengambilan
keputusan, baik yang bersifat strategik dan
maupun operasional
2 ABC Systemmerupakan sistem akuntansi 2 ABC Systemmerupakan sistem informasi
dengan perusahaan manufaktur sebagai
modelnya
biaya yang dapat diterapkan dalam semua
jenis organisasi-perusahaan manufaktur,
jasa, dan dagang, serta organisasi sektor
publik dan organisasi nirlaba.
3 ABC System berfokus ke biaya produksi 3
ABC System mencakup seluruh biaya.
Dalam perusahaan manufaktur,
ABC Systemmencakup biaya desain dan
pengembangan, biaya produksi, biaya
dukungan intern, biaya pemasaran, biaya
distribusi, biaya layanan purna jual.
4
ABC Systemberfokus ke perhitungan biaya
produk dan cost control 4
ABC System berfokus ke long-term
strategic cost reduction
5
ABC Systemdapat diselenggarakan secara
manual 5
ABC System hanya akan optimum hasilnya
jika diselesaikan dengan teknologi
infornasi.
6
ABC Systemmerupakan tanggung jawab
fungsi akuntansi 6
ABC System mengubah cara menjalankan
bisnis, oleh karena itu
ABC System menjadi tanggung jawab
semua personel, terutamaoperating
persone
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :
1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,
pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan
menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya.
ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.
2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.
Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel
perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai
informasi tentang aktivitas.
Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System tersebut disajikan lebih jelas pada Gambar 3. Pada
Gambar 3, menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas
organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan costumers. Seluruh yang
digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai manfaatnya ditinjau dari sudut pandang costumers.
Contoh informasi tentang aktivitas adalah: customers yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and
non-value-added activities, resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE),
capacity resource, budget type (fixed type, variable type, step type).
Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Ada dua hal mendasar yang
harus dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan ABC System, yaitu :
1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika
biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada
tiap produk.
2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar unit dan
aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua
aktivitasoverhead dengan rasio kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk
rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau ABC System membebankan overhead
pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya
rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik melalui dua tahap pembebanan
yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan antara kedua
metode tersebut terletak pada dasar pembebanan (cost driver) yang digunakan. Sistem akuntansi biaya
tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan (cost driver) yaitu unit produksi, sedangkan
ABC Systemmenggunakan lebih dari satu cost driver sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih
akurat dan teliti. Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :
Tahap 1
1. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.
2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen.
3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi
jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini
juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).
Tahap II
Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh
masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan
menggunaan tarifpool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran
besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh
tiap produk.
Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang
berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok
dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-
biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang
mewakili. Namun, untuk menghindari kerancuan pada konsep dasar, kita menghindari setiap
pembahasan detail dari beberapa langkah prosedur tahap pertama. Kita sekarang beralih ke penjelasan
yang lebih rinci dari dua langkah pertama : (1) identifikasi aktivitas dan (2) klasifikasi aktivitas ke dalam
kelompok sejenis. Bagaimana biaya-biaya dibebankan ke aktivitas dibahas dalam bagian yang berbeda.
Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan
dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan
biaya yang akan diatribusikan kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan
berdasarkan volume produk.
Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat
ditentukan sebagai value added atau non value added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem
manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran
kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya
produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan mengurangi non value
added time. Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah
(value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan sederhana,
sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.
Dalam value added manufaturing, pemborosan diartikan secara luas, yaitu setiap kegiatan dalam
pengolahan yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti inspection time, waiting
time dan moving time. Dengan demikian apabila tidak terdapat pemborosan maka nilai masing-
masing inspection time, waiting time dan moving timesama dengan nol. Non value added dapat
disebabkan oleh faktor yang bersifat sistemik, fisik dan manusiawi, misalnya mesin mempunyai sistem
yang mengharuskan setiap proses produksi harus dalam batch yang besar, tenaga kerja yang kurang
terampil mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja.
1.Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit
Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk
diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai
contoh tenaga langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk
dihasilkan.
2.Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk
diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh
aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi,
aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.
3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk
Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk
yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini
adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk,
perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.
4.Aktivitas Berlevel Fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara
umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk
namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang
diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,
keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta
depresiasi pabrik.
Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu dasar
pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan
biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-
transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut.
Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost poolakan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat
antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan.
Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead pabrik per unit
cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total
biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.
Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara
struktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya konvensional. Atau faktor-faktor
penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar yang digunakan untuk
membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada produk.
Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam pengendalian biaya tak bernilai tambah.
Jika kinerja individual dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak bernilai tambah,
maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan dapat mempengaruhi perilaku
para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup yang dipilih adalah waktu setup, maka insentif
harus diciptakan bagi pekerja agar mereka dapat mengurangi waktu setup.
Sumber :
<a href=http://gakmesti.wordpress.com/tag/tahap-tahap-abc/&#8221;
target=_blank>http://gakmesti.wordpress.com</a&gt;
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :
1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,
pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan
menempatkan personal perusahaan pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya.
ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.
2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.
Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel
perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai
informasi tentang aktivitas.
Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System tersebut disajikan lebih jelas pada Gambar 3. Pada
Gambar 3, menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas
organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan costumers. Seluruh yang
digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai manfaatnya ditinjau dari sudut pandang costumers.
Contoh informasi tentang aktivitas adalah: customers yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and
non-value-added activities, resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE),
capacity resource, budget type (fixed type, variable type, step type).
Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Ada dua hal mendasar yang
harus dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan ABC System, yaitu :
1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika
biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada
tiap produk.
2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar unit dan
aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua
aktivitasoverhead dengan rasio kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk
rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau ABC System membebankan overhead
pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya
rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik melalui dua tahap pembebanan
yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan antara kedua
metode tersebut terletak pada dasar pembebanan (cost driver) yang digunakan. Sistem akuntansi biaya
tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan (cost driver) yaitu unit produksi, sedangkan
ABC Systemmenggunakan lebih dari satu cost driver sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih
akurat dan teliti. Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :
Tahap 1
1. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.
2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen.
3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi
jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini
juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).
Tahap II
Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh
masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan
menggunaan tarifpool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran
besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh
tiap produk.
Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang
berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok
dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-
biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang
mewakili. Namun, untuk menghindari kerancuan pada konsep dasar, kita menghindari setiap
pembahasan detail dari beberapa langkah prosedur tahap pertama. Kita sekarang beralih ke penjelasan
yang lebih rinci dari dua langkah pertama : (1) identifikasi aktivitas dan (2) klasifikasi aktivitas ke dalam
kelompok sejenis. Bagaimana biaya-biaya dibebankan ke aktivitas dibahas dalam bagian yang berbeda.
Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan
dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan
biaya yang akan diatribusikan kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan
berdasarkan volume produk.
Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat
ditentukan sebagai value added atau non value added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem
manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran
kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya
produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan mengurangi non value
added time. Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah
(value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan sederhana,
sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.
Dalam value added manufaturing, pemborosan diartikan secara luas, yaitu setiap kegiatan dalam
pengolahan yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti inspection time, waiting
time dan moving time. Dengan demikian apabila tidak terdapat pemborosan maka nilai masing-
masing inspection time, waiting time dan moving timesama dengan nol. Non value added dapat
disebabkan oleh faktor yang bersifat sistemik, fisik dan manusiawi, misalnya mesin mempunyai sistem
yang mengharuskan setiap proses produksi harus dalam batch yang besar, tenaga kerja yang kurang
terampil mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja.
1.Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit
Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk
diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai
contoh tenaga langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk
dihasilkan.
2.Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk
diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh
aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi,
aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.
3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk
Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk
yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini
adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk,
perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.
4.Aktivitas Berlevel Fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara
umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk
namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang
diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan,
keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta
depresiasi pabrik.
Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu dasar
pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan
biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-
transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut.
Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost poolakan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat
antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan.
Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead pabrik per unit
cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total
biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.
Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara
struktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya konvensional. Atau faktor-faktor
penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar yang digunakan untuk
membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada produk.
Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam pengendalian biaya tak bernilai tambah.
Jika kinerja individual dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak bernilai tambah,
maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan dapat mempengaruhi perilaku
para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup yang dipilih adalah waktu setup, maka insentif
harus diciptakan bagi pekerja agar mereka dapat mengurangi waktu setup.
Sumber : http://gakmesti.wordpress.com























A. Pengertian Activity Based Costing(ABC)
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem akuntansi yang berfokus pada
aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dalam ABC, harus
dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk memproduksi produk. Ketelitian
penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian perhitungan harga pokok produk. Dasar
pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan
oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas
dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.
ABC menjadi alat biaya populer di kalangan perusahaan manufaktur pada tahun 1980.
Perusahaan manufaktur memiliki tingkat biaya tidak langsung mulai dari 70 sampai 95 persen.
Berdasarkan sistem akuntansi manajemen tradisional, biaya-biaya tidak langsung diserap ke
dalam produk dengan, Misalnya, alokasi pada 1 per jam tenaga kerja langsung atau, 1 per jam
mesin atau persen biaya primer atau, persen biaya bahan langsung dan sebagainya. Singkatnya,
melalui sistem akuntansi manajemen tradisional, semua biaya secara tidak langsung dalam
sebuah produk dapat ditelusuri. Sumber daya yang dikonsumsi dialokasikan secara proporsional
dengan volume masing-masing produk yang mengalami proses produksi.
Di sinilah letak masalahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pieper (1999), bahwa volume
biaya driver gagal diterapkan dalam produk yang beragam dalam bentuk ukuran atau
kompleksitas. Demikian pula tidak ada hubungan langsung antara volume produksi dan
konsumsi biaya. Bagaimanapun juga, ABC menelusuri keterlibatan biaya untuk kegiatan
perusahaan.
B. Tahap-tahap dalam Perancangan Sistem ABC
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1. Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber
daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku
besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel,
dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan
penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara
terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-
hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
a) Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?
b) Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
c) Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
d) Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan
membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:
a) Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit
produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan,
pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas
menjalankan mesin.
b) Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok
produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas
berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk
setiap batch dan penanganan bahan.
c) Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang
produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa
dan ekspedisi.
d) Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan,
manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.
2. Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver)
digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih
cost driver yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
a) meter untuk utilitas;
b) jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian;
c) jumlah setup untuk aktivitas setup mesin;
d) jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan;
e) jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan (6) luas lantai untuk aktivitas kebersihan.
3. Membebankan Biaya ke Objek Biaya
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit.
Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh
aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan
untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem
biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam
perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada
pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya
perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver
aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah
laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja
langsung, jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.
C. Pengertian Activity Based Management(ABM)
Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai
(value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai
tersebut. ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Keunggulan utama
pendekatan ABM meliputi:
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas tersebut bisnis kunci dan mengidentifikasi
bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan
meningkatkan nilai bagi pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk
menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
Manajer sekarang akan memiliki pandangan yang jelas dari banyak masalah yang akan
membantu pengambilan keputusan mereka. Fokus pada biaya yang signifikan akan memberikan
dorongan untuk meningkatkan proses - dengan demikian mengurangi biaya, misalnya melalui:
1. Total Quality Management (TQM)
TQM atau manajemen kualitas total, menurut Ibid, merupakan upaya yang dilakukan secara terus
menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi dan melebihi harapan
pelanggan.
2. Just-In-Time (JIT);
JIT merupakan suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan
biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan
produknya sesuai kehendak konsumen secara tepat waktu.
3. proses re-engineering
Proses re-engineering merupakan proses pengaturan kembali seluruh kebijakan organisasi atau
unit.
D. Aktivitas yang Bernilai Tambah dan tidak Bernilai Tambah
Activity Based Management(ABM) berfokus pada pengidentifikasian aktivitas yang dapat
dieliminasi dan meyakinkan bahwa aktivitas yang diperlukan sudah dijalankan secara efisien.
Untuk memperbaiki operasi, manajemen harus menghilangkan aktivitas yang tidak efisien dan
tidak perlu, menentukan cost driver aktivitas, dan mengubah level cost driver. Tugas utama
dalam analisis aktivitas adalah mengidentifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas yang
tidak bernilai tambah.
1. Aktivitas bernilai tambah
Adalah aktivitas yang memberi kontribusi terhadap customer value dan memberikan kepuasan
kepada pelanggan atau organisasi yang membutuhkannya. Contohnya meliputi perancangan
produk, pemrosesan oleh tenaga kerja langsung, penambahan bahan langsung, aktivitas yang
berkaitan dengan mesin dan pengiriman produk.
2. Aktivitas tidak bernilai tambah
Adalah aktivitas yang tidak memberikan kontribusi terhadap customer value dan memberikan
kepuasan kepada pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi. Contohnya aktivitas setup,
perpindahan, waktu menunggu, reparasi, inspeksi dan penyimpanan.
E. Jurnal Dari Artikel Sumber
1. Pakaian dan Tekstil, UKM, dan ABC/ABM
Industri pakaian dan tekstil (serta sepatu) memiliki sejumlah besar perusahaan berkembang
yang tergolong dalam UsahaKecil Menengah(UKM). Industri ini sangat terkonsentrasi pada
keadaan geografis - tekstil katun di wilayah utara-barat, wol dan worsteds di Yorkshire, linen di
Irlandia Utara, rajutan halus di Skotlandia, pakaian rajut dan alas kaki di Timur Midlands.
Produksi pakaian lebih banyak tersebar tapi dengan konsentrasi ukuran pada masyarakat etnis
mapan di West Midlands, London Utara, London Timur (Departemen Perdagangan dan Industri,
2000). Sektor industri tekstil dan pakaian di UK telah menggunakan tenaga kerja
dalam 142,000 pekerjaan, atau 28 persen penyerapan tenaga kerja, selama dekade terakhir "(UK
Fashion Laporkan, 1998/1999). Laporan yang sama menyoroti sejumlah faktor yang
menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja:
a) Inflasi rendah telah memungkinkan pengecer untuk menahan harga produk agar tetap murah
yang akan menciptakanlingkungan yang menantang daya saing masing-masing produsen;
b) Turunnya biaya produksi di luar negeri khususnya, tenaga kerja;
c) Meningkatnya biaya produksi dalam negeri.
Peningkatan biaya produksi industri pakaian dan tekstil dalam negeri lebih lambat dibandingkan
dengan industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh "insiden sub-kontrak yang lebih besar dan
pengolahan perdagangan ke luar negeri" dalam industri tekstil dan pakaian manufaktur.
d) Tuntutan dan harapan pelanggan telah berubah perputaran yang rendah, siklus hidup
produk tidak lama dan kualitas yang lebih tinggi.
2. Isu pada Perusahaan UKM Pakaian dan Tekstil: Pasar Ekspor Menurun
Pada tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah
London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah
(UKM). Hal ini tergolong karena semakin sedikitnya jumlah karyawan (55 persen unit usaha
hanya memiliki kurang dari lima orang karyawan), memiliki omzet kurang dari
500.000.000 (47 persen dari sampel) dan dimiliki oleh orang yang berasal dari etnis
minoritas. Perusahaan Cut Make and Trim (CMT) yang menyusun 27,5 persen dari sampel, lebih
mungkin dimiliki oleh seseorang dari etnis minoritas (82 persen), dan memiliki omzet kurang
dari 500.000.000 (lebih dari 75 persen).
Dibandingkan dengan sektor kecil lainnya (desainer, spesialis dan wanita) pemilik CMT
jauh lebih pesimis tentang masa depan (64 persen percaya bahwa bisnis CMT menurun). Pada
tahun 2001, survei tekstil dan pakaian yang dilakukan oleh kantor pemerintah
London menemukan bahwa sektor (di ibukota) didominasi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM).
Namun ada pengakuan bahwa kelanjutan industri pakaian dan tekstil di UK diinginkan. Jim
Hodgkinson, mantan kepala eksekutif dari New Look berkomentar "Kita peduli manufaktur
Inggris karena jika kita meninggalkan basis manufaktur kami di Inggris, kita menghancurkan
pekerjaan Inggris. Kami mengambil uang dari kantong pelanggan kami sendiri yang berarti
mereka tidak bisa lagi mampu untuk berbelanja pada kami "(Busana Dunia, 1999).
"Memiliki basis manufaktur sendiri meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Hal ini sangat mudah
untuk membuat transisi dari sedang di kontrol menjadi berada di luar kendali " (Pakaian
Dunia, 1998).
Kebutuhan untuk merespon dengan cepat telah menerima makna yang lebih besar dengan
sukses masuk ke pasar pakaian Inggris pengecer Swedia Hennes & Maritz yang menjual murah
busana bekas. Demikian pula, perusahaan Spanyol, Zara dengan rantai pasokannya yang terletak
dekat kantor pusatnya, mampu merespon permintaan "Fast Fashion" yaitu pembeli
masyarakat yangbersemangat untuk memakai pakaian yang mereka lihat dipakai oleh selebriti
dalam majalah Heat atau Hello.
Pengecer Inggris yang dipimpin oleh Phillip Greens Top Shop menanggapi tantangan dari
pemasok mereka dalam waktu tempuhyang lebih pendek- kurang dari enam minggu, dan
kemampuan untuk cepat merespon perubahan selera mode - meningkatkan produksi item yang
populer sementara berhenti memproduksi untuk pedagang kecil. Bukti ini menunjukkan ada
kesempatan untukmengembangkan ABC/ABM agar meningkatkan profitabilitas Unit
Usaha UKM pakaian dan tekstil.
3. Perbandingan penerapan traditional accounting management systemdan activity based
costing
PT XYZ merupakan sebuah Unit usaha UKM dalam industri pakaian dan tekstil yang
berbasis di London Selatan - didirikan pada tahun 1995. Perusahaan ini
memproduksi pakaian formal dan kasual wanita untuk satu pengecer -
hubungan positif di dasari oleh kedua belah pihak. Mereka juga mengambil alih pekerjaan
pengguntingan pola dan pemasangan kancing untuk produsen lingerie (mewakili 5% dari
kegiatan). Strategi masa depan didasarkan pada memuaskan kebutuhan pelanggan utama, dan
mempertahankan neraca keuangan yang sehat.
Di perusahaan ada persepsi bahwa penghasil laba terbesar
adalah produk Celana panjang (45% kegiatan), diikuti oleh produkRok (35% kegiatan),
dan Dresses (15% kegiatan), mendapatkan margin terendah. Produksi ditentukan oleh
ukuran pemesanan dan sepenuhnya di buat sendiri - yang dipandang sebagai positif oleh
manajemen. Metode biaya saat ini telah digunakan oleh XYZ sejak pembentukannya pada tahun
1995 adalah :
a) Penyerapan biaya overhead pabrik untuk semua produk digunakan.
b) Tenaga kerja langsung dan material langsung dihitung berdasarkan penggunaan.
c) Biaya dan keuntungan hanya dihitung dengan menambahkan 0,50 untuk setiap unit (terlepas
dari jenis produk).
Menurut literature, metode biaya di atas, tidak biasa bagi organisasi manufaktur tradisional
untuk menggunakan penyerapan biaya overheadpabrik untuk semua produk
dalam mengalokasikan biaya overhead biaya produk. Esculier (1997) berpendapat pada dasarnya
ada dua konsepbiaya, "biaya langsung dan biaya penyerapan - yang terakhir yang berhubungan
dengan aturan pajak daerah untuk penilaian persediaan produk jadi dan laba fiskal turunan".
Tabel I menggambarkan total cost incurred pada XYZ untuk semua aktivitas dan lini produk.
Tabel I
Direct Labor 250.000

Direct Materials 75.000


325.000 Prime Cost
Production Overheads 50.000 375.000 Production Cost
Admin Expenses 25.000

Selling expenses 20.000

Distribution expenses 13.000

Finance expenses 12.000 445.000 Total Cost

Jika misalnya, kita sekarang mengambil produk tunggal (Tabel II) yaitu celana panjang (45
persen kegiatan). Struktur biaya terlihat jelas dalam Tabel II. Dalam ABC - tenaga kerja
langsung dan biaya overhead produksi akan dialokasikan oleh tingkat kegiatan. Tabel III
menerapkan proses ABC untuk pembuatan celana panjang. Alokasi biaya diberikan pada Tabel
III. Dengan hanya memeriksa kegiatan yang terlibat dalam pembuatan celana itu jelas bahwa ini
adalah aktivitas yang jauh lebih menguntungkan daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Karena perusahaan menggunakan harga jual yang sama, laba yang dihasilkan oleh celana
panjang beranjak naik dari 5.000 ke 28.500. Keuntungan "tersembunyi" ini kemungkinan
dikonsumsi, saat ini, sebagai biaya oleh salah satu rentang produk lainnya, yaitu rok atau dress,
atau terjadi dalam proses pengguntingan pola dan pemasangan kancing untuk produsen pakaian.
Perusahaan sekarang harus memeriksa kondisi ini. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang
mengkonsumsi biaya manajer terbesar akan mampu membuat keputusan, yang pada akhirnya
akan meningkatkan profitabilitas. Mereka bisa menerapkannya, misalnya, dengan
memberhentikan produksi lini produk yang mahal atau mengambil alternatif
denganoutsourced memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada perluasan profitable
lines.
Tabel II
Celana Panjang (TMAS) 10.000 units
Direct Labor 112.500

Direct Materials 33.750


146.250 Prime Cost
Production Overheads 22.500 168.750 Production Cost
Expenses 31.500 200.250 Total Cost

20,03 Total Cost Per Unit

20,53 Selling Price

205.250 Total Revenue

5.000 Profit

Tabel III
Celana Panjang (ABC) 10.000 units
Direct
Materials

33.750

Direct Labor Pattern Cutting 22.000


Grading 19.000


Lay Planning 18.500


Sewing 21.000


Finishing 14.300


Inspection 6.500


Boxing Up etc. 3.500


Storage 7.000


111.800 145.550 Production Cost
Expenses

31.500 177.050 Total Cost

17.71 Total Cost Per unit

20.53 Selling Price

205.250 Total revenue

28.200 Profit

ABC memungkinkan untuk melacak biaya sebenarnya dari produk dengan melihat
kegiatan yang terlibat dalam pembuatannya. Misalnya, dengan memeriksa sumber daya (upah,
bahan mentah, dan fasilitas) yang dikonsumsi dalam pembuatan celana, melalui kegiatan
komponen yang terlibat dalam pembuatan dan pengolahan - yaitu pengguntingan pola,
pemasangan kancing, perancangan letak jahitan, penyelesaian produk, inspeksi, pengemasan
kotak (kemasan plastik, ayunan merk dll), penyimpanan, dan menghitung berapa banyaknya
setiap biaya dari setiap aktivitas, hal ini dapat memberikan nilai atribut secara akurat pada bagian
produksi perusahaan tersebut.
Gunasekaran (1999) menunjukkan jelas bahwa hasil dari proses ABC memungkinkan
manajer untuk:
a) Pengurangan target biaya, mengidentifikasi dan mempromosikan praktek yang baik;
b) Mengukur kinerja sehingga meningkatkan efisiensi;
c) Membuat keputusan tentang harga produk dan profitabilitas;
d) Mengelola dan mengendalikan anggaran, dan
e) Akhirnya menentukan

Vous aimerez peut-être aussi