Vous êtes sur la page 1sur 29

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN PRA-SEKOLAH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh : KELOMPOK 4
*Umi Kalsum *Yuniman Nazara
*Ahmad Priyani * Doniman Jaya Gulo
*Natalia Siregar * Immanuel Bulolo
*Yuni Maria Turnip *Dani Franseda Marpaung







PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Friedman: 1998).
Keluarga sebagai pranata social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri
perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian
merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan
makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang
anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan
empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran
dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan individu
tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia
bertambah.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini
sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang tidak ada, sekarang
muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan berbagai penyakit dan
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan
anak tidak ditangani secara baik oleh praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah
yang tetap paling baik dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai kemampuan dalam
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat menbantu keluarga dalam
memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai keadaan keluarga yang optimal.Suatu
peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran pengasuhan (parenting role),
yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor usia orang tua,
keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan anak, latar belakang pendidikan orang tua,
pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan
suami istri. Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif, yaitu
meneriama kondisi anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan perkembangan anak,
memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif, membatu
keluarga untuk mengelola perasaanyang ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang
kondisi anak yang sedang sakit, dan mengembangkan sisitem dukungan social keluarga dengan
anak prasekolah.
B. TUJUAN
Tujuan Intruksional Umum : Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan anak prasekolah.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak
prasekolah.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anka usia prasekolah.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selam fase prasekolah.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak
prasekolah.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi keluarga
1. Friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga.
2. Sayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalamsebuah rumah tangga.
B. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah
Definisi tumbuh kembang pada anak.
Pertumbuhan (Growth):
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang
(meter/centimeter)(Soetjiningsih : 1998). Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan
ukuran tertentu dalam kedewasaan
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel
tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh
(Supartini, Yupi : 2004).

Perkembangan (Development):
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada perubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan
kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (
Soetjiningsih : 1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau sosial
yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan
Perkembangan :
1. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat
mengembangkan pola sosialisasinya.
2. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan, minum,
menggosok gigi, BAK, dan BAB.
3. Mulai memahami waktu.
4. Penggunaan tangan primer terbentuk.
Perkembangan psikososial ( Eric Ericson ) :
Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatf vs rasa
bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan
bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan.Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya.Kemampuan anak berbahasa
meningkat.Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas.Hasil akhir yang diperoleh adalah
menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa bersalah
dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali
ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
Perkembangan kognitif ( Jean Piaget ) :
Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional.
Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris. Pemikiran di
dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:
Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bermasyarakat.Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial dan error dan
menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbulkata-kata, mengingat masa
lalu, sekarang dan yang akan datang.
Intuitive thuoght ( 4-7 tahun )
Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal balik.Anak
biasanya banyak meniru perilaku orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan pada tindakan
yang dilakukan.
Perkembangan Moral ( Kahlberg ) :
Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase prekonvensional.
Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya sebagai dasra peletakan nilai
moral.
Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1. Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan
2. Orientasi hukuman dan ketaatan
Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan.Jika anka berbuat salah, orang tua
memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar maka orang tua memberikan hukuman. Anak
berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan,Anak menjalankan aturan
sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri.
C. Tugas perkembangan anak usia prasekolah
1. Personal / sosial
1. Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri
2. Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
3. Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
4. Keluarga merupakan kelompok utama
5. Kelompok meningkat kepentingannya
6. Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
7. agresif
8. Motorik
1. Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah
2. Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga
3. Melempar bola, tetapi silit uintuk menangkapnya
9. Bahasa dan kognitif
1. Egosentrik
2. Ketrampilan bahsa makin baik
3. Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?
4. Pemecahan masalah sedarhana; menggunakan fantasi untuk memahami,
mengatasi masalah.
10. Ketakutan
1. Pengrusakan diri
2. Dikebiri
3. Gelap
4. Ketidaktahuan
5. Objek bayangan, tak dikenal.

Pelatihan Buang Air (Toileting):
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun,
sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.Pada umur 5 tahun,
kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri,
membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10% anak berusia 6 th masih
mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan
mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk
anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing.Anak yang
tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk
duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap.Kemudian anak diminta untuk
melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih dari 5-10
mnt.Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah saatnya anak
untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset) buka di pakaian
dalam atau popok.Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu
hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun
menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal BAB/BAK
yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak
yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai
model.Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil
melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet
training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bunekanya.
Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan
pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet
training dicoba kembali setelah anak makan.Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa hari
sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet
training.Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi.Memaksa anak
untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa menyebabkan ketegangan
pada hubungan ibu-anak.
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
1. Membantu anak untuk bersosialisasi
2. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain
(tua) juga harus dipenuhi.
3. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar)
4. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
5. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga






BAB III
ASKEP KELUARGA PADA KELUARGA TAHAP PRA-SEKOLAH
Tinjauan kasus
Tuan A dan Nyonya D datang ke puskesmas membawa anaknya yang sakit, Khayla (3
tahun) .Nyonya B mengatakan anaknya sudah 3 hari ini mengalami mencret,dalam sehari
anaknya bisa 6 kali buang air besar,An.K juga malas minum. Nyonya D juga mengatakan BAB
anaknya cair seperti air anaknya juga terlihat lemas. Nyonya D juga mengeluh bahwa Anaknya
sering ngompol di celana,apalagi saat malam hari dan masih meminta di temani saat mau
BAB/BAK.
1. PENGKAJIAN

A. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn A
b. Usia : 27th
c. Alamat : Jln. Bakti Luhur,gg Mangga
d. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
e. Pendidikan kepala keluarga : SMA

Komposisi keluarga :
N
o
Nama JK Hub dg
KK
Umur Pendid
ikan
Pekerjaan Status
kesehatan
1
2
3
TN.A
NY.D
An. Bintang Kejora
L
P
L
Suami
Istri
Anak
27 th
23 th
3 th

SMA
SMK
-

Wiraswasta
IRT
-

Sehat
sehat
sakit diare



Genogram
80 th

56 th 60 th 52 th


27 th 23 th 19 th
29 th 15 th

3 th
Keterangan:
: Perempuan : Meninggal perempuan
: laki-Laki : meninggal Laki-Laki
: Sakit : Keluarga yang tinggal di rumah
1. Tipe Keluarga : nuclear Family yang terdiri dari Ayah,Ibu,anak
2. Warga Negara : Indonesia
3. Agama : Islam
4. Status social ekonomi keluarga : penghasilan keluarga perbulan Rp.2.800.000
5. Aktifitas rekreasi keluarga : kegiatan yang di lakukan untuk rekreasi yaitu menoton
TV,kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga dekat. Jika hari besar
keluarga biasanya pergi ke kebun binatang.


B. Riwayat Perkembanagan Keluarga
1.Tahap poerkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga TN.A saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
dengan anak pra sekolah yaitu anak pertama dengan usia 2,5 5 tahun, dengan tugas
perkembangan keluarga sebagai berikut:
a. memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan
rasa aman da membantu anak untuk bersosialisasi.
b. mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga
2.Riwayat kesehatan keluarga
Anak Ny.D si Khayla menderita Diare setelah di periksa di puskesmas pada tanggal 15
juli 2014.
3. Riwayat keluarga sebelumnya.
Tidak ada masalah serius yang sampai harus di bawa ke rumah sakit, hanya sakit batuk
pilek (kadang-kadang) .

C. Keadaan Lingkungan.
1. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang di tempati sekitar : 4 m x 12 m terdiri dari 1 ruang tamu,satu
kamar tidur,1 ruang dapur dan 1 kamar mandi lalu di depan ada teras rumah. Lantai
rumah terbuat dari keramik dengan keadaan cukup bersih.Sumber air dan air minum
adalah :airsumur dan jaraknya dari septic Tank sekitar 3 m,ventilasi dan penerangan
kamar juga bagus.WC meggunakan septic tank yang terletak di belakang rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn.A tinggal di lingkungan kota,interaksi dengan tetangga biasanya sore hari.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.A sudah menempati rumah ini semenjak berumah tangga sampai sekarang,
tempat tinggalnya berdampingan dengan keluarga lainnya.




D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Antara keluarga terbina hubunga yang harmonis,dalam menghadapi suatu masalah
biasanya dilakukan musyawarah terhadap permasalahan.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga yang nuclear yang terdiri dari suami istri dan seorang
anak.
3.Struktur peran keluarga
(a). TN.A sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab atas keluarganya
(b). Ny.D sebagai istri sebagai ibu rumah tangga
(c). Khayla sebagai anak pertama yang masih berumur 3 tahun.

E. fungsi keluarga dan tugas keluarga dibidang kesehatan
1. kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Tn.A tidak mampu mengenal masalah, kenapa diare bisa terjadi pada anak Tn.A
keluarga masih tidak tau dan bagaimana seharusnya perkembangan pada anak pra
sekolah,khususnya stimulasi toilet training
2. kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mampu mengambil keputusan,Tn.A selalu memusyawarahkan masalah yang ada
dalam keluarga Tn.A. Tn.A sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan.
3 Kemampuan keluarga merawat orang sakit
Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sedang sakit,yaitu diare.
4 kemampuan keluarga dalam pengelolaan lingkungan
Keluarga mampu mengelola lingkungan rumah dan sekitarnya.
5 kemampuan keluarga memanfaatkan sarana kesehatan.
Keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia karena keluarga
mengatakan berobat sekarang lebih mudah karena menggunakan BPJS.Jadi setiap ada
keluhan di antara keluarga maka keluarga langsung pergi ke puskesmas/RS.
F. Stressor dan koping keluarga
1. Stressor yang dimiliki
Stressor yang di rasakan oleh keluarga Tn.A adalah diare pada anak Tn.A yang sudah 3
hari,kemudian perkembangan anak mereka kurang si An.K masih saja mengompol di
celana
2 Kemampuan keluarga berespon terhadap keluarga
Keluarga sudah mampu beradaptasi dengan diare yang di alami anak Tn.A karena sudah
berobat ke puskesmas.
3. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga berdiskusi
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn.A dan Ny.D merasa gagal merawat anak karena anak mereka sudah 3 hari mencret.
G. Pemeriksaan Fisik pada seluruh keluarga
1. TTV Tn.A; TD : 130/80 mmHg, RR: 21 x/mnt, suhu: 36,5 C, TB: 165 cm, BB: 57 kg.
2. TTV Ny.D; TD : 120/70 mmHg, RR: 20 x/mnt, suhu: 37 C, TB: 152 cm, BB: 47 kg
3. TTV An.Bambang ; TD: 90/60 mmHg, RR: 23 x/mnt, suhu: 36 C, Turgor kulit mulai
jelek,TB:96 cm,BB:10,5 kg
















2. ANALISA DATA
NO Symptom Etiologi Problem
1.





DS:Ny.D mengatakan tidak
mengetahui kenapa diare bisa
terjadi pada anaknya.
a.

DO: keluarga bingung saat
ditanya apa yang menyebabkan
anak mereka diare
Ketidak mampuan
keluarga dalam
mengenali masalah dan
penyebabnya
Kurang
pengetahuan
keluarga
2 DS: Ny.D mengatakan anaknya
BAB lebih dari 6 kali sehari,
kemudian BAB nya seperti
air,An.K malas minum.

DO: BAB tak berampas,cair.
Turgor kulit mulai jelek,An.K
tampak lemas,TD 90/60
Ketidak mampuan
keluarga merawat an.K
yang sakit diare
Defisite volume
cairan pada An.K
3

DS: Ny.D mengatakan anaknya
aini masih saja mengompol di
celana dan harus di temani saat
kekamar mandi.
DO: An.K masih meminta di
temani saat mau toileting.

Ketidak mampuan
keluarga menstimulasi
toilet training pada An.K
Keterlambatan
perkembangan
anak tentang toilet
training

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Kurang penegetahuan oleh keluarga b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
d/d keluarga bingung saat ditanya tentang diare da penyebab.
Deficit volume cairan b/d ketidak mampuan keluarga merawat anak yang sakit diare d/d
BAB encer tidak berampas dan lebih dari 6 kali perhari
Keterlambatan perkembangan anak tentang toilet training An.K b/d Ketidak mampuan
keluarga menstimulasi toilet training pada An.K d/d An.K masih mengompol dan tidak
mandiri dalam toileting.
Skoring prioritas masalah:
Kurang penegetahuan oleh keluarga b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
d/d keluarga bingung saat ditanya tentang diare da penyebab

N
O
KRITERIA SKALA BOBOT SKORI
NG
PEMBENARAN
1 a.sifat masalah:
-Ancaman kesehatan


b. kemngkinan masalah
dapat diubah
-hanya sebagian



c.potensial masalah untuk
di cegah
-cukup

d. menonjolnya masalah
-masalah berat,harus
segera di atasi
2



1





2



2
1



2





1



1

Total
2/3x1=2
/3



1/2x2=1





2/3x1=2
/3


2/2x1=1
3 1/3
Keluarga tidak mampu
mengenali masalah dan
penyebab dari diare

Kondisi pendidikan keluarga
yang tamatan SMA dan SMK
yang mempengaruhi
penyerapan informasi dan dari
segi ekonomi.

Keluarga mau di ajak
kerjasama


Bila tidak dseera diatasi
kemungkinan penyembuhan
lama.




Deficit volume cairan b/d ketidak mampuan keluarga merawat anak yang sakit diare d/d
BAB encer tidak berampas dan lebih dari 6 kali perhari
N
O
KRITERIA SKALA BOBOT SKORI
NG
PEMBENARAN
1 a.sifat masalah:
-Tidak/kurang sehat

b. kemngkinan masalah
dapat diubah
-sebagian






c.potensial masalah untuk
di cegah
-mudah

d. menonjolnya masalah
-masalah berat,harus
segera di atasi
3


1








3



2
1


2








1



1



Total
3/3x1=1


1/2x2=1








3/3x1=1


2/2x1=1




4

An.A mengalami penurunan
volume cairan akibat diare

Keluarga membawa An.K
untuk berobat ke puskesmas
dan diberikan obat. Menurut
keluarga berobat jaman
sekarang sudah lebih mudah
menggunakan kartu
BPJS,namun sampai saat ini
anaknya masih mengalami
diare

Keluarga Tn.A kooperatif
dalam permasalahan diare ini.


An.K telah mengalami deficit
volume cairan jadi harus segera
di tangani




Keterlambatan perkembangan anak tentang toilet training An.K b/d Ketidak mampuan
keluarga menstimulasi toilet training pada An.K d/d An.K masih mengompol dan tidak
mandiri dalam toileting
N
O
KRITERIA SKALA BOBOT SKORI
NG
PEMBENARAN
1 a.sifat masalah:
-Tidak/kurang sehat

b. kemungkinan masalah
dapat diubah
-hanya sebagian

c.potensial masalah untuk
di cegah
-cukup

d. menonjolnya masalah
-masalah berat,harus
segera di atasi
3


1



2



2
1


2



1



1





Total
3/3x1=1


1/2x2=1



2/3x1=2
/3


2/2x1=1





3 2/3
An.K belum mampu
melakukan toileting mandiri

Ny.D tidak mengetahui cara
membiasakan anaknya untuk
toilet training
Keluarga Tn.A bisa di ajak
kerja sama


Ny.D sangat kerepotan
menghadapi anaknya yang
masi belum mandiri dalam
toileting, bahkan seringkali
masalah rumah tangga yang
lain terabaikan.

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat di ketahui prioritas masalah adalah:
Deficit volume cairan b/d ketidak mampuan keluarga merawat anak yang sakit diare d/d
BAB encer tidak berampas dan lebih dari 6 kali perhari
Keterlambatan perkembangan anak tentang toilet training An.K b/d Ketidak mampuan
keluarga menstimulasi toilet training pada An.K d/d An.K masih mengompol dan tidak
mandiri dalam toileting
Kurang penegetahuan oleh keluarga b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
d/d keluarga bingung saat ditanya tentang diare da penyebab

4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Deficit volume cairan b/d
ketidak mampuan keluarga
merawat anak yang sakit diare
d/d BAB encer tidak berampas
dan lebih dari 6 kali perhari

Fluid balance
Hydration balance
Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
balance Setelah dilakukan
tindakan keperawatan di
unit kesehatan.
defisit volume cairan
teratasi dengan kriteria
hasil:
1. BAB An.B tidak cair
serta berampas
2. Tekanan darah kembali
normal 120/80
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, tidak ada
rasahaus yang berlebihan
4.Intake oral dan
intravena adekuat

Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban Membrane
mukosa,nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jikadiperlukan.
Monitor hasil lab yang
sesuaidengan retensi
cairan
(BUN,osmolalitas urin,
albumin, totalprotein )
Monitor vital sign setiap
15menit 1jam
Kolaborasi pemberian
cairan IV,dan anti diuetik
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Dorong keluarga untuk
membantupasien makan
Monitor intake dan urin
output
setiap 8 jam


No Diagnosa NOC NIC
2 Keterlambatan perkembangan anak
tentang toilet training An.B b/d
Ketidak mampuan keluarga
menstimulasi toilet training pada An.B
d/d An.A masih mengompol dan tidak
mandiri dalam toileting

An.B bisa mandiri
dalam toileting.

KH:
-Anak tidak
mengompol lagi di
dalam celana.
- Anak bisa
menggunakan toileting
dengan benar
-Ny.D tidak merasa
kerepotan lagi karena
anaknya sudah bisa
memenuhi tugas
perkembangannya.

-kaji pengetahuan
keluarga terhadap
masalah

-Memberikan
penyuluhan kepada
keluaga Tn.A tentang
toilet training dengan
metode timing dan
metode mengunakan
boneka peraga pada
tanggal 18 juli 2014.

-menganjurkan kepada
keluarga untuk
memperhatikan
tumbang anak.
3 Kurang penegetahuan oleh keluarga
b/d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah d/d keluarga
bingung saat ditanya tentang diare
Keluarga mampu
mengenali masalah
yang di hadapi dengan
KH:
keluarga mampu
menyebutkan apa itu
diare

-berikan penyuluhan
ke keluarga mengenai
diare pada tanggal 18
juli 2014. Cara
pembuatan cairan
oralit,cara mencuci
tangan bersih






5. Implementasi
No Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
1 DX. 1 18 /07/14 -mempertahankan catatan
intake dan output yang
akurat yaitu:
berikan oralit,air tajin,
berikan anak banayak
minuman.
-memonitor status hidrasi
( kelembaban Membrane
mukosa,nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik
), jika diperlukan.
memonitor hasil lab
yang sesuai dengan
retensi cairan
(BUN,osmolalitas urin,
albumin, total protein )
memonitor vital sign
setiap 15menit 1 jam
berkolaborasi pemberian
cairan IV,dan anti diuetik
Monitor status nutrisi
memberikan cairan oral
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
memonitor intake dan
urin output
setiap 8 jam
S:Ny.D
mengatakan
anaknya masih
mencret
O: BAB An.B
masih encer
A:masalah belu
teratasi
P: dilanjutkan
2

DX. 2

18/07/14

-mengkaji pengetahuan
keluarga terhadap
S: Ny.D sudah
mengetahui apa















3.

















DX. 3















29/06/14
masalah

-Memberikan
penyuluhan kepada
keluara Tn.A tentang
toilet training dengan
metode timing dan
metode mengunakan
boneka peraga.

-menganjurkan kepada
keluarga untuk
memperhatikan tumbang
anak.

mengkaji pengetahuan
keluarga mengenai diare
-memberikan penyuluhan
ke keluarga mengenai
diare,serta mengajarkan
membuat larutan oralit
yang benar.

-menganjurkan keluarga
untuk membawa An.A
untuk kembali berobat ke
puskesmas/RS
-memberikan kesempatan
pada keluarga untuk
meentukan sikap dan
mengambil keputusan
yang harus dia
lakukan untuk
mengatasi
masalah
anaknya.
O: keluarga
mampu
menyebutkan
defenisi,
penyebab,
pencegahan dll.
A: masalah
teratasi
P: dihentiakan

S: keluarga
mengatakan
sudah tau apa
penyebab dari
diare
O: saat ditanya
keluarga mampu
menyebutkan
penyebab dari
diare pada
anaknya.
A: masalah
teratasi
P: dihentikan.
dalam rencana
pengobatan.

NB: Toilet training
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun,
sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.Pada umur 5 tahun,
kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri,
membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10% anak berusia 6 th masih
mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah denganm
mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk
anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing.Anak yang
tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk
duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap.Kemudian anak diminta untuk
melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih dari 5-10
mnt.Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah saatnya anak
untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset) buka di pakaian
dalam atau popok.Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu
hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun
menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal BAB/BAK
yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak
yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai model.
Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil
melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet
training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bunekanya.
Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan
pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet
training dicoba kembali setelah anak makan.Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa hari
sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.Sangat penting untuk memberika pujian
kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet training.












SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
KELOMPOK 5


Pokok Bahasan : Diare
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / tanggal : Jumat, 18 juli 2014
Waktu : 30 menit
Tempat : Bakti Luhur, gg Mangga

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat memahami tentang penyakit Diare.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Keluarga dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, serta cara penanganan penyakit Diare.
2. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
Diare.

III. MATERI PENGAJARAN
1. Pengertian diare
2. jenis-jenis diare
3. Penyebab terjadinya diare
4. Tanda dan gejajala diare
5. Cara mengatasi diare
6. Tanda-Tanda kekurangan cairan
7. cara mencegah terjadinya diare
Cara membuat larutan garam


IV. METODE
Ceramah dan tanya jawab.
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga.Keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah
penyampain materi selesai.

V. MATERI
Terlampir

VI. MEDIA
Leaflet dan lembar balik.

VII. KEGIATAN PENYULUHAN
NO KEGIATAN WAKTU EVALUASI
1. Memberi salam, menyakan
keadaan klien
5

Klien menjawab salam,
mempersilahkan masuk.
2. Menjelaskan maksud
kedatangan dan membuat
kontrak waktu
5

Klien mendengarkan dengan seksama
dan menyetujui kontrak waktu yang
ditetapkan bersama
3. Melakukan pendidikan
kesehatan tentang Diare
10

Klien memperhatikan dengan
seksama.
4. Menanyakan kepada klien
tentang kejelasan materi
yang disampaikan.
Mempersilahkan pasien/
keluarga pasien
mengajukan pertanyaan
5

Menanggapi dengan melakukan
pertanyaan

Menjawab pertanyaan dari pasien
atau keluarga.
5. Mengakhiri kontrak waktu
dan berpamitan kepada
pasien dan keluarganya
5

Klien dan keluarga mempersilahkan
dengan baik


VIII. EVALUASI
1. Evaluasi structural
a. Satuan Acara Pengajaran sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan
b. Kontrak waktu sudah tepat dengan keluaraga
c. Media sudah disiapkan yaitu Leaflet


2. Evaluasi Proses
a. Peserta yang hadir
b. Media dapat digunakan dengan baik
c. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu.
d. Partisipasi peserta yang hadir
e. Peserta dapat mengikuti sampai selesai

3. Evaluasi Hasil
a. Keluaraga dapat menjelaskan tentang pengertian Diare 90 %
b. Keluaraga dapat menjelaskan tentang penyebab Diare 100 %
c. Keluaraga dapat menjelaskan tanda dan gejala Diare 100 %
d. Keluarga dapat menjelaskan tentang cara pencegahan Diare 100%













DAFTAR PUSTAKA

Nelson, 2000, ilmu kesehatan anak volume 1,edisi 1,ECG,Jakarta.
Notoatmojo,sekidjo,2005, metode penelitian kesehatan,Edisi revisi,PT Asdi mahasatya,Jakarta
Papalia D.E,2008, human Development (psikologi perkembangan) penerbit kencana,Jakarta.hal
147-300
Pharasar,Jessica,2007,preschooler attachment to grandparents caregiver,viewed 5 maret 2012.
Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta.
EGC,
Soetjiningsih.(1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi