Vous êtes sur la page 1sur 30

SIKAP SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN

KONSELING DI MADRASAH ALIYAH MAARIF UDANAWU


BLITAR

Proposal Skripsi
Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Psikologi Islam (S.Psi)











Oleh :
NUR AZIZATUL HUSNA
NIM: 9334.014.10

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014
Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di MA
Maarif Udanawu Blitar

1. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, pendidikan merupakan proses yang sangat
menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat.
Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagaimana dikutip
oleh Sugiyono tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1

Fungsi pendidikan nasional menurut Mulyana yaitu untuk
mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
2
Pendidikan
tidak lepas dari suatu lembaga yang menaunginya. Lembaga pendidikan
bertugas mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas.
Sekolah yang bermutu juga dipengaruhi oleh peserta didik maupun
pendidiknya.
Pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan
perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, namun juga
perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Maka dari itu.

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), 42.
2
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi (Bandung: Fokus Media, 2010), 6.
suatu lembaga pendidikan atau sekolah memberikan layanan yang dapat
memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan
dan konseling. Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi, sosial,
belajar dan karir. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengembangan
atau kualitas madrasah maupun individu yang bernaung didalamnya khususnya
siswa. Salah satunya adalah mengenai sikap.
Sikap merupakan kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang,
institusi atau kejadian baik secara positif atau negatif.
3
Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang identik dengan sikap
yang ada padanya. Sikap anak terhadap sekolah sangat besar pengaruhnya
terhadap berhasil tidaknya pendidikan anak-anak di sekolah. Termasuk sikap
siswa terhadap layanan bimbingan konseling
Sikap memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau
negatif terhadap objek atau situasi. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan,
keyakinan, perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap
objek sikap. Jadi kita dapat mengukur kedalaman sikap seseorang terhadap
suatu objek melalui pengetahuannya, perasaannya, dan bagaimana ia
memperlakukan objek tersebut.
4

Layanan yang diberikan oleh bimbingan dan konseling terutama yang
berkaitan dengan belajar, serta sikap yang dimunculkan dari siswa terhadap
layanan bimbingan dan konseling itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan anak-anak disekolah. Layanan bimbingan dan konseling seharusnya
direspon positif oleh siswa, karena layanan ini sangat menguntungkan dan
dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalahnya namun

3
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
1999), 43.
4
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), 83.
kenyataannya banyak siswa yang merespon negatif akan keberadaan layanan
bimbingan dan konseling.
Seperti yang dituturkan oleh M. Fandu Dharma S. salah satu siswa di
MA Maarif Udanawu ketika diwawancarai peneliti, terus terang saya tidak
suka mbak dengan bimbingan konseling, kalau saya terlambat, apalagi
sekarang ada sistem point, melakukan kesalahan dikit aja dipanggil, memang
sih itu tujuannya baik dan saya akui saya juga salah, tapi ya kesalahan kecil aja
dah dapat point,aku kan jadi dapat panggilan wali murid.
5
hasil wawancara
tersebut tidak jauh beda dengan apa yang dituturkan oleh M. Sholikhin yang
juga salah satu siswa di MA Maarif Udanawu ketika diwawancarai oleh
peneliti kalau bisa sih, jangan sampai saya berurusan dengan BK mbk,
kesannya kalau dapat panggilan dari BK itu mesti buruk. Apalagi sekarang
peraturan semakin ketat semenjak ada sistem point, melakukan kesalahan
sedikit aja kena point dan dipanggil ke BP/BK.
6

Petugas bimbingan dan konseling sering dianggap oleh siswa sebagai
"polisi sekolah" yang harus menjaga tata tertib dan disiplin sekolah. Siswa
menganggap petugas bimbingan dan konseling sebagai petugas yang
menangkap siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah atau melanggar
disiplin sekolah.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Fitra Yuni S. selaku guru BK Ma
Maarif Udanawu ketika diwawancarai oleh peneliti, siswa yang merespon
negatif atau tidak suka dengan BK itu terkadang karena keadaan, atau masalah
yang ada pada diri mereka sendiri walaupun sebenarnya mereka mengetahui
fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah. Kedatangan
mereka ke ruang BK mayoritas karena dapat panggilan sedangkan yang datang
karena keinginan maupun kesadarannya sendiri itu masih minim. Namun, pada
waktu akan kenaikan kelas maupun kelulusan, banyak siswa yang datang ke

5
M. Fandu Dharma S., Siswa MA Maarif Udanawu, Blitar, 03 Desember 2013.
6
M. Sholikhin, Siswa MA Maarif Udanawu, Blitar, 24 Desember 2013.
BK untuk memanfaatkan layanan BK dalam hal pemilihan jurusan maupun
melanjutkan ke perguruan tinggi..
7

Pada saat saya melaksanakan studi kasus kemarin saya menemukan
sebuah fenomena yang terjadi yang tentang layanan bk, di survey aal yg sy
lkkan sya mwwancarai bbrpa sswa mngutrakan sbuah penilaian negtif tyang
akhirnya menimulkan sikap negative terhadap pelayanan bk, dari hal
tersebutlah saya mencoba untuk meneliti jauh mana pelayanan bk ang dibrikan
teadap siswa, mengapa merekaa bersikap negative. Dari hasil wawancara saya
terhada siswa maupun guru bk, para siswa itu tidak suka aau tidak setuju
terhadap layanan BK . karena setiap melakukan keslahan mereka dipanggil
oleh bkmereka BK UNTUK MEMNGGIL SISWA mELLUI KETERTIBAAN
KRN KETERTIBN YAANG MENGETAHUI permasaalahan yang dialami
siswa
Berdasarkan studi kasus yang pernah saya lakukan di Ma Maarif
Udanawu terdapat beberapa siswa yang tidak suka bahkan menjauh dari BK,
mereka menganggap bahwa siswa yang berurusan atau bahkan hanya masuk ke
ruang BK adalah anak yang bermasalah atau melakukan hal yang negatif.
Selain itu, mereka ada tidak mau BK mengetahui masalah mereka dan ikut
campur. Sehingga mereka tidak mau memanfaatkan layanan BK. Sikap seperti
itulah yang dapat menghambat pengembangan kualitas atau potensi diri siswa
bahkan juga bisa berdampak pada perkembangan kualitas atau mutu sekolah.
Padahal BK merupakan layanan yang menawarkan bantuan kepada siswa agar
mereka dapat memahami maupun mengarahkan dirinya sendiri, serta dalam
pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan. Sehingga siswa dapat
mencapai perkembangan diri secara optimal.
Dengan memperhatikan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengambil judul Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan
Konseling di Ma Maarif Udanawu Blitar.

7
Fitra Yuni S., Guru BK Ma Maarif Udanawu, Blitar, 15 Maret 2014.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Sikap Siswa Terhadap
Layanan Bimbingan Dan Konseling Di MA Maarif Udanawu Blitar?


3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling
di MA Maarif Udanawu Blitar.
4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a) Menambah khasanah pengetahuan bagi perkembangan disiplin ilmu
psikologi pada umumnya, khususnya psikologi sosial dan psikologi
pendidikan.
b) Memberikan penjelasan dan gambaran mengenai sikap siswa terhadap
layanan bimbingan dan konseling.
c) Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian mendatang mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap layanan
bimbingan dan konseling
2. Kegunaan Praktis
a) Bagi guru khususnya guru BK, hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan di dalam merumuskan pemberian
layanan BK yang efektif bagi siswa serta perbaikan, peningkatan,
perubahan ke arah yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal.
b) Bagi siswa MA Maarif Udanawu khususnya dan para siswa
madrasah aliyah ataupun sederajat pada umumnnya dapat
mengetahui dan menyadari pentingnya layanan bimbingan
konseling bagi mereka dalam peningkatan kualitas diri dan menjadi
termotivasi untuk memanfaatkan layanan BK.
c) Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan
menambah wawasan di bidang psikologi sosial dan psikologi
pendidikan sehingga diharapkan dapat mengaplikasikannya.
5. Telaah Pustaka
Mengenai masalah sikap siswa sudah ada yang membahas sebelumnya.
Namun, dalam penelitian ini, yang mana mengenai sikap siswa terhadap
layanan bimbingan dan konseling di MA Maarif Udanawu Blitar belum ada
yang mengkaji. Berdasarkan penelusuran peneliti, terdapat penelitian yang
hampir serupa dengan penelitian yang akan dilaksanakan diantaranya:
Sikap, Minat dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya
Kelas XI di SMA Negeri 1 Kawedanan, Magetan.
Penelitian dilakukan oleh Endah Dwi Anggraini dari Universitas
Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
kuantitatif deskriptif.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Sikap Belajar Siswa
Kelas XI jurusan Ilmu Alam adalah dengan prosentase 76,7% responden,
sedangkan jurusan Ilmu Sosial memiliki jumlah prosentase 76,2%
terhadap Mata Pelajaran Seni Budaya. Minat Belajar Siswa Kelas XI
jurusan Ilmu Alam dengan prosentase 51,3%, sedangkan siswa jurusan
Ilmu Sosial dengan jumlah prosentase 67,4%. Motivasi Belajar Siswa
Kelas XI jurusan Ilmu Alam dengan prosentase 74,5%, sedangkan siswa
jurusan Ilmu Sosial adalah 75,5%. Perbedaan Sikap, siswa jurusan Ilmu
Alam lebih baik daripada jurusan Ilmu Sosial. Untuk perbedaan minat,
siswa jurusan Ilmu Sosial lebih tinggi daripada jurusan Ilmu Alam.
Sedangkan untuk perbedaan motivasi, siswa jurusan Ilmu sosial lebih
tinggi daripada jurusan Ilmu Alam.
Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling terhadap Sikap
Sosial Siswa MTsN Model Brebes kelas VIII Semester 1 Tahun Ajaran
2009/2010
Penelitian dilakukan oleh Herman Firdaus dari IKIP PGRI
Semarang. Penelitian ini Termasuk Penelitian Kuantitatif. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikant layanan
informasi bimbingan dan konseling terhadap sikap sosial siswa MTsN
model Brebes kelas VIII Semester 1 tahun ajaran 2009/2010.
6. Kajian Teoritik
1. Sikap
a) Pengertian Sikap
Sikap dapat diartikan suatu predisposisi atau kecenderungan yang
relatif stabil dan barlangsung terus menerus untuk bertingkahlaku atau untuk
mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga,
atau persoalan tertentu. Dilihat dari satu titik pandangan yang sedikit
berbeda, sikap merupakan kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang,
institusi atau kejadian baik secara positif atau negatif.
8


8
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
1999), 43.
Pengertian sikap atau attitude menurut Gerungan dapat diterjemahkan
dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan
atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa
diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap
suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek. Tidak
ada attitude tanpa ada objeknya. Attitude mungkin terarahkan pada benda-
benda, orang-orang, tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-
pemandangan, lembaga-lembaga, norma- norma, nilai-nilai, dan lain-lain.
9

Definisi sikap menurut Shelley, Letitia, & David Attitude (sikap)
adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang. Sikap didasarkan pada
informasi afektif, behavior, dan kognitif (ABC-nya sikap).
10

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan keadaan dalam diri individu yang berupa pandangan, perasaan
dan disertai kecenderungan untuk bertindak dalam menanggapi suatu hal atau
suatu objek, baik secara positif maupun negatif.
b) Komponen Sikap
Sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu:


Komponen kognitif
Berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan
objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang
diketahuinya sekitar objek sikap., dapat berupa tanggapan atau
keyakinan, kesan, atribusi , dan penilaian, tentang objek sikap tadi.
Komponen afektif

9
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT Rafika Aditama, 2004), 160-161.
10
Shelley E. Taylor, et. al., Psikologi Sosial edisi kedua belas (Jakarta: Kencana, 2009), 165.
Perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya
komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan
atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang
mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya.
Komponen konatif
Dapat diketahui melalui respon subjek yang berkenaan dengan
objek sikap. Respon tersebut dapat berupa tindakan atau perbuatan yang
dapat diamati dan berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan
tertentu sehubungan dengan objek sikap. Intensi merupakan predisosisi
atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang mengenali
dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap yang disertai
dengan perasaan yang positif mengenai kognisinya, maka ia akan
cenderung untuk mendekati (approach) objek sikap tersebut. Sebaliknya,
bila orang memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang
disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia
cenderung menjahuinya. Artinya, ia akan menentang, menolak, dan
menghindar dari objek tersebut.
11

Komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh
asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen
konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara
langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang
berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.
Masalahnya adalah tidak ada jaminan bahwa kecenderungan berperilaku

11
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial., 83-84.
itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai
apabila individu berada dalam situasi yang termaksud.
12

Karena ketiga komponen itu saling terkait erat, timbul teori bahwa
jika kita dapat mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu
objek sikap tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilakunya.
Dengan demikian, kita dapat meramalkan perilaku dari sikap yang
dampaknya besar sakali dalam penerapan psikologi karena dapat
dimanfaatkan baik dalam hubungan antarpribadi, dalam konseling
maupun hubungan antar kelompok. Namun, dalam kenyataanya tidak
selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan
sikap tersebut.
13
Misalnya, anak yang tidak suka pada salah satu mata
pelajaran dikelas (sikap negatif) tetap mengikuti proses KBM karena itu
sudah peraturan dan juga merupakan kewajiban bagi siswa.

c) Ciri-ciri sikap
Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif
biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain
penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya, dan
yang terdapat padanya sejak dilahirkan.
Attitude dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang
atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehingga attitude-
attitude dapat berubah-ubah pada seseorang bila terdapat keadaan-
keadaan atau syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya
sikap pada orang itu.

12
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), 28
13
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Individu Dan Teori Teori (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), 234.
Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk,
dipelajari atau berubah, senantiasa berkaitan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
Objek attitude dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat pula
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkaitan
dengan satu objek dan juga berkaitan dengan sederetan objek yang
serupa
Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat
inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
14


e). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap antara lain:
Pengalaman Pribadi
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah
penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif ataukah negatif
tergantung berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini,
Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman
sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

14
Gerungan, Psikologi Sosial., 163-164.
Pengalaman Pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dan bagaimana individu bereaksi terhadap pengalaman
saat ini jarang jarang lepas dari penghayatannya terhadap
pengalaman-pengalaman dimas lalu.
Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Di antara
orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang
tua, orang yang status sosialnya tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Pada masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya
menjadi figur yang paling berarti bagi anak. Interaksi antara anak
dan orang tua merupakan determinan utama sikap si anak. Sikap
orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang
hidup (Middlebrook, 1974). Namun, biasanya apabila
dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya maka pengaruh sikap
orang tua jarang menang. Hal ini terutama benar pada anak-anak
remaja di sekolah menengah dan di perguruan tinggi. Seorang anak
yang biasanya belum kritis mengenai suatu hal, akan cenderung
mengambil sikap yang serupa dengan sikap orangtuanya
dikarenakan proses imitasi atau peniruan terhadapmodel yang
dianggapnya penting, yakni orangtuanya sendiri. Akan tetapi,
apabila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap
teman-teman sebaya dalam kelompok anak tersebut, maka anak
akan cenderung untuk mengambil sikap yang sesuai dengan sikap
kelompok .
Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,
kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah
mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan
dalam pembentukan sikap individual.
Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai suatu hal mamberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang
dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi
dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-
ajarannya.
Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang,
suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama.
15

f). Teori Sikap Menurut Katz
Salah satu teori yang mempelajari sikap adalah teori fungsional
yang dikemukakan oleh Katz mengatakan bahwa untuk memahami
bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat
dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Apa yang dimaksud oleh Katz
sebagai dasar motivasional merupakan fungsi sikap bagi individu yang
bersangkutan. Fungsi sikap bagi manusia dirumuskan menjadi empat
macam, yaitu:
1) Fungsi Instrumental, Fungsi Penyesuaian, atau Fungsi Manfaat
Individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal
yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan demikian individu akan membentuk sikap positif terhadap
hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan
membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan
merugikan dirinya.

15
Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.,30-36.
2) Fungsi Pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan
dirasa akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta
dan kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya
dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan
melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
3) Fungsi Pernyataan Nilai
Dengan Fungsi ini seringkali seseorang mengembangkan sikap
tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang
dianutnya yang sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
Sikap digunakan sebagai sarana ekspresi nilai sentral dalam dirinya.
Fungsi inilah yang menyebabkan orang sering lupa diri sewaktu
berada dalam situasi massa seideologi atau sama nilai.
4) Fungsi Pengetahuan
Manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk
mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.
Adanya unsur yang semula tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah
sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi.
16


2. Bimbingan Dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
Bimbingan menurut Tohirin adalah bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai
kemandirian dengan menggunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan

16
Ibid., 53-54.
pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
17

Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh Samsul Munir
menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan
berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia
dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan arah pandangannya sendiri membuat pilihan sendiri,
dan memikul bebannya sendiri.
Menurut Rachman Natawidjaja yang dikutip juga dalam Samsul
Munir bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan
umumnya. Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat
umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secra optimal sebagai makhluk sosial.
18

Jadi bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan
seseorang kepada individu baik laki-laki maupun perempuan secara
sistematis agar individu tersebut dapat memahami dirinnya
sendiri,mandiri, dan bisa memecahkan persoalan sesuai dengan
keberadaan individu tersebut baik dilingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Konseling

17
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi) (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), 20.
18
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 4-6
Konseling menurut Mortensen yang dikutip oleh Tohirin adalah
proses hubungan antar pribadi dimana orang yang satu membantu yang
lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya.
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara
konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah
masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien
dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
19

Konseling menurut Hansen Cs yang dikutip oleh samsul munir
menyatakan bahwa konseling adalah proses bantuan kepada individu
dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya, dan metode dalam
menangani peran dan hubugan. Meskipun individu mengalami masalah
konseling, ia tidak harus remidial. Konselor dapat membantu seorang
individu dalam proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan
kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.
20

Jadi konseling tersebut dapat didefinisikan sebagai interaksi antar
individu (konselor dan klien) untuk membantu klien dalam menemukan
maupun mencari solusi permasalahan yang dialaminya. Seain itu dapat
juga membantu dalam proses pengambilan keputusan .
b. Tujuan Bimbingan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya
2. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke
arah tingkat perkembangan yang optimal
3. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya

19
Tohirin, Bimbingan dan Konseling,. 22-23.
20
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam,. 12.
4. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang
objektif tentang dirinya
5. Menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri
maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam
hidupnya
6. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
7. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku salah
21


c. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya disekolah dan madrasah
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi pencegahan
Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai
masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Berdasarkan
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan
kepada setiap siswa sebagai pencegahan terhadap timbulnya masalah,
yakni dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis
sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa seperti
kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan masalah
lainnya dapat dihindari.
Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan
dengan fungsi ini yang bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah
meliputi layanan orientasi, Layanan pengumpulan data, layanan
kegiatan kelompok, layanan bimbingan karier
2. Fungsi Pemahaman
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan
pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan

21
Tohirin, Bimbingan dan Konseling,. 36-37.
juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan pihak-pihan yang
membantunya (pembimbing).
3. Fungsi Pengentasan
Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak
dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau
konselor, maka yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah
teratasinya masalah yang dihadapinya. Masalah yang dialami siswa
juga merupakan suatu keadaan yang tidak disukainya. Oleh sebab itu
ia harus diangkat atau dientas dari keadaan yang tidak disukainya.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling, pada hakikatnya merupakan
upaya pengentasan.
4. Fungsi Pemeliharaan
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti
memelihara segal sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri
individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-
hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. selain itu, juga
untuk mempertahankan agar hal-hal positif yang ada pada diri
individu tersebut tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan
semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut
bertambah lebih baik dan berkembang
5. Funsi Penyaluran
Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan keadan pribadinya masing-masing
yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita, dan lain sebagainya.
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya
mengenali masing masing siswa secara perseorangan, selanjutnya
memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program
yang dapat menunjang tercapainaya perkembangan yang optimal.
6. Fungsi Penyesuaian
Pelayanan bimbingan konseling membantu siswa memperoleh
penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya (terutama
lingkungan sekolah dan madrasah bagi para siswa). Fungsi
penyesuaian mempunyai dua arah yaitu bantuan kepada siswa agar
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah atau madrasah
dan bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai
dengan keadaan masing-masing siswa.
7. Fungsi Pengembangan
Siswa di sekolah atau madrasah merupakan individu yang sedang
dalam proses perkembangan. Mereka memiliki potensi tertentu untuk
dikembangkan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan
konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa
mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah.
8. Fungsi Perbaikan
Pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang
diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Siswa
yang mempunyai masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan
bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak
terjadi lagi pada masa yang akan datang.
9. Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah
membantu pesrta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau
kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
22


d. Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Tohirin terdapat beberapa layanan bimbingan dan
konseling:
Jenis- Jenis Pelayanan Bimbingan Dan Konseling:
I. Layanan Orientasi

22
Ibid., 41-50.
Layanan orientasi adalah suatu layanan terhadap siswa
baik disekolah maupun dimadrasah yang berkenaan dengan
tatapan ke depan dan tentang sesuatu yang baru.
II. Layanan Informasi
Menurut Winkel yang dikutip oleh Tohirin layanan
informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi
kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.
III. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Menurut Winkel yang dikutip oleh Tohirin layanan
penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanaan
masa depannya selama masih disekolahdan madrasah dan
sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai
persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.
IV. Layanan Penguasaan Konten
Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin layanan
penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada
individu (siswa) baik sendiri atau kelompok untuk menguasai
kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
V. Layanan Konseling Perorangan
Menurut Payitno yang dikutipoleh Tohirin layanan
konseling perorangan adalah konseling yang diselenggarakan
oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien
dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.
VI. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara
memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa)
melalui kegiatan kelompok.
VII. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah
peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai
pemimpin kegiatan kelompok.
VIII. Layanan Konsultasi
Layanan Konsultasi merupakan layanan konseling yang
dilaksanakan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang
pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh
wawasan, pemahaman, daa cara-cara yang perlu
dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan
pihak ketiga.
IX. Layanan Mediasi
Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin layanan
mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam
keadaan saling tidak menemukan kecocokan.

Kegiatan- Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling:
I. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi Instrumentasi dapat bermakna upaya
pengungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan
menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu
atas diri siswa.
II. Himpunan Data
Himpunan Data dapat bermakna suatu upaya
penghimpunan, penggolongan-penggolongan, dan pengemasan
data dalam bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha-
usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis,
dan menafsirkan, serta menyimpannya.
III. Konferensi Kasus
Kasus bisa bemakna kondisi yang mengandung
permasalahan tertentu. Konferensi kasus merupakan forum terbatas
yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas
suatu permasalahan dan arah pemacahannya. Konferensi kasus
direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor,
dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan
upaya pemecahannya.
IV. Kunjungan Rumah
Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin Kunjungan
rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam
kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi
tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
V. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasusdapat dimaknai dengan dengan upaya
mengalihkan atau memindahkan tanggung jawab memecahkan
masalah atau kasus-kasus tertentu yang dialami siswa kepada orang
lain (petugas bimbingan lain) yang lebih mengetahui dan
berwenang. Alih tangan kasus sering juga disebut layanan
rujukan.
23

7. Metode Penelitian
a. Jenis/Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian yang menekankan kuantitatif.



Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya
pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika.
24

Hasil penelitian deskriptif berupa deskripsi mengenai variabel-
variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau
kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disetiap variabel.
Metode penelitian kuantitatif ini termasuk jenis penelitian
deskriptif. Metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah,
metode harus sesuai dengan rumusan masalah. Jika rumusan masalahnya
deskriptif, maka metode penelitian yang digunakan untuk
memecahkannya adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada
satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau
membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu
kelompok dalam hal satu variabel.
25

Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori
kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan,
variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika
penelitian berlangsung) dan menyajikannya apa adanya.
26

Metode deskripsi digunakan karena penelitian ini tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesa tertentu, tetapi hanya
mengambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
27

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sikap siswa
terhadap layanan bimbingan dan konseling di ma maarif udanawu blitar.

b. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Madrasah
Aliyah Maarif Udanawu Blitar tepatnya di Jl. Raya Bakung Desa

24
Saifudin azwar, Metode penelitian ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 5.
25
Purwanto, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 176-177.
26
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001),26.
27
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 310.
Bakung Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, Yaitu karena peneliti
ingin mengetahui secara pasti mengenai sikap siswa terhadap layanan
bimbingan dan konseling di MA Maarif Udanawu.
Alasan peneliti memilih objek MA Maarif Udanawu sebagai
peneitian adalah karena mutu pendidikan yang sekarang semakin maju
dan jumlah siswa yang tiap tahun juga semakin bertambah. Namun, tidak
sedikit siswa yang merespon negatif, tidak suka, atau tidak setuju
terhadap layanan bimbingan dan konseling di MA Maarif udanawu ini,
dan permasalahan ini dari dulu sampai sekarang masih terjadi. Padahal
siswa maupun layanan bimbingan dan konseling juga berpengaruh dalam
peningkatan mutu pendidikan di MA Maarif udanawu tersebut. Hal
tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MA
Maarif Udanawu sebagai tempat penelitian.
c. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono populasi adalah Wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyak yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
28
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas XI Ma Maarif Udanawu.
Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti.
29
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
berpedoman pada pendapat Arikunto. Subyek yang dimaksud adalah
kelas XI di MA Maarif Udanawu. Arikunto mengatakan bahwa apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ., 117.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 109.
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
30

Teknik Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
cluster random sampling artinya Melakukan randomisasi terhadap
kelompok, bukan terhadap subyek secara individual.
31
Kelas XI dipilih
secara acak dari daftar nama kelas XI yang ada kemudian manetapkan
nama-nama kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian. Jadi semua
kelas XI mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel bukan
murid secara individual melainkan murid secara kelompok.
d. Data dan Sumber Data
1. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung kepada subyek penelitian.
32
Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Maarif
Udanawu Blitar.
2. Sumber data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung didapat dari subyek penelitian.
33
Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Guru bimbingan dan konseling
MA Maarif Udanawu, dokumen-dokumen, angket.
e. Metode Pengumpulan Data
1) Kuesioner (Angket)

30
Ibid.,112.
31
Azwar, Metode penelitian.,87.
32
Ibid., 91
33
Ibid., 91
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
34
Dalam
penelitian ini, metode angket digunakan mencari data untuk
mengetahui sikap siswa terhadap BK. Angket tersebut diberikan
secara langsung kepada responden dengan jawaban mengenai
derinya sendiri.
2) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
35

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada
sebagian siswa maupun guru BK sebagai studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
36
Metode dokumentasi ini dipakai
oleh peneliti untuk mencari data mengenai latar belakang lokasi
penelitian, atau gambaran umum madrasah.
f. Analisis Data
Dalam Penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
37

Mengingat sifat dan tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan

34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., 199.
35
Ibid., 194.
36
Ibid., 329.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., 207.
informasi atau data sebagaimana adanya, maka jenis statistikanya seperti
teknik persen, kuartil, modus, median, mean, simpangan baku, dan
korelasi. Sedangkan visualisasinya dapat berbentuk tabel, grafik,
diagram, dan sejenisnya.
38








Daftar Pustaka

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta, 2013.
Mulyono. Manajemen Administrasi dan Organisasi. Bandung: Fokus Media,
2010.
Chaplin,J.P. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1999.
Sarwono, Sarlito Wirawan dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika, 2012.
M. Fandu Dharma S., Siswa MA Maarif Udanawu, Blitar, 03 Desember 2013.
M. Sholikhin, Siswa MA Maarif Udanawu, Blitar, 24 Desember 2013.
Fitra Yuni S., Guru BK Ma Maarif Udanawu, Blitar, 15 Maret 2014.

38
Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah., 90.
Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama, 2004.
Shelley E. Taylor, et. al., Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta: Kencana,
2009.
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002
Sarono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial,Individu Dan Teori Teori. Jakarta:
Balai Pustaka, 2002.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis
Integrasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Azwar, Saifudin azwar. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Purwanto. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Subana, M. dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2001.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002

Vous aimerez peut-être aussi