Vous êtes sur la page 1sur 23

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
KELUARGA BERENCANA





Disusun oleh :
Qonita Nur Miladi 220112130545









PROGRAM PROFESI NERS XXVII
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
2

KELUARGA BERENCANA (KB)

I. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang tepat untuk
memiliki anak. Untuk mengatur waktu yang tepat memiliki anak digunakan metoda
kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan.
Jika pasangan yang sudah menikah memiliki kesuburan baik, 90% pasangan wanita
akan hamil dalam satu tahun bila mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi (Gunningham,
et al., 1997). Kehamilan tak terencana dapat menyebabkan gangguan di dalam kehidupan
seorang wanita yang berdampak pada kesehatan ibu dan anak.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi
yang berartipertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Adapun pengertian lain dari Keluarga Berencana (KB) adalah :
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan.
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Menghindari kehamilan ada dua cara, yaitu secara menetap dan sementara. Untuk
menghindari kehamilan yang bersifat menetap dapat dilakukan sterilisasi, sedangkan untuk
menghindari kehamilan yang bersifat sementara dapat dilakukan kontrasepsi.
Ada tiga bentuk metode untuk mencegah atau menghindari pertemuan sel telur dan sel
sperma:
1. Menghambat perjalanan sperma ke arah ovum.
Kontrapsepsi yang digunakan untuk menghambat perjalanan sperma ke ovum, misalnya:
pantang berkala, koitus intruptus, kontrasepsi kimia (Jelly, busa, cream dan supostoria),
kondom, diafragma, sterilisasi.


3

2. Mencegah ovulasi.
Kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah ovulasi adalah kontrasepsi hormonal: pil,
suntik dan norplant. Kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan atau progesteron
sintetis. Hormon ini berfungsi berfungsi menekan produksi GnRH, sekresi LH dan FSH
sehingga tidak tidak terjadi pematangan folikel pada ovarium, oleh karena itu tidak
terjadi ovulasi. Uterus mengalami penipisan \dan mengalami sekresi. Setelah pemberian
pil selama 3 minggu endometrium terlepas dan terjadi proses menstruasi. Norplant
mengelaurkan hormon progesteron secara perlahan untuk jangka waktu kurang lebih 5
tahun.
3. Mengambat implantasi.
Kontrasepsi yang digunakan untuk menghambat implantasi sel ovum pada dinding uterus
yaitu dengan pemasangan IUD atau AKDR.

II. TujuanProgram KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluargabahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuanprogram KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)


4

III. Syarat Alat Kontrasepsi
Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu
kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus menerus dan efek samping minimal.
Syarat-syarat kontrasepsi :
1. Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2. Efek samping yang merugikan tidak ada
3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5.Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya
6. Cara penggunaannya sederhana
7. Harganya murah supaya dpt dijangkau masyrakat
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Kontrasepsi yang ideal dan memenuhi syarat diatas belum ada. Yang ada
kontrasepsiyang memenuhi sebagian syarat atau hampir memenuhi syarat. Yang
pentingsebenarnya adalah "memakai salah satu cara kontrasepsi jauh lebih baik dari
tidakmemakai kontrasepsi sama sekali".

IV. Klasifikasi Alat Kontrasepsi
Secara umum, kontrasepsi dibagi dua menurut cara pelaksanaannya :
1. Cara temporer (spacing). Yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum
menjadi hamil lagi.
2. Cara permanen (kontap). Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan
secara permanen; pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi.
Menurut jenis kelamin:
1. Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)
2. Cara atau alat yang dipakai oleh isteri (wanita)
Menurut pelayanannya
1. Cara medis dan non medis
2. Cara klinis dan non klinis
Menurut efek kerjanya
1. Tanpa mempengaruhi fertilitas
2. Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3. Kontrasepsi permanen dimana infertilitas menetap.
5

Menurut cara kerja/ cara kontrasepsi
1. Menurut keadaan biologis : sanggama terputus, metod kalender, suhu badan, abstinensia
dan lain-lain.
2. Memakai alat barier (kondoml, diafragma, kap porsio, spermisida)
3. Kontrasepsi intrauterin : IUD
4. Hormonal (pil KB, suntikan KB, dan AKBK)
5. Operatif : tubektomi dan vasektomi.
V. Alat Kontrasepsi: Jenis, Mekanisme Kerja, Indikasi-Kontraindikasi, Efek Samping,
dan Waktu Penggunaan
1. Metode Alami
a. Coitus Interuptus (Sanggama Terputus)
Aksi ini dapat mencegah terjadinya pembuahan yang berujung pada kehamilan. Coitus
Interruptus dapat diartikan sebagai senggama terputus atau dalam artian penis dikeluarkan
dari vagina sesaat sebelum ejakulasi terjadi. Dengan cara ini diharapkan cairan sperma
tidak akan masuk kedalam rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sperma
dengan sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan.
Teknik ini membutuhkan pastisipasi yang besar dari pasangan suami istri. Selain itu
juga menuntut jiwa yang besar dari pasangan suami istri alias siap mental jika ternyata
metode tersebut gagal. Faktor kegagalan dari metode ini memang cukup tinggi karena bisa
saja sperma telah keluar sebelum orgasme. Dengan kata lain sperma sudah terlepas dan
berenang cepat menuju sel telur sesaat sebelum penis ditarik keluar.
Efektif: Bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.
b. Metode Ritmik
Pada metode ritmik suami istri tidak melakukan hubungan suami sitri selama masa
subur wanita. Jenis metode ritmik:
Sistem Kelender (Pantang Berkala)
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method. Jika cara ini jadi pilihan maka
pengetahuan suami istri tentang masa subur atau fertility awareness harus tinggi. Pasangan
harus mengetahui dengan tepat masa subur atau saat yang paling memungkinkan
mengalami kehamilan. Jika memang ingin menunda kehamilan, maka pada saat tubuh
memasuki masa subur tundalah keinginan berhubungan intim dengan pasangan.
Wanita sebaiknya mencatat siklus haidnya dalam 12 bulan terakhir. Untuk mengetahui
saat tidak boleh melakukan hubungan seksual, dilakukan perhitungan : (siklus terpendek -
6

18) dan (siklus terpanjang 11). Contoh: jika siklus seorang wanita dalam waktu 12 bulan
terakhir berkisar antara 26-29 hari, maka (26-18=8) dan (29-11=18). Artinya hubungan
seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.
Efektif: Bagi wanita dengan siklus mentruasi teratur. Buat mereka yang siklus haidnya
tidak teratur akan sulit untuk menggunakan metode ini, karena kesulitan menentukan masa
subur.
Metode temperatur
Dilakukan pengukuran suhu basal (suhu tubuh ketika bangun tidur sebelum beranjak
dari tempat tidur). Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (<
1
0
Celcius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan mulai dari
menstruasi hari pertama sampai suhu basalnya meningkat.
Metode lendir
Masa subur wanita diketahui dari lendir servikal yang biasanya dikeluarkan dalam
jumlah yang lebih banyak dan lebih encer sesat sebelum ovulasi. Hubungan seksual
tidak boleh dilakukan pada saat terjadinya peningkatan jumlah lendir sampai 4 hari
sesudahnya.
Metode simptotermal
Dilakukan dengan pengamatan perubahan lendir servikal dan peningktan suhu basal
tubuh, juga gejala lainnya yang berhubungan dengan ovulasi (misalnya nyeri kram
ringan pada perut bagian bawah). Metode ini merupakan metode yang dapat
diandalkan.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Suntikan (Injeksi)
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia
semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya relatif murah dan aman.Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu
untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil.
Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu
pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB
hormonal selama maksimal 5 tahun.
Jenis-jenis alat kontrasepsi suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
Suntikan / bulan, contoh : cyclofem
7

Suntikan/3 bulan, contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati, 2008).
b. Kontrasepsi Oral: Pil KB
Pil KB seringkali menjadi pilihan bagi ibu-ibu rumah tangga. Dibandingkan dengan
kontrasepsi kondom ataupun IUD, pil KB relatif lebih mudah digunakan dan nyaman.
Terdapat dua jenis pil KB, yaitu yang diminum tiap hari secara teratur, dan jenis yang
digunakan sesudah berhubungan seksual. Dari jenis pil KB tersebut, yang paling efektif
adalah pil KB yang diminum teratur tiap hari. Hormon yang umumnya terkandung dalam
pil KB adalah hormon estrogen dan progestin. Fungsi utama dari hormon progestan adalah
sebagai pengental cairan/lendir yang berada pada mulut rahim. Dengan mengentalnya
lendir tersebut maka sperma akan susah memasuki rahim dan menghambat terjadinya
pembuahan. Sedangkan hormon estrogen mempunyai fungsi utama menghambat
pemasakan sel telur dan menghambat terjadinya ovulasi. Biasanya pil KB yang beredar
bisa terdiri dari hormon estrogen atau progestan saja, bisa pula terdiri dari kombinasi
keduanya.
Jenis-Jenis Pil KB
Salah satu jenis pil KB kombinasi ialah pil KB yang mengandung Levonorgestrel
(suatu hormon progestan) dan Etinil Estradiol (suatu estrogen). Keduanya bekerja secara
sinergis dalam mencegah kehamilan. Sesuai dengan aksinya masing-masing kedua
kombinasi hormon ini jika digunakan secara tepat dan teratur dapat mencegah kehamilan
hampir 100%.
Ada 4 pil kontrasepsi oral:
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi, terdiri dari 21-22 pil kontrasepsi oral dan setiap
pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil
kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama haid, selanjutnya setiap pil
1 hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kontrasepsi oral
terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan
perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus
sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial, terdiri dari 14-15 pil kontrasepsi oral yang berisi
derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara
penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan
lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
8

Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini, hanya berisi derivat progestin, noretindron atau
norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe
kombinasi.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill), berisi
dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam
pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.

Pil KB harus diminum secara teratur selama pengguna tidak menginginkan terjadinya
kehamilan. Bila ada tablet yang terlupa diminum pada hari tertentu, maka selambat-
lambatnya dalam waktu 12 jam pada hari tersebut tablet masih dapat diminum. Namun
jika sudah lebih dari 12 jam maka tablet pada hari yang terlupa jangan diminum dan tetap
meminum tablet pada hari berikutnya. Resiko dari kealpaan meminum tablet dapat
mengurangi keefektifan dalam mencegah kehamilan. Oleh karena itu salah satu faktor
keberhasilan dalam penggunaan pil KB ini adalah kedisiplinan untuk meminum pil KB.
Sebaiknya pil KB diminum menjelang tidur setiap hari sehingga resiko lupa dapat
diperkecil.
c. Susuk KB (Norplant)
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka
waktu 5 tahun. Norplant dipasang di bawah kulit, di atas otot pada lengan atas. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar
batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung
jenis susuk yang akan dipakai. Masing-masing kapsul mengandung progestin levonogestrel
sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB. Hormon ini lepas secara perlahan-
lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini
bisa terasa dan kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis. ( The Bostons Book
Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992)
Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah satu-satunya merek implant
yang saat ini beredar di Indonesia. Oleh karena itu, sering juga digunakan untuk menyebut
implant.Di beberapa daerah, implant biasa disebut dengan susuk. Indonesia merupakan
negara pemula dalam penerimaan norplant yang dimulai pada 1987.Sebagai negara pelopor,
Indonesia belum mempunyai referensi mengenai efek samping dan permasalahan yang
muncul sebagai akibat pemakaian norplant.Pada 1993, pemakai norplant di Indonesia tercatat
sejumlah 800.000 orang.
9

Konsep kerja implan menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih
pendek daripada batang korek api. Jika Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan
bisa terjadi. Cara pencabutan Implan hampir sama dengan pemasangannya yaitu dengan
penyayatan kecil dan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sebelum pemasangan
Implan sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu,dengan tujuan untuk mengetahui
apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
4. Kontrasepsi Mekanik atau Penghalang
Kontrasepsi penghalang secara fisik mengahalangi jalan masuk sperma ke dalam rahim
wanita. Jenisnya yaitu diafragma, kondom, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
spermisida.
a. Diafragma
Kontrasepsi diafragma merupakan hal yang tidak biasa di Indonesia. Kontrasepsi ini
adalah kontrasepsi barier yang tidak mengurangi kenikamatan berhubungan seksual
karena terjadi skin to skin kontak antara penis dengan vagina dan dapat meningkatkan
frekuensi sentuhan pada G Spot dalam. Sayangnya diafragma memiliki efektifitas yang
paling rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, selain itu pemasangannya
harus oleh tenaga kesehatan dan harganya relatif lebih mahal. Diafragma merupakan
plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur. Dipasang pada serviks untuk menjaga
agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokan
oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus bersamaan dengan krim atau jelly.
Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai
minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam. Ukuran diafrafma harus diganti jika
terjadi penambahan atau penurunan BB > 5 kg, diafragma dipakai > 1 tahun, dan baru
melahirkan anak atau mengalami aborsi karena ukuran dan bentuk vagina mungkin
mengalami perubahan.
b.Kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang diselubungkan
ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel
telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom merupakan salah satu metode
pencegahan kehamilan yang sering digunakan. Kondom juga bisa digunakan untuk
melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan penyakit menular seksual.
10

Aman atau efektifnya pemakaian kondom sebagai alat pencegah kehamilan dan
pencegah penyebaran penyakit ternyata tergantung pada cara pemakaiannya. Jika
kondom dipakai secara tepat dan benar, maka kondom akan dapat melindungi pasangan
dari hal-hal tersebut. Jika dipakai secara asal-asalan, ada kemungkinan kegagalan
penggunaan kondom, yakni meski sudah digunakan, tetap saja dapat hamil atau
terinfeksi penyakit menular seksual.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral.
Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk
huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka
tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda
(Multiload).
Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat.
Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya
sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5
tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika pasangan ingin memiliki
anak lagi.
Terdapat dua jenis IUD:
1. Melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
2. Melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun)
Jenis-jenis AKDR di Indonesia
Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm
2
, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
Multi-Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
11

berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm
2
atau 375
mm
2
untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.
Lippes-Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
d. Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai
membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol.
Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah
kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini
kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma.

KONTRASEPSI MANTAP
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki.
Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan
dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan
tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
Sterilisasi
Cara kontrasepsi ini bersifat permanent. Konsepnya saluran telur pada wanita,
disumbat dengan cara diikat, dipotong atau dibakar. Sterilisasi pada wanita ini juga bisa
dilakukan dengan pengangkatan rahim. Sedangkan pada kaum pria, sterilisasi dilakukan
dengan cara memotong saluran sperma. Tetapi ada persyaratan khusus bagi wanita yang ingin
melakukan kontrasepsi jenis ini. "Amanya jumlah umur dikali jumlah anak harus minimal
seratus. Misalnya, Anda telah berusia 35 tahun dan telah memiliki tiga anak. Lalu kalikan 35
x 3 = 105. Hasil ini dapat diartikan sebagai kondisi aman. Untuk itu jika Anda ingin jalani
12

kontrasepsi, sebaiknya usia anak bungsu Anda telah melewati masa balita. hal ini sekedar
berjaga-jaga jika suatu saat Anda masih berniat untuk hamil kembali.
Efektif: Pilihan kontrasepsi ini paling cocok bagi wanita yang memang bertekad bulat tak
ingin punya anak lagi.
1. MOW (Metode Operasi Wanita)
Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau
penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke
rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan
pembiusan total.
Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau
dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita seringkali
dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan,
bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk
menutup saluran tuba. Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita
plastik dan klip berpegas.Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan
lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi
(pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita
bersangkutan tidak hamila lagi. Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan angka
kegagalan kurang dari 1% (kapita selakta, FKUI 2001).
2. MOP (Metode Operasi Pria)
Vasektomi adalah pemotongan vas
deferens (saluran yang membawa sperma
dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli
bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20
menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya
tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi,
karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai
sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah pemeriksaan
laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan
tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria
tersebut telah mandul.
13

Komplikasi dari vasektomi adalah: Perdarahan, respon peradangan terhadap sperma yang
merembes, pembukaan spontan.
Profil
Sangat efektif dan permanent
Tidak ada efeksamping jangka panjang
Tindak bedah yang aman dan sederhana
Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
Konseling dan inform consent mutlak diperlukan
VASEKTOMI adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi tidak terjadi.

PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI
Setiap metoda kontrasepsi memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Terkadang
seorang wanita mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metoda
kontrasepsi yang cocok dan memuaskan.
Pertimbangan-pertimbangan yang membantu dalam memilih metoda yang paling memenuhi
kebutuhan pasangan usia subur antara lain:
1.Keamanan
Keamanan metode kontrasepsi merupakan pertimbangan utama dalam penggunaanya. Status
kesehatan yang berbeda beda terkadang menyebabkan beberapa alat kontrasepsi tidak aman
digunakan. Contohnya oral kontrasepsi tidak dianjurkan pada wanita dengan tromboplebitis
atau stroke karena hormon yang dikandungnya dapat meningkatkan resiko keparahan
penyakit tersebut dan diafragma (cap servix) tidak aman digunakan pada wanita dengan
riwayat toxic shock syndome.
2.Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
Tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif mencegah Penyakit Menular Seksual. Resiko
paparan terhadap Penyakit Menular Seksual harus dipertimbangkan dalam memberikan
konseling tentang pilihan alat kontrasepsi. Kondom pria memberikan perlindungan yang baik
terhadap penularan Penyakit Menular Seksual. Kondom ini harus dupakai jika salah satu
pasangan mengidap Penyakit Menular Seksual meskipun pasangan tersebut telah
menggunakan alat kontrasepsi lain.
3.Efektifitas
Efektifitas suatu alat kontrasepsi ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan alat kontrasepsi
14

tersebut melindungi seseorang wanita dari kehamilan. Metoda sterilisasi dianggap yang
paling efektif namun tidak dapat digunakan pada pasangan yang ingin anak lagi dikemudian
hari.IUD juga merupakan metoda yang efektif tapi terkadang tidak menjadi pilihan karena
efek samping atau kepercayaan yang dianut oleh pasangan.
4.Pilihan pribadi dan kecendrungan
Pilihan pribadi dan kecendrungan juga merupakan hal penting dalam memilih metode
kontraseps. Jika seorang wanita berasumsi bahwa kontrasepsi yang dipilih terlalu sulit
digunakan, menghabiskan banyak waktu atau terlalu banyak aturan akan menurunkan
motifasi dan kekonsistenan pasangan tersebut untuk menggunakannya. Pendidikan yang
diterima tentang metode kontrasepsi akan mempengaruhi persepsi pasangan terhadap
kontrasepsi.
5.Education needed
Beberapa metoda kontrasepsi tidak membutuhkan pendidikan khusus, seperti kondom.Namun
ada beberapa metode yang membutuhkan informasi lengkap agar metode tersebut menjadi
efektif.
6.Efek samping
Efek samping penggunaan metoda kontrasepsi harus dijabarkan dengan lengkap kepada
pasangan. Jika pasangan sudah mengetahui efek sampingnya lalu kemudian tetap memilih
kontrasepsi tersebut, mereka akan lebih dapat bertoleransi pada efek samping yang
ditimbulkan daripada pasangan yang tidak mengetahui efek samping sama sekali.
7.Pengaruh pada kepuasan seksual
Metode coitus related contraceptive, seperti spermisida dan metoda barrier, harus digunakan
sebelum berhubungan seksual. Hal ini dapat menurunkan kepuasan seksual dan
meningkatkan resiko penurunan minat terhadap metoda tersebut.
8.Ketersediaan
Kondom dan spermisida dapat diperoleh tanpa resep dokter. Pasangan dapat memiliki bahan
ini tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu.Hal ini penting dipertimbangkan pada pasangan
yang tidak dapat terbuka pada tenaga kesehatan tentang aktivitas seksual.
9.Biaya
Pada pasangan berpenghasilan rendah, faktor biaya menjadi hal penting dalam pemilihan
metoda kontrasepsi. Pasangan tersebut mungkin akan lebih suka memilih menggunakan
kondom daripada metoda sterilisasi yang relatif lebih mahal.


15

10.Agama dan kepercayaan
Agama dan kepercayaan akan mempengaruhi pilihan. Penganut katolik roma tidak
memperkenankan metoda kontrasepsi apapun selain metoda alamiah.
11.Budaya
Budaya juga mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi. Keturunan afrika-amerika banyak
memilih sterilisasi pada wanita daripada sterilisasi pria, sedangkan pria latin tidak berminat
tehadap penggunaan kondom dan menganut kebudayaan memiliki banyak keturunan.Pada
beberapa daerah, kontrasepsi tidak akan pernah digunakan sampai pasangan tersebut berhasil
memperoleh anak laki-laki.

VIII. Asuhan Keperawatan Keluarga Berencana
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien : nama, umur, alamat, agama, pendidikan, suku bangsa, no.medrec,
status marital
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan,
adanya nyeri
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan di luar siklus haid, Kaji keluhan utama dengan PQRST
d. Riwayat obstetri
- Kapan menstruasi, berapa lama menstruasi dan siklus menstruasi
- Sudah berapa lama berkeluarga
- Berapa jumlah anak
- Apakah ada masalah saat persalinan dan kehamilan
e. Riwayat kontrasepsi
- Kaji pengetahuan tentang konsepsi (tentang macam-macam metoda
kontrasepsi, teknik penggunaan metoda kontrasepsi)
- Tanya kontrasepsi yang pernah digunakan atau saat ini digunakan
- Apakah ada masalah dengan kontrasepsi sebelumnya
- Adakah keinginan ibu untuk menggunakan metode kontrasepsi yang lain
- Tanyakan pada ibu cara KB mana yang diminati ibu
f. Riwayat Kesehatan Dahulu
16

- Apakah ibu memiliki riwayat penyakit tertentu seperti penyakit jantung,
hipertensi, TBC, kejang, kanker payudara, hepatitis, tromboplebitis
(kontraindikasi kontrasepsi oral)
- Apakah ibu memiliki riwayat alergi lateks (tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi mekanik atau diafrgama dan kap servik)
- Apakah ibu memiliki varises
g. Riwayat pemakaian obat
- Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
h. Perilaku kesehatan
Minum alkohol, merokok
i. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur dan hygiene.
j. Riwayat hubungan sosial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. penampilan umum : kesadaran, TTV
b. antopometri : BB, TB
c. kepala : kebersihan, distribusi rambut, kerontokan, terdapat benjolan atau luka
d. muka : lihat adanya edema pada dahi, jerawat atau bisul, mata (konjungtiva dan
sklera),
hidung : kesimetrisan, passage udara, secret, fungsi penghidu, septum
telinga : kesimetrisan, kebersihan, fungsi pendengaran
mulut : mukosa bibir, kebersihan gigi, caries atau gigi berlubang
e. leher : adanya peningkatan JVP, pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
f. dada :
payudara = kesimetrisan, hiperpigmentasi, puting susu, palpasi adanya massa
jantung = bunyi jantung, frekuensi
paru = pergerakan, retraksi, bunyi paru, frekuensi
g. abdomen : pergerakan, adanya luka bekas operasi, bising usus, palpasi ada
pembesaran limpa dan organ lainnya
17

h. genitalia : adanya secret atau lendir di vagina (warna, bau, konsistensi), adanya
perlukaan atau lesi, prolaps anus (hemoroid)
i. ekstremitas : varises, udem, tonus otot, ROM,
3. Pemeriksaan lab
Darah rutin :
- Hb : perdarahan di luar haid yang berlebihan dikhawatirkan akan menyebabkan Hb
turun dan terjadi anemia
- Leukosit : mengetahui adanya/terjadinya infeksi
4. Pemeriksaan penunjang
- Radiologi untuk memeriksa uterus
- Ultrasonografi (USG) abdomen

B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS :
- klien mengeluh daerah
bekas pemasangan KB
terasa sakit
- Klien mengeluh mules
atau nyeri saat
menstruasi
DO :
- Klien meringis, tampak
kesakitan
- Wajah tegang
- TTV meningkat
Pemasangan KB AKDR

- Posisi tidak tepat
- Ukuran tidak sesuai
dengan rahim
- AKDR merangsang
pembentukan
prostaglandin saat haid

Respon peradangan

Merangsang pengeluaran
mediator kimia

Merangsang ujung saraf
bebas

Thalamus

Gangguan rasa nyaman :
nyeri
18

Korteks cerebri

Nyeri dipersepsikan
DS : klien mengeluah area
luka bekas pemasangan
implant terasa sakit
DO : terdapat tanda
kemerahan, bengkak
Pemasangan Kb implant
yang di tanam di bawah
kulit

adanya luka akibat insisi

port dentry
mikroorganisme

resiko infeksi
Resiko Infeksi
DS : klien mengeluh
timbul jerawat pada wajah
DO : wajah klien
berjerawat, merah,
bernanah
KB suntik berisi
progresteron

Efek peningkatan kadar
lemak

Wajah berkeringat

Merangsang timbulnya
jerawat

Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
DS : klien mengeluh
siklus haid tidak teratur
DO : darah haid spotting
Kontrasepsi pil

- Berisi gabungan hormon
sintetik progresteron
- Berisi hormon
progresteron saja

Terjadi ketidakseimbangan
Gangguan siklus haid
19

hormon

Endometrium mengalami
perubahan histologi
degenerasi

Atropi endometrium

Amenorhea

Siklus haid terganggu

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d pemasangan AKDR
2. Resiko infeksi b.d adanya luka terbuka akibat insisi
3. Gangguan integritas kulit b.d peningkatan kadar lemak efek dari pengobatan
4. Gangguan siklus haid b.d ketidakseimbangan hormon efek dari kontrasepsi

20

D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan Rasional
Tujuan Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman :
nyeri b.d pemasangan
AKDR

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, gangguan rasa
nyaman teratasi
Kriteria hasil :
- Klien tidak mengeluh nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- TTV dalam batas normal
1. Atur posisi klien senyaman mungkin saat
pemasangan

2. Anjurkan pada klien untuk menarik nafas
dalam saat pemasangan AKDR bila terasa
sakit
3. Pasang AKDR dengan prinsip yang benar

4. Ukur TTV sebelum dan sesudah pemasangan
AKDR
Posisi yang nyaman akan
mengurangi ketegangan klein
sehingga mengurangi nyeri.
Membuat otot-otot menjadi rileks
sehingga dapat mengurangi nyeri.

Meminimalkan perlukaan yang
dapat menyebabkan nyeri
TTV dapat memberikan gambaran
nyeri klien sehingga dapat
ditangani dengan tepat.
2. Resiko infeksi b.d adanya
luka terbuka akibat insisi

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, infeksi tidak
terjadi
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi (bengkak,
kemerahan, demam,
1. Pasang alat kontrasepsi : IUD, implant dengan
teknik steril
2. Lakukan perawatan luka atau area
pemasangan dengan teknik aseptic
3. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai
indikasi
4. Kolaborasi pemeriksaan darah : leukosit
Mencegah kontaminasi
mikroorganisme
Mencegah berkembangnya
mikroorganisme
Terapi medis untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme
Peningkatan leukosit
21

terdapat pus)
- Luka bersih dan kering
- Leukosit normal
mengidentifikasikan bahwa adanya
infeksi
3. Gangguan integritas kulit
b.d peningkatan kadar
lemak efek dari pengobatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, gangguan
integritas kulit dapat diatasi
Kriteria hasil :
- Jerawat,bisul,nanah tdk ada
- Klien mengerti penyebab
- Klien mengurangi makanan
yang berlemak
1. Sebutkan penyebab terjadinya jerawat
2. Anjurkan klien untuk mengurangi makanan
berlemak
3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan
wajah
4. Anjurkan klien untuk menghindari
pemakaian kosmetik yang merangsang
tumbuhnya jerawat
Meningkatkan pengetahuan klien
Makanan berlemak dapat memicu
tumbuhnya jerawat
Meminimalkan faktor resiko yang
memicu tumbuhnya jerawat
Kosmetik yang tidak sesuai dapat
menyebabkan iritasi
4. Gangguan siklus haid b.d
ketidakseimbangan hormon
efek dari kontrasepsi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, gangguan
siklus haid dapat diatasi
kriteria hasil :
- Klien dpt beradaptasi dgn
perubahan hormon
- Tidak ada perdarahan
selama di luar masa haid
- Jml darah haid DBN
1. Jelaskan penyebab terjadinya gangguan haid


2. Observasi tanda-tanda vital


3. Kolaborasi pemberian Fe

4. Kolaborasi pemeriksaan darah : Er, Hb
Meningkatkan pengetahuan klien,
dapat mengurangi kecemasan
Dapat digunakan sebagai indicator
ketidakseimbangan hormon
sehingga dapat diambil langkah
yang tepat
Mengganti darah yang keluar
berlebihan
Pengeluaran darah yang berlebihan
menyebabkan penurunan Hb
22

DAFTAR PUSTAKA

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.
BKKBN, 1999. Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang.
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri William: Panduan Ringkas. Jakarta : EGC
NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional PelayananKeluarga Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
www. bkkbn.go.id
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/
http://www.scribd.com/doc/17431250/Alat-Kontrasepsi-Bawah-Kulit
23

Vous aimerez peut-être aussi