1. Abortus Spontan Abortus spontan yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Abortus dapat dibagi : a. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap) Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua daan fetus). Sehingga rongga rahim kosong. Penanganannya: Hanya dengan uterotonika b. Abortus Inkomplektus (Keguguran bersisa) Artinya hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Gejalanya: Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas ,pendarahan yang bisa seddikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku). Sudah ada keluar fetus atau jaringan. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka,kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari yang seharusnya. Penanganannya: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uteritonika dan antibiotika. c. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung) Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya : Seperti abortus inkompletus. d. Abortus Iminens (Keguguran membakat) Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antipasmodika serta istirahat. Kalau pendarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidk. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret). e. Missed Abortion Adalah keadaan dimanaa janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang sudah meninggal ini biasanya bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bisa doresobsi disebut fetus papyraceus atau bisa jadi mola karnosa, diman fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi. Gejala: Dijumpai amenorea, pendarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaanya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala- gejala kehamilan belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-ekali pasien merasa perutnya dingin dan kosong. Penanganannya: Berikan obat dengan maksud agar terjadi His sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anteior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi : Bisa timbul hipo atau afibrinogonemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekai untuk dialkukan kuretase. f. Abortus Habitualis (Keguguran berulang) Adalah keadaan diman penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitulis 3,6- 9,8% dari abortus spontan. Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adlah sekitar 63%. Kalau abprtus 3 kali beerturut-turut, maka kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%. Penyebabnya : Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis. Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands (contagius abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesusu antagonisme. Penanganannya: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum akohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage).
g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik Abortus Infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortusseptik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam pereedaran darah atau peritonium. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim. Gejala: Adanya abortus amenore, pendarahan, keluar jaringan yang telah ditolong diluar rumah sakit Pemeriksaan kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, pendarahan, dan sebagainya. Tanda-tanda infeksi alat genital demam, nadi cepat, pendarahan, berbau, uterus besar dan lembek ,nyeri tekan, lekositosis. Pada abortus septik kelihatan sakit berat, panas tinggi, mengigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen. Penanganannya: Bila pendarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat). 24 jam sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi pendarahan banyak lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita. Pada abortus septik terapi sama saja , hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman. Tindakan operatif ,melihat jenis komplikasi dan banyaknya pendarahan dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
2. Abortus Provakatus (induced abortion) Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan mau pun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: a) Abotrus Medisinalis (abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). b) Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.