Vous êtes sur la page 1sur 7

Mood Stabilizer

Mood stabilizer adalah kelompok obat yang divergen, dikenal berkhasiat terutama
untuk mempertahankan stabilitas suasana perasaan, terutama mencegah munculnya kondisi
manik pada gangguan afektif bipolar. Kelompok obat ini dikatakan efektif untuk mania akut
tetapi kurang efektif untuk depresi.
Klasifikasi umum:
1. Garam lithium
Lithium carbonat: priadel, theralith
2. Lain-lain:
Karbamazepine: tegretol
Asam valproat: valproic acid, depakene
Natrium divalproate: depakote
Secara umum terapi dengan Lithium dimulai dengan dosis terbagi, mulai dari dosis 2-3 kali
300 mg per hari dan kadar plasma stabil dicapai dalam 4-5 hari. Setelah pasien cukup stabil,
dosis tunggal sering kali lebih disukai. Bila fungsi ginjal normal, dosis total perhari bisa
mencapai 1200-18800 mg lithium yang akan menghasilkan konsentrasi lithium dalam plasma
berkisar 0,8-1,2 mEq/L. Dosis pemeliharaan berkisar di tingkat kadar plasma 0,6-1 mEq/L
yang dapat dicapai dengan pemberian 900-1200 mg/hari.
Efek samping Lithium:
- Efek neurologik:
o Ringan, nontoxic: disforia, tidak spontan, perlambatan waktu reaksi, kesulitan
memori.
o Tremor: postural, kadang-kadang efek ekstrapiramidal.
o Toxic: tremor, disartria, ataxia, iritabilitas neuromuskular, kejang-kejang,
koma, kematian.
o Lain-lain: neuropati perifer, peningkatan tekanan intrakranial ringan,
hipertensi, myasthenia gravis like syndrome, penurunan ambang kejang.
- Endocrine:
o Thyroid: goiter, hipotiroid, exopthalmus, hipertiroidism.
o Parathyroid: hipertiroidism, adenoma.
- Kardiovaskular:
o Benign T-wave changes, sinus node dysfunction
- Renal:
o Concentrating defect, perubahan morfologis, poliuria (diabetes insipidus),
penurunan GFR, sindroma nefrotik, asidosis renal tubular.
- Kulit:
o Jerawat, rambut rontok, psoriasis, rash
- Saluran cerna:
o Penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare.
- Lain-lain:
o Perubahan metabolisme karbohidrat, peningkatan berat badan, retensi air.
Cara Kerja
Dikatakan bahwa Lithium memiliki efek akut dan kronis dalam pelepasan serotonin
dan norepinefrin di neuron terminal SSP. Dalam konsentrasi tinggi berefek juga dalam
pompa ion transpor membran. Secara teoritis dihipotesiskan 3 cara kerja lithium, yaitu
hipotesis Inositol Depletion, Regulasi wnt Pathway dan Synthase Kinase 3beta, serta regulasi
Lithium terhadap Adenyl Cyclase. Walaupun cara kerjanya tidak dapat dijelaskan dengan
tepat, tetapi ditemukan bahwa Lithium sangat bermanfaat dalam pengobatan Gangguan
Afektif.
Indikasi utama pemakaian Lithium adalah untuk gangguan afektif bipolar khususnya
episode amnik, dengan dosis efektif kadar obat dalam plasma mencapai 1,5 mEq/L dapat
berakibat toksik terhadap ginjal. Efek samping yang dapat terjadi adalah:
1. Tremor halus
2. Diare & muntah-muntah
3. Rasa lelah & vertigo
4. Ataksia & tremor kasar
5. Penurunan kesadaran
6. Konvulsi
7. Oliguria bahkan dapat terjadi anuria
8. Edem

LITHIUM
Lithium (askalith, lithobid, lithonate) adalah terapi jangka pendek, jangka panjang,
dan terapi profilaktik yang paling lazim digunakan untuk gangguan bipolar 1. Obat ini juga
digunakan sebagai obat tambahan di dalam terapi gangguan depresif berat, gangguan skizo
afektif, skizofrenia yang resisten terapi, anoreksia nervosa, dan bulimia nervosa serta untuk
mengendalikan agresi kronis pada anak maupun dewasa.
Kerja Farmakologis
Setelah konsumsi, lithium diabsorpsi seutuhnya oleh saluran gastrointestinal. Puncak
kadar serum dalam 1 hingga 1,5 jam untuk sediaan standar dan 4 hingga 4,5 jam untuk
sediaan lepas terkendali. Lithium tidak terikat dengan protein plasma, tidak dimetabolisme,
dan didistribusikan dengan tidak sama di seluruh air tubuh. Lithium tidak melintasi sawar
darah otak dengan cepat, suatu fakta yang mungkin menjelaskan mengapa overdosis biasanya
tidak menjadi masalah dan mengapa intoksikasi lithium membutuhkan waktu yang lama
untuk benar-benar pulih. Waktu paruh lithium biasanya 20 jam dan ekuilibrium dicapai
setelah 5 hingga 7 jam setelah asupan regular. Lithium hampir seluruhnya di eliminasi oleh
ginjal. Karena lithium diabsorpsi oleh tubulus proksimal, bersihan lithium kira-kira seperlima
bersihan kreatinin. Pembersihan lithium oleh ginjal menurun pada insufisiensi ginjal (lazim
pada orang yang berusia lebih tua) dan pada puerperium serta meningkat selam kehamilan.
Lithium diekskresi di dalam ASI dan dalam jumlah yang tidak signifikan di feses serta
keringat. Mekanisme kerja terapeutik lithium masih belum pasti. Kemiripan ion lithium
dengan ion natrium, kaium, kalsium, dan magnesium mungkin terkait dengan efek
terapeutiknya.
Efek Pada Organ dan Sistem Spesifik
Lithium paling sering mempengaruhi tiroid, jantung, ginjal, dan sistem hematopoietik.
Lithium menghambat pelepasan hormon tiroid dari tiroid dan dapat menimbulkan
hipotiroidisme atau struma; yaitu gangguan yang lebih sering mengenai perempuan
dibandingkan laki-laki. Lithium juga menggangu fungsi nodus sinus yang menimbulkan
blokade jantung pada orang yang rentan. Lithium mengurangi kemampuan ginjal untuk
memekatkan urine. Meskipun efek ini biasanya secara klinis tidak signifikan, hal ini tidak
selalu reversibel setelah menghentikan penggunaan lithium. Fibrosis interstitial nonspesifik
patologis dilaporkan karena ada temua postmortem pada sejumlah orang yan pernah di terapi
lama dengan lithium, tetapi hal ini merupakan hasil yang tidak biasa. Efek utama lithium
pada sistem hematopoietik adalah peningkatan produksi leukosit yan secara klinis tidak
signifikan.
Indikasi Terapeutik
Gangguan Bipolar 1
Episode manik
Kira-kira 80% pasien manik berespons terhadap terapi lithium, meskipun respons
lithium sendiri dapat memerlukan waktu 1 hingga 3 minggu terapi pada konsentrasi
terapeutik, karena keterlambatan respons terhadap terapi dengan lithium, benzodiazepine
(clonazepam dan lorazepam) atau antipsikotik digunakan 1 hingga 3 minggu pertama untuk
mendapatkan pemulihan mania segera. Prediktor respons yang buruk terhadap lithium pada
terapi episode manik mencakupp episode campuran dan episode manik disforik, siklus cepat,
dan gangguan terkait zat yang juga terjadi bersamaan. Lithium efektif sebagai profilaksis
jangka panjang untuk episode manik dan depresif pada kira-kira 70-80% orang dengan
gangguan bipolar 1.
Episode depresif
Lithium efektif di dalam terapi gangguan depresif berat dan depresi yang terkait
gangguan bipolar 1. Karena antidepresan dapat mencetuskan mania pada orang dengan
gangguan bipolar, monoterapi dengan lithium adalah terapi yang ideal untuk mania dan
depresi pada orang dengan gangguan bipolar. Lithium juga dapat diresepkan dengan
antidepresan sebagai rumatan jangka panjang orang dengan gangguan bipolar. Obat trisiklik
dan tetrasiklik dianggap lebih besar kemungkinannya untuk mencetuskan mania berat
dibandingkan bupropion atau SSRI. Penguatan terapi lithium dengan valproat atau
karbamazepin biasanya ditolerensi dengan baik, dengan sedikit resiko tercetusnya mania.
Skizofrenia
Gejala pada seperlima hingga setengah dari semua pasien dengan skizofrenia jauh
berkurang jika lithium diberikan bersamaan dengan obat antipsikotik. Keuntungan terapeutik
lithium tidak berhubungan dengan ada atau tidaknya gejala afektif pada pasien ini. Sejumlah
pasien skizofrenia yang tidak dapat mengkonsumsi obat antipsikotik bisa mendapatkan
keuntungan dari terapi dengan lithium saja. Ledakan agresif intermiten pada beberapa pasien
dengan skizofrenia juga dapat dikurangi dengan terapi lithium.
Gangguan Skizoafektif dan Skizofrenia
Di antara orang-orang dengan gangguan skizoafektif, mereka dengan gejala mood
yang dominan lebih cenderung memberikan sespons terhadap lithium dibandingkan mereka
dengan gejala psikotik yang dominan. Antagonis serotonin-dopamin (SDA) dan antagonis
reseptor dopamin adalah terapi pilihan untuk orang dengan gangguan skizoafektif, sedangkan
lithium merupakan agen tambahan yang berguna, terutama untuk orang yang gejalanya
resisten terhadap terapi dengan SDA dan antagonis reseptor dopamin. Meskipun demikian,
penambahan lithium pada terapi SDA atau antagonis respetor dopamin dapat efektif pada
orang dengan gangguan skizoafektif, bahkan saat tidak adanya komponen gangguan mood
yang menonjol.
Agresi
Lithium telah digunakan untuk terapi ledakan agresif pada pasien degan skizofrenia,
penghuni penjara, anak-anak dengan gangguan tingkah laku dan pasien retardasi mental.
Lebih sedikit sukses dilaporkan di dalam terapi agresivitas akibat trauma kepala dan epilepsi.
Obat lain untuk terapi agresi mencakup antikonvulsan, antagonis resptor -adrenergik, dan
antipsikotik. Terapi pasien agresif memerlukan pendekatan yang fleksibel di dalam
penggunaan obat ini bersamaan dengan strategi terapi perilaku dan psikososial.
Rumatan
Terapi rumatan dengan lithium secara nyata menurunkan frekuensi, keparahan, dan
lama episode manik serta depresif pada orang dengan gangguan bipolar 1. Lithium
memberikan profilaksis yang relatif lebih efektif untuk mania dibandingkan untuk depresi
serta strategi antidepresan tambahan dapat diperlukan baik secara intermiten atau terus-
menerus. Rumatan lithium hampir selalu diindikasikan setelah episode kedua depresi atau
mania gangguan bipolar 1 dan harus dipertimbangkan setelah episode pertama untuk remaja
atau untuk orang-orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bipolar 1. Orang
lain yang mendapatkan keuntungan dari rumatan lithium adalah mereka yang memiliki sistem
dukungan yang buruk, meliki resiko tinggi bunuh diri, awitan episode pertama yang
mendadak, tidak memiliki faktor pencetus utnuk episode pertama, atau mengalami episode
mania. Studi klinis menunjukkan bahwa lithium menurunkan insiden bunuh duru pada pasien
gangguan bipolar 1 enam hingga tujuh kali lipat. Lithium juga merupakan terapi yang efektif
untuk orang dengan gangguan siklotimik berat.
Memulai terapi rumatan setelah episode manik yang pertama dianggap bijaksana
berdasarkan pada beberapa pengamatan. Pertama, setiap episode mania meningkatkan resiko
terjadinya episode berikutnya. Kedua, di antara orang-orang yang responsif terhadap lithium,
kekambuhan 30 kali lebih besar kemungkinannya setelah lithium dihentikan. Ketiga, laporan
kasus menggambarkan orang yang awalnya berespons lagi terhadap lithium, berhenti
menggunakannya, dan kemudian mengalami kekambuhan tetapi pada episode berikutnya
tidak berespons lagi terhadap lithium. Terapi rumatan lithium yang berkelanjutan sering
disertai dengan meningkatnya efektivitas serta menurunnya mortilitas. Dengan demikian,
suatu episode depresi atau mania yang terjadi setelah rumatan lithium dengan waktu yang
relatif singkat tidak selalu menunjukkan kegagalan terapi. Meskipun demikian, terapi lithium
saja dapat mulai kehilangan efektivitasnya setelah beberapa tahun penggunan yang berhasil.
Jika hal ini terjadi, terapi tambahan dengan antikonvulsan dapat berguna.
Dosis rumatan lithium sering dapat disesuaikan untuk mendapatkan konsentrasi
plasma yang lebih rendah dari yang diperlukan untuk terapi mania akut. Jika penggunaan
lithium akan dihentikan, dosis harus diturunkan bertahap secara perlahan. Penghentian terapi
lithium secara mendadak disertai dengan meningkatnya resiko kekambuhan episode manik
dan depresif.
Perhatian dan Efek Samping
Efek samping terapi lithium yang paling lazim adalah meningkatnya rasa haus,
poliuria, gangguan lambung, berat badan bertambah, tremor, lelah, dan hendaya kognitif
ringan. Gangguan lambung dapat mencakup mual, muntah, dan diare serta sering diredakan
dengan membagi lagi dosis, memberikan lithium bersamaan dengan makanan, atau
mengganti dengan berbagai sediaan lithium lain., bertambahnya berat badan serta edema
tidak mungkin diterapi kecuali dengan mendorong pasien untuk mengurangi makan dan
cukup olahraga. Tremor terutama mengenai jari kadang-kadang dapat memburuk pada kadar
puncak obat. Gangguan ini dapat dikurangi dengan membagi lagi dosis. Efek samping
neurologis yang jarang mencakup gejala parkinson ringan, ataksia, dan disartria. Pasien
dengan gangguan otak memiliki resiko mengalami neurotoksisitas. Lithium dapat
memperburuk penyakit parkinson. Lithium harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
diabetik karena dapat mencetuskan bangkitan atau memperburuk gangguan bangkitan. Pasien
yang mengalami dehidrasi, lemah, atau memiliki penyakit medis rentan terhadap efek
samping dan toksisitas. Leukositoasis merupakan efek samping yang lazim terhadap terapi
lithium.
Interaksi Obat
Lithium telah berhasil digunakan bersama dengan antagonis reseptor dopamin selama
beberapa tahun. Meskipun demikian, pemberian bersamaan antagonis reseptor dopamin dosis
tinggi denga lithium dapat mengakibatkan peningkatan sinergis gejala efek samping
neurologis yang dicetuskan lithium. Interaksi ini dapat terjadi dengan penggunaan antagonis
reseptor dopamin apapun.
Pemberian lithium dan antikonvulsan bersamaan dapat meningkatkan konsentrasi
lithium dan memperberat efek samping neurologis yang dicetuskan lithium. Meskipun
demikian, jika digunakan dengan bijaksana, pemberian lithium dan antikonvulsan bersamaan
dapat memberikan keuntungan terapeutik pada beberapa orang. Terapi kombinasi harus
dimulai dengan dosis yang sedikit lebih kecil dari biasanya, dan dosis harus ditingkatkan
secara bertahap. Perubahan dari satu terapi mania ke terapi lain harus dilakukan dengan hati-
hati, dengan sesedikit mungkin tumpang tindih waktu di antara obat-obat tersebut.
Sebagian besar diuretik dapat meningkatkan konsentrasi lithium, ketika terapi dengan
diuretik tersebut dihentikan, klinisi mungkin perlu meningkatkan dosis lithium harian
seseorang. Diuretik loop dan osmotik, inhibitor carbonate anhydrase, dan zanthine dapat
mengurangi konsentrasi lithium di bawah konsentrasi terapeutik. ACE inhibitors dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi lithium, sedangkan inhibitor reseptor angiotensin II
losartan dan irbesartan tidak mengubah konsentrasi lithium. Suatu kisaran luas obat anti-
inflamasi nonsteroid dapat menurunkan bersihan lithium sehinggan meningkatkan kensentrasi
lithium.
Pemberian lithium dan quetiapine secara bersamaan dapat menimbulkan somnolen
tetapi dapat ditoleransi dengan dengan baik. Pemberian lithium dan inhibitor saluran kalsium
secara bersamaan harus dihindari karena potensi neurotoksisitas yang fatal. Pemberian
lithium dengan ziprasidone secara bersamaan dapat sedikit meningkatkan insiden tremor.
Seseorang yang mengkonsumsi lithium dan akan menjalani terapi elektrokonvulsi
harus menghentikan konsumsi lithium 2 hari sebelum mulai terapi untuk mengurangi resiko
delirium akibat pemberian dua terapi ini secara bersamaan.
Penghentian Obat
Penggunaan lithium dihentikan jika tidak efektif atau tidak di toleransi. Pasien dapat
menghentikan obat untuk alasan lain, seperti hilangnya kreativitas yang ia rasakan ataupun
yang sebenarnya, merasa telah sembuh, atau tidak suka merasa dikendalikan oleh obat.
Setelah suatu periode stabilitas dengan terapi rumatan, suatu percobaan untuk menghentikan
lithium dapat dipertimbangkan, meskipun resiko kekambuhan juga cukup besar (terutama
jika terdapat beberapa episode sebelumnya), dan ada laporan kegagalan berespons terhadap
lithium ketika terapi dimulai kembali. Penghentian harus dilakukan bertahap selama beberapa
minggu, karena semakin mendadak penghentian obat, semakin besar kemungkinan terjadi
kekambuhan dini depresi atau mania. Mengajari pasien dan orang lain yang signifikan untuk
mengenali tanda-tanda dini kekambuhan merupakan bagian penting proses penghentian obat.
Edukasi Obat
Orang yang mengkonsumsi lithium harus diberi nasihat bahwa perubahan kandungan
garam dan air tubuh dapat mempengaruhi jumlah lithium yang diekskresi sehingga
mengakibatkan konsentrasi lithium meningkat atau berkurang. Asupan natrium berlebihan
menurunkan konsentrasi lithium. Sebaliknya, terlalu sedikit natrium dapat menyebabkan
konsentrasi lithium yang berpotensi toksik. Berkurangnya cairan tubuh dapat menyebabkan
dehidrasi dan intoksikasi lithium.

Vous aimerez peut-être aussi