Vous êtes sur la page 1sur 13

ABSTRAK Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara

berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai
dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah
Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu.
Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang
air.

Pendahuluan Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek
hidrologi menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi,
baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan. Berdasarkan konsep
tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial,
cakupan bidang ilmu itu meliputi: 1. asal mula dan proses terjadinya air 2. pergerakan
dan penyebaran air 3. sifat-sifat air 4. keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di
alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-
perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di
bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air
terdapat sampai
pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari
nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut.
Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh
permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.

2. Siklus Hidrologi Akibat panas yang bersumber pada matahari, maka terjadilah: 1.
Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan permukaan
tanah. 2. Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman. Uap air hasil penguapan
ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa sebab awan akan
berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa
dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang
tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan
sebagainya. Hal ini diberi istilah intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung
dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan
pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya. Air hujan yang mencapai
tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian lagi menjadi aliran
air di atas permukaan (over land flor) kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini
disebut surface run off. Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah
permukaan (interflow/sub surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi
tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air
soil. Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan
airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah (ground
water flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada
suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai
danau, sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh
kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah. Sirkulasi air
yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke
atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Pemanasan air
samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat
berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam
bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda: 1) Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air
dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi
untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang
sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke
angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya
15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang
paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses
semuanya itu disebut Evapotranspirasi. 2) Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air
bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju
muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara
vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. (3) Air Permukaan - Air bergerak
diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan
makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan
tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain
dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah
aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang
(danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai
(DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud
dan tempatnya. 3. Air Tanah a). Pengertian Air Tanah Menurut Herlambang (1996:5) air
tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-
butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui
air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder
(1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut: a. Akifer
Bebas (Unconfined Aquifer) Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air
dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan
water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) Yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai
tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer. c. Akifer Semi tertekan (Semi
Confined Aquifer) Yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya
dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air. d.
Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) Yaitu aquifer yang bagian bawahnya
yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material
berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan
air. Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan
aquifer semi tertekan. Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa
air tanah dangkal pada akifer dengan material yang belum termampatkan di daerah
beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim
kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi
yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak
dengan batuan.

Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di
dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab
semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di
dalamnya. Todd (1980) dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi
dan kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan
lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan
aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil. b. Lembah yang terkubur (burried valley)
atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang
berupa pasir halus sampai kasar. c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar
dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga
merupakan akifer yang baik. d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu
lembah yang berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan
gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya. e. Batu gamping (limestone), air
tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping
ini bersifat sekunder. f. Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran
basal ini mengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang
merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air. b). Gerakan Air Tanah Disamping air
tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya
kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak
horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum
Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan
tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35). c). Kondisi Air
Tanah Dataran Alluvial Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat
proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim,
curah
hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses
pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau
mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung,
dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari
daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air
tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan. Daerah pantai terdapat cukup
luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau
Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu terdapat
dalam sedimen kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan
berinteraksi dengan lapisan lempung. Kondisi air tanah pada lapisan tersebut semuanya
dalam keadaan tertekan , mempunyai potensi yang umumnya besar, namun masih
bergantung pada luas dan penyebaran lapisan batuan dan selalu mendapat ancaman
interusi air laut, apabila pengambilan air tanah berlebihan. Dataran antar gunung di pulau
Jawa terdapat di Bandung, Garut, Madiun , Kediri, Nganjuk, dan Bondowoso, daerah ini
sebagian besar dibatasi oleh kaki gunung api. Lapisan batuan terdiri atas bahan klastika
hasil rombakan batuan gunung api sekitarnya. Pengertian susunan litologi dari butir kasar
ke halus membentuk suatu kondisi air tanah tertekan, cekungan air tanah antar gunung
mempunyai potensi yang cukup besar.

Beberapa bentuk lahan asal fluvial adalah sebagai berikut: 1. Kipas Alluvial (Alluvial
fan) 2. Crevasse-Splays 3. Tanggul alam (Natural lever) 4. Poin bar
5. Dataran banjir 6. Cekungan fluvial (Flood plain) 7. Teras Alluvial 8. Delta Volume air
tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan penyebaran permeabilitas dari
akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium yang mengendap dalam dataran.
Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas materi halus (liat/berdebu) umumnya
permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah yang tersusun atas pasir dan kerikil
permeabilitasnya besar. Air tanah yang mengendap di dataran banjir ditambah langsung
dari peresapan air susupan. Permukaan air tanahnya dangkal sehingga pengambilan air
dapat dengan sumur dangkal. Dataran alluvial unsur-unsur yang dominan adalah unsur
NO2, NO3, Ca, Mg, Si, dan Fe. Kelebihan Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine),
pembusukan organik dari hasil reduksi nitrat yang ada disekitar air tanah (Karmono dan
Joko Cahyo, 1978:11). Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor alam juga sebagai aktivitas
manusia misalnya adanya lahan pertanian yang mengkonsumsi pupuk organik yang
mengandung nitrat. d). Asal-Usul dan Sifat-Sifat Air Tanah Adalah hal yang mutlak bagi
para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul (origin) dan
sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya
yang dikelola. Kesalahpengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan
kemanfaatan air tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai
sasarannya, bahkan justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan
air tanah itu sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok yang perlu dipahami
tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah adalah :
(1) Pembentukan Air Tanah Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah
permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk
berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak
jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam
daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui
air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau
air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih
atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi
tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi,
jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada
di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian sebaliknya. (2) Wadah Air Tanah Suatu formasi geologi yang
mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti
ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah
salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang
disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air
yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah tekanan
(confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah
tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan
pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan
penutup di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama
dengan tekanan udara luar. Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i)
kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun
demikaian sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-
sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan
sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung air tanah
dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau
sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i)
air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni
yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman – tergantung
kesepakatan – 15 sampai 40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer
tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila
kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya
dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah
dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya. Sebaran akuifer
serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif
pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang
mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air tanah.

(3) Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama
secara horisontal), dari titik /daerah imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan
turun, hingga membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun,
ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali
secara alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air,
topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer. Oleh sebab
itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah
sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan. Saat ini di
daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif,
seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam
(piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic
head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah dalam
memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head), saat
ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika jumlah total
pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan,
maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan
air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau
pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini
hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation) ,
dan penambangan air tanah terjadi. (4). Mutu Air Tanah Sifat fisika dan komposisi kimia
air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis
litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air
tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air
tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll. Air tanah
dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan.
Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat
pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer,
besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan
penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam
di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat
rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari
air (water born diseases).

Vous aimerez peut-être aussi