Vous êtes sur la page 1sur 8

1

NAMA : PRIA JUNI PRASETYA


NIM : 1206305040
NO.ABSEN : 27

PERTEMUAN 1

AKUNTANSI KEPERILAKUAN TINJAUAN UMUM
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi
dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu
sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user).
Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja.
Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka
labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam organisasi tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam
lima aliran (school) , yaitu :
1) Pengendalian manajemen (management control)
2) Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
3) Desain sistem informasi (information system design)
4) Riset audit (audit research)
5) Sosiologi organisasional (organizational sociology)
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan
penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu
dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta
aktivitas yang saling berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan
didalam perusahaan Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada
aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan
dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi
akuntansi, dan audit. Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya
2

sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan memberikan manfaat untuk
beberapa tujuan berikut ini :
1) Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang
ingin diperkenankan
2) Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
3) Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui
sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena
akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi
keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi
gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi
keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka
yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
1) Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan
kinerja perusahaan
2) Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3) Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan

AKUNTANSI KONVENSIONAL
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi
yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu
pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi
keuangan melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki
tujuan yang beberapa diantaranya adalah :
1) Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi
investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan
sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
3) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba
4) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang-utangnya
3

5) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber
pendanaan perusahaan
6) Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.

AKUNTANSI SEBAGAI SUATU SISTEM INFORMASI
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari
berbagai komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus
memiliki sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah
ditetapkan.

AKUNTANSI ADALAH SISTEM
Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru
diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur
organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent
penting yang menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam
organisasi. Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen
puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :
1) Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan
perusahaan.
2) Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
3) Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek
teknisnya.
4) Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat
yang akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal
tersebut.
5) Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan
keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem.
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral
dari kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua
tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah
perencanaan, analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur
keterlibatan pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan
pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu :
4

1) Tidak ada keterlibatan (no-involvement)
2) Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
3) Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
4) Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
5) Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
6) Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control)

AKUNTANSI ADALAH INFORMASI
Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan
oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya
informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang
sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan
kompetitif. Agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami
tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar
dan Hopwood (1995), yaitu :
1) Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi
masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem
2) Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses
analisis sistem
3) Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan
metode baru atau revisi ke dalam operasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat
menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan
seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang
mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu
organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan
peristiwa ekonomi tersebut.

PERKEMBANGAN SEJARAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan
atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan
5

(Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan:
1) Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2) Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3) Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset
untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan
dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran
dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog.
Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang
memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-
riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-
studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran
dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi
keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi
keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu
pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-
prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul
dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-
aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini,

6

LANDASAN TEORI DAN PENDEKATAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior
science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu
sendiri tidak diragukan lagi.
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset
diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset
tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset
akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya
usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi
dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan
diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku
organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal
(universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley
(1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul
pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu
pendekatan kontinjensi (contingency approach).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor
eksternal lainnya.
2) Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
7

3) Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4) Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau
keunikan.
5) Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi,
sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi
ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara
struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi.

ASPEK-ASPEK PENTING DALAM AKUNTANSI KEPRILAKUAN
Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek dalam akuntansi keprilakuan, yaitu:
1. Teori Perusahaan dan Keprilakuan Manajerial
Teori organisasi modern mempunyai perhatian dalam menjelaskan perilaku komponen
entitas perusahaan sebagai dasar untuk memahami tindakan dan motif-motif mereka.
Teori organisasi modern memandang adanya interaksi antarelemen organisasi untuk
mendukung tujuan organisasi. Perusahaan adalah sebuah entitas yang lengkap. Secara
spesifik, teori organisasi modern berkonsentrasi pada perilaku pengarahan tujuan
perusahaan, motivasi dan karakteristik penyelesaian masalah.
2. Penganggaran dan Perencanaan
Fokus dari area ini adalah formulasi tujuan organisasi dan interaksi perilaku individu.
Beberapa dimensi penting dalam area ini adalah proses partisipasi anggaran, level
kesulitan dalam pencapaian tujuan, level aspirasi, dan adanya konflik antara tujuan
individual dengan tujuan organisasi. Keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan
organisasi menjadi kerangka manajerial mengembangkan organisasi. Dua isu penting
dalam bidang penganggaran dan perencanaan adalah organizational slck dan budgetary
slack.
3. Pengambilan keputusan
Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang pengambilan
keputusan. Ada teori normative, paradox, dan model deskriptifdalam pengambilan
keputusan. Teori normative adalah bagaimana seharusnya orang mengambil keputusan.
Paradoks adalah sesuatu bertentangan dengan teori normatuf, sedangkan model
deskriptif menjelaskan apa yang terjadi ketika orang mengambil keputusan berdasarkan
8

fakta-fakta empiris yang ada. Apa informasi (subject matter) yang digunakan untuk
pengambilan keputusan informasi yang digunakan tetaplah informasi akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek pengendalian sangat penting dalam organisasi perusahaan. Semakin besar
perusahaan, memerlukan tindakan pengendalian yang semakin intensif. Pengendalian
selalu dihubungkan dengan pengukuran kinerja dan adaptasi individu terhadap
pengendalian. Dimensi penting dalam pengendalian adalah struktur organisasi,
pengengalian internal, desentralisai-sentralisasi dan hubungan antara dan antar hirearki
administrasi. Perkembangan terbaru dalam pengendalian internal adalah diakuinya
lingkunagn pengendalian sebagai salah satu kunci dalam mengendalikan operasional
perusahaan.
5. Pelaporan keuangan
Aspek keprilakuan dalam pelaporan keuangan meliputi perataan laba dan keandalan
informasi akuntansi dan relevansi informasi akuntansi bagi investor. Perataan laba
adalah bagian dari manajemen laba yang disebabkan oleh pihak manajemen mempunyai
informasi privat untuk kepentiangan dirinya. Manajemen laba intinya adalah masalah
keprilakuan, yaitu perilaku manajemen yang mementingkan dirinya sendiri dalam suatu
pola keagenan. Ruang lingkup manajemen laba termasuk didalamnya aslah pemilihan
metode akuntansi, estimasi, klasifikasi, dan format yang digunakan dalam
pengungkapan yang bersifat wajib. Yang perlu diperhatikan disini adalah antara
format/bentuk sama pentingnya dengan isi yang disajikan/yang dilaporkan. Orang bias
terpengaruh dengan perbedaan format, padahal memiliki isi yang sama.





DAFTAR PUSTAKA
http://kurniatynawawi.blogspot.com/2012/06/pengantar-akuntansi-keperilakuan_18.html
http://akuntansikeperilakuan.blogspot.com/2009/07/pengantar-akuntansi-
keperilakuan_9945.html

Vous aimerez peut-être aussi