Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
) ()
()
Teh Kotak
()
(
) ()
()
()
(
) ()
()
Teh Sariwangi
()
(
) ()
()
()
(
) ()
()
Teh Gelas
()
(
) ()
()
()
(
) ()
()
Teh Pucuk
()
(
) ()
()
()
(
) ()
()
Tabel %KA (GAEAC) Sampel
Sampel
%KA
(GAEAC)
Teh Kotak 0,55936 %
Teh Sariwangi 0,1419 %
Teh Gelas 0,14687%
Teh pucuk 0,6435 %
X. PEMBAHASAN
Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas. Yang termasuk
ke dalam golongan antioksidan adalah zat ini antara lain vitamin, polifenol, karoten dan
mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah
terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel
yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas. Antioksidan membantu menghentikan
proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas. Antioksidan
akan menetralisir radikal bebas sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron
dari sel dan DNA.
Teh mengandung berbagai macam komponen aktif yang mempunyai kemampuan
antioksidan paling efektif yaitu kandungan polifenolnya. Polifenol merupakan komponen
bioaktif pada teh yang merupakan kunci utama khasiat teh. Teh dilaporkan mengandung
hampir 4000 senyawa bioaktif yang sepertiganya berupa polifenol. Polifenol dapat berupa
flavonoid atau non-flavonoid, namun kebanyakan polifenol yang dikandung teh berupa
flavonoid. Polifenol ini berperan sebagai penangkap radikal bebas (antioksidan), sehingga
tidak mengoksidasi lemak, protein, dan DNA dalam sel. Senyawa fenol biasanya terdapat
dalam berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman.
Penentuan kapasitas antioksidan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah
dan kemampuan antioksidan dari suatu bahan kompleks (teh) dalam melawan radikal bebas.
Kapasitas antioksidan dari sampel teh ini dapat diukur dengan metode penangkapan radikal
bebas stabil DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidracyl). DPPH adalah suatu radikal bebas stabil,
berwarna ungu dalam larutan dan dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk suatu
senyawa stabil. DPPH juga dapat bereaksi dengan atom hidrogen (berasal dari suatu
antioksidan) membentuk DPPH tereduksi (DPPH Hidrazin) yang stabil. Metode DPPH adalah
metode yang cepat, mudah, dan sensitif untuk mengukur kapasitas antioksidan dari suatu
ekstrak tumbuhan.
Untuk melakukan penentuan kapasitas antioksidan pada sampel teh, terlebih dahulu
dilakukan preparasi sampel dengan mengekstrak sampel teh. Ekstraksi merupakan metode
pemisahan suatu zat terlarut secara selektif dari suatu bahan dengan pelarut tertentu. Tujuan
proses ekstraksi ini adalah untuk memisahkan zat terlaru/analit yang ingin dianalisis dalam
hal ini adalah senyawa polifenol pada teh yang merupakan suatu antioksidan. Pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi ini adalah methanol. Hal ini karena pereaksi DPPH hanya dapat
mengukur senyawa antioksidan yang terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol.
Untuk mendapatkan filtrat sampel yang siap dianalisis, sampel yang telah diekstraksi
kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk membantu proses
pemisahan filtrat sampel. Supernatant sampel yang diperoleh kemudian disaring. Hasil
saringan inilah yang dinamakan filtrat yang siap untuk dianalisis. Namun, dalam praktikum
tidak dilakukan proses ekstraksi karena sampel yang digunakan telah berbura cairan.
Untuk analisis sampel, filtrat sampel ini ditambahkan dengan aquadest sebanyak 0,4
ml. kemudian ditambahkan pereaksi DPPH sebanyak 3,5 mL. DPPH ini merupakan salah satu
senyawa radikal bebas, berupa senyawa organic berwarna ungu gelap yang mengandung
nitrogen tidak stabil. Senyawa antioksidan akan menyumbangkan hidrogen (H
+
) kepada
radikal DPPH, sehingga DPPH tereduksi sehingga menjadi DPPH non radikal (stabil). Sampel
dan pereaksi DPPH ini dihomogenkan lalu diinkubasi selama 30 menit untuk mengoptimalkan
reaksi yang terjadi antara antioksidan dengan DPPH sehingga intensitas warna yang terbentuk
juga optimal. Intensitas warna ungu ini diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm. Pengukuran dilakukan pada 517 nm karena absorbansi maksimal dari
radikal DPPH diperoleh pada panjang gelombang 517 nm.
Pereaksi DPPH secara luas digunakan untuk mengukur dan membandingkan aktifitas
antioksidan senyawa-senyawa fenolik, dan evaluasi aktifitas antioksidan melalui perubahan
serapan (absorbansi) yang terjadi. Semakin tinggi kapasitas antioksidan dari senyawa fenolik
maka semakin tinggi penurunan warna ungu DPPH yang terjadi dan warna akan menjadi
semakin kuning.
Untuk melakukan penentuan kadar kapasitas antioksidan dari sampel teh yang diuji,
dilakukan melalui pembuatan kurva standar, dengan melakukan pengukuran absorbansi dari
larutan standar asam galat dengan beberapa seri konsentrasi yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 mg/L. Dari
nilai pengukuran absorbansi larutan standar DPPH yang dilakukan, diperoleh hubungan yang
berbanding terbalik antara konsentrasi dengan nilai absorbansi. Semakin besar konsentrasi
larutan standar yang diukur, nilai absorbansi yang diperoleh semakin kecil. Absorbansi
terbesar diperoleh dari larutan blanko yaitu pereaksi DPPH kemudian terjadi penurunan nilai
absorbansi dengan semakin besarnya konsentrasi dari larutan standar DPPH yang diuji.
Dari kurva standar dapat diketahui hubungan antara absorbansi dan konsentrasi, dan
nilai persamaan koefisien regresi y = -0,0235x + 0,705. Dari persamaan regresi linier ini
kemudian ditentukan konsentrasi dari sampel teh yang diuji yang nantinya digunakan dalam
perhitungan dalam mencari nilai kapasitas antioksidan sampel teh (%KA).
Dari pengukuran yang telah dilakukan terhadap 4 sampel teh diperoleh nilai absornasi
dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah teh sariwangi, teh gelas, teh kotak dan teh
pucuk, yaitu:
Sampel Absorbansi
Teh Kotak 0,150
Teh Sariwangi 0,325
Teh Gelas 0,201
Teh Pucuk 0,117
Namun setelah dilakukan perhitungan kapasitas antioksidan tertinggi jusru dimiliki
oleh teh pucuk yang memiliki absorbansi terendah.
Sampel
%KA
(GAEAC)
Teh Kotak 0,55936 %
Teh Sariwangi 0,1419 %
Teh Gelas 0,14687%
Teh pucuk 0,6435 %
Hal yang dapat mempengaruhi perbedaan nilai kapasitas antioksidan teh adalah dari
proses pembuatan teh itu sendiri. Misalnya proses fermentasi pada saat pembuatan teh hitam.
Proses ini menyebabkan hilangnya beberapa komponen antioksidan akibat reaksi oksidasi
enzimatis katekin oleh polifenol oxidase. Saat katekin teoksidasi, hasil oksidasinya masih
memiliki aktivitas antioksidan, namun nilai kapasitas antioksidannya menjadi lebih rendah
daripada katekin. Selain itu dapat pula dikarenakan oleh perbedaan umur daun teh yang
digunakan sebagai bahan baku teh. Semakin tua daun teh, semakin berkurang kadar katekin
maupun senyawa lainnya.
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan:
a) Pengukuran kapasitas antioksidan pada sampel dengan metode DPPH dilakukan dengan
mengukur kemampuan antioksidan dalam mendonorkan elektron ke radikal bebas stabil
DPPH 0,1 mM yang dibuktikan dari perubahan warna ungu yang semakin memudar
menjadi kuning hal ini menunjukkan semakin tinggi kapasitas antioksidan. Absorbansi
ekstrak sampel ini diukur dengan spektrofotometer pada 517 nm.
b) Nilai kapasitas antioksidan (% KA) dari sampel yang diuji yaitu berturut-turut :
Sampel
%KA
(GAEAC)
Teh Kotak 0,55936 %
Teh Sariwangi 0,1419 %
Teh Gelas 0,14687%
Teh pucuk 0,6435 %
Sehingga dapat diketahui bahwa the pucuk memiliki kapasitas antioksidan yang tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Antioksidan dan Radikal Bebas. Http://wordpress.com. (Di akses pada tanggal
16 Juni 2014)
Latief, Madyawati.2012. Spektrofotometri. Universitas Jambi. Jambi
Saputra,yoki edy. 2012.Spektrofotometri. Http://situs-kima-Indonesia.org. (Di akses pada
tanggal 16 Juni 2014)
Wahyuni, Iqra. 2012. Spektrofotometri. Http://www.blogspot.com. (Di akses pada tanggal 16
Juni 2014)
Wikipedia. 2012. Antioksidan. Http://id.wikipedia.org/antioksidan. (Di akses pada tanggal 16
Juni 2014)