Vous êtes sur la page 1sur 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan kesehatan dirinya. Sehingga
memunculkan masalah-masalah kesehatan terutama gangguan pada indra penglihatan, salah
satunya adalah bagian kelopak mata. Biasanya masyarakat menganggap remeh penyakit ini
karena mereka beranggapan bahwa penyakit ini akan segera hilang. Padahal bila tidak
ditangani dengan serius maka akan muncul berbagai komplikasi dari penyakit ini seperti
Blefaritis salah satunya. Selain itu, penyakit ini juga dapat mengganggu pencitraan dirinya.
Disinilah peran tenaga medis sangat dibutuhkan bagi masyarakat sebagai upaya memperbaiki
tingkat kesehatan masyarakat. Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang
sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit.
Blefaritis melibatkan kulit dan bulu mata sedangkan gangguan kelenjar meibom
diakibatkan seboroik, obstruktif atau campuran. Blefaritis terjadi interaksi yang kompleks
dari berbagai faktor, termasuk sekresi yang abnormal, organisme atau mikroba dan kelainan
film air mata. Blefaritis dengan berbagai gejala dan tanda, dan berhubungan dengan kondisi
dermatologis seperti dermatitis seboroik, dan rosasea (Jackson, 2008).
Blefaritis kronik merupakan paling umum pada pasien saat pemeriksaan klinis mata
seperti iritasi. Berdasarkan gejala klinis yang paling sering adalah blefaritis posterior 24%,
mata kering 21% dan blefaritis anterior 12%. Hasil survei Amerika Serikat prevalensi gejala
blefaritis selama 12 bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah
menggunakan komputer selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak,
serpihan bulu mata, mata kering atau iritasi, mata terasa berair terutama di pagi hari dan mata
merah. 79,3% melaporkan memiliki gejala paling sedikit satu gejala selama 12 bulan dan
63% melaporkan memiliki gejala lebih dari satu (Lindstrom, 2011).
2

Berdasarkan penelitian Werdich et al 2011 melaporkan survei pasien blefaritis
menunjukkan prevalensi yang sama tinggi masing-masing 86% dan 94%. Prevalensi temuan
klinis sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gejala yang dilaporkan sendiri. Empat belas
persen dari total pasien melaporkan tidak ada gejala dan enam persen tidak memiliki tanda-
tanda klinis blefaritis. Data normalisasi menunjukkan bahwa kebanyakan pasien memlikiki
penyakit ringan sampai sedang berdasarkan kedua gejala dan temuan pemeriksaan klinis.
Insidensi adalah 50% dan 36% untuk ringan, 32% dan 50 % sedang, dan hanya 4% dan 8%
untuk gejala yang parah dan tanda blefaritis masing-masing.
Secara demografis, kecenderungan lebih tinggi penularan blefaritis ditemukan pada
populasi kelas sosial ekonomi rendah, dan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.
Terdapat hubungan antara blefaritis dengan beberapa penyakit inflamasi (gastritis, ulkus
peptikum, asma, atrophy, dan colitis ulseratif), kondisi psikologis (kecemasan, sindrom iritasi
usus, neurosis dan depresi), hormonal (hipotiroidi dan hipertrofi prostat), penyakit
kardiovaskular (arteri koronaria, hiperlipidemia, hipertensi dan penyakit jantung iskemik)dan
kondisi mata lainnya (kalazion dan pterygium) (Nemet et al, 2011). Untuk lebih jelasnya lagi
akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan blefaritis?
2. Apakah penyebab dari blefaritis?
3. Bagaimanakah patofisiologi blefaritis?
4. Bagaimanakah manifestasi klinis blefaritis?
5. Bagaimanakah prognosis blefaritis?
6. bagaimanakah pemeriksaan laboratorium blefaritis?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan blefaritis?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian blefaritis.
2. Mengetahui penyebab blefaritis.
3. Mengetahui patofisiologi blefaritis.
4. Mengetahui manifestasi klinis blefaritis.
3

5. Mengetahui prognosis blefaritis.
6. Mengetahui pemeriksaan laboratorium blefaritis.
7. Mengetahui penatalaksanaan blefaritis.

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak
dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan
folikel dan kelenjar rambut (Ilyas, 2010).
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit.
Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir,
dan terasa silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada
lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada
benda asing di dalam mata.









2. Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis
ulseratif, dan blefaritis angularis.
5

Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan
kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan
karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata.
Blefaritis seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian
blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar meibom.
Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu
mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini
disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa menghambat penguapan air mata, dan
membuat permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu menjaga struktur dan
keadaan mata. Sekresi protein pada pasien yang menderita kelainan kelenjar meibom
berbeda komposisi dan kuantitas dari orang dengan mata normal. Ini menjelaskan kenapa
pada pasien dengan kelainan kelenjar meibom jarang menderita sindrom mata kering.
Kelenjar meibom berasal dari glandula sebasea.
Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan
vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif dan blefaritis angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis
dan keratitis (Ilyas, 2010).

3. Klasifikasi
a. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan
yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi
blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya
menyertai.
b. Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar
dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi
6

papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak
dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat
selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi.
Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea,
vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
c. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar
bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah
keratitis, konjungtivitis.
d. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-
kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan
dfarah di sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit
bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak
folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
7

ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.
e. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan
ini bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
f. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan
kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.
g. Blefaritis Virus
1) Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraftrigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pad mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
8

2) Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua
kelopak lengket.

h. Blefartis Jamur
1) Infeksi superficial
2) Infeksi jamur dalam
3) Blefaritis pedikulosis
i. Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

4. Patofisiologi
Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus
(b.ulseratif) di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada sekitar
kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada
blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata,
gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi trikiasis
menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis ulseratif
terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal, destruksi folikel
rambut yang menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru,
dapat pula menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang
mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis
sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan
antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis,
keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis. blefaritis yang kronis biasanya sulit
9

disembuhkan, meski membuat tidak nyaman dan menjadikan mata terlihat kotor, namun
blefaritis tidak menyebabkan kerusakan permanen pada organ penglihatan.
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan pada
sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi
kelenjar meibom.

5. Manifestasi Klinis
Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi
palpebra. Mata yang terkena bertepi merah. Banyak sisi atau granulasi terlihat
menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Sedangakan blefaritis posterior
bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva
dan kornea. Perubahan kelenjar meibom mencakup peradangan muara meibom, sumbatan
muatan kelenjar oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng
tarsus dan keluarnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi
palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung
ke dalam sebagai akibat parut pada konjungtiva tarsal, membentuk hubungan yang
abnormal antara film air mata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata
mungkin berbusa atau sangat berlemak (Eva dan Whitcher, 2009).








10

Gejala blefaritis berupa rontok bulu mata.
Gejala:
a) Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan
keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
b) Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan
kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan
kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
c) Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering
sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
Tanda:
a) Skuama pada tepi kelopak
b) Jumlah bulu mata berkurang
c) Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
d) Sekresi Meibom keruh
e) Injeksi pada tepi kelopak
f) Abnormalitas film air mata

Blefaritis Bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga sebagian besar
infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus. Bentuk infeksi kelopak
dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eskematoid. Pengobatan pada infeksi
ringan ialah dengan memberikan antibiotic lokal dan kompres basah dengan asam borat,
Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat diberikan
antibiotic sistemik (Ilyas, 2010).
Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila
11

terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom yang biasa menyertainya (Ilyas, 2010).

Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar
dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hyperemia, hipertrofi
papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak
dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat dilakukan
pembersihan dengan nitras argenti 1%. Salep sulfonamide berguna aksi
keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampoo bayi. Pada blefaritis sebore antibiotik diberikan lokal
dan sistemik seperti tetrasiklin oral 4 kali 250 mg (Ilyas, 2010).

Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah
akar bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dengan dermatitis sebore (Ilyas, 2010).
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan (Ilyas, 2010).
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
12

metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah
keratitis dan konjungtiva (Ilyas, 2010).

Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-
kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering
dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit ini
bersifat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis) (Ilyas, 2010).
Pengobatan dengan antibiotic dan hygiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotic sistemik dan diberi roboransia. Penyulitnya adalah madarosis
akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis
superficial, keratitis pungtata, hordeolum, dan kalazion (Ilyas, 2010).

Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eskternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi
pungtum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan Staphylococcus aureus atau Morax
Axenfeld. Biasanya kelainan bersifat rekuren. Blefaritis angularis dapat diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian
medial sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal (Ilyas, 2010).

Blefaritis Virus
Herpes Zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
13

yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster
pada mata dan kelopak mata atas (Ilyas, 2010).
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea bila mata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superficial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata (Ilyas, 2010).
Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya simtomatik.
Pengobatan steroid superficial tanpa masuk ke dalam mata akan mengurangkan gejala
radang. Terdapat berbagai pendapat mengenai pengobatan steroid sistemik.
Pengobatan stroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat. Hati-hati
kemungkinan terjadinya viremia pada penderita penyakit yang menahun. Infeksi
herpes zoster diberi analgesic untuk mengurangkan rasa sakit, penyulit yang dapat
terjadi pada herpes zoster oftalmik adalah uveitis, parese otot penggerak mata,
glaucoma, dan neuritis optik (Ilyas, 2010).
Herpes Simpleks
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kronik. Dikenal bentuk blefaritis
simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta
kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket (Ilyas,
2010).
Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberi
antibiotic sistemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi
karena dapat mengakibatkan menularnya herpes simpleks pada kornea. Asiklovir dan
IDU dapat diberikan terutama pada infeksi dini (Ilyas, 2010).

Blefaritis Jamur
Infeksi Superfisial
Infeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati dengan griseofulvin
terutama efektif untuk eipdermomikosis. Diberikan 0,5-1 gram sehari dengan dosis
tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala
14

menurun. Untuk infeksi kandida diberi pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per
gram (Ilyas, 2010).
Infeksi Jamur Dalam
Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi Actinomyces dan
Nocardia efektif diobati dengan sulfonamid, penisilin atau antibiotic spektrum luas.
Amfoterisin B dipergunakan untuk pengobatan Histoplasmosis, sporotrikosis,
aspergilosis, torulosis, kriptokokosis dan blastomikosis (Ilyas, 2010).
Pengobatan Amferoterisin B dimulai dengan 0,05-0,1 mg/Kg BB, yang diberikan
intravena lambat selama 6-8 jam. Dilarutkan dalam dekstrose 5% dalam air. Dosis
dinaikkan sampai 1 mg/Kg BB, dosis total tidak boleh melebihi 2 gram. Pengobatan
diberikan setiap hari selama 2-3 minggu setelah gejala berkurang. Penyulit yang
terberat adalah kerusakan ginjal yang akan membuat urea darah meningkat dan
terdapatnya cast dan darah dalam urin. Bila terjadi peningkatan urea nitrogen darah
melebihi 50 atau kreatinin lebih 2 maka pengobatan harus dihentikan. Obat ini toksik
dan memerlukan penentuan indikasi pemakaian yang tepat (Ilyas, 2010).
Blefaritis Pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia didaerah margo palpebra. Pengobatan pedikulosis
adalah dengan aplikasi salep merupakan ammoniated 3%. Salep fisotigmin dan tetes
mata DFP cukup efektif untuk tuma atau kutu ini (Ilyas, 2010).

Alergi
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka
dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang. Pengobatan dengan melakukan
pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan larutan NaCl, beri salep
mengandung steroid sampai gejala berkurang (Ilyas, 2010).
Blefaritis Urtikaria
Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien
yang rentan. Untuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid topikal ataupun
15

sistemik, dan dicegah pemakaian steroid lama. Obat antihistamin untuk mengurangi
gejala alergi (Ilyas, 2010)

6. Prognosis
Bisa menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan. Namun, blefaritis tidak
menyebabkan kerusakan pandangan dan penglihatan.

7. Tes Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
1) Fluorescein Angiografi
2) Computed Tomografi
3) Pemeriksaan dengan slit lamp

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.
Banyak kasus blefaritis dapat di diagnose dengan menanyakan tentang tanda, dan
melakukan pemeriksaan mata serta memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung
seperti dermatitis seboroik dan rosea. Pemeriksaan pada blefaritis, tepi kelopak merah
inflamasi dan krusta, penemuan kondisi baru mengindikasikan tipe blefaritis dan
membantu pada pengobatan. Akan tetapi, blefaritis dapat ditemukan pada berbagai tipe,
dan pada keadaan klinis tidak berbeda jauh dengan tipe yang ada.

8. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari smua jenis blefaritis
adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Mengurangi dan
menghentikan pengunaan bedak atau kosmetik saat dalam proses penyembuhan blefaritis
sangat dianjurkan, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga
kelopak mata tetap bersih.
Kompres dengan air hangat untuk menguragi kerak. Disarankan mengunakan bahan
pembersi yang lembut dengan campuran air dan shampoo bayi atau dengan menggunakan
16

produk pembersih kelopak mata. Pada kasus yang disebabkan infeksi bakteri, antibiotic
juga dianjurkan untuk digunakan.untuk membantu membasmi bakteri terkadang
diberikan salep antibiotic (misalnya erythromicyn atau sulfacetamide) atau antibiotic per-
oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati terlebih dulu.
Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu
mata.
Jika kelenjar kelopak mata tersumbat, maka perlu dilakukan pemijitan pada kelopak
mata untuk mengeluarkan sisa minyak yang mengumpul sehingga bisa menghambat
aliran kelenjar kelopak mata. Cairan air mata buatan atau minyak pelembut bisa
disarankan pada beberapa kasus. Menggunakan shampoo anti ketombe pada kulit kepala
bisa membantu. Jika pasien menggunakan lensa kontak, sebaiknya disarankan untuk
menghentikan pemakaiannya terlebih dahulu selama proses pengobatan.
Pada beberapa kasus blefaritis memerlukan pengobatan yang kompleks. Blefaritis tidak
dapat disembuhkan secara sempurna, meski pengobatan telah berhasil, kemungkinan
kembali terserang penyakit ini sangat mungkin terjadi.








B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat penyakit, lingkungan, pekerjaan, pemakaian obat dan kosmetik,
Data subjektif ,keluhan klien nyeri, gatal, merasa kelilipan, mata terasa panas
a. Orang dengan radang mata dapat mengeluh gatal-gatal
b. Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata
c. Lakrimasi (mata selalu berair)
d. Sensitif terhadap cahaya (fotopobia)
17

e. Kejang kelopak mata (blepharospasme)
f. Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri
g. Penderita merasa ada sesuatu di matanya
h. Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan
tidak terganti)
i. Pandangan mata kabur dan ketajaman penglihatan menurun

Data objektif
a. Kemerahan pada palpebra
b. Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur
c. Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian palpebra
d. Bulu mata rontok
e. Iritasi pada tepi kelopak mata
f. Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau
terdapat skuama
g. Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata
(trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea.
h. Lakrimasi

2. Diagnosa
Nyeri berhubungan dengan agen unjuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
kerusakan jaringan
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri
Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit, krisi situasional
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia
Resiko injuri
Resiko tinggi infeksi




18

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan
jaringan

DS:
- Laporan secara verbal
DO:
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama .
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami
gangguan tidur



NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
19

Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi

DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut
nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Gangguan body image
berhubungan dengan:
Biofisika (penyakit kronis),
kognitif/persepsi (nyeri
kronis), kultural/spiritual,
penyakit, krisis situasional,
trauma/injury, pengobatan
(pembedahan, kemoterapi,
radiasi)
DS:
- Depersonalisasi bagian
tubuh
- Perasaan negatif tentang
tubuh
- Secara verbal menyatakan
perubahan gaya hidup
DO :
- Perubahan aktual struktur
dan fungsi tubuh
- Kehilangan bagian tubuh
- Bagian tubuh tidak
berfungsi
NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan







NOC:
Body image
Self esteem
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
gangguan body image
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Body image positif
Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial





NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti cemas:........






NIC :
Body image enhancement
- Kaji secara verbal dan nonverbal respon
klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
- Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil







20

Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan :
Eksternal :
- Hipertermia atau
hipotermia
- Substansi kimia
- Kelembaban
- Faktor mekanik (misalnya :
alat yang dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tonjolan tulang
- Defisit imunologi
- Berhubungan dengan
dengan perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

DO:
- Gangguan pada bagian
tubuh
- Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)


Risiko Injury
Faktor-faktor risiko :
Eksternal
- Fisik (contoh : rancangan
struktur dan arahan
masyarakat, bangunan dan
atau perlengkapan; mode
transpor atau cara
perpindahan; Manusia atau
NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer dan
sekunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka








NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.
Klien tidak mengalami
injury dengan kriterian
hasil:
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi traktus
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP,
vitamin
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka










NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan)
Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
21

penyedia pelayanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat
imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
- Kimia (obat-obatan:agen
farmasi, alkohol, kafein,
nikotin, bahan pengawet,
kosmetik; nutrien: vitamin,
jenis makanan; racun;
polutan)
Internal
- Psikolgik (orientasi afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia
- Perubahan faktor
pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak
berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
menjelaskan cara/metode
untukmencegah
injury/cedera
Klien mampu
menjelaskan factor risiko
dari lingkungan/perilaku
personal
Mampumemodifikasi
gaya hidup
untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
Mampu mengenali
perubahan status kesehatan






















NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection
control
Risk control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama pasien tidak
mengalami infeksi dengan
kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.




















NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi
22

Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan
peristaltik)
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal

antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam










23

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan
tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut (Ilyas, 2010). Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau
mata yang berpasir, dan terasa silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada
saat berada pada lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan
seperti ada benda asing di dalam mata.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis
angularis.
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari smua jenis blefaritis
adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Mengurangi dan
menghentikan pengunaan bedak atau kosmetik saat dalam proses penyembuhan blefaritis
sangat dianjurkan, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga
kelopak mata tetap bersih.

B. Saran
Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik dengan memperhatikan
penyebab terjadinya blefaritis pada pasien.

Vous aimerez peut-être aussi