Vous êtes sur la page 1sur 37

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA Ny.S DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA


PENYAKIT HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Defenisi keluarga
a. Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke
tergantungan.
b. Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
h. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2. Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
3. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup
secara bersamasama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga .
4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.
Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah
keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut
Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
I. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang
masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan
1. Membina hubungan intim danmemuaskan.
2. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. mendiskusikan rencana memiliki anak.
4. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri
dan keluarga sendiri.
II. Keluarga child bearing kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30
bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi dan
merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
III. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangn
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak
berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
V. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya
untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
VI. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
VII. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit
karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
1. Tugas perkembangan
2. Mempertahankan kesehatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
4. Meningkatkan keakraban pasangan.
5. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
VIII. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
5. Keluarga sebagai unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai berikut :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat .
b. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah
masalah dalam kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang
lain.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita sakit hipertensi.

6. Factor yang mempengaruhi sehat - sakit
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L Bloom yaitu
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan cara
menghindari adanya stres
b. Faktor social budaya
1). Factor social budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
a). Kebiasaan merokok
b). Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
c). Pola diet tidak teratur
d). Bila sakit tidak segera berobat
2). Status social budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
a). Menghindari kebiasaan merokok.
b). Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .
c). berat badan dan olah raga yang terratur
d). Melakukan konril yang teratur
c. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
hipertensi
d. Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
7. Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Menurut Freedman ( 1981) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara kesehatan
keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
a. Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang gejala
hipertensi
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga
yang menderita penyakit hpertensi
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepada
anggota keluarganya
d. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat mengatasi
penyakit hipertensi.
e. Memodifikasi lingkungan yang mendujung pada kesehatan keluarga.
8. Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran perawat
diperlukan sebagai berikut :
a. Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi . Dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi,
perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan kemampuam
mereka dalam melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga
bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita penyakit
hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari
cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi
d. Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .
e. Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi
f. Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga yang
anggotanya mederita penyakit hipertensi.
B. Hipertensi
1. Pengertian
Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik
tekanan sistolik dan diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi
penyakitt kardiovaskuler (Soekarsohardi,1999 : 151)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas
standar dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisi definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolic diatas normal sesuai umur dan merupakan
salah satu factor resiko terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
Secara teoritis, hipertensi sebagai suatu tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang
mungkin timbul menjadi nyata. Ada beberpaa pendapat yang menjelaskan definisi hipertensi,
antara lain :
a. Menurut WHO
b. Hipertensi adalah kenaikan tekaan darah sama atau diatas 160/90 mmHg.
c. Menurut kaplan, mendefinisikan hipertensi berdasar atas perbedaan usia dan jenis kelamin:
1). Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring
diatas atau sama dengan 130/90 mmHg.
2). Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95
mmHg
3). pada wanita, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg
Menurut sumber lain disebutkan bahwa Hipertensi adalah tekanan sistole lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastole lebih dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan pemeriksaan rata-rata 2 kali
atau lebih pengukuran tekanan darah 2 waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi
adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia
, factor psikologis , dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
b. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti
stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron,
pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi.
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan,
lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati , 2000 : 25 )
3. Gejala Klinis
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi.
Pada hipertensi essensial dapat berjalan gejala dan umumnya baru timbul gejala setelah
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung yang sering di jumpai berupa
:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Takikardi, palpitasi
8. Pucat dan mudah lelah
4. Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh tubuh,
tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan peririfer.
Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang
meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume cairan
dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput . Dalam sistim Renin - Angiotensien -
aldosteron pada patogenesis hipertensi, , glandula supra
renal juga menjadi factor penyebab oleh karena faktor hormon
Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angitensin I menjad
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE)
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang mengaktifk
an sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .
Disamping itu angiotensin
II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis.
Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan
meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium.
Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output.
(Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 )
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jntung koroner,
gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak ( Sri Rahayu,
2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr Soetomo,1997).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko (hiperkoagulabilitas,
anemia)
b. BUN / kretinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia (HIPERTENSI adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin / serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa : darh. Protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal / adanya diabetes
j. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi
k. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, deposit / takik aorta /
pembesaran jantung
l. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, luas,
peniggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi,
biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila
penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya diatas 85 sampai 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka
perlu dimulai terapi obat-obatan.
Berikut algoritma penanganan hipertensi oleh Joint National on Detection Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure :
Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Berolah raga ga secara teratur
b. Obat-obatan penurun takanan darah antara lain :
1). Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
2). Betabloker :Proparnolol, dll.
3). Alfabloker : Prazosin dll.
4). Penghambat ACE : Kaptopril dll.
5). Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)
c. Pengaturan diet
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor yang
perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya
komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan
tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat
rata-rata mengandung 2800 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam
dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta
cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :
Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi makanan
tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam
memperhatikan hal sebagai berikut :
a. Jangan menggunakan garam dapur
b. Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin,
sardensis, sosis dan lain-lain.
c. Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
d. Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
e. Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite
f. Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar
25 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju
keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
g. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
h. Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
i. Gunakan susu full cream.
j. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
k. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
l. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
m. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah buahan.
n. Diet kalori bila kelebihan berat badan. Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar
berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut
:
Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5
kg berat badab per minggu.
o. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
p. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hypertensi :
1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram ), 1 potong
tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ), ( Sri Rahayu, 2000 ).
9. Dampak masalah
a. Terhadap individu.
1). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya oleh penderita. Kurangnya
pengetahuan klien terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.
2). Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala pusing dan bila berlangsung lama
disertai mual-mual dan muntah.
3). Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung.
4). Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering terbangun karena sering sakit kepala dan
tegang pada leher bagian belakang.
5). Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama ,diet, olah
raga, merokok, minuman beralkohol.
6). Pada pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan merasa tidak berdaya dengan
keberadaan sekarang.
b. Dampak masalah terhadap keluarga
1). Merepotkan dalam memberikan perawatan ,pengaturan diet, mengantar kontrol dan manambah
beban biaya hidup yang terus menerus.
2). Produktifitas menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai
pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk
kegiatan seperti semula.
3). Psikologi .
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
c. Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam
masyarakat Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya. .
d. Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat,maka akan terjadi beban
pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
10. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan
,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan
/dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
a. Tahap penjajakan awal
1). Pengkajian
a) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan ,status kesehatan,
kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga meliputi:
b) Struktur dan sifat anggota keluarga, anggota anggota keluarga dan hubungan dengan kepala
keluarga.
c) Data demografi.
d) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu
senggang.
e) Faktor sosial budaya dan ekonomi
f) Faktor lingkungan
g) Perumahan
h) Fasilitas social dan lingkungan
i) Fasilitas transportasi dan kesehatan
j) Riwayat kesehatan
2). Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam
hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.


3). Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :

NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera

3
2
1


1
2

Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat

2
1
0


2
3

Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah

3
2
1


1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1

0


1
Skoring :
i. Tentukan skor untuk tiap kriteria
ii. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
iv. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh
keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas
kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan,
maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang
tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga
berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan
serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara kesehatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan
seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien hipertensi
adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi
adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
c. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien
hipertensi adalah :
1). Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
a) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
b) Kriteria hasil
i. Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi
anggota kelurga yng menderita hipertensi.
ii. Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
c) Rencana tindakan
i. Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
ii. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan
makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .
d) Rasional
i. Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi
yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi
untuk klieh hiperetensi
ii. Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang
rendah garam.
2). Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
a) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
b) Kriteria hasil
i. Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
ii. Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
c) Rencana tindakan
i. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
ii. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
d) Rasionalisasi
i. Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara
pengaturan diet untuk klien hipertensi
ii. Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
3). Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
benar .
a) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Kriteria hasil
i. Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
ii. Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien
hipertensi.
c) Rencana tindakan
i. Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan
untuki klien hipertensi.
ii. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh klien hipertensi.
iii. Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan
dengan jumlah yang tepat.
d) Rasionalisasi.
i. Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
ii. Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
iii. Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah
yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
4). Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam.
a) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah
garam.
b) Kriteria hasil
i. Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
ii. Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
iii. Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam.
c) Rencana tindakan.
i. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap
klien hipertensi.
ii. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
iii. Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah
kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
d) Rasional
i. Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh
garam terhadap klien hipertensi
ii. Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
iii. Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya
dari yang tidak sehat menjadi sehat
5). Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
a) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga.

b) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan
hipertensi
c) Rencana tindakan
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
i. Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman
yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
ii. Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman
obat keluarga .
d) Rasional
i. Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
ii. Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan
tekanan darah.
iii. Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat
tersebut kapan saja diperlukan.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai
rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
1). Deteksi dini kasus baru.
2). Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
3). Melakukan rujukan
4). Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
e. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu
berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
1). Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
2). Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan
dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
3). Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah.
4). Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt Care , 1989 : 97 )

PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama KK : Ny. S
2. Umur : 70 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Buruh tani
5. Suku / Bangsa : Jawa / WNI
6. Alamat : Gemarang barat, Watualang, Ngawi
7. Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2012
8. Diagnosa Medis pada Ny. S : Hipertensi
B. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur L/P
Hub.
keluarga
Pendidikan Pekerjaan
Riw.
kesehatan
1. Ny. S 70 L KK SD Tani Hipertensi
2. Ny. D 58 P Anak SD - -
3 Tn. K 32 L Anak SMP Tani -

. Tipe keluarga : Keluarga inti
2. Suku Bangsa : Jawa
3. Agama : Islam
4. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Ny.S Rp 500.000 per bulan. Dana keluarga digunakan untuk kebutuhan
dasar (makan, minum, pakaian).
5. Aktifitas rekreasi keluarga
Anggota keluarga Ny.S yaitu istri, tidak mempunyai aktivitas rekreasi kecuali hanya nonton
Televisi.
D. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny.S adalah keluarga dengan usia lanjut usia.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan dalam keluarga Ny.S yang belum terpenuhi adalah perawatan pada usia
lanjut dalam keluarga dengan penyakit kronis pada Ny.S yaitu Hipertensi.
3. Riwayat keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :
a. Keluarga Ny.S tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
b. Ny.S menderita penyakit hipertensi.
Dalam keluarga Ny.S biasanya menggunakan sumber pelayanan kesehatan keluarga yaitu
puskesmas.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit keturunan, bawaan maupun menular.
E. Lingkungan
1. Karakteristik rumah dan denah rumah
Tipe rumah semi permanen dengan lantai dari tanah.
Janis bangunan : semi permanen
b. Status rumah : rumah pribadi
c. Atap rumah : genteng
d. Ventilasi : cukup.
e. Cahaya : cukup
f. Penerangan : cukup
g. Lantai : tanah
h. Saluran limbah : dibuang kebelakang rumah.
i. Jamban : jenis kloset angsatrin
2. Karakteristik tetangga dan keluarga
Interaksi tetangga dengan keluarga Ny.S cukup harmonis, dibuktikan Ny.S rajin mengikuti
Posyandu Lansia.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.S dalam aktivitas sehari-hari menggunakan fasilitas sepeda
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny.S tidak mempunyai waktu tertentu untuk mengadakan pertemuan khusus dalam
keluarga, mereka cukup melakukan komunikasi setiap hari dengan anggota keluarga. Sedangkan
interaksi dengan tetangga cukup baik dengan sering ngobrol dengan tetangga.
5. Sistem pendukung keluarga
Anggota keluarga Ny.S termasuk dalam kategori kurang sehat karena Ny.S menderita hipertensi
sedangkan. Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga adalah Puskesmas.
F. Struktur Keluarga
1. Struktur peran (formal dan informal)
Formal
Ny. S, sebagai Ibu, kepala keluarga dan pencari nafkah.
Ny. D, sebagai anak.
Tn. K, sebagai anak dan mengikuti kegiatan di kampung (arisan RT)
2. Nilai dan norma keluarga
Keluarga menghormati dan menjalankan norma agama dalam menjalani kehidupan berumah
tangga dan bermasyarakat
3. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang biasa digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. Hubungan komunikasi antar
anggota keluarga cukup baik.
4. Struktur kekuatan keluarga
Anggota keluarga satu dengan yang lain saling membantu dan mendukung
Ny. S jarang melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya karena kurang mempunyai biaya dan
tidak tahu kalau mempunyai penyakit darah tinggi.
G. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga saling menyayangi dan menghormati
2. Fungsi sosial
Setiap keluarga saling menjaga hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar dengan
mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Keluarga Ny.S tidak mengetahui kalau Ny. S menderita penyakit Hipertensi / darah tinggi.
b. Keluarga Ny.S kurang cepat dalam mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan karena
sangat tergantung pada kondisi keuangan.
c. Keluarga Ny.S belum tahu cara merawat penyakit Hipertensi / darah tinggi terutama untuk
masalah diet, kurang teratur dalam berobat dan tidak teratur kontrol tekanan darah.
d. Keluarga Ny.S belum mampu memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat terutama
untuk ventilasi kurang dan lantai masih dari tanah, karena terbentur masalah biaya.
e. Keluarga Ny.S jarang menggunakan fasiltas kesehatan karena terkendala biaya.
4. Fungsi reproduksi
Ny.S mempunyai 8 (delapan) orang anak, tujuh diantaranya sudah berkeluarga dan mempunyai
rumah sendiri sedangkan anak yang terakhir yaitu Tn.K masih bujangan dan satu rumah dengan
Ny.S dan Ny.D.
Ny. S dan Ny.D Sudah menopouse dan keduanya janda.
5. Fungsi ekonomi
Kebutuhan ekonomi dicukupi lewat penghasilan Ny.S kadang kadang dibantu oleh anaknya
Tn. K.
H. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Ny.S tidak mempunyai pekerjaan tetap.
2. Stressor jangka panjang
Ny. S selalu mengatakan bahwa anaknya yang terakhir belum mau berkeluarga.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga Ny.S cukup tenang dalam menghadapi permasalahan keluarga.
4. Strategi koping yang digunakan
Apabila menghadapi masalah yang berat Ny.S menghibur diri dengan menonton televisi.
I. Pemeriksaan Fisik
Ny. S
1. Vital sign :
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36
o
C
RR : 18 x/menit
2. Kepala
a. Rambut : rambut bersih.
b. Mata : Visus 5/5, tidak ada kelainan, sclera putih.
c. Telinga : Telinga bersih, pendengaran cukup baik, tidak ada penyakit.
d. Hidung : Hidung bersih, penciuman masih normal.
e. Mulut : Mulut bersih, gigi ada beberapa yang tanggal.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, bentuk leher normal.
4. Dada
a. Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara wheezing
b. Jantung :
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : Suara DJ tunggal, tidak ada suara tambahan.
5. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : peristaltik normal
6. Ekstremitas :
a. Atas
1) Kanan : Kadang kadang terasa nyeri dan keju linu pada tangan kanan
2) Kiri : Kadang kadang terasa nyeri dan keju linu pada tangan kiri
b. Bawah
1) Kanan : Kadang kadang terasa nyeri dan keju linu pada kaki kanan
2) Kiri : Kadang kadang terasa nyeri dan keju linu pada kaki kiri.
7. Genetalia : Tidak terkaji
J. Pemeriksaan Penunjang
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Klien mengatakan tidak tahu kalau menderita penyakit Hipertensi / darah tinggi.
Klien jarang kontrol tekanan darah.
Kadang kadang klien merasa pusing.
Ny. S mengatakan badan terasa nyeri dan leher/tengkuk kadang kadang kaku.
K. Terapi
Ny. S mendapat obat oral :
Captopril 12,5 mg (2 x 1 tab / hari), Kalk tab (2 x1 tab / hari), Vit B1 (2 x1 tab / hari), Antalgin
tab (3 x 1 tab / hari)
L. Harapan keluarga
Keluarga Ny.S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari hari termasuk untuk
kebutuhan berobat Ny.S dan untuk memperbaiki rumah.

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH PENYEBAB
1 DS :
Klien mengatakan sering
pusing
Klien mengatakan
tengkuk/leher sakit
DO :
TD : 180/100 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol di
puskesmas
Gangguan rasa nyaman
nyeri kepala
Ketidak mampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
2 DS:
Ny. S mengatakan bahwa
tidak tahu kalau menderita
darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak
pernah pantangan makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke
Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu
tentang Diet pada
hipertensi.
Resiko terjadi
komplikasi penyakit
hipertensi (CVA)
Ketidak mampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
pada anggota
keluarga yang
sakit


A. Skoring
1. Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan
x 1

Penyakit Hipertensi
merupakan penyakit
menahun yang sulit
sembuh total.
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala : Sebagian
x 2
1
Komplikasi pada
Hipertensi bisa
disebabkan dari berbagai
faktor apalagi bila klien
tidak disiplin dalam
perawatan kesehatannya.
3 Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : Tinggi
x 1
1
Sumber-sumber dan
tindakan untuk mencegah
meningkatnya tekanan
darah bisa terjangkau
oleh keluarga Ny.S
4 Menonjolnya masalah
Skala : Masalah tidak
dirasakan
x 1
0
Masalah belum muncul
sehingga masalah tidak
dianggap serius oleh Ny.
S dan keluarganya

Total
2

2. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b d Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala : Actual
x 1
1
Sakit kepala (rasa
pusing) sering dirasakan
oleh klien.
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala : Mudah
x 2
2
Sumber dan tindakan
untuk mengurangi sakit
kepala tersedia.
3 Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : Sedang
x 1

Dengan diet yang baik
dan minum obat secara
teratur tekanan darah
bisa dikendalikan.
4 Menonjolnya masalah
Skala : Ada masalah
x 1

Klien merasa tidak
nyaman bila sakit
kepalanya kambuh.

Total
3



B. Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b d Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
2. Resiko terjadi komplikasi pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang sakit

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
No Diagnosa keperawatan keluarga
Tujuan Ktriteria evaluasi
Rencana
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b
d Ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
Dimanifestasikan dengan:
DS :
Klien mengatakan sering pusing
Klien mengatakan tengkuk/leher kaku
dan sakit
Klien mengatakan tidak tahu penyebab
dari rasa pusing dan kaku pada leher
DO :
TD : 160/90 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol rutin di puskesmas
Keluarga tidak tahu penyebab sakit
kepala pada klien
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,
klien tidak
mengalami
nyeri/sakit
kepala
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan keluarga
dapat :
menjelaskan tanda-
tanda hipertensi.
Keluarga bisa
menyebutkan cara
mengurangi rasa
sakit pada kepala.
Keluarga bisa
menyebutkan salah
satu obat sakit
kepala.
Klien mau minum
obat
Verbal dan
non verbal
Keluarga dan klien
bisa mengetahui dan
memahami tentang
tanda-tanda
hipertensi, cara
mengurangi rasa sakit
pada kepala, bisa
menyebutkan salah
satu obat sakit
kepala.
Klien minum obat
anti hipertensi dan
anti nyeri (captopril
dan antalgin)
1. Observasi tanda tanda
nyeri
2. Gali pengetahuan
keluarga mengenai tanda
tanda hipertensi
3. Jelaskan mengenai cara
mengurangi rasa
sakit/nyeri kepala.
4. Jelaskan tentang jenis
obat yang aman untuk
diminum.
5. Jelaskan aturan minum
obat yang benar.
6. Beri kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
2 Resiko terjadi komplikasi (CVA) b.d
ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, dimanifestasikan
Setelah
dilakukan
tindakan
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan keluarga
Verbal


Keluarga mengetahui
dan memahami
tentang hipertensi,
1. Observasi adanya resiko
komplikasi pada
hipertensi
dengan :
DS :
Ny. S mengatakan bahwa tidak tahu
kalau menderita darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak pernah
pantangan makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu tentang Diet
pada hipertensi.
keperawatan,
resiko
terjadinya
komplikasi
pada klien
bisa
dikurangi.
dapat :
menjelaskan arti
hipertensi, tanda &
gejala hepertensi,
faktor penyebab,
pencegahan dan
resiko terjadinya
komplikasi akibat
dari hipertensi




tanda & gejala
hipertensi, faktor
penyebab,
pencegahan dan
komplikasi hipertensi


2. Gali pengetahuan
keluarga mengenai
hipertensi
3. Jelaskan mengenai
pengertian, tanda &
gejala, penyebab,
pencegahan dan akibat
komplikasi.
4. Anjurkan pada klien
untuk sering berobat ke
Puskesmas.
5. Beri kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya


PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
No Diagnosa keperawatan
Tujuan
khusus
Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b
d Ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit,
dimanifestasikan dengan :
DS :
Klien mengatakan sering pusing
Klien mengatakan tengkuk/leher kaku dan
sakit
Klien mengatakan tidak tahu penyebab dari
rasa pusing dan kaku pada leher
DO :
TD : 160/90 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol rutin di puskesmas
Keluarga tidak tahu penyebab sakit kepala
pada klien.
Setelah
dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan
keluarga
dapat :
menjelaskan
arti hipertensi,
tanda & gejala
hepertensi,
faktor
penyebab,
pencegahan
dan
komplikasi
hipertensi
29/1/2012
1. Mengobservasi
tanda tanda nyeri
2. Menggali
pengetahuan
keluarga mengenai
hipertensi
3. Menjelaskan
mengenai penyebab
dari rasa pusing dan
sakit kepala serta
rasa kaku pada
tengkuk/leher
4. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
bertanya
29 November 2006
S :
Ny. S mengatakan mengerti dan tahu kalau
menderita penyakit hipertensi.
Ny.S bersedia minum obat pereda sakit kepala.
O :
TD : 180/100 mmHg
Ny. S minum antalgin tab.
Ny. S dapat menjelaskan kembali tentang
penyebab dan pencegahan dari sakit kepala.
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
2 Resiko terjadi komplikasi b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal
Setelah
dilakukan
2/2/2012 1. Mengobservasi
adanya resiko
2 Pebruari 2012
S :
masalah.
Dimanifestasikan dengan:
DS :
Ny. S mengatakan bahwa tidak tahu kalau
menderita darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak pernah pantangan
makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu tentang Diet pada
hipertensi.
kunjungan 2x
diharapkan
keluarga
dapat :
menjelaskan
tanda-tanda
hipertensi.
Keluarga bisa
menyebutkan
cara
mengurangi
rasa sakit
pada kepala.
Keluarga bisa
menyebutkan
salah satu
obat sakit
kepala.
Klien mau
minum obat
komplikasi pada
hipertensi
2. Menggali
pengetahuan
keluarga mengenai
hipertensi
3. Menjelaskan
mengenai
pengertian, tanda &
gejala, penyebab,
pencegahan dan
akibat komplikasi
hipertensi
4. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
bertanya
Ny. S mengatakan mengerti dan tahu kalau
menderita penyakit hipertensi
Ny. S bersedia untuk kontrol rutin di Puskesmas
Ny. S bersedia diet rendah garam.
Ny. S bersedia minum obat
O :
TD : 170/90 mmHg
Ny. S minum Captopril tab.
Ny. S dapat menjelaskan kembali tentang
penyebab dan pencegahan dari hipertensi
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas edisi I I . Jakarta : EGC.

Moerdono, Prof.Dr. 1994. Masalah hipertensi . Jakarta: Bhrata Karya Aksara.

Rahayu Sri Ir dkk, 2000. Nutrisi untuk klien hipertensi . Jakarta : EGC

Stanhope Marcia dan Ruth N, 1997. Keperawatan Komunitas dan kesehatan rumah ,pengkajian intervensi dan penyuluhan .Jakarta : EGC.

Yasmin Ni Luh Gede, 1993. Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim kardiovasculer. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi