ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANGANGGUAN TIROID Disusun Oleh: Kelompok XIII (Program A 2010)
MUHARINA AMELIA SHERLY FANDRI SILVRIDA SILAEN SRI AYU WULANDHANI
Dosen Pembimbing: Yesi Hasneli N, SKp, MNS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiroid (glandula thyroidea) merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah, melekat pada tulang laring sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring, kelenjar ini terdiri atas dua lobus yang saling berhubungan. Letak kelenjar tiroid berdekatan dengan tulang rawan tiroid (Syaifuddin, 2009). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang memegang peranan penting dalam mengatur metabolisme tubuh. Hormon yang dihasilkan merangsang laju dari sel-sel dalam tubuh untuk melakukan oksidasi terhadap bahan makanan dan memegang peranan pengawasan metabolisme secara keseluruhan (Syaifuddin, 2009). Tiroid adalah kelenjar di dalam tubuh yang memproduksi hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Apabila kelenjar tersebut memproduksi hormon metabolisme dalam jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi gangguan pada kelenjar tiroid (Harmanto, 2004). Gangguan tiroid dapat tampak berupa terlalu sedikit hormon tiroid atau terlalu banyak hormon tiroid. Terlalu banyak hormon tiroid disebut hipertiroidisme. Pada gangguan ini metabolisme lebih cepat dan biasanya di sebabkan oleh penyakit graves. Terlalu sedikit hormon tiroid disebut hipertiroidisme. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan autoimun (Curtis, 1999). Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum diketahui. Di Eropa berkisar antara 1 sampai 2 % dari semua penduduk dewasamendrita hipertiroidisme. Data dari RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai 300 pasien melakukan kunjungan terkait penyakit tiroid. Kaum perempuan lebih rentan mengalami gangguan kelenjar tiroid dibandingan lelaki. Risikonya tercatat 5 hingga 7 kali lebih besar dibanding laki-laki. Faktor hormonal diduga menjadi pemicu gangguan kelenjar tiroid di kalangan kaum Hawa (Shahab, 2009). B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita gangguan tiroid? C. Tujuan Untuk mengetahui informasi mengenai gangguan tiroid mulai dari penyebab hingga asuhan keperawatan yang tepat sehingga mampu mengaplikasikan saat di lapangan.
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS Tiroid adalah kelenjar di dalam tubuh yang memproduksi hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Apabila kelenjar tersebut memproduksi hormon metabolisme dalam jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi gangguan pada kelenjar tiroid. Gangguan pada kelenjar tiroid terbagi atas 2 yaitu hipertiroidisme dan hipotiroidisme (Harmanto, 2004). I. Hipertiroidisme A. Definisi Hipertiroidisme Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Baradero,2009). Hipertiroidisme adalah kadar TH yang (bersikulasi) berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus (Corwin,2009). Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan (Doenges, 2000).
B. Etiologi Hipertiroidisme Hipertiroidisme terdiri atas penyakit yang sangat jelas secara keseluruhan, dengan penyebab umum penyakit graves. Keluaran hormon tiroid yang berlebihan di duga akibat stimulasi abnormal dari kelenjar tiroid oleh imunoglobulin yang bersikulasi. Stimulasi tiroid jangka panjang ditemukan dalam konsentrasi yang signifikan dalam serum dari banyak pasien dengan penyakit ini. Kelainan ini menyerang wanita lima kali lebih banyak dari pria yang memepunyai insiden puncak pada usia tiga puluh dan empat puluh tahun. Penyakit ini mungkin tampak setelah suatu syok emosional, stress atau infeksi, tetapi signifikan yang pasti dari hubungan ini tidak dimengerti. Penyebab lain yang juga umum termasuk tiroiditis dan menggunakan hormon tiroid yang berlebihan (Boughman, 2000). Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroidisme) ditandai oleh jumlah hormon tiroid T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin) yang meningkat atau oleh peningkatan kadar TSH (thyroid stimulating hormone). Pada orang dewasa, hipertirodisme terjadi dengan insiden 3 untuk 10.000 kasus pertahun dengan rasio wanita:pria 5:1. Penyakit ini jarang terjadi pada anak, kasus pada anak terjadi pada usia 10 14 tahun. Kelainan yang paling sering disebabkan hipertiroidisme adalah gaves disease. Etiologi pasti dari proses ini tidak jelas ,tetapi tampaknya berhubungan dengan pembentukan stimulator tiroid yang abnormal yaitu LATS (Long Acting Thyroid Stimulator) yang secara 4
kimiawi dan fungsi berbeda dengan TSH. LATS bekerja dengan cara yang sama dengan TSH, tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Bahan LATS adalah igG yang di produksi oleh sel limfosit B yang mampu menginduksi hiperplasia tiroid dan meningkatkan pengambilan iodin oleh tiroid, bebas dari setiap pengaruh kerja hipofisis (Sudiono, 2009).
C. Manifestasi klinik Tanda dan gejala hipertiroidisme menurut (Eagle, 2006) yaitu: 1. Ansietas, kegugupan 2. Labilitas emosional 3. Cepat lelah 4. Keringat berlebihan 5. Intoleransi panas 6. Palpitasi 7. Dispnea 8. Kelemahan 9. Penurunan berat badan 10. Meningkatnya nafsu makan 11. Hiperdefekasi 12. Retraksi kelopak mata 13. Pembesaran tiroid 14. Takikardia (>90 kali/menit) 15. Tremor 16. Lemah otot
D. Patofisiologi Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Selain itu kecepatan metabolisme meningkat 5-15 kali lebih cepat. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang 5
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP (cyclic AMP or 3'-5'- cyclic adenosine monophosphate) dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. TSI mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas. Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi peningkatan metabolisme kelenjar hipofise dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.
E. Uji diagnostik menurut (Baradero, 2009) yaitu: 1) Tiroksin serum (T4) yang meningkat pada hipertiroidisme 2) T3 serum 3) TSH, rendah pada hipertiroidisme 4) Ambilan radioaktif iodin (absorpsi) meningkat pada semua macam penyebab hipertiroidisme, kecuali tiroiditis. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien menerima iodin dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan.
6
F. Web of Caution (WOC) Hipertiroidisme
Graves disease TSH Reaksi antara TSH-R dan TSI TSH Subacute tiroiditis Inflamasi di kelenjar tiroid Sekresi antibodi Limfosit B aktif Limfosit T aktif Agen infeksi Ex: virus Antigen di kelenjar tiroid Hipersekresi hormon tiroid Hipertiroidisme Relaksasi melambat Suplay nutrisi tidak adekuat Penurunan berat badan Proses pembakaran lemak menigkat Metabolisme energi meningkat Produksi kalor meningkat Peningkatan suhu tubuh Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Kontraksi otot Hipertermi Proteolisis Asupan protein tidak adekuat Kerja otot melambat Kelelahan Aktivitas gastrointestinal
Sekresi getah pencernaan Pergerakan otot usus Frekuensi BAB DIARE Perubahan status kesehatan
Koping tidak adekuat
Ansietas Penggunaan O 2
Vasodilatasi Aliran darah Heart rate Beban kerja jantng Penurunan curah jantung 7
G. Diagnosa Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Risiko Tinggi Terhadap Penurunan Curah Jantung
Mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak ada distrimia 1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
2. Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
3. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
4. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
5. Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
Memberikan ukuran volume sirkulasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung pula.
Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardia.
S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung. 8
6. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya distrimia.
7. Auskultasi suara napas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels).
8. Pantau suhu. Berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
9. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering , nadi lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
10. Catat masukan dan haluaran. Catat
Takikardia (lebih tinggi dari normal berhubungan dengan demam atau peningkatan kebutuhan akan sirkulasi) mungkin merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid. Distrimia seringkali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah jantung.
Tanda awal adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
Demam (melampaui 38 C) mungkin terjadi sebagai akibat dari kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis /dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
Kehilangan cairan yang terlalu banyak 9
pula berat jenis urine.
11. Timbang berat badan setiap hari. Sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
12. Catat adanya riwayat asma/bronkokonstr iksi , kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
13. Observasi efek samping dari antagonis adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastic, tanda-tanda adanya kongesti vaskuler/CHF, atau henti jantung.
14. Kolaborasi a. Berikan cairan melalui IV sesuai dengan indikasi
(melalui muntah, diare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik/ sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.
Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (mis.penggunaan penyekat beta- adrenergik, merupakan kontraindikasi).
Satu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
Pemberian cairan melalui IV dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung /kebutuhan terhadap 10
Hormon tiroid antagonis, seperti propiltiourasil (PTU) , metimazol (Tapazole).
Natrium iodide (Lugol) atau saturasi kalium pemberian zat inotropik.
Diberikan untuk mengendalikan pengaruh tirotoksik terhadap takikardia, tremor, dan gugup serta merupakan obat pilihan pertama pada krisis tiroid akut. Menurunkan frekuensi/kerja jantung oleh daerah reseptor penyekat beta adrenergic dan konversi dari T4 ke T3. Catatan : jika terjadi bradikardia yang berat, mungkin diperlukan untuk pemberian atropin.
Memblok sintesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T4 ke T3. Mungkin pengobatan definitif atau digunakan untuk persiapan pasien operasi , tetapi efeknya lambat dan karenanya tidak mampu menghilangkan krisis tiroid. Catatan: sejak terapi PTU dimulai , bila tiba-tiba dihentikan mungkin juga menjadi pencetus timbulnya krisis tiroid.
Aktivitas utamanya adalah untuk mencegah pengeluaran hormone 11
iodida.
RAI (131 INal atau 125 INal).
Kortikosteroid seperti deksametason (Dekadron).
Digoksin (Lanoksin).
tiroid kedalam sirkulasi dengan meningkatkan jumlah penyimpanan hormone tiroid dalam kelenjar tiroid. Digunakan sebagai persiapan pembedahan untuk menurunkan ukuran dan vaskularisasi kelenjar atau untuk mengatasi krisis tiroid. Catatan: harus mulai 1-3 jam setelah pemberian obat antitiroid untuk meminimalkan pembentukan hormon dari iodida .
Menghancurkan fungsi jaringan kelenjar tiroid. Puncaknya tercapai pada 6-12 minggu (beberapa penanganan mungkin diperlukan).
Memberikan dukungan glukokortikol. Menurunkan hipertermia, menghilangkan kekurangan adrenalsecara relatif, menghalangi absorpsi kalsium, dan menurunkan perubahan T4 menjadi T3 didaerah perifer.
Digitalis mungkin diperlukan pada GJK sebelum terapi penyekat beta adrenergikdapat diberikan dengan aman.
12
Furosemid (Lasix).
Asetaminofen (Tylenol).
Sedatif, barbiturat.
Relaksan otot.
c. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Diuresis mungkin diperlukan jika terjadi GJK. Catatan: Hal ini mungkin juga efektif dalam menurunkan kadar kalsium jika ada gangguan pada neuromuskuler.
Obat pilihan untuk menurunkan suhu tubuh dan berhubungan dengan kebutuhan metabolisme. Aspirin merupakan kontraindikasi karena ini secara nyata akan meningkatkan kadar sirkulasi hormone tiroid melalui bloking- binding T3 dan T4 dengan tiroid binding protein.
Meningkatkan istirahat, sehingga selanjutnya dapat menurunkan kebutuhan metabolik/menurunka n beban jantung.
Menurunkan proses menggigil yang berhubungan dengan hipertermia yang selanjutnya dapat meningkatkan kebutuhan metabolisme.
Hipokalemia sebagai 13
Kalium serum (berikan pengganti sesuai indikasi).
Kalium serum.
Kultur sputum.
Lakukan pemantau terhadap EKG secara teratur.
Sinar x dada.
15. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
akibat dari kehilangan melalui gastrointestinal. Gangguan dalam pemasukan atau karena terapi diuretic mungkin akan menyebabkan distrimia atau menggagalkan fungsi jantung atau curah jantung.
Terjadinya peningkatan dapat mengubah kontraksi jantung.
Infeksi paru merupakan factor pencetus krisis yang paling sering.
Dapat menunjukkan pengaruh ketidakseimbangan elektrolit atau iskemia yang mencerminkan suplai oksigen pada otot jantung tidak adekuat pada keadaan peningkatan metabolisme. Pembesaran jantung mungkin juga terjadi sebagai suatu respons peningkatan kebutuhan sirkulasi.
Edema paru akan terlihat disertai dengan penekanan pada jantung.
Mungkin juga diperlukan untuk mendukung peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuha 14
16. Berikan selimut dingin sesuai dengan indikasi.
17. Kaji atau berikan terapi seperti transfuse/plasmafe resis, hemoperfusi, dialisis.
18. Siapkan untuk pembedahan.
n terhadap oksigen tersebut.
Kadang-kadang digunakan untuk menurunkan hipertermia yang tidak terkontrol (lebih tinggi dari 40 C ) untuk menurunkan kebutuhan metabolisme atau konsumsi oksigen dan menurunkan beban kerja jantung.
Mungkin dilakukan untuk menangani penurunan cadangan hormon ekstratiroid pada penyakit yang berat atau pasien koma.
Tiroidektomi parsial (mengangkat 5/6 dari kelenjar) mungkin cara penanganan pilihan terhadap hipertiroid jika keadaan hipertiroid ini membahayakan. 2 Kelelahan Mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas 1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2. Catat berkembangnya Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat , takikardia (diatas 160x/menit) mungkin akan ditemukan. Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
Menurunkan stimulasi yang kemungkinan 15
takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
3. Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang ; ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori, warna- warna yang sejuk, dan music santai (tenang).
4. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak- banyaknya jika memungkinkan.
5. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman , seperti sentuhan /massase, bedak yang sejuk.
6. Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
7. Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien . besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan insomnia.
Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme. Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi, dan emosi yang berlebihan. Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi saat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif, dan insomnia. 16
Diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.
8. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini. Kolaborasi 9. Berikan obat sesuai indikasi: Sedatif; mis. Fenobarbital (luminal), tranquilizer mis. Klordiazepoksida (Librium) 3 Resiko Tinggi Terhadap Penurunan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi 1. Auskultasi bising usus.
2. Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
3. Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang menyebabkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan, dan kedalaman pernapasan (tanda asidosis metabolic)
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
Membantu menjaga 17
4. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
5. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. The, kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel/jambu).
6. Kolaborasi Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin.
7. Berikan obat sesuai dengan indikasi: Glukosa, vitamin B kompleks.
Insulin (dengan dosis yang kecil) pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan mengidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai.
Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan. 18
4. Diare berhubungan dengan meningkatnya peristaltik usus
Tujuan : diare dapat dikendalikan atau dihilangkan dalam waktu 3x 24 jam Kriteria hasil : Frekuensi defekasi normal 1-2 x sehari. Konsentrasi defekasi normal (tidak terlalu keras dan tidak cair)
Mandiri 1. Tingkatkan tirah baring.
2. Berikan pemasukan cairan intravena sesuai derajat dehidrasi.
3. Buang feses secara cepat. Berikan pengharum ruangan
4. Pantau tanda tanda dehidrasi.
5. Pantau frekuensi dan konsentrasi feses setelah diberikan intervensi
1. Istirahat akan menurunkan motilitas usus.
2. Mengistirahatkan kolon dan menghindari atau menurunkan rangsangan makanan.
3. Menghilangkan bau tak sedap untuk mengurangi rasa malu pasien.
4. Sebagai indikasi timbulnya dehidrasi
5. Mengetahui keefektifan intervensi yang telah diberikan 5. Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolis me
Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam Kriteria hasil : suhu normal 36,5 0 37,5 0 C Nadi dan pernapasan dalam rentan normal Mandiri 1. Berikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher dan lipatan paha.
2. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan pakaian yang tipis.
1. Dapat membantu mengurangi demam. Mempermudah pengeluaran panas.
2. Untuk menyeimbangkan antara pemasukan cairan dengan pengeluarannya.
19
3. Berikan asupan cairan intravena.
4. Kolaborasi Berikan obat anti piretik sesuai kebutuhan
3. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
4. Digunakan untuk mengurangi demam yang umumnya lebih besar dari 39,5 0 -40 0 C 6. Ansietas Tujuan : agar kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
1. Tampak rileks 2. Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi 3. Mampu mengidentifikas i cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya. 1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.
2. Pantau respons fisik, palpitasi, gerakan yang berulang- ulang, hiperventilasi, insomnia.
3. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekuatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia.
Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormone tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epineprin /norepinefrin dalam keadaan normal.
Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar control, lingkungannya tetap aman. Menghindari respons pribadi pada ucapan yang tidak tepat atau tindakan mencegah konflik atau reaksi yang berlebihan terhadap situasi yang penuh dengan stress.
20
4. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.
5. Bicara singkat dengan kata yang sederhana.
6. Kurangi stimulasi dari luar: Tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, musik yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien.
7. Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik .
8. Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.
Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
Menciptakan lingkungan yang terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personel dapat meningkatkan ansietas pasien.
Memahami bahwa tingkah laku didasarkan atas fisiologis dapat memungkinkan respons/pendekatan yang berbeda , penerimaan terhadap situasi.
Memberikan informasi dan menyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.
Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk 21
perkembangan terapi obat.
9. Kolaborasi Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedative) dan pantau efeknya.
Rujuk pada sistem penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama, dan pelayanan sosial. menurunkan pengaruh dari sekresi hormone tiroid yang berlebihan.
Terapi penyokong yang terus menerus mungkin dimanfaatkan/dibutuh kan pasien atau orang terdekat jika krisis itu menimbulkan perubahan gaya hidup pada pasien itu sendiri.
H. Penatalaksanaan Medis dak Keperawatan 1. Medis Ada tiga macam obat yang dipakai untuk hipertiroidisme, yaitu antitiroid atau Thiomides yang bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari keluarnya hormon tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adalah penyekat beta- adrenergik (propanol) dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormon tiroid dalam sel tubuh. Thioamides profiltiourasil (PTU) dan metimasol (Tapazole) adalah obat antitiroid yang paling sering di pakai. Efek obat ini, lambat, sekitar 2-4 minggu baru tampak ada perbaikan. Hal ini terjadi karena efek obat ini menyekat sintesis tiroid, bukan sekresi atau keluarnya hormon.Obat ini diberikan selama 6-18 bulan. Pasien dengan goiter yang mengecil dengan obat ini dan bisa mempertahankan keadaan eutiroid diharapkan akan mendapat remisi. Pasien memerlukan pemeriksaan medis yang teratur supaya bisa cepat diketahui bila mengalami eksaserbasi. Efek samping obat ini antara lain demam, sakit tenggorok, dan bintik-bintik pada kulit (erupsikulit dan granulositosis). Penyekat beta-adrenergik seperti propanolol dipakai untuk menangani gejala akibat peningkatan stimulasi simpatis, misalnya takikardia,disritmia, dan angina. Penyekat ini cepat mengurangi gejala karena obat dapat menghalangi resptor-beta. Oleh karena itu, walaupun katekolamin ada, reseptor tidak dapat di stimulasi oleh katekolamin tersebut. Penyekat beta-adrenergik dapat pula memperbaiki tremor, kegelisahan dan cemas. (Baradero, 2009). 22
2. Keperawatan Menurut (Baradero, 2009), penatalaksanaan keperawatan pada pasien hipertiroid meliputi: a) Diet Ciri khas hipertiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat menunjukan keadaan eutiroid. b) Aktivitas Pasien dengan hipertiroidismecepat merasa lelah. Selama tidak ada takikardia,fibrilasiatrial,atau gangguan kardiovaskular,pasien bisa mengatur kegiatannya. Misalnya, kegiatan diselingi dengan istirahat. Perlu diingat bahwa pasien ini mengalami insomnia sehingga istirahat diperlukan pada siang hari. II. Hipotiroidisme A. Definisi Hipotiroidisme merupakan kondisi hipofungsi tiroid yang disertai dengan gagal tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh kadar hormone tiroid suboptimal (Gruendemann dan Fernsebner,2005). Hipotiroidisme merujuk pada kondisi tidak di sekresinya hormon-hormon tiroid (Sudoyo,2009). Hipotiroidisme adalah suatu keadaan klinis yang diakibatkan oleh penurunan produksi dan/atau penurunan efek hormon tiroid (Daveey,2006)
23
B. Etiologi Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus. Apabila hipotiroid disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai oleh kadar TSH dan TRH yang tinggi karena tidak adanya umpan balik negative oleh TH pada hipofisis dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang rendah. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negative pada pelepasannya oleh TSH atau TH. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH, TSH, dan TRH yang rendah (Corwin,2009). C. Jenis Hipotiroid Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengarah kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroidisme tersier
1) Primer a. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium. b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala hipotiroidisme (Rumahorbo,2000). 1. Yang besifat umum karna kekurangan hormone tiroid di jaringan. 2. Spesifik, disebabkan karena penyakit dasarnya . Adapun manifestasinya adalah : a. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar; rambut rontok dan pertumbuhannya buruk. b. Sistem pulmonary seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea. c. Sistem kardiovaskuler seperti bradikardi, distrimia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktivitas menurun, hipotensi. d. Metabolic seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin. e. Sistem musculoskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat. f. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon. g. Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen. h. Sistem reproduksi pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi memanjang, infertilitas, anovulasi, dan penurunan libido. Pada pria: penurunan libido dan impotensia. i. Psikologis/emosi: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania. j. Manifestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap oploid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah, haluaran urin menurun, anemi.
E. Patofisiologi Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan tirotoksitosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. 25
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tirois akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain : a. Penurunan produksi asam lambung (aclorhirda) b. Pemurunan motilitas usus c. Penurunan detak jantung d. Gangguan fungsi neurologik e. Penurunan produksi panas Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga interstisial seperti rongga pleura, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari miksodema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia (Rumahorbo,2000)
F. Uji Diagnostik 1) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. 2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. 3) Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. 4) Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung. 5) Hematologic :hitung darah.
26
G . WOC teori hipotiroidisme
Gangguan organik kelenjar tiroid Gangguan fungsi hipofsis/hipotalamus Sekresi TSH Produksi hormon tiroid
Gangguan metabolisme Produksi kalor menurun Penurunan fungsi gastrointestinal Peristaltik usus menurun Peningkatan absorsi cairan Produksi ATP MK : konstipasi Kelelahan MK : Intoleransi aktifitas Fungsi pernapasaan Depresi ventilasi
Produksi ATP
MK : Hipotermi Kelainan fungsi pernapasan Suplai O 2 kejaringan berkurang Suplai O 2 ke otak berkurang Perubahan pola kognitif MK : Perubahan proses pikir MK : Pola nafas tidak efektif 27
H. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Hipotiroidisme Menurut teoritis No Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Hasil Intervensi Rasional 1
1. Resiko tinggi terhadap konstipasi
Pola eliminasi klien dapat kembali teratur. 1. Instruksikan pasien untuk : a. Minum sedikitnya 2 3 liter cairan setiap hari. b. Meningkatkan masukan makanan tinggi serat (buah mentah, sayuran, dan sereal) c. Gunakan pelunak feses bentuk bulk seperti metamucil bila modifikasi diet tidak efektif d. Gunakan laksatif bila terjadi defekasi pada tiga hari
2. Tinjau ulang semua obat-obatan lain yang ditentukan untuk pasien untuk menentukan potensial obat menyebabkan konstipasi
1. Tindakan-tindakan ini membantu melunakan feses.Konstipasi menetap dapat menandakan perlunya evaluasi lanjut untuk menentukan bila dosis obat harus ditingkatkan
2. Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi. Orang dengan hipotiroidisme mempunyai toleransi rendah terhadap obat- obatan karena penurunan metabolisme 2
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Asupan nutrisi klien seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. 1. Pantau a. Laporan JDL, khususnya SDM,hemoglob in dan hematokrit b. Persentase makanan yang dikonsumsi 1. Untuk mengevaluasi keefektifan terapi 28
pada setiap makanan c. Berat badan setiap minggu
2. 2. Rujuk pasien pada ahli diet untuk intruksi pada penyiapan diet rendah lemak, rendah natrium. Jelaskan rasional untuk metabolisme diet
3. Pertahankan ruang tetap hangat. Anjurkan pasien menggunakan pakaian ekstra.Biarkan pasien mengetahui bahwa intoleransi dingin berkurang setelah obat-obatan hormon tiroid ,ulai menunjukan efeknya, biasanya 2-3 minggu.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan program latihan teratur. Anjurkan berjalan, berenang bersepeda atau kelas latihan rendah.Tekankan bahwa latihan 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat membantu pasien dalam merencanakan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam hubungannya dengan penyakit baru.Modififkasi diet ini membantu mencegah penambahan berat badan. Natrium berperan dalam penambahan berat badan dengan menyebabkan retensi air.
3. Untuk mencegah kehilangan panas. Pada hipotiroidisme, produksi panas kurang karena penurunan metabolisme.
4. Latihan meningkatkan penggunaan energi sehingga berat badan menurun. 29
harus dilakukan pada sedikitnya tiga kali seminggu 3 Intoleran aktifitas Klien dapat beraktifitas ringan, minimal untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya 1. Pantau laporan JDL, khususnya JDL hemoglobin, dan hematokrit. Hasil kadar T, dan T, serum.
2. Anjurkan masukan makanan tinggi besi, seperti jeroan, khususnya hepar.
3. Anjurkan aktivitas- aktivitas sesuai toleransi. Anjurkan pasien untuk istirahat dengan interval selama sehari. Jelaskan bahwa penggantian hormon tiroid mulai menunjukan efeknya, kelelahan akan teratasi.
4. Hindari menyerang pasien dengan data yang memerlukan keputusan kompleks. Tingkatkan tugas pengambilan keputusan sesuai perbaikan mental.
1. Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2. Besi penting untuk eritrosit sehingga mengatasi anemia. Anemia berperan terhadap kelelahan.
3. Pada hipotiroidisme, penurunan laju metabolisme menyebabkan penurunan produksi energi, meningkatkan kelelahan. Istirahat membantu menghemat energi. Frustasi kurang mungkin terjadi bila pasien merasakan mampu menyelesaikan aktivitas.
4. Pembuatan keputusan dapat menjadi sumber stres dan ansietas. 30
4 Risiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaa n pemeliharaan di rumah. Agar klien mendapatkan intervensi yang tepat selama dirumah. 1. Berikan pasien mengekresikan perasaan tentang kondisi dan kebutuhan terapi pengganti hormon sepanjang hidup. Bila disfungsi seksual terjadi, biarkan pasien mengetahui bahwa ini dapat kembali normal dengan penggantian hormon tiroid adekuat. Juga, wajah gembung akan berkurang tetapi mungkin tidak hilang sama sekali.
2. Intruksikan pasien untuk mencari pertolongan medis bila hal berikut terjadi: a. Gejala-gejala hipotiroidisme menetap. b. Nyeri dada, erupsi kulit, frekuensi nadi 100 kali per menit pada istirahat, palpasi, peningktan kegugupan, sakit kepala.
3. Berikan informasi tentang sifat kondisi dan obat- obatan yang diresepkan,jadwal,t ujuan,dan efek samping yang dapat dilaporkan. Tekankan 1. Mengekresikan perasaan membantu meningkatkan koping. Mengetahui hasil yang diharapkan dari tindakan-tindakan membentu mengurangi ansietas dan meningkatkan kepatuhan.
2. Gejala-gejala dari hipotiroidisme menandakan kurnangnya dosis obat sehingga perlu peningkatan dosis. Takar lajak menandakan kebutuhan untuk menurunkan dosis dan ditunjukkan dengan gejala-gejala selanjutnya.
3. Makin pasien mengetahui tentang kondisi mereka, mungkin mereka mempunyai harapan yang beralasan dan memenuhi tindakan- tindakan yang ditentukan 31
pentingnya menggunakan obat yang diresepkan. Ingatkan pasien bahwa terapi penggantian seumur hidup diperlukan karena hormon-hormon tiroid penting untuk kehidupan. Waspadakan pasien terhadap perbaikan segera yang diperkirakan karena ini secara normal memerlukan waktu kira-kira 2-3 minggu sebelum perbaikan dapat dilihat.
4. Anjurkan pasien untuk menyimpan perjanjian evaluasi. Jelaskan bahwa dosis rendah dari hormon tiroid diberikan pada awal dan secara bertahap sampai gejala-gejala mulai berkurang. Beri tahu pasien dosis dimana status eutiroid diberikan menjadi dosis rumatan.
5. Berikan instruksi perawatan diri tertulis dan perjanjian tertulis untuk perawatan evaluasi. Evaluasi pemahaman pasien tentang instruksi perawatan dirumah.
4. Untuk memungkinkan dokter memantau keefektifan terapi obat untuk menentukan bila status eutiroid telah dicapai.
5. Instruksi verbal mungkin mudah terlupakan. Evaluasi penting untuk menjamin bahwa pembelajaran telah terjadi. 32
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Medis Yang perlu diperhatikan ialah dosis awal dan cara menaikan dosis tiroksin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1) Meringankan keluhan dan gejala 2) Menormalkan metabolism 3) Menormalkan TSH (bukan mensupresi) 4) Membuat T3 (danT4) normal 5) Menghindarkan komplikasi dan resiko. Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan subsitusi : (a) Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosis awal dan makin landai peningkatan dosis (b) Geriatric dengan angina pectoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati hati.
Prinsip subtitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormone tiroid endogen pasien. Indicator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak di anjurkan, sebab ada resiko gangguan jantung dan desitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L- triodotironim (T3), maupun pulvus tiroid. Pulvus tak digunakan lagi karena efek sulit diramalkan. T3 tidak digunakan sebagai subtitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialah T4. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kombinasi pengobatan T4 dengan T3 (50 ug T4 diganti 12.5 ug T3) memperbaiki mood dan faal neuropsikologis. Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang mengganggu sarapan dan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorbsi, shorl bawel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfas ferosus, kalsium karbonat. Dilantin rifampisin, fenobarbital dan tegretol miningkatkan ekskresi empedu dosis rerata substitusi L-T4 ialah 112 ug/hari atau1.6 ug/kg BB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T3 25-50 ug. Kadar TSH 20uU/ml butuh 50-75 ug tiroksin sehari, TSH 44-75 uU/ml butuh 100-150 ug. Sebagian besar kasus butuhkan 100-125 ugL-T4 sehari (Sudoyo,2009).
2. Keperawatan Menurut(Baradero,2009) penatalaksanaan keperawatan pada pasienhipotiroidisme meliputi: 33
a) Diet Ciri khas hipotiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat menunjukan keadaan eutiroid. b) Aktivitas Pasien dengan hipotiroidisme cepat merasa lelah. Oleh karena itu atur aktivitas klien agar tidak mengalami kelelahan.
34
BAB III ANALISA KASUS A. Deskripsi Kasus Nn. A, 21 tahun berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RS. Arifin achmad Pekanbaru dengan keluhan: pembesaran kelenjar tiroid, BB menurun 3 kg sejak 2 bulan yll, sering merasa lapar, cepat letih, tremor, banyak mengeluarkan keringat, dan sering BAB. Dari data diatas kemungkinan Nn. A menderita hipertiroidisme. B. Pengkajian Dari uraian kasus diatas maka di dapatkan : Data subjektif : 1. Klien berusia 21 tahun 2. Berat badan menurun 3 kg sejak 2 bulan yang lalu 3. Klien merasa cepat lapar 4. Klien cepat letih 5. Klien mengeluarkan banyak keringat 6. Klien sering BAB Data objektif : 1. Terjadi pembesaran kelenjar tiroid 2. Klien mengalami tremor
C. Analisa Data NO. DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN 1. DS : Klien sering merasa lapar Klien sering BAB
DO : pembesaran kelenjart iroid BB menurun Hipertiroidisme
Metabolisme meningkat
Proses pembakaran lemak menigkat suplai nutrisiyang tidak adekuat
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. DS : Klien merasa Hipermetabolisme
Kelelahan 35
cepat letih DO : Klien banyak berkeringat Kontraksi otot meningkat
Katabolisme protein
Asupan protein tidak adekuat
Kerja otot melambat
Relaksasi melambat
Kelelahan 3. DS : Klien banyak mengeluarkan keringat DO : Klien mengalami Pembesaran kelenjar tiroid
Peningkatan metabolisme
produksi kalor
peningkatan suhu tubuh
Hipertermi Hipertermi
36
D. WOC
Produksi hormon tiroid Produksi TSH Gangguan organik kelenjar tiroid Gangguan fungsi hipotalamus/hipofisis Metabolisme tubuh Proses pembakaran lemak Suplay nutrisi yang tidak adekuat Penurunan berat badan Produksi kalor Peningkatan suhu tubuh Hipertermi Aktifitas gastrointestinal Sekresi getah pencernaan Gerakan saluran cerna Frekuensi BAB Kontraksi otot Katabolisme protein Asupan protein berkurang Kerja otot melambat Relaksasi melambat Kelelahan 37
E. Asuhan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria hasil Tindakan Rasional 1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi 1. Auskultasi bising usus.
2. Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
3. Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
4. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
5. Hindari pemberian Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang menyebabkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan, dan kedalaman pernapasan (tanda asidosis metabolic)
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan 38
makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. The, kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel/jambu).
6. Kolaborasi Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin.
7. Berikan obat sesuai dengan indikasi: Glukosa, vitamin B kompleks.
Insulin (dengan dosis yang kecil) absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan mengidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai.
Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan. 39
2 Kelelahan berhubungan dengan hipermetaboli k Mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas 1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2. Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
3. Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang ; ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori, warna- warna yang sejuk, dan music santai (tenang).
4. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak- banyaknya jika memungkinkan.
5. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman , seperti sentuhan /massase, bedak yang sejuk.
Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat , takikardia (diatas 160x/menit) mungkin akan ditemukan. Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan insomnia.
Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme. Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat 40
6. Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
7. Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien . Diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.
8. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini.
9. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi:
Sedatif; mis. Fenobarbital (luminal), tranquilizer mis. Klordiazepoksida (Librium) menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi, dan emosi yang berlebihan. Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi saat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif, dan insomnia. 3. Hipertermi berhubungan dengan hipermetaboli Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 Mandiri 1. Berikan kompres air biasa pada
1. Dapat membantu mengurangi 41
sme
jam Kriteria hasil : suhu normal 36,5 0 37,5 0 C Nadi dan pernapasan dalam rentan normal aksila, kening, leher dan lipatan paha.
5. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan pakaian yang tipis. 6. Berikan asupan cairan intravena.
Kolaborasi Berikan obat anti piretik sesuai kebutuhan
demam. Mempermudah pengeluaran panas.
5. Untuk menyeimbangkan antara pemasukan cairan dengan pengeluarannya. 6. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Digunakan untuk mengurangi demam yang umumnya lebih besar dari 39,5 0 -40 0 C
F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi 1. Medis Ada tiga macam obat yang dipakai untuk hipertiroidisme, yaitu antitiroid atau Thiomides yang bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari keluarnya hormon tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adalah penyekat beta- adrenergik (propanol) dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormon tiroid dalam sel tubuh. 2. Menurut (Baradero, 2009), penatalaksanaan keperawatan pada pasien hipertiroid meliputi: a) Diet Ciri khas hipertiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat menunjukan keadaan eutiroid.
42
b) Aktivitas Pasien dengan hipertiroidismecepat merasa lelah. Selama tidak ada takikardia, fibrilasiatrial, atau gangguan kardiovaskular, pasien bisa mengatur kegiatannya. Misalnya, kegiatan diselingi dengan istirahat. Perlu diingat bahwa pasien ini mengalami insomnia sehingga istirahat diperlukan pada siang hari.
G. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran: Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui informasi mengenai: 1) Penyebab gangguan tiroid 2) Proses patofisiologi gangguan tiroid 3) Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi 4) Asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita gangguan tiroid.
43
DAFTAR PUSTAKA Baughman, D.C & Joahn. C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG Baradero, Mary. Dkk. 2009. Deri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Sudiono, Janti. 2009. Gangguan Tumbuh Kembang Dento Kraniofanal. Jakarta: EGC Eagle, K.A. 2006. Algoritme Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta: ECG Curtis, G.P. 1999. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Minggu Perminggu. Jakarta: Arcan Sudoyo, W. Dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Aru Gruendeman, B.J & Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Vol.2 Praktik. Jakarta: EGC Brunner & Suddarth. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Rumahorbo, H. 2000. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika