Vous êtes sur la page 1sur 43

1

MAKALAH KEPERAWATAN KLINIK VI


(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANGANGGUAN TIROID
Disusun Oleh: Kelompok XIII (Program A 2010)

MUHARINA AMELIA
SHERLY FANDRI
SILVRIDA SILAEN
SRI AYU WULANDHANI

Dosen Pembimbing: Yesi Hasneli N, SKp, MNS



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012


2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiroid (glandula thyroidea) merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian
bawah, melekat pada tulang laring sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding
laring, kelenjar ini terdiri atas dua lobus yang saling berhubungan. Letak kelenjar tiroid
berdekatan dengan tulang rawan tiroid (Syaifuddin, 2009).
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon yang memegang peranan penting dalam mengatur metabolisme
tubuh. Hormon yang dihasilkan merangsang laju dari sel-sel dalam tubuh untuk melakukan
oksidasi terhadap bahan makanan dan memegang peranan pengawasan metabolisme secara
keseluruhan (Syaifuddin, 2009).
Tiroid adalah kelenjar di dalam tubuh yang memproduksi hormon yang mengatur
metabolisme tubuh. Apabila kelenjar tersebut memproduksi hormon metabolisme dalam
jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi gangguan pada kelenjar
tiroid (Harmanto, 2004).
Gangguan tiroid dapat tampak berupa terlalu sedikit hormon tiroid atau terlalu banyak
hormon tiroid. Terlalu banyak hormon tiroid disebut hipertiroidisme. Pada gangguan ini
metabolisme lebih cepat dan biasanya di sebabkan oleh penyakit graves. Terlalu sedikit
hormon tiroid disebut hipertiroidisme. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan autoimun
(Curtis, 1999).
Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum diketahui. Di Eropa berkisar antara 1
sampai 2 % dari semua penduduk dewasamendrita hipertiroidisme. Data dari RS Cipto
Mangunkusumo menunjukkan bahwa dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai 300
pasien melakukan kunjungan terkait penyakit tiroid. Kaum perempuan lebih rentan
mengalami gangguan kelenjar tiroid dibandingan lelaki. Risikonya tercatat 5 hingga 7 kali
lebih besar dibanding laki-laki. Faktor hormonal diduga menjadi pemicu gangguan kelenjar
tiroid di kalangan kaum Hawa (Shahab, 2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita gangguan tiroid?
C. Tujuan
Untuk mengetahui informasi mengenai gangguan tiroid mulai dari penyebab hingga
asuhan keperawatan yang tepat sehingga mampu mengaplikasikan saat di lapangan.

3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Tiroid adalah kelenjar di dalam tubuh yang memproduksi hormon yang mengatur
metabolisme tubuh. Apabila kelenjar tersebut memproduksi hormon metabolisme dalam
jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi gangguan pada kelenjar
tiroid. Gangguan pada kelenjar tiroid terbagi atas 2 yaitu hipertiroidisme dan hipotiroidisme
(Harmanto, 2004).
I. Hipertiroidisme
A. Definisi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Baradero,2009). Hipertiroidisme adalah kadar TH yang
(bersikulasi) berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus (Corwin,2009). Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan
metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan (Doenges,
2000).

B. Etiologi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terdiri atas penyakit yang sangat jelas secara keseluruhan, dengan
penyebab umum penyakit graves. Keluaran hormon tiroid yang berlebihan di duga akibat
stimulasi abnormal dari kelenjar tiroid oleh imunoglobulin yang bersikulasi. Stimulasi tiroid
jangka panjang ditemukan dalam konsentrasi yang signifikan dalam serum dari banyak
pasien dengan penyakit ini. Kelainan ini menyerang wanita lima kali lebih banyak dari pria
yang memepunyai insiden puncak pada usia tiga puluh dan empat puluh tahun. Penyakit ini
mungkin tampak setelah suatu syok emosional, stress atau infeksi, tetapi signifikan yang
pasti dari hubungan ini tidak dimengerti. Penyebab lain yang juga umum termasuk tiroiditis
dan menggunakan hormon tiroid yang berlebihan (Boughman, 2000).
Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroidisme) ditandai oleh jumlah hormon tiroid T3
(triiodotironin) dan T4 (tiroksin) yang meningkat atau oleh peningkatan kadar TSH (thyroid
stimulating hormone). Pada orang dewasa, hipertirodisme terjadi dengan insiden 3 untuk
10.000 kasus pertahun dengan rasio wanita:pria 5:1. Penyakit ini jarang terjadi pada anak,
kasus pada anak terjadi pada usia 10 14 tahun.
Kelainan yang paling sering disebabkan hipertiroidisme adalah gaves disease. Etiologi
pasti dari proses ini tidak jelas ,tetapi tampaknya berhubungan dengan pembentukan
stimulator tiroid yang abnormal yaitu LATS (Long Acting Thyroid Stimulator) yang secara
4

kimiawi dan fungsi berbeda dengan TSH. LATS bekerja dengan cara yang sama dengan
TSH, tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Bahan LATS adalah igG yang di
produksi oleh sel limfosit B yang mampu menginduksi hiperplasia tiroid dan meningkatkan
pengambilan iodin oleh tiroid, bebas dari setiap pengaruh kerja hipofisis (Sudiono, 2009).

C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala hipertiroidisme menurut (Eagle, 2006) yaitu:
1. Ansietas, kegugupan
2. Labilitas emosional
3. Cepat lelah
4. Keringat berlebihan
5. Intoleransi panas
6. Palpitasi
7. Dispnea
8. Kelemahan
9. Penurunan berat badan
10. Meningkatnya nafsu makan
11. Hiperdefekasi
12. Retraksi kelopak mata
13. Pembesaran tiroid
14. Takikardia (>90 kali/menit)
15. Tremor
16. Lemah otot

D. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal,disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Selain itu kecepatan metabolisme meningkat 5-15 kali lebih
cepat.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang
5

mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP (cyclic AMP or 3'-5'-
cyclic adenosine monophosphate) dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. TSI mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek
TSH yang hanya berlangsung satu jam.Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis berlebih, adanya
peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan gangguan pengeluaran tonus
otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan
gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas.
Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada peningkatan
sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana salah satunya
akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi peningkatan
metabolisme kelenjar hipofise dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh
meningkat yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan tidak
tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat
badan. Karena hipermetabolisme sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan
adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak
nafas.

E. Uji diagnostik menurut (Baradero, 2009) yaitu:
1) Tiroksin serum (T4) yang meningkat pada hipertiroidisme
2) T3 serum
3) TSH, rendah pada hipertiroidisme
4) Ambilan radioaktif iodin (absorpsi) meningkat pada semua macam penyebab
hipertiroidisme, kecuali tiroiditis. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien
menerima iodin dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan.




6

F. Web of Caution (WOC) Hipertiroidisme






























Graves disease
TSH
Reaksi antara TSH-R
dan TSI
TSH
Subacute tiroiditis
Inflamasi di
kelenjar tiroid
Sekresi antibodi
Limfosit B aktif
Limfosit T aktif
Agen infeksi Ex: virus Antigen di kelenjar tiroid
Hipersekresi
hormon tiroid
Hipertiroidisme
Relaksasi
melambat
Suplay nutrisi tidak
adekuat
Penurunan berat
badan
Proses
pembakaran
lemak menigkat
Metabolisme
energi
meningkat
Produksi kalor
meningkat
Peningkatan suhu
tubuh
Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kontraksi
otot
Hipertermi
Proteolisis
Asupan
protein tidak
adekuat
Kerja otot
melambat
Kelelahan
Aktivitas
gastrointestinal

Sekresi getah
pencernaan
Pergerakan
otot usus
Frekuensi BAB
DIARE
Perubahan
status
kesehatan

Koping
tidak
adekuat

Ansietas
Penggunaan
O
2


Vasodilatasi Aliran darah Heart rate
Beban kerja
jantng
Penurunan
curah
jantung
7

G. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 Risiko Tinggi
Terhadap
Penurunan
Curah Jantung










































Mempertahankan
curah jantung yang
adekuat sesuai
dengan kebutuhan
tubuh yang
ditandai dengan
tanda vital stabil,
denyut nadi perifer
normal, pengisian
kapiler normal,
status mental baik,
tidak ada distrimia
1. Pantau tekanan
darah pada posisi
baring, duduk, dan
berdiri jika
memungkinkan.
Perhatikan besarnya
tekanan nadi.









2. Pantau CVP jika
pasien
menggunakannya.




3. Periksa/teliti
kemungkinan
adanya nyeri dada
atau angina yang
dikeluhkan pasien.

4. Kaji nadi atau
denyut jantung saat
pasien tidur.



5. Auskultasi suara
jantung, perhatikan
adanya bunyi
jantung tambahan,
adanya irama gallop
dan murmur sistolik.





Hipotensi umum atau
ortostatik dapat terjadi
sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer
yang berlebihan dan
penurunan volume
sirkulasi. Besarnya
tekanan nadi
merupakan refleksi
kompensasi dari
peningkatan isi
sekuncup dan
penurunan tahanan
sistem pembuluh
darah.

Memberikan ukuran
volume sirkulasi yang
langsung dan lebih
akurat dan mengukur
fungsi jantung secara
langsung pula.

Merupakan tanda
adanya peningkatan
kebutuhan oksigen
oleh otot jantung atau
iskemia.

Memberikan hasil
pengkajian yang lebih
akurat untuk
menentukan
takikardia.

S1 dan murmur yang
menonjol
berhubungan dengan
curah jantung
meningkat pada
keadaan
hipermetabolik.
Adanya S3 sebagai
tanda adanya
kemungkinan gagal
jantung.
8


6. Pantau EKG, catat
atau perhatikan
kecepatan atau
irama jantung dan
adanya distrimia.












7. Auskultasi suara
napas. Perhatikan
adanya suara yang
tidak normal (seperti
krekels).


8. Pantau suhu.
Berikan lingkungan
yang sejuk, batasi
penggunaan
linen/pakaian,
kompres dengan air
hangat.






9. Observasi tanda dan
gejala haus yang
hebat, mukosa
membran kering ,
nadi lemah,
pengisian kapiler
lambat, penurunan
produksi urine dan
hipotensi.

10. Catat masukan dan
haluaran. Catat

Takikardia (lebih
tinggi dari normal
berhubungan dengan
demam atau
peningkatan
kebutuhan akan
sirkulasi) mungkin
merupakan cerminan
langsung stimulasi
otot jantung oleh
hormon tiroid.
Distrimia seringkali
terjadi dan dapat
membahayakan fungsi
jantung atau curah
jantung.

Tanda awal adanya
kongesti paru yang
berhubungan dengan
timbulnya gagal
jantung.


Demam (melampaui
38 C) mungkin
terjadi sebagai akibat
dari kadar hormon
yang berlebihan dan
dapat meningkatkan
diuresis /dehidrasi dan
menyebabkan
peningkatan
vasodilatasi perifer,
penumpukan vena dan
hipotensi.

Dehidrasi yang cepat
dapat terjadi yang
akan menurunkan
volume sirkulasi dan
menurunkan curah
jantung.




Kehilangan cairan
yang terlalu banyak
9

pula berat jenis
urine.






11. Timbang berat
badan setiap hari.
Sarankan untuk
tirah baring, batasi
aktivitas yang
tidak perlu.


12. Catat adanya
riwayat
asma/bronkokonstr
iksi , kehamilan,
sinus
bradikardia/blok
jantung yang
berlanjut menjadi
gagal jantung.

13. Observasi efek
samping dari
antagonis
adrenergik,
misalnya
penurunan nadi
dan tekanan darah
yang drastic,
tanda-tanda adanya
kongesti
vaskuler/CHF, atau
henti jantung.


14. Kolaborasi
a. Berikan cairan
melalui IV
sesuai dengan
indikasi





(melalui muntah,
diare, diuresis,
diaforesis) dapat
menimbulkan
dehidrasi berat, urine
pekat dan berat badan
menurun.

Aktivitas akan
meningkatkan
kebutuhan metabolik/
sirkulasi yang
berpotensi
menimbulkan gagal
jantung.

Kondisi ini
mempengaruhi pilihan
terapi
(mis.penggunaan
penyekat beta-
adrenergik,
merupakan
kontraindikasi).


Satu indikasi untuk
menurunkan atau
menghentikan terapi.












Pemberian cairan
melalui IV dengan
cepat perlu untuk
memperbaiki volume
sirkulasi tetapi harus
diimbangi dengan
perhatian terhadap
tanda gagal jantung
/kebutuhan terhadap
10



b. Berikan obat
sesuai dengan
indikasi .

Penyekat beta
seperti :
propanolol
(Inderal), atenolol
( Tenormin),
nadolol (Corgard).














Hormon tiroid
antagonis, seperti
propiltiourasil (PTU) ,
metimazol (Tapazole).

















Natrium iodide
(Lugol) atau
saturasi kalium
pemberian zat
inotropik.




Diberikan untuk
mengendalikan
pengaruh tirotoksik
terhadap takikardia,
tremor, dan gugup
serta merupakan obat
pilihan pertama pada
krisis tiroid akut.
Menurunkan
frekuensi/kerja
jantung oleh daerah
reseptor penyekat beta
adrenergic dan
konversi dari T4 ke
T3. Catatan : jika
terjadi bradikardia
yang berat, mungkin
diperlukan untuk
pemberian atropin.

Memblok sintesis
hormon tiroid dan
menghalangi
perubahan T4 ke T3.
Mungkin pengobatan
definitif atau
digunakan untuk
persiapan pasien
operasi , tetapi
efeknya lambat dan
karenanya tidak
mampu
menghilangkan krisis
tiroid. Catatan: sejak
terapi PTU dimulai ,
bila tiba-tiba
dihentikan mungkin
juga menjadi pencetus
timbulnya krisis tiroid.

Aktivitas utamanya
adalah untuk
mencegah
pengeluaran hormone
11

iodida.




















RAI (131 INal
atau 125 INal).






Kortikosteroid
seperti
deksametason
(Dekadron).










Digoksin
(Lanoksin).





tiroid kedalam
sirkulasi dengan
meningkatkan jumlah
penyimpanan
hormone tiroid dalam
kelenjar tiroid.
Digunakan sebagai
persiapan pembedahan
untuk menurunkan
ukuran dan
vaskularisasi kelenjar
atau untuk mengatasi
krisis tiroid. Catatan:
harus mulai 1-3 jam
setelah pemberian
obat antitiroid untuk
meminimalkan
pembentukan hormon
dari iodida .

Menghancurkan
fungsi jaringan
kelenjar tiroid.
Puncaknya tercapai
pada 6-12 minggu
(beberapa penanganan
mungkin diperlukan).

Memberikan
dukungan
glukokortikol.
Menurunkan
hipertermia,
menghilangkan
kekurangan
adrenalsecara relatif,
menghalangi absorpsi
kalsium, dan
menurunkan
perubahan T4 menjadi
T3 didaerah perifer.

Digitalis mungkin
diperlukan pada GJK
sebelum terapi
penyekat beta
adrenergikdapat
diberikan dengan
aman.

12


Furosemid (Lasix).








Asetaminofen
(Tylenol).














Sedatif, barbiturat.







Relaksan otot.










c. Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium
sesuai indikasi
:
Diuresis mungkin
diperlukan jika terjadi
GJK. Catatan: Hal ini
mungkin juga efektif
dalam menurunkan
kadar kalsium jika ada
gangguan pada
neuromuskuler.

Obat pilihan untuk
menurunkan suhu
tubuh dan
berhubungan dengan
kebutuhan
metabolisme. Aspirin
merupakan
kontraindikasi karena
ini secara nyata akan
meningkatkan kadar
sirkulasi hormone
tiroid melalui bloking-
binding T3 dan T4
dengan tiroid binding
protein.

Meningkatkan
istirahat, sehingga
selanjutnya dapat
menurunkan
kebutuhan
metabolik/menurunka
n beban jantung.

Menurunkan proses
menggigil yang
berhubungan dengan
hipertermia yang
selanjutnya dapat
meningkatkan
kebutuhan
metabolisme.








Hipokalemia sebagai
13


Kalium serum
(berikan
pengganti
sesuai
indikasi).








Kalium serum.




Kultur sputum.




Lakukan pemantau
terhadap EKG secara
teratur.













Sinar x dada.




15. Berikan oksigen
sesuai dengan
indikasi.


akibat dari kehilangan
melalui
gastrointestinal.
Gangguan dalam
pemasukan atau
karena terapi diuretic
mungkin akan
menyebabkan
distrimia atau
menggagalkan fungsi
jantung atau curah
jantung.

Terjadinya
peningkatan dapat
mengubah kontraksi
jantung.

Infeksi paru
merupakan factor
pencetus krisis yang
paling sering.

Dapat menunjukkan
pengaruh
ketidakseimbangan
elektrolit atau iskemia
yang mencerminkan
suplai oksigen pada
otot jantung tidak
adekuat pada keadaan
peningkatan
metabolisme.
Pembesaran jantung
mungkin juga terjadi
sebagai suatu respons
peningkatan
kebutuhan sirkulasi.

Edema paru akan
terlihat disertai
dengan penekanan
pada jantung.

Mungkin juga
diperlukan untuk
mendukung
peningkatan
kebutuhan
metabolisme/kebutuha
14




16. Berikan selimut
dingin sesuai
dengan indikasi.










17. Kaji atau berikan
terapi seperti
transfuse/plasmafe
resis, hemoperfusi,
dialisis.



18. Siapkan untuk
pembedahan.

n terhadap oksigen
tersebut.

Kadang-kadang
digunakan untuk
menurunkan
hipertermia yang tidak
terkontrol (lebih tinggi
dari 40 C ) untuk
menurunkan
kebutuhan
metabolisme atau
konsumsi oksigen dan
menurunkan beban
kerja jantung.

Mungkin dilakukan
untuk menangani
penurunan cadangan
hormon ekstratiroid
pada penyakit yang
berat atau pasien
koma.

Tiroidektomi parsial
(mengangkat 5/6 dari
kelenjar) mungkin
cara penanganan
pilihan terhadap
hipertiroid jika
keadaan hipertiroid ini
membahayakan.
2 Kelelahan Mengungkapkan
secara verbal
tentang
peningkatan
tingkat energy

Menunjukkan
perbaikan
kemampuan untuk
berpartisipasi
dalam melakukan
aktivitas
1. Pantau tanda vital
dan catat nadi baik
saat istirahat
maupun saat
melakukan aktivitas.











2. Catat
berkembangnya
Nadi secara luas
meningkat dan bahkan
saat istirahat ,
takikardia (diatas
160x/menit) mungkin
akan ditemukan.
Kebutuhan dan
konsumsi oksigen
akan ditingkatkan
pada keadaan
hipermetabolik, yang
merupakan potensial
akan terjadi hipoksia
saat melakukan
aktivitas.

Menurunkan stimulasi
yang kemungkinan
15

takipnea, dispnea,
pucat dan sianosis.


3. Berikan/ciptakan
lingkungan yang
tenang ; ruangan
yang dingin,
turunkan stimulasi
sensori, warna-
warna yang sejuk,
dan music santai
(tenang).

4. Sarankan pasien
untuk mengurangi
aktivitas dan
meningkatkan
istirahat ditempat
tidur sebanyak-
banyaknya jika
memungkinkan.

5. Berikan tindakan
yang membuat
pasien nyaman ,
seperti sentuhan
/massase, bedak
yang sejuk.







6. Memberikan
aktivitas pengganti
yang menyenangkan
dan tenang, seperti
membaca,
mendengarkan radio
dan menonton
televisi.

7. Hindari
membicarakan topik
yang menjengkelkan
atau yang
mengancam pasien .
besar dapat
menimbulkan agitasi,
hiperaktif, dan
insomnia.

Membantu melawan
pengaruh dari
peningkatan
metabolisme.
Dapat menurunkan
energi dalam saraf
yang selanjutnya
meningkatkan
relaksasi.




Memungkinkan untuk
menggunakan energi
dengan cara
konstruktif dan
mungkin juga akan
menurunkan ansietas.



Peningkatan kepekaan
dari susunan saraf
pusat dapat
menyebabkan pasien
mudah untuk
terangsang, agitasi,
dan emosi yang
berlebihan.
Mengerti bahwa
tingkah laku tersebut
secara fisik
meningkatkan koping
terhadap situasi saat
itu dorongan dan saran
orang terdekat untuk
berespons secara
positif dan berikan
dukungan pada pasien.

Untuk mengatasi
keadaan (gugup),
hiperaktif, dan
insomnia.
16

Diskusikan cara
untuk berespons
terhadap perasaan
tersebut.

8. Diskusikan dengan
orang terdekat
keadaan lelah dan
emosi yang tidak
stabil ini.
Kolaborasi
9. Berikan obat sesuai
indikasi:
Sedatif; mis.
Fenobarbital
(luminal),
tranquilizer mis.
Klordiazepoksida
(Librium)
3 Resiko Tinggi
Terhadap
Penurunan
Nutrisi Kurang
Dari
Kebutuhan
Tubuh
Menunjukkan berat
badan yang stabil
disertai dengan
nilai laboratorium
yang normal dan
terbebas dari
tanda-tanda
malnutrisi
1. Auskultasi bising
usus.






2. Catat dan laporkan
adanya anoreksia,
kelemahan
umum/nyeri
abdomen,
munculnya mual dan
muntah.







3. Pantau masukan
makanan setiap hari.
Dan timbang berat
badan setiap hari
serta laporkan
adanya penurunan.



Bising usus hiperaktif
mencerminkan
peningkatan motilitas
lambung yang
menurunkan atau
mengubah fungsi
absorpsi.

Peningkatan aktivitas
adrenergic dapat
menyebabkan
gangguan sekresi
insulin/terjadi resisten
yang menyebabkan
hiperglikemia,
polidipsia, poliuria,
perubahan kecepatan,
dan kedalaman
pernapasan (tanda
asidosis metabolic)

Penurunan berat
badan terus menerus
dalam keadaan
masukan kalori yang
cukup merupakan
indikasi kegagalan
terhadap terapi
antitiroid.

Membantu menjaga
17

4. Dorong pasien untuk
makan dan
meningkatkan
jumlah makan dan
juga makanan kecil,
dengan
menggunakan
makanan tinggi
kalori yang mudah
dicerna.


5. Hindari pemberian
makanan yang dapat
meningkatkan
peristaltik usus (mis.
The, kopi, dan
makanan berserat
lainnya) dan cairan
yang menyebabkan
diare (mis.
Apel/jambu).

6. Kolaborasi
Konsultasikan
dengan ahli gizi
untuk memberikan
diet tinggi kalori,
protein,
karbohidrat, dan
vitamin.


7. Berikan obat sesuai
dengan indikasi:
Glukosa, vitamin B
kompleks.



Insulin (dengan
dosis yang kecil)
pemasukan kalori
cukup tinggi untuk
menambahkan kalori
tetap tinggi pada
penggunaan kalori
yang disebabkan oleh
adanya
hipermetabolik.

Peningkatan motilitas
saluran cerna dapat
mengakibatkan diare
dan gangguan
absorpsi nutrisi yang
diperlukan.





Mungkin memerlukan
bantuan untuk
menjamin pemasukan
zat-zat makanan yang
adekuat, dan
mengidentifikasi
makanan pengganti
yang paling sesuai.

Diberikan untuk
memenuhi kalori yang
diperlukan dan
mencegah atau
mengobati
hipoglikemia.

Dilakukan dalam
mengendalikan
glukosa darah jika
kemungkinan ada
peningkatan.
18

4. Diare
berhubungan
dengan
meningkatnya
peristaltik usus

Tujuan : diare
dapat dikendalikan
atau dihilangkan
dalam waktu 3x 24
jam
Kriteria hasil :
Frekuensi defekasi
normal 1-2 x
sehari.
Konsentrasi
defekasi normal
(tidak terlalu keras
dan tidak cair)

Mandiri
1. Tingkatkan tirah
baring.

2. Berikan pemasukan
cairan intravena
sesuai derajat
dehidrasi.

3. Buang feses secara
cepat. Berikan
pengharum ruangan

4. Pantau tanda tanda
dehidrasi.

5. Pantau frekuensi dan
konsentrasi feses
setelah diberikan
intervensi

1. Istirahat akan
menurunkan
motilitas usus.

2. Mengistirahatkan
kolon dan
menghindari atau
menurunkan
rangsangan
makanan.

3. Menghilangkan bau
tak sedap untuk
mengurangi rasa
malu pasien.

4. Sebagai indikasi
timbulnya dehidrasi

5. Mengetahui
keefektifan
intervensi yang telah
diberikan
5. Hipertermi
berhubungan
dengan
hipermetabolis
me

Tujuan : suhu akan
kembali normal
dalam waktu 1x 24
jam
Kriteria hasil :
suhu normal
36,5
0
37,5
0
C
Nadi dan
pernapasan dalam
rentan normal
Mandiri
1. Berikan kompres air
biasa pada aksila,
kening, leher dan
lipatan paha.

2. Lepaskan pakaian
yang berlebihan dan
tutupi pasien dengan
pakaian yang tipis.



1. Dapat membantu
mengurangi demam.
Mempermudah
pengeluaran panas.

2. Untuk
menyeimbangkan
antara pemasukan
cairan dengan
pengeluarannya.

19

3. Berikan asupan
cairan intravena.


4. Kolaborasi
Berikan obat anti
piretik sesuai
kebutuhan

3. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.

4. Digunakan untuk
mengurangi demam
yang umumnya
lebih besar dari
39,5
0
-40
0
C
6. Ansietas Tujuan : agar
kecemasan
berkurang

Kriteria hasil :

1. Tampak rileks
2. Melaporkan
ansietas
berkurang
sampai tingkat
dapat diatasi
3. Mampu
mengidentifikas
i cara hidup
yang sehat
untuk
membagikan
perasaannya.
1. Observasi tingkah
laku yang
menunjukkan
tingkat ansietas.


2. Pantau respons fisik,
palpitasi, gerakan
yang berulang-
ulang, hiperventilasi,
insomnia.










3. Tinggal bersama
pasien,
mempertahankan
sikap yang tenang.
Mengakui atau
menjawab
kekuatirannya dan
mengizinkan
perilaku pasien yang
umum.




Ansietas ringan dapat
ditunjukkan dengan
peka rangsang dan
insomnia.

Peningkatan
pengeluaran penyekat
beta-adrenergik pada
daerah reseptor,
bersamaan dengan
efek-efek kelebihan
hormone tiroid,
menimbulkan
manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan
katekolamin ketika
kadar epineprin
/norepinefrin dalam
keadaan normal.

Menegaskan pada
pasien atau orang
terdekat bahwa
walaupun perasaan
pasien diluar control,
lingkungannya tetap
aman. Menghindari
respons pribadi pada
ucapan yang tidak
tepat atau tindakan
mencegah konflik atau
reaksi yang berlebihan
terhadap situasi yang
penuh dengan stress.

20



4. Jelaskan prosedur,
lingkungan
sekeliling atau suara
yang mungkin
didengar oleh
pasien.




5. Bicara singkat
dengan kata yang
sederhana.







6. Kurangi stimulasi
dari luar: Tempatkan
pada ruangan yang
tenang, berikan
kelembutan, musik
yang nyaman,
kurangi lampu yang
terlalu terang,
kurangi jumlah
orang yang
berhubungan dengan
pasien.

7. Diskusikan dengan
pasien atau orang
terdekat penyebab
emosional yang
labil/reaksi psikotik .





8. Tekankan harapan
bahwa pengendalian
emosi itu harus tetap
diberikan sesuai
dengan
Memberikan
informasi akurat yang
dapat menurunkan
distorsi/kesalahan
interpretasi yang dapat
berperanan pada
reaksi ansietas atau
ketakutan.

Rentang perhatian
mungkin menjadi
pendek, konsentrasi
berkurang yang
membatasi
kemampuan untuk
mengasimilasi
informasi.

Menciptakan
lingkungan yang
terapeutik;
menunjukkan
penerimaan bahwa
aktivitas unit/personel
dapat meningkatkan
ansietas pasien.



Memahami bahwa
tingkah laku
didasarkan atas
fisiologis dapat
memungkinkan
respons/pendekatan
yang berbeda ,
penerimaan terhadap
situasi.

Memberikan
informasi dan
menyakinkan pasien
bahwa keadaan itu
adalah sementara dan
akan membaik dengan
pengobatan.

Dapat digunakan
bersamaan dengan
pengobatan untuk
21

perkembangan terapi
obat.


9. Kolaborasi
Berikan obat
antiansietas
(transquilizer,
sedative) dan
pantau efeknya.

Rujuk pada sistem
penyokong sesuai
dengan kebutuhan
seperti konseling,
ahli agama, dan
pelayanan sosial.
menurunkan pengaruh
dari sekresi hormone
tiroid yang berlebihan.

Terapi penyokong
yang terus menerus
mungkin
dimanfaatkan/dibutuh
kan pasien atau orang
terdekat jika krisis itu
menimbulkan
perubahan gaya hidup
pada pasien itu
sendiri.

H. Penatalaksanaan Medis dak Keperawatan
1. Medis
Ada tiga macam obat yang dipakai untuk hipertiroidisme, yaitu antitiroid atau
Thiomides yang bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari
keluarnya hormon tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adalah penyekat beta-
adrenergik (propanol) dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormon tiroid dalam
sel tubuh.
Thioamides profiltiourasil (PTU) dan metimasol (Tapazole) adalah obat antitiroid yang
paling sering di pakai. Efek obat ini, lambat, sekitar 2-4 minggu baru tampak ada
perbaikan. Hal ini terjadi karena efek obat ini menyekat sintesis tiroid, bukan sekresi atau
keluarnya hormon.Obat ini diberikan selama 6-18 bulan.
Pasien dengan goiter yang mengecil dengan obat ini dan bisa mempertahankan keadaan
eutiroid diharapkan akan mendapat remisi. Pasien memerlukan pemeriksaan medis yang
teratur supaya bisa cepat diketahui bila mengalami eksaserbasi.
Efek samping obat ini antara lain demam, sakit tenggorok, dan bintik-bintik pada kulit
(erupsikulit dan granulositosis). Penyekat beta-adrenergik seperti propanolol dipakai untuk
menangani gejala akibat peningkatan stimulasi simpatis, misalnya takikardia,disritmia, dan
angina. Penyekat ini cepat mengurangi gejala karena obat dapat menghalangi resptor-beta.
Oleh karena itu, walaupun katekolamin ada, reseptor tidak dapat di stimulasi oleh
katekolamin tersebut. Penyekat beta-adrenergik dapat pula memperbaiki tremor,
kegelisahan dan cemas. (Baradero, 2009).
22

2. Keperawatan
Menurut (Baradero, 2009), penatalaksanaan keperawatan pada pasien hipertiroid
meliputi:
a) Diet
Ciri khas hipertiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan
meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu
ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat
menunjukan keadaan eutiroid.
b) Aktivitas
Pasien dengan hipertiroidismecepat merasa lelah. Selama tidak ada
takikardia,fibrilasiatrial,atau gangguan kardiovaskular,pasien bisa mengatur
kegiatannya. Misalnya, kegiatan diselingi dengan istirahat. Perlu diingat bahwa
pasien ini mengalami insomnia sehingga istirahat diperlukan pada siang hari.
II. Hipotiroidisme
A. Definisi
Hipotiroidisme merupakan kondisi hipofungsi tiroid yang disertai dengan gagal tiroid.
Kondisi ini diakibatkan oleh kadar hormone tiroid suboptimal (Gruendemann dan
Fernsebner,2005).
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi tidak di sekresinya hormon-hormon tiroid
(Sudoyo,2009).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan klinis yang diakibatkan oleh penurunan produksi
dan/atau penurunan efek hormon tiroid (Daveey,2006)









23



B. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau
hipotalamus. Apabila hipotiroid disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang
rendah disertai oleh kadar TSH dan TRH yang tinggi karena tidak adanya umpan balik
negative oleh TH pada hipofisis dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang rendah. TRH
dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negative pada pelepasannya oleh
TSH atau TH. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan
kadar TH, TSH, dan TRH yang rendah (Corwin,2009).
C. Jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengarah kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi
tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya
disebabkan oleh hipofisis hipotiroidisme tersier











1) Primer
a. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi
yodium.
b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron

2) Sekunder : kegagalan hipotalamus ( TRH, TSH yang berubah-ubah, T4 bebas) atau
kegagalan pituitari ( TSH, T4 bebas) (Sudoyo, 2009)


24

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipotiroidisme (Rumahorbo,2000).
1. Yang besifat umum karna kekurangan hormone tiroid di jaringan.
2. Spesifik, disebabkan karena penyakit dasarnya . Adapun manifestasinya adalah :
a. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar; rambut rontok
dan pertumbuhannya buruk.
b. Sistem pulmonary seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea.
c. Sistem kardiovaskuler seperti bradikardi, distrimia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktivitas menurun, hipotensi.
d. Metabolic seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
e. Sistem musculoskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
f. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen,
bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.
g. Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi
abdomen.
h. Sistem reproduksi pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau
masa menstruasi memanjang, infertilitas, anovulasi, dan penurunan libido.
Pada pria: penurunan libido dan impotensia.
i. Psikologis/emosi: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku
mania.
j. Manifestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap oploid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah,
haluaran urin menurun, anemi.

E. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan
tirotoksitosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar
tiroid yang bersifat idiopatik.
25

Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi
untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan
sekresi hormon kelenjar tirois akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan
mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain :
a. Penurunan produksi asam lambung (aclorhirda)
b. Pemurunan motilitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gangguan fungsi neurologik
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami
atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga interstisial seperti rongga
pleura, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari miksodema. Pembentukan eritrosit yang
tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien
mengalami anemia (Rumahorbo,2000)

F. Uji Diagnostik
1) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
3) Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok,
rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan
perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
4) Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
5) Hematologic :hitung darah.




26

G . WOC teori hipotiroidisme
































Gangguan organik
kelenjar tiroid
Gangguan fungsi
hipofsis/hipotalamus
Sekresi TSH
Produksi hormon tiroid

Gangguan metabolisme
Produksi kalor menurun
Penurunan fungsi
gastrointestinal
Peristaltik usus menurun
Peningkatan absorsi cairan
Produksi ATP
MK : konstipasi
Kelelahan
MK : Intoleransi
aktifitas
Fungsi pernapasaan
Depresi ventilasi

Produksi ATP



MK : Hipotermi
Kelainan fungsi
pernapasan
Suplai O
2
kejaringan
berkurang
Suplai O
2
ke otak
berkurang
Perubahan pola kognitif
MK : Perubahan proses pikir
MK : Pola nafas tidak
efektif
27

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Hipotiroidisme Menurut teoritis
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1
































1.
Resiko tinggi
terhadap
konstipasi































Pola eliminasi klien
dapat kembali
teratur.
1. Instruksikan pasien
untuk :
a. Minum
sedikitnya 2 3
liter cairan
setiap hari.
b. Meningkatkan
masukan
makanan tinggi
serat (buah
mentah,
sayuran, dan
sereal)
c. Gunakan
pelunak feses
bentuk bulk
seperti
metamucil bila
modifikasi diet
tidak efektif
d. Gunakan
laksatif bila
terjadi defekasi
pada tiga hari

2. Tinjau ulang
semua obat-obatan
lain yang
ditentukan untuk
pasien untuk
menentukan
potensial obat
menyebabkan
konstipasi


1. Tindakan-tindakan ini
membantu melunakan
feses.Konstipasi
menetap dapat
menandakan perlunya
evaluasi lanjut untuk
menentukan bila dosis
obat harus
ditingkatkan
















2. Banyak obat-obatan
yang dapat
menyebabkan
konstipasi. Orang
dengan hipotiroidisme
mempunyai toleransi
rendah terhadap obat-
obatan karena
penurunan
metabolisme
2








Perubahan
nutrisi lebih
dari kebutuhan
tubuh
Asupan nutrisi
klien seimbang,
tidak berlebih dan
tidak kurang.
1. Pantau
a. Laporan JDL,
khususnya
SDM,hemoglob
in dan
hematokrit
b. Persentase
makanan yang
dikonsumsi
1. Untuk mengevaluasi
keefektifan terapi
28





pada setiap
makanan
c. Berat badan
setiap minggu















2.
2. Rujuk pasien pada
ahli diet untuk
intruksi pada
penyiapan diet
rendah lemak,
rendah natrium.
Jelaskan rasional
untuk metabolisme
diet












3. Pertahankan ruang
tetap hangat.
Anjurkan pasien
menggunakan
pakaian
ekstra.Biarkan
pasien mengetahui
bahwa intoleransi
dingin berkurang
setelah obat-obatan
hormon tiroid ,ulai
menunjukan
efeknya, biasanya
2-3 minggu.

4. Anjurkan pasien
untuk melakukan
program latihan
teratur. Anjurkan
berjalan, berenang
bersepeda atau
kelas latihan
rendah.Tekankan
bahwa latihan
2. Ahli diet adalah
spesialis nutrisi yang
dapat membantu
pasien dalam
merencanakan makan
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
dalam hubungannya
dengan penyakit
baru.Modififkasi diet
ini membantu
mencegah
penambahan berat
badan. Natrium
berperan dalam
penambahan berat
badan dengan
menyebabkan retensi
air.


3. Untuk mencegah
kehilangan panas.
Pada hipotiroidisme,
produksi panas
kurang karena
penurunan
metabolisme.








4. Latihan meningkatkan
penggunaan energi
sehingga berat badan
menurun.
29

harus dilakukan
pada sedikitnya
tiga kali seminggu
3 Intoleran
aktifitas
Klien dapat
beraktifitas ringan,
minimal untuk
pemenuhan
kebutuhan
dasarnya
1. Pantau laporan
JDL, khususnya
JDL hemoglobin,
dan hematokrit.
Hasil kadar T, dan
T, serum.

2. Anjurkan masukan
makanan tinggi
besi, seperti jeroan,
khususnya hepar.


3. Anjurkan aktivitas-
aktivitas sesuai
toleransi. Anjurkan
pasien untuk
istirahat dengan
interval selama
sehari. Jelaskan
bahwa penggantian
hormon tiroid
mulai menunjukan
efeknya, kelelahan
akan teratasi.




4. Hindari menyerang
pasien dengan data
yang memerlukan
keputusan
kompleks.
Tingkatkan tugas
pengambilan
keputusan sesuai
perbaikan mental.

1. Untuk mengevaluasi
keefektifan terapi.





2. Besi penting untuk
eritrosit sehingga
mengatasi anemia.
Anemia berperan
terhadap kelelahan.

3. Pada hipotiroidisme,
penurunan laju
metabolisme
menyebabkan
penurunan produksi
energi, meningkatkan
kelelahan. Istirahat
membantu
menghemat energi.
Frustasi kurang
mungkin terjadi bila
pasien merasakan
mampu
menyelesaikan
aktivitas.

4. Pembuatan keputusan
dapat menjadi sumber
stres dan ansietas.
30

4 Risiko tinggi
terhadap
kerusakan
penatalaksanaa
n pemeliharaan
di rumah.
Agar klien
mendapatkan
intervensi yang
tepat selama
dirumah.
1. Berikan pasien
mengekresikan
perasaan tentang
kondisi dan
kebutuhan terapi
pengganti hormon
sepanjang hidup.
Bila disfungsi
seksual terjadi,
biarkan pasien
mengetahui bahwa
ini dapat kembali
normal dengan
penggantian
hormon tiroid
adekuat. Juga,
wajah gembung
akan berkurang
tetapi mungkin
tidak hilang sama
sekali.

2. Intruksikan pasien
untuk mencari
pertolongan medis
bila hal berikut
terjadi:
a. Gejala-gejala
hipotiroidisme
menetap.
b. Nyeri dada,
erupsi kulit,
frekuensi nadi
100 kali per
menit pada
istirahat,
palpasi,
peningktan
kegugupan,
sakit kepala.

3. Berikan informasi
tentang sifat
kondisi dan obat-
obatan yang
diresepkan,jadwal,t
ujuan,dan efek
samping yang
dapat dilaporkan.
Tekankan
1. Mengekresikan
perasaan membantu
meningkatkan koping.
Mengetahui hasil
yang diharapkan dari
tindakan-tindakan
membentu
mengurangi ansietas
dan meningkatkan
kepatuhan.












2. Gejala-gejala dari
hipotiroidisme
menandakan
kurnangnya dosis obat
sehingga perlu
peningkatan dosis.
Takar lajak
menandakan
kebutuhan untuk
menurunkan dosis dan
ditunjukkan dengan
gejala-gejala
selanjutnya.






3. Makin pasien
mengetahui tentang
kondisi mereka,
mungkin mereka
mempunyai harapan
yang beralasan dan
memenuhi tindakan-
tindakan yang
ditentukan
31

pentingnya
menggunakan obat
yang diresepkan.
Ingatkan pasien
bahwa terapi
penggantian
seumur hidup
diperlukan karena
hormon-hormon
tiroid penting
untuk kehidupan.
Waspadakan
pasien terhadap
perbaikan segera
yang diperkirakan
karena ini secara
normal
memerlukan waktu
kira-kira 2-3
minggu sebelum
perbaikan dapat
dilihat.

4. Anjurkan pasien
untuk menyimpan
perjanjian evaluasi.
Jelaskan bahwa
dosis rendah dari
hormon tiroid
diberikan pada
awal dan secara
bertahap sampai
gejala-gejala mulai
berkurang. Beri
tahu pasien dosis
dimana status
eutiroid diberikan
menjadi dosis
rumatan.

5. Berikan instruksi
perawatan diri
tertulis dan
perjanjian tertulis
untuk perawatan
evaluasi. Evaluasi
pemahaman pasien
tentang instruksi
perawatan
dirumah.























4. Untuk memungkinkan
dokter memantau
keefektifan terapi obat
untuk menentukan
bila status eutiroid
telah dicapai.











5. Instruksi verbal
mungkin mudah
terlupakan. Evaluasi
penting untuk
menjamin bahwa
pembelajaran telah
terjadi.
32

I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Medis
Yang perlu diperhatikan ialah dosis awal dan cara menaikan dosis tiroksin. Tujuan
pengobatan hipotiroidisme ialah:
1) Meringankan keluhan dan gejala
2) Menormalkan metabolism
3) Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
4) Membuat T3 (danT4) normal
5) Menghindarkan komplikasi dan resiko.
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan subsitusi :
(a) Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosis awal dan makin landai
peningkatan dosis
(b) Geriatric dengan angina pectoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati hati.

Prinsip subtitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormone tiroid endogen pasien.
Indicator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak di anjurkan,
sebab ada resiko gangguan jantung dan desitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-
triodotironim (T3), maupun pulvus tiroid. Pulvus tak digunakan lagi karena efek sulit
diramalkan. T3 tidak digunakan sebagai subtitusi karena waktu paruhnya pendek hingga
perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialah T4. Akhir-akhir ini dilaporkan
bahwa kombinasi pengobatan T4 dengan T3 (50 ug T4 diganti 12.5 ug T3) memperbaiki
mood dan faal neuropsikologis.
Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama
bahan lain yang mengganggu sarapan dan usus. Contohnya pada penyakit sindrom
malabsorbsi, shorl bawel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida,
kolestiramin, formula kedele, sulfas ferosus, kalsium karbonat. Dilantin rifampisin,
fenobarbital dan tegretol miningkatkan ekskresi empedu dosis rerata substitusi L-T4 ialah
112 ug/hari atau1.6 ug/kg BB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T3 25-50 ug. Kadar TSH
20uU/ml butuh 50-75 ug tiroksin sehari, TSH 44-75 uU/ml butuh 100-150 ug. Sebagian
besar kasus butuhkan 100-125 ugL-T4 sehari (Sudoyo,2009).

2. Keperawatan
Menurut(Baradero,2009) penatalaksanaan keperawatan pada pasienhipotiroidisme
meliputi:
33

a) Diet
Ciri khas hipotiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan
meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu
ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat
menunjukan keadaan eutiroid.
b) Aktivitas
Pasien dengan hipotiroidisme cepat merasa lelah. Oleh karena itu atur aktivitas klien
agar tidak mengalami kelelahan.


















34

BAB III
ANALISA KASUS
A. Deskripsi Kasus
Nn. A, 21 tahun berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RS. Arifin achmad Pekanbaru
dengan keluhan: pembesaran kelenjar tiroid, BB menurun 3 kg sejak 2 bulan yll, sering
merasa lapar, cepat letih, tremor, banyak mengeluarkan keringat, dan sering BAB. Dari data
diatas kemungkinan Nn. A menderita hipertiroidisme.
B. Pengkajian
Dari uraian kasus diatas maka di dapatkan :
Data subjektif :
1. Klien berusia 21 tahun
2. Berat badan menurun 3 kg sejak 2 bulan yang lalu
3. Klien merasa cepat lapar
4. Klien cepat letih
5. Klien mengeluarkan banyak keringat
6. Klien sering BAB
Data objektif :
1. Terjadi pembesaran kelenjar tiroid
2. Klien mengalami tremor

C. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS :
Klien sering
merasa lapar
Klien sering
BAB

DO :
pembesaran
kelenjart iroid
BB menurun
Hipertiroidisme

Metabolisme meningkat

Proses pembakaran lemak
menigkat
suplai nutrisiyang tidak
adekuat

perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh


Gangguan perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2. DS :
Klien merasa
Hipermetabolisme

Kelelahan
35

cepat letih
DO :
Klien banyak
berkeringat
Kontraksi otot meningkat

Katabolisme protein

Asupan protein tidak
adekuat

Kerja otot melambat

Relaksasi melambat

Kelelahan
3. DS :
Klien banyak
mengeluarkan
keringat
DO :
Klien
mengalami
Pembesaran
kelenjar tiroid

Peningkatan metabolisme

produksi kalor

peningkatan suhu tubuh

Hipertermi
Hipertermi













36

D. WOC



























Produksi hormon tiroid
Produksi TSH
Gangguan
organik kelenjar
tiroid
Gangguan fungsi
hipotalamus/hipofisis
Metabolisme tubuh
Proses
pembakaran
lemak
Suplay nutrisi
yang tidak
adekuat
Penurunan
berat badan
Produksi
kalor
Peningkatan
suhu tubuh
Hipertermi
Aktifitas
gastrointestinal
Sekresi getah
pencernaan
Gerakan
saluran
cerna
Frekuensi
BAB
Kontraksi
otot
Katabolisme
protein
Asupan
protein
berkurang
Kerja otot
melambat
Relaksasi
melambat
Kelelahan
37


E. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ Kriteria
hasil
Tindakan Rasional
1. Gangguan
pemenuhan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme
Menunjukkan berat
badan yang stabil
disertai dengan
nilai laboratorium
yang normal dan
terbebas dari
tanda-tanda
malnutrisi
1. Auskultasi bising
usus.






2. Catat dan laporkan
adanya anoreksia,
kelemahan
umum/nyeri
abdomen,
munculnya mual
dan muntah.







3. Pantau masukan
makanan setiap
hari. Dan timbang
berat badan setiap
hari serta laporkan
adanya penurunan.



4. Dorong pasien
untuk makan dan
meningkatkan
jumlah makan dan
juga makanan
kecil, dengan
menggunakan
makanan tinggi
kalori yang mudah
dicerna.


5. Hindari pemberian
Bising usus hiperaktif
mencerminkan
peningkatan motilitas
lambung yang
menurunkan atau
mengubah fungsi
absorpsi.

Peningkatan aktivitas
adrenergic dapat
menyebabkan
gangguan sekresi
insulin/terjadi resisten
yang menyebabkan
hiperglikemia,
polidipsia, poliuria,
perubahan kecepatan,
dan kedalaman
pernapasan (tanda
asidosis metabolic)

Penurunan berat
badan terus menerus
dalam keadaan
masukan kalori yang
cukup merupakan
indikasi kegagalan
terhadap terapi
antitiroid.

Membantu menjaga
pemasukan kalori
cukup tinggi untuk
menambahkan kalori
tetap tinggi pada
penggunaan kalori
yang disebabkan oleh
adanya
hipermetabolik.

Peningkatan motilitas
saluran cerna dapat
mengakibatkan diare
dan gangguan
38

makanan yang
dapat
meningkatkan
peristaltik usus
(mis. The, kopi,
dan makanan
berserat lainnya)
dan cairan yang
menyebabkan
diare (mis.
Apel/jambu).

6. Kolaborasi
Konsultasikan
dengan ahli
gizi untuk
memberikan
diet tinggi
kalori, protein,
karbohidrat,
dan vitamin.


7. Berikan obat
sesuai dengan
indikasi:
Glukosa, vitamin
B kompleks.



Insulin (dengan
dosis yang kecil)
absorpsi nutrisi yang
diperlukan.





Mungkin memerlukan
bantuan untuk
menjamin pemasukan
zat-zat makanan yang
adekuat, dan
mengidentifikasi
makanan pengganti
yang paling sesuai.

Diberikan untuk
memenuhi kalori yang
diperlukan dan
mencegah atau
mengobati
hipoglikemia.

Dilakukan dalam
mengendalikan
glukosa darah jika
kemungkinan ada
peningkatan.
39

2 Kelelahan
berhubungan
dengan
hipermetaboli
k
Mengungkapkan
secara verbal
tentang
peningkatan
tingkat energy

Menunjukkan
perbaikan
kemampuan untuk
berpartisipasi
dalam melakukan
aktivitas
1. Pantau tanda vital
dan catat nadi baik
saat istirahat
maupun saat
melakukan
aktivitas.









2. Catat
berkembangnya
takipnea, dispnea,
pucat dan sianosis.


3. Berikan/ciptakan
lingkungan yang
tenang ; ruangan
yang dingin,
turunkan stimulasi
sensori, warna-
warna yang sejuk,
dan music santai
(tenang).

4. Sarankan pasien
untuk mengurangi
aktivitas dan
meningkatkan
istirahat ditempat
tidur sebanyak-
banyaknya jika
memungkinkan.


5. Berikan tindakan
yang membuat
pasien nyaman ,
seperti sentuhan
/massase, bedak
yang sejuk.



Nadi secara luas
meningkat dan bahkan
saat istirahat ,
takikardia (diatas
160x/menit) mungkin
akan ditemukan.
Kebutuhan dan
konsumsi oksigen
akan ditingkatkan
pada keadaan
hipermetabolik, yang
merupakan potensial
akan terjadi hipoksia
saat melakukan
aktivitas.

Menurunkan stimulasi
yang kemungkinan
besar dapat
menimbulkan agitasi,
hiperaktif, dan
insomnia.

Membantu melawan
pengaruh dari
peningkatan
metabolisme.
Dapat menurunkan
energi dalam saraf
yang selanjutnya
meningkatkan
relaksasi.




Memungkinkan untuk
menggunakan energi
dengan cara
konstruktif dan
mungkin juga akan
menurunkan ansietas.





Peningkatan kepekaan
dari susunan saraf
pusat dapat
40








6. Memberikan
aktivitas pengganti
yang
menyenangkan
dan tenang, seperti
membaca,
mendengarkan
radio dan
menonton televisi.


7. Hindari
membicarakan
topik yang
menjengkelkan
atau yang
mengancam pasien
. Diskusikan cara
untuk berespons
terhadap perasaan
tersebut.

8. Diskusikan dengan
orang terdekat
keadaan lelah dan
emosi yang tidak
stabil ini.


9. Kolaborasi
Berikan obat
sesuai indikasi:

Sedatif; mis.
Fenobarbital
(luminal),
tranquilizer mis.
Klordiazepoksida
(Librium)
menyebabkan pasien
mudah untuk
terangsang, agitasi,
dan emosi yang
berlebihan.
Mengerti bahwa
tingkah laku tersebut
secara fisik
meningkatkan koping
terhadap situasi saat
itu dorongan dan saran
orang terdekat untuk
berespons secara
positif dan berikan
dukungan pada pasien.

Untuk mengatasi
keadaan (gugup),
hiperaktif, dan
insomnia.
3. Hipertermi
berhubungan
dengan
hipermetaboli
Tujuan : suhu akan
kembali normal
dalam waktu 1x 24
Mandiri
1. Berikan kompres
air biasa pada

1. Dapat membantu
mengurangi
41

sme

jam
Kriteria hasil :
suhu normal
36,5
0
37,5
0
C
Nadi dan
pernapasan dalam
rentan normal
aksila, kening,
leher dan lipatan
paha.

5. Lepaskan pakaian
yang berlebihan
dan tutupi pasien
dengan pakaian
yang tipis.
6. Berikan asupan
cairan intravena.


Kolaborasi
Berikan obat anti
piretik sesuai
kebutuhan

demam.
Mempermudah
pengeluaran
panas.

5. Untuk
menyeimbangkan
antara pemasukan
cairan dengan
pengeluarannya.
6. Digunakan untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus.

Digunakan untuk
mengurangi demam
yang umumnya lebih
besar dari 39,5
0
-40
0
C

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Medis
Ada tiga macam obat yang dipakai untuk hipertiroidisme, yaitu antitiroid atau
Thiomides yang bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari
keluarnya hormon tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adalah penyekat beta-
adrenergik (propanol) dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormon tiroid dalam
sel tubuh.
2. Menurut (Baradero, 2009), penatalaksanaan keperawatan pada pasien hipertiroid
meliputi:
a) Diet
Ciri khas hipertiroidisme adalah berat badan menurun walaupun nafsu makan
meningkat. Karena kebutuhan makanan meningkat, asupan nutrisi dan kalori perlu
ditingkatkan. Bertambahnya atau kembalinya berat badan pada ukuran semula dapat
menunjukan keadaan eutiroid.

42

b) Aktivitas
Pasien dengan hipertiroidismecepat merasa lelah. Selama tidak ada takikardia,
fibrilasiatrial, atau gangguan kardiovaskular, pasien bisa mengatur kegiatannya.
Misalnya, kegiatan diselingi dengan istirahat. Perlu diingat bahwa pasien ini
mengalami insomnia sehingga istirahat diperlukan pada siang hari.

G. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran:
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui informasi
mengenai:
1) Penyebab gangguan tiroid
2) Proses patofisiologi gangguan tiroid
3) Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
4) Asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita gangguan tiroid.













43

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C & Joahn. C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG
Baradero, Mary. Dkk. 2009. Deri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:
EGC
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. 2009. Gangguan Tumbuh Kembang Dento Kraniofanal. Jakarta: EGC
Eagle, K.A. 2006. Algoritme Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta: ECG
Curtis, G.P. 1999. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Minggu Perminggu. Jakarta: Arcan
Sudoyo, W. Dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Aru
Gruendeman, B.J & Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Vol.2
Praktik. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Rumahorbo, H. 2000. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi